*kamis, 02 agt 2007 * jakarta raya
metropolis olahraga ekonomi bisnis show & selebriti halaman utama *r u b r i k* berita utama internasional opini visite politika edisi mingguan <#> *rubrik lain* pro otonomi riset & polling laporan khusus edukasi ulasan ekonomi kajian sosok kolom halte nouvelle *deteksi* deteksi surabaya deteksi jakarta movies otomotif de-style aidoru aime cerpen muzik techno toys & hobby game anime -----------------------------------------------------------------------*_redaksi jawa pos_* graha pena lt. 4 jl. a. yani 88 surabaya telp. :+62-31-8202216 fax. :+62-31-8285555 [email protected] <mailto:[email protected]> / [email protected] <mailto:[email protected]>
kamis, 02 agt 2007, *prestasi untuk pendidikan yang buram * oleh tri martha herawati
indonesia boleh berbangga dengan prestasi siswanya sebagai pemenang olimpiade kimia internasional ke-29 di moskow, rusia. yakni, vicentius (sma st louis i surabaya) dan william (sma sutomo, medan) yang meraih emas serta teuku mahfuzh aufar kari (sma 10 fajar harapan, banda aceh) dan moh. faiz (sma negeri 1 pacitan) meraih medali perak. prestasi dunia para siswa indonesia itu seharusnya juga bisa dimiliki siswa lain. asalkan potensi dan kemampuan terasah serta negara memberikan sarana prasarana yang memadai, semua siswa bisa memiliki prestasi yang sama. dalam hal pendidikan, secara umum kualitas indonesia dibanggakan. data badan pusat statistik menyebutkan, sekolah atau mengulang sekitar 16,5 persen pada anak yang artinya, angka putus sekolah di indonesia untuk dasar dan madrasah ibtidaiyah sebanyak 684.967 anak. jumlahnya lebih banyak, yaitu 702.066 siswa.
belum bisa jumlah angka putus usai 13-15 tahun. tingkat sekolah tahun lalu
sedangkan angka buta aksara penduduk indonesia di atas usia 15 tahun sekitar 10,21 persen atau 15,4 juta jiwa. itu adalah bagian dari potret buram pendidikan indonesia di tengah gemilang prestasi anak negeri di kancah dunia. di satu sisi, siswa indonesia banyak mendulang prestasi, bahkan sampai tingkat internasional. tapi, di sisi lain, indonesia masih menyimpan potret buram dalam sistem pendidikan. pemerintah, tampaknya, belum serius berkomitmen untuk meningkatkan kualitas pendidikan. amanat 20 persen anggaran pendidikan dalam amandemen uud 1945 dan undang-undang sistem pendidikan nasional hingga sekarang belum terealisasi. bahkan, mahkamah konstitusi (mk) yang memenangkan gugatan persatuan guru republik indonesia (pgri) supaya pemerintah menyesuaikan anggaran pendidikan 20 persen juga belum kentara hasilnya. pemerintah selalu beralasan masih banyak prioritas anggaran untuk kebutuhan lain. tapi, selalu saja ada anggaran untuk dikorupsi. kewajiban negara adalah menyediakan sarana dan prasarana pendidikan yang terbaik untuk rakyat. sarana prasarana pendidikan itu merupakan bagian dari pemenuhan kesejahteraan. tidak seperti sekarang, masuk sekolah setingkat taman kanak-kanak saja membutuhkan jutaan rupiah. mendaftar sekolah dasar yang seharusnya menjadi kewajiban pemerintah dalam rangka wajib belajar sembilan tahun juga sangat mahal. apalagi, masuk sekolah menengah atas dan perguruan tinggi? tampaknya, hanya mereka yang mampu yang bisa sekolah. itu membuktikan minimnya peran pemerintah dalam pendidikan. pemerintah meminimalkan perannya dalam pembiayaan pendidikan karena masih menggunakan paradigma kapitalistik dalam mengurusi kepentingan dan kebutuhan rakyatnya, termasuk masalah pendidikan. ideologi kapitalisme mendasarkan pada market based system. artinya, peran pemerintah menjamin berjalannya sistem pasar, bukan menjamin terpenuhinya kebutuhan masyarakat, terutama dalam hal pendidikan. pemerintah hanya menjamin ketersediaan sekolah/pt bagi masyarakat tanpa peduli apakah biaya pendidikan terjangkau atau tidak oleh masyarakat. dana apbn tidak mencukupi untuk pembiayaan pelayanan pendidikan. sebab,
sebagian besar pos pengeluaran dalam apbn untuk membayar utang dan bunganya. dalam apbn 2007, misalnya, anggaran untuk sektor pendidikan hanya rp 90,10 triliun atau 11,8 persen dari total nilai anggaran rp 763,6 triliun. namun, sebaliknya, untuk membayar utang pokok dan bunga utang itu mencapai 30 persen lebih dari total apbn. minimnya peran negara dalam pendidikan itu tidak terlepas dari agenda kapitalisme global. dampaknya adalah lingkaran setan kemiskinan yang mengakibatkan biaya pendidikan tidak terjangkau. akibatnya, banyak anak negeri ini gagal mengembangkan potensi diri. pendidikan seharusnya menjadi unsur penting dalam meningkatkan taraf berpikir sehingga mampu mengembangkan potensi. tidak hanya sumber daya manusianya, tapi juga sumber daya alam. karena pendidikan kita belum mampu mengembangkan potensi sumber daya manusia yang unggul, pengelolaan sumber daya alam dipasrahkan kepada negeri-negeri asing. prestasi siswa indonesia di kancah internasional tidak akan ada artinya jika peran negara minim dalam memperhatikan masalah pendidikan. apa penghargaan yang diberikan negara kepada mereka yang berprestasi? penghargaan itu seharusnya dengan memberikan anggaran yang lebih besar untuk meningkatkan kualitas pendidikan. dengan begitu, prestasi di tingkat internasional bukan hanya milik beberapa siswa, tapi juga milik semua siswa di negeri ini. tri martha herawati, ketua aliansi penulis pro-syariah (alpen prosa) surabaya
/<<:: kembali/ <#>
---------------------------------------------best view : 1024 x 768 with ie 5.5 or above *�copyright 2006, jawa pos dotcom colo'radnet.*