Skripsi Baru Gabung.docx

  • Uploaded by: Eka Septianti
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Skripsi Baru Gabung.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 19,680
  • Pages: 125
HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG GIZI DENGAN STATUS GIZI REMAJA DI SMAN 6 TANGERANG SELATAN

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Keperawatan

Oleh: EKA SEPTIANTI 11151016

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PERTAMEDIKA TAHUN 2019

SKRIPSI

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG GIZI DENGAN STATUS GIZI REMAJA DI SMAN 6 TANGERANG SELATAN

Dibuat untuk memenuhi persyaratan penyelesaian tugas akhir pada Program Studi S1 Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan

Oleh: EKA SEPTIANTI 11151016

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PERTAMEDIKA TAHUN 2019

LEMBAR PERSETUJUAN

Penelitian dengan judul: Hubungan Pengetahuan Tentang Gizi dengan Status Gizi Remaja Di SMAN 6 Tangerang Selatan

Laporan hasil penelitian ini telah diperiksa, disetujui dan dipertahankan di hadapan Tim Penguji Program Studi S1 Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan PERTAMEDIKA Jakarta, Februari 2019

Menyetujui, Pembimbing Skripsi,

(Muhammad Ali, SKM, M.Kep)

Mengetahui, Kepala Prodi S1 Keperawatan

(Wasijati, S.Kp, M.Si., M.Kep)

i

LEMBAR PENGESAHAN Laporan hasil penelitian ini dengan judul “Hubungan Pengetahuan Tentang Gizi dengan Status Gizi Remaja Di SMAN 6 Tangerang Selatan” telah diujikan dan dinyatakan dapat dilanjutkan pada tahap sidang skripsi dalam uji sidang dihadapan tim penguji pada tanggal Februari 2019

Pembimbing Skripsi

(Muhammad Ali, SKM, M.Kep)

Penguji I

(Ns. Hanik Rohmah I, M.Kep, Sp.Mat)

Penguji II

(Widiyo Weni Wigati, SKM, MARS)

ii

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PERTAMEDIKA PROGRAM S1 KEPERAWATAN Riset, Januari 2019 EKA SEPTIANTI HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG GIZI DENGAN STATUS GIZI REMAJA DI SMAN 6 TANGERANG SELATAN TAHUN 2019 VII + 72 Halaman + 12 Tabel + 2 Skema + 10 Lampiran

ABSTRAK Status gizi merupakan keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat gizi. Status gizi dibedakan menjadi status gizi kurang, status gizi normal, dan status gizi lebih. Kekurangan dan kelebihan gizi dapat berdampak buruk terhadap kesehatan dan kualitas hidup manusia. Oleh karena itu, dalam mengatasi masalah gizi diperlukan pemahaman dalam memilih makanan yang baik untuk dikonsumsi. Pengetahuan gizi seseorang berpengaruh terhadap sikap dalam pemilihan makanan yang berpengaruh pada keadaan gizi individu. Semakin tinggi pengetahuan gizi seseorang diharapkan semakin baik pula keadaan gizinya. Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional. Instrument penelitian ini menggunakan kuesioner, timbangan dan stature meter. Jumlah populasi 368 orang dan jumlah sampel 87 orang. Pengambilan sampel menggunakan Proporsionate stratisfied random sampling dan menggunakan uji statistik Chi-Square. Hasil penelitian ini menunjukan ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan tentang gizi dengan status gizi remaja (P value = 0,005 < α 0,05). Hasil penelitian ini disarankan bagi perawat komunitas untuk memberikan pendidikan tentang gizi.

Kata Kunci: Status Gizi, Pengetahuan Tentang Gizi, Remaja

Daftar Pustaka 72 (2007-2018)

iii

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya

:

Nama

: Eka Septianti

NIM

: 11151016

Mahasiswa S1 Keperawatan / Angkatan

: S1 Keperawatan Reguler / VIII

Menyatakan bahwa saya tidak melakukan kegiatan plagiat dalam penulisan Laporan Penelitian Mata Ajar Riset Keperawatan saya yang berjudul : “HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG GIZI DENGAN STATUS GIZI REMAJA DI SMAN 6 TANGERANG SELATAN” Apabila suatu saat nanti terbukti saya melakukan tindakan plagiat, maka saya akan menerima sangsi yang telah di tetapkan.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Jakarta, Februari 2019 Yang Membuat Pernyataan

Materai 6000

( Eka Septianti )

iv

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai civitas akademik Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan PERTAMEDIKA (STIKes PERTAMEDIKA), saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama NPM Program Studi Institusi Jenis Karya

: Eka Septianti : 11151016 : S1 Keperawatan : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan PERTAMEDIKA : Skripsi

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan PERTAMEDIKA Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-Exclusive Royalty Free Right) atas Skripsi saya yang berjudul: “HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG GIZI DENGAN STATUS GIZI REMAJA DI SMAN 6 TANGERANG SELATAN” Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Noneksklusif

STIKes

PERTAMEDIKA

berhak

menyimpan,

mengalih

media/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (Database), merawat dan memublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di

: Jakarta

Pada tanggal

: Februari 2019

Yang Menyatakan,

Eka Septianti

v

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadiran Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan Karunianya sehingga peneliti dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul “Hubungan Pengetahuan Tentang Gizi dengan Status Gizi Remaja Di SMAN 6 Tangerang Selatan”. Penelitian ini dibuat untuk memenuhi tugas akhir mata ajar Skripsi pada Program Studi S1 Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan PERTAMEDIKA. Peneliti menyadari banyak pihak yang turut membantu sejak awal penyusunan sampai selesainya penelitian ini. Pada kesempatan ini peneliti ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada 1. Dr. Dany Amrul Ichdan, SE, MSc selaku Direktur Utama PERTAMEDIKA/IHC dan Pembina Yayasan Pendidikan PERTAMEDIKA 2. Asep Saefudin, SH, MM, CHRP, CHRA, M.Kes selaku Ketua Pengurus Yayasan Pendidikan PERTAMEDIKA 3. Muhammad Ali, SKM, M.Kep selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan PERTAMEDIKA 4. Dr. Lenny Rosbi Rimbun, S.Kp., M.Si., M.Kep, selaku Wakil Ketua I Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan PERTAMEDIKA 5. Sri Sumartini, SE, MM, selaku Wakil Ketua II Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan PERTAMEDIKA 6. Maryati, S.Sos., MARS, selaku Wakil Ketua III Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan PERTAMEDIKA 7. Wasijati, S.Kp, M.Si., M.Kep selaku Kepala Program Studi S1 Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan PERTAMEDIKA 8. Muhammad Ali, SKM, M.Kep selaku Pembimbing Skripsi dan Penguji I yang dengan kesabaran dan kebaikkannya telah membimbing penulis selama proses penelitian ini. 9. Ns. Hanik Rohmah II, M.Kep, Sp.Mat. selaku penguji I sidang hasil akhir yang telah bersedia menjadi penguji.

vi

10. Widiyo Weni Wigati, SKM, MARS. selaku penguji III sidang hasil akhir yang telah bersedia menjadi penguji. 11. Ns. Dewi Susanti, S.Kep selaku Pembimbing Akademik yang selalu mensupport peneliti selama proses penelitian 12. Kepala Sekolah SMAN 6 Tangerang Selatan yang telah mengizinkan saya melakukan penelitian ini di SMAN 6 Tangerang Selatan. 13. Orang tua, Adik, Nenek, dan Kakek saya yang selalu mendukung dan mendoakan saya dalam melakukan penelitian ini, sehingga proses penelitian ini dapat selesai sesuai dengan waktunya 14. Teman teman angkatan VIII Program Studi S1 Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan PERTAMEDIKA 15. Terimakasih kepada sahabat tercinta Rizky Asy Syahid, Feni Setyowati, Vira Nabilla, Fitria Widiastuti, Dewi Oktaviani, Chandra Ayu Wijaya, dan Risha Indah Dewi yang telah mendukung penulis selama penelitian. 16. Terimakasih kepada Cabe Squad 21++ tersayang Dewi Nawang, Ela Rosiana, Martha Carolins, Dewi Anggraeni, Ayu Fajarningsih, Larasati Kusuma D, Hana Hairunnisa, Tiara Azizah, dan Sarah Nurul P yang selalu ada, selalu mendukung dan membantu penulis selama penelitian. 17. Teman-teman satu kelompok skripsi Ade Indriani, Anindhya Indah C, dan Aryani Anggraeni yang sama-sama berjuang, mensupport dan memberikan bantuannya dalam melakukan penelitian ini, sehingga laporan penelitian ini dapat selesai sesuai dengan waktunya. 18. Semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu yang turut berpartisipasi sehingga selesainya penelitian ini Peneliti menyadari bahwa dalam penyusunan penelitian ini banyak sekali kekurangannya, sehingga saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan demi perbaikan penulisan dan penyusunan hasil penelitian dimasa mendatang.

Jakarta, Februari 2019 Peneliti

vii

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN.......................................................................................... i LEMBAR PENGESAHAN ......................................................................................... ii ABSTRAK .................................................................................................................. iii SURAT PERNYATAAN............................................................................................ iv HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS .................................................................... v KATA PENGANTAR ................................................................................................ vi DAFTAR ISI ............................................................................................................... ix DAFTAR TABEL ....................................................................................................... xi DAFTAR SKEMA ..................................................................................................... xii DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................. xiii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah .................................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ............................................................................................. 6 C. Tujuan Penelitian .............................................................................................. 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori dan Konsep Terkait.................................................................................. 8 B. Penelitian Terkait ............................................................................................ 37 C. Kerangka Teori................................................................................................ 40 BAB III KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFINISI OPERASIONAL A. Kerangka Konsep ............................................................................................ 41 B. Hipotesis.......................................................................................................... 42 C. Definisi Operasional........................................................................................ 43 BAB IV METODE PENELITIAN

ix

A. Desain Penelitian ............................................................................................. 47 B. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel ....................................... 47 C. Tempat dan Waktu Penelitian ......................................................................... 50 D. Etika Penelitian ............................................................................................... 51 E. Alat Pengumpulan Data/Instrumen Penelitian ................................................ 52 F.

Prosedur Pengumpulan Data ........................................................................... 56

G. Teknik Pengolahan Data ................................................................................. 57 H. Analisa Data .................................................................................................... 58 BAB V HASIL PENELITIAN A. Hasil Univariat ................................................................................................ 61 B. Hasil Bivariat .................................................................................................. 64 BAB VI PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Interprestasi dan Diskusi Hasil........................................................................ 65 B. Keterbatasan Peneliti ....................................................................................... 71 BAB VII PENUTUP A. Simpulan ......................................................................................................... 72 B. Saran ................................................................................................................ 72 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

x

DAFTAR TABEL

xi

DAFTAR SKEMA

xii

DAFTAR LAMPIRAN

xiii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Pembangunan yang sedang di galakkan pemerintah bertjuan untuk membangun manusia seutuhnya dan membangun masyarakat Indonesia seluruhnya

sehingga

bangsa

Indonesia

menjadi

subjek

dan

objek

pembangunan. Membangun manusia seutuhnya berarti menjamin adanya peningkatan taraf hidup rakyat dari seluruh lapisan masyarakat dan golongan. Peningkatan taraf hidup tersebut tercermin dari pemenuhan kebutuhan pokok, yaitu pangan, sandang, pemukiman, kesehatan dan pendidikan. Kemajuan usaha pemenuhan kebutuhan pokok merupakan tolak ukur pencapaian pembangunan. Keadaan gizi masyarakat menjadi cerminan kualitatif dari pemenuhan kebutuhan pokok akan pangan (Cakrawati, 2012).

Saat ini, kondisi gizi dunia menunjukkan dua kondisi yang ekstrem. Mulai dari kelaparan sampai pola makan yang mengikuti gaya hidup yang rendah serat dan tinggi kalori, serta kondisi kurus dan pendek sampai kegemukan. Hal ini akan menghambat laju pembangunan, karena status gizi suatu masyarakat berperan penting terhadap kualitas sumber daya manusia, dan daya saing bangsa (Cakrawati, 2012).

Laporan Unicef pada tahun 2012 menunjukkan bahwa di 11 dari 64 negara, lebih dari seperempat gadis remaja memiliki berat badan kurang, dan di 21 dari 41 negara, lebih dari sepertiga gadis remaja mengalami anemia. Selain itu permasalahan tidak hanya terletak pada masalah gizi kurang, kelebihan gizi juga dapat mengganggu perkembangan remaja. Berdasarkan data yang di peroleh dari WHO jumlah anak-anak dan remaja yang kegemukan (usia lima hingga 19 tahun) di seluruh dunia telah meningkat sepuluh kali lipat dalam empat dekade terakhir. Tingkat obesitas pada anak-anak dan remaja dunia meningkat dari kurang dari 1% (setara dengan lima juta anak perempuan dan

1

2

enam juta anak laki-laki) pada tahun 1975 menjadi hampir 6% pada anak perempuan (50 juta) dan hampir 8% pada anak laki-laki (74 juta) pada tahun 2016. Jika digabungkan, jumlah orang berusia lima hingga 19 tahun yang kegemukan meningkat lebih dari sepuluh kali lipat secara global, dari 11 juta pada tahun 1975 menjadi 124 juta pada tahun 2016. Angka ini meningkat menjadi 213 juta kelebihan berat badan pada tahun 2016 tetapi turun di bawah ambang batas untuk obesitas.

Masalah gizi merupakan masalah kesehatan di Indonesia. Kekurangan gizi belum dapat diselesaikan, prevalensi masalah gizi lebih dan obesitas mulai meningkat, khususnya pada kelompok sosial ekonomi menengah ke atas di perkotaan. Saat ini Indonesia menghadapi masalah gizi ganda. Hal ini sangat merisaukan karena mengancam kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang sangat diperlukan dimasa mendatang (Depkes RI, 2010). Masalah gizi ganda (double malnutrition), yaitu masalah gizi kurang yang mengakibatkan anakanak stunting atau pendek dan kurus; dan gizi lebih yang meningkatkan risiko penyebab terjadinya PTM (Penyakit Tidak Menular). Celakanya, berdasarkan data Kementerian Kesehatan 2015, PTM semakin meningkat yaitu sekitar 57 persen.

Data hasil RISKESDAS 2013 (Kemenkes 2014) menunjukkan rata-rata kecukupan konsumsi energi penduduk umur 13-15 tahun (usia pra remaja) sebanyak 54.5% mengonsumsi energi di bawah kebutuhan minimal dan yang mengonsumsi protein di bawah kebutuhan minimal sebanyak 38.1%. Ratarata kecukupan konsumsi energi penduduk umur 16-18 tahun (usia remaja) sebanyak 54.5%% di bawah kebutuhan minimal dan kecukupan konsumsi protein di bawah kebutuhan minimal sebanyak 35.6%. Berdasarkan data dari buku saku pemantauan status gizi tahun 2017, status gizi remaja puteri usia 12-18 tahun berdasarkan IMT/U di Indonesia tingkat provinsi tahun 2017, Provinsi Banten mencapai:

sangat kurus (1,5%), kurus (3,7%), normal

(70,9%), gemuk (20,9%) dan obesitas (3,0%). Sedangkan berdasarkan indeks

3

TB/U remaja puteri di Indonesia 2017, tepatnya di Provinsi Banten mencapai: pendek (28,0%) dan sangat pendek (8,2%). Menurut WHO, definisi remaja adalah suatu masa dimana individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seksual sekundernya sampai saat ini ia mencapai kematangan seksual, individu mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari kanak kanak menjadi dewasa, terjadi peralihan dari ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh kepada keadaan yang relatif lebih mandiri (Sarwono, 2011). Remaja mengalami banyak perubahan baik secara emosi, tubuh, minat, pola perilaku dan juga penuh dengan masalah-masalah pada masa remaja (Hurlock, 2011). Remaja menghadapi banyak permasalahan negatif mengenai kesehatan dan gizi mereka karena remaja termasuk kelompok yang rentan mengalami permasalahan gizi, terutama remaja putri.

Usia remaja, yaitu 10-18 tahun, merupakan tahap tumbuh kembang yang luar biasa secara fisiologis, psikologis, dan sosial. Kemudian di usia remaja merupakan periode rentang gizi karena berbagai sebab. Pertama, remaja memerluan zat gizi yang lebih tinggi karena peningkatan pertumbuhan fisik dan perkembangan yang dramatis itu. Kedua, perubahan gaya hidup dan kebiasaan makan remaja mempengaruhi baik asupan maupun kebutuhan gizinya. Ketiga, remaja yang mempunyai kebutuhan gizi khusus, yaitu remaja yang aktif dalam kegiatan olah raga, menderita penyakit kronis, sedang hamil, melakukan diet secara berlebihan, pecandu alkohol atau obat terlarang (Almatsier, 2012).

Kelompok ini merupakan usia peralihan dari remaja ke dewasa, kelompok ini umumnya berada di sekolah menengah pertama dan sekolah menengah atas. Periode ini merupakan periode kritis dalam pertumbuhan fisik, psikis dan perilakunya. Banyak kondisi fisik yang mengalami perubahan dalam menuju kematangannya. Mereka telah survive dari penyakit dimasa anak-anak dan masalah kesehatan yang dialami saat ini lebih berkaitan dengan proses menua jauh di masa depan (Gizi dalam Daur Kehidupan, 2017).

4

Ketua Umum Persagi Pangan Indonesia, Hardinsyah, mengemukakan baik masyarakat mampu maupun tidak mampu di Indonesia memiliki pengetahuan tentang gizi seimbang yang masih kurang. Sehingga saat pemenuhan gizi seimbang tak tercapai, masyarakat yang mampu juga bisa mengalami kekurangan ataupun kelebihan gizi (Windhi, 2016). Hal ini menunjukan betapa pentingnya pengetahuan tentang gizi yang harus dimiliki setiap individu.

Pengetahuan gizi adalah kemampuan seseorang untuk mengingat kembali kandungan gizi makanan serta kegunaan zat gizi tersebut dalam tubuh. Pengetahuan gizi seseorang berpengaruh terhadap sikap dan perilaku dalam pemilihan makanan yang akhirnya akan berpengaruh pada keadaan gizi individu. Semakin tinggi pengetahuan gizi seseorang diharapkan semakin baik pula keadaan gizinya (KEMENKES RI, 2013).

Zat gizi (nutrien) adalah ikatan kimia yang diperlukan tubuh untuk melakukan fungsinya,

yaitu menghasilkan

energi,

membangun

dan

memelihara jaringan, serta mengatur proses-proses kehidupan. Makanan setelah dikonsumsi mengalami proses pencernaan. Bahan makanan diuraikan menjadi zat gizi atau nutrien. Zat tersebut selanjutnya diserap melalui dinding usus dan masuk kedalam cairan tubuh (Almatsier, 2012). Semua zat gizi yang masuk ke tubuh akan menentukan status gizi seseorang.

Status gizi merupakan keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat gizi. Apabila zat gizi dikonsumsi dalam jumlah yang cukup maka kesehatan dapat terjaga, mampu melakukan aktivitas fisik dengan optimal, dan membantu mencegah terjadinya penyakit. Sebaliknya bila zat gizi dikonsumsi dalam jumlah terlalu banyak atau sedikit, maka tubuh akan beradaptasi untuk mencapai keadaan homeostatik sehingga fungsi fisiologis dapat terganggu. Status gizi dibedakan menjadi tiga kategori, yaitu status gizi kurang, status gizi normal, dan status gizi lebih (Almatsier, 2010). Penentuan

5

status gizi remaja dapat dilakukan dengan beberapa cara salah satunya dengan menggunakan Indeks Masa Tubuh (IMT).

Indeks massa tubuh menurut Umur (IMT/U) adalah nilai yang diambil dari perhitungan antara berat badan (BB), tinggi badan (TB) dan umur seseorang (Supariasa, 2012). Menurut Kemenkes RI (2010) dalam Kurniawati (2017) mengatakan IMT direkomendasikan sebagai indikator yang baik untuk menentukan status gizi remaja, BB dan TB dapat digunakan untuk menilai status gizi dengan IMT yang terkait dengan umurnya, karena dengan perubahan umur terjadi perubahan komposisi tubuh. Adriyani (2012) membuktikan status gizi berdasarkan indikator IMT/U lebih dipengaruhi oleh ketersediaan pangan yang baik bagi kesehatan dalam keluarga dan kondisi fisik remaja yang tidak menderita sakit, serta dipengaruhi oleh asupan zat gizi (karbohidrat, lemak dan protein). Karbohidrat, lemak dan protein merupakan zat gizi yang mengandung energi terbesar bagi tubuh dengan asupan gizi seimbang akan membantu memelihara status gizi yang normal.

Secara garis besar, remaja putra membutuhkan lebih banyak energi daripada remaja putri. Pada usia 16 tahun remaja putra membutuhkan sekitar 3.470 kkal perhari, dan menurun menjadi 2.900 pada usia 16-19 tahun. Kebutuhan remaja putri memuncak pada usia 12 tahun (2.550 kkal), kemudian menurun menjadi 2.200 kkal pada usia 18 tahun (Arisman, 2009). Masalah gizi yang terjadi pada remaja karena kebutuhan energi tidak terpenuhi dapat menyebabkan Kurang Energi Kronis (KEK) / Kurus, selain itu dampak yang terjadi karena status gizi yang buruk pada remaja umumnya dapat mengakibatkan anemia, obesitas dan stunting.

Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Adelina (2016) dengan judul “Hubungan Citra Tubuh, Aktivitas Fisik, dan Pengetahuan Gizi Seimbang dengan Status Gizi Remaja Putri di SMK Adhikawacana Surabaya” dengan nilai p value = 0,000 < α(0,05). Pada remaja responden dengan pengetahuan gizi seimbang yang cukup sebanyak 19 responden dan responden dengan

6

pengetahuan gizi seimbang yang masih kurang sebanyak 15 responden. Hal ini menunjukan masih ada remaja yang kurang atau bahkan tidak mengetahui bagaimana asupan gizi yang baik untuk pemenuhan kebutuhan tubuh.

Gizi yang baik sangat bagus dalam membantu pertumbuhan dan perkembangan remaja. Gizi yang baik juga sangat dibutuhkan untuk menunjang remaja dalam beraktivitas. Di jaman modern saat ini banyak sekali restoran fast food yang menjadi tempat nongkrong anak remaja dan pemilihan makanan yang sembarangan dengan pemikiran “asal kenyang” dapat mempengaruhi kesehatan dan pertumbuhan remaja.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada bulan Oktober melalui pengukuran dan wawancara pada 15 orang remaja di SMAN 6 Tangerang Selatan didapatkan data terdapat 6 remaja dengan status gizi kurus, 1 remaja sangat kurus, 2 remaja obesitas dan 6 remaja dengan status gizi normal. Setelah ditanya mengenai gizi yang baik, 7 dari mereka telah memahami dan 8 kurang memahami tentang gizi yang baik.

Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Hubungan Pengetahuan Tentang Gizi Dengan Status Gizi Remaja di SMAN 6 Tangerang Selatan”

B. Rumusan Masalah Pengetahuan gizi adalah kemampuan seseorang untuk mengingat kembali kandungan gizi makanan serta kegunaan zat gizi tersebut dalam tubuh. Semakin tinggi pengetahuan gizi seseorang diharapkan semakin baik pula keadaan gizinya (KEMENKES RI, 2013). Status gizi dibedakan menjadi tiga kategori, yaitu status gizi kurang, status gizi normal, dan status gizi lebih (Almatsier, 2010).

7

Berdasarkan data dari buku saku pemantauan status gizi tahun 2017, status gizi remaja puteri usia 12-18 tahun berdasarkan IMT/U di Indonesia tingkat provinsi tahun 2017, Provinsi Banten mencapai: sangat kurus (1,5%), kurus (3,7%), normal (70,9%), gemuk (20,9%) dan obesitas (3,0%).

Dari hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada 15 orang remaja di SMAN 6 Tangerang Selatan didapatkan data terdapat 9 remaja memiliki masalah gizi dan 6 remaja dengan status gizi normal. Setelah ditanya mengenai gizi yang baik, 7 dari mereka telah memahami dan 8 kurang memahami tentang gizi yang baik.

Berdasarkan uraian tersebut maka rumusan masalah dari penelitian adalah “Apakah terdapat Hubungan Pengetahuan Tentang Gizi Dengan Status Gizi Remaja di SMAN 6 Tangerang Selatan?”

C. Tujuan Penelitian Tujuan umum dan tujuan khusus dari penelitian ini yaitu :

1. Tujuan Umum Untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan tentang gizi dengan status gizi remaja di SMAN 6 Tangerang Selatan tahun 2018.

2. Tujuan Khusus a. Mengetahui karakteristik responden (Usia, Jenis Kelamin dan Aktivitas) b. Mengetahui status gizi melalui pengukuran IMT/U responden di SMAN 6 Tangerang Selatan c. Mengetahui pengetahuan responden mengenai gizi di SMAN 6 Tangerang Selatan d. Mengetahui hubungan antara pengetahuan gizi dengan status gizi remaja di SMAN 6 Tangerang Selatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori dan Konsep Terkait 1. Konsep Status Gizi a. Pengertian Status Gizi Status gizi merupakan keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat gizi. Apabila zat gizi dikonsumsi dalam jumlah yang cukup maka kesehatan dapat terjaga, mampu melakukan aktivitas fisik dengan optimal, dan membantu mencegah terjadinya penyakit. Sebaliknya bila zat gizi dikonsumsi dalam jumlah terlalu banyak atau sedikit, maka tubuh akan beradaptasi untuk mencapai keadaan homeostatik sehingga fungsi fisiologis dapat terganggu (Waloya, 2013).

Status gizi adalah keadaan kesehatan yang berhubungan dengan penggunaan makanan oleh tubuh. Status gizi dibedakan menjadi tiga kategori, yaitu status gizi kurang, status gizi normal, dan status gizi lebih (Almatsier, 2010).

b. Klasifikasi Status Gizi Status gizi remaja menurut Cakrawati (2012) dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu gizi baik, gizi kurang, dan gizi lebih. 1) Gizi baik apabila asupan gzi seimbang

dengan kebutuhan

gizinya. 2) Gizi kurang merupakan keadaan tidak sehat (patologis) yang timbul karena tidak cukup makan atau konsumsi energi dan protein kurang selama jangka waktu tertentu.

8

9

3) Gizi lebih merupakan keadaan patologis (tidak sehat) yang disebabkan

kebanyakan

makan.

Kegemukan

(obesitas)

merupakan tanda pertama yang dapat dilihat dari keadaan gizi lebih.

c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Status Gizi Remaja Berbagai faktor yang memicu terjadinya masalah gizi pada usia remaja antara lain adalah: 1) Kebiasaan makan yang buruk Kebiasaan makan yang buruk yang berpangkal pada kebiasaan makan keluarga yang juga tidak baik sudah tertanam sejak kecil akan terus terjadi pada usia remaja. Mereka makan seadanya tanpa mengetahui kebutuhan akan berbagai zat gizi dan dampak tidak dipenuhinya kebutuhan zat gizi tersebut terhadap kesehatan mereka (Amelia, 2008). 2) Pemahaman gizi yang keliru Tubuh yang langsing sering menjadi idaman bagi para remaja terutama wanita remaja. Hal itu sering menjadi penyebab masalah, karena untuk memelihara kelangsingan tubuh mereka menerapkan pengaturan pembatasan makanan secara keliru, sehingga kebutuhan gizi mereka tak terpenuhi. Hanya makan sekali sehari atau makan makanan seadanya, tidak makan nasi merupakan penerapan prinsip pemeliharaan gizi yang keliru dan mendorong terjadinya gangguan gizi (Bani, 2010). 3) Kesukaan yang berlebihan terhadap makanan tertentu Kesukaan yang berlebihan terhadap makanan tertentu saja menyebabkan kebutuhan gizi tak terpenuhi. Keadaan seperti itu biasanya terkait dengan “mode” yang tengah marak dikalangan remaja. Ditahun 1960 an misalnya remaja-remaja di Amerika Serikat sangat menggandrungi makanan berupa hotdog dan minuman coca-cola. Kebiasaan ini kemudian menjalar ke remaja-

10

remaja diberbagai negara lain termasuk di Indonesia (Destayanti, 2011). 4) Promosi yang berlebihan melalui media massa Usia remaja merupakan usia dimana mereka sangat tertarik pada hal-hal baru. Kondisi tersebut dimanfaatkan oleh pengusaha makanan untuk mempromosikan produk mereka dengan cara yang sangat mempengaruhi remaja. Padahal, produk makanan tersebut bukanlah makanan yang sehat bila dikonsumsi dalam jumlah yang berlebihan (Hidayati, 2010). Hidayati (2010) juga menyatakan bahwa masuknya produk-produk makanan baru yang berasal dari negara lain secara bebas mempengaruhi kebiasaan makan para remaja. Jenis-jenis makanan siap santap (fast food) yang berasal dari negara barat seperti hotdog, pizza, hamburger, fried chicken dan french fries, berbagai jenis makanan berupa junk food sering dianggap sebagai lambang kehidupan modern oleh para remaja. Padahal berbagai jenis fast food tersebut mengandung kadar lemak jenuh dan kolesterol yang tinggi disamping kadar garam. Zat-zat gizi itu memicu terjadinya berbagai penyakit kardiovaskuler pada usia muda. 5) Konsumsi makanan Pada dasarnya intake makanan dipengaruhi oleh dua hal, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam diri manusia itu sendiri, dapat berupa emosi/kejiwaan yang memiliki sifat kebiasaan. Sementara itu, faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar manusia, seperti ketersediaan bahan pangan yang ada dialam sekitar serta kondisi sosial ekonomi yang mempengaruhi tingkat daya beli manusia terhadap bahan pangan (Ipa, 2010) 6) Pendidikan dan pengetahuan Masalah gizi dapat timbul karena ketidaktahuan atau kurang informasi tentang gizi yang memadai. Pendidikan sangat

11

diperlukan agar seseorang lebih tanggap terhadap adanya masalah gizi (Imtihanti, 2012). 7) Sosial ekonomi Faktor yang berpengaruh dalam menentukan status kesehatan seseorang adalah tingkat sosial ekonomi, dalam hal ini adalah daya beli keluarga. Keluarga dengan pendapatan terbatas kemungkinan besar akan kurang dapat memenuhi kebutuhan zat gizi dalam tubuhnya. Pendapatan merupakan faktor yang paling menentukan kualitas dan kuantitas hidangan. Semakin banyak pendapatan berarti semakin baik makanan yang diperoleh (Hadi, 2010). 8) Aktifitas fisik Aktifitas fisik atau disebut juga aktifitas eksternal adalah sesuatu yang menggunakan tenaga atau energi untuk melakukan berbagai kegiatan fisik, seperti berjalan, berlari, berolahraga, dan lain-lain. Setiap kegiatan fisik membutuhkan energi yang berbeda menurut lamanya intensitas dan sifat kerja otot. Latihan fisik dapat meningkatkan

kemampuan

fungsional

kardiovaskular

dan

menurunkan kebutuhan oksigen otot jantung yang diperlukan pada setiap penurunan aktifitas fisik seseorang (Huriyati, 2009). 9) Jenis Kelamin Menurut Dr Marudut, MPS dari Bidang Penelitian dan Pengembangan Gizi Persatuan Ahli Gizi Indonesia (PERSAGI), (2017) kebutuhan gizi anak laki-laki dan perempuan menjelang remaja berbeda karena terkait usia dan ukuran tubuh. Anak lakilaki memiliki kebutuhan gizi yang lebih besar dibandingkan anak perempuan. Karena anak laki-laki memiliki postur tubuh yang lebih besar dan metabolisme yang lebih tinggi dibandingan dengan anak perempuan.

12

d. Penilaian Status Gizi Penentuan status gizi remaja dapat dilakukan dengan beberapa cara salah satunya dengan menggunakan Indeks Masa Tubuh (IMT). Pengukuran ini cocok untuk remaja karena remaja masih dalam masa pertumbuhan (Almatsier, 2010). 1) Pengukuran Antropometri Menurut Supriasa (2012) antropometri adalah ukuran tubuh manusia. Antropometri dalam gizi berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai macam tingkat umur dan tingkat gizi. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.1995/Menkes/SK/XII/2010 tentang Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Remaja, diketahui bahwa penilaian status gizi remaja didasarkan pada Indeks IMT/U (Kemenkes, 2010). 2) Parameter Antropometri Parameter antrorpometri merupakan dasar dari penilaian status gizi. Penilaian status gizi pada remaja dapat dilakukan secara antropometri dengan menggunakan indeks BB/TB2 yang dikenal dengan Indeks Massa Tubuh menurut umur (BMI for age) yang kemudian dinilai dengan ambang batas (Z-score) (Kemenkes, 2011). Rumus perhitungan IMT adalah sebagai berikut: IMT = Berat Badan (kg) Tinggi Badan (m2) IMT menurut umur ini telah direkomendasikan sebagai dasar indikator antropometri terbaik untuk remaja yang kurus dan gemuk. Indeks IMT menurut umur ini memiliki kelebihan yaitu tidak memerlukan informasi tentang usia kronologis karena bagaimanapun indeks BB/TB akan berubah sesuai perubahan umur. Indikator ini juga telah divalidasi sebagai indikator lemak tubuh total dan memberikan data dengan kualitas yang tinggi

13

dan

berkesinambungan

dengan

indikator

yang

direkomendasikan untuk dewasa (Kemenkes, 2011). Tabel 2.1 Kategori dan Ambang Batas Status Gizi Anak Usia 5 -18 Tahun Indeks

Kategori Status Gizi

Ambang Batas (Z-Score)

Indeks Massa

Sangat Kurus

< -3 SD

Tubuh Menurut

Kurus

-3 SD sampai dengan < -2 SD

Umur (IMT/U)

Normal

-2 SD sampai dengan 1 SD

Anak Usia 5-18

Gemuk

>1 SD sampai dengan 2 SD

Tahun

Obesitas

>2 SD

Sumber: Kemenkes RI, 2011 2. Konsep Remaja a. Pengertian Remaja Menurut WHO yang dikutip Sarwono (2011), definisi remaja adalah suatu masa dimana, individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tandatanda seksual sekundernya sampai saat ini ia mencapai kematangan seksual, individu mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari kanakkanak menjadi dewasa, terjadi peralihan dari ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh kepada keadaan yang relatif lebih mandiri.

Masa remaja merupakan masa peralihan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa yang dimulai pada saat terjadinya kematangan seksual yaitu antara usia 11 atau 12 tahun sampai dengan 20 tahun, yaitu menjelang masa dewasa muda. Pada masa ini terjadi kecepatan pertumbuhan dan perkembangan fisik, mental, emosional serta sosial (Soetjiningsih, 2010).

14

Remaja mengalami perubahan banyak perubahan baik secara emosi, tubuh, minat, pola perilaku dan juga penuh dengan masalah-masalah pada masa remaja (Hurlock, 2011).

b. Ciri- ciri Remaja Berkaitan dengan kesehatan reproduksi remaja sangat perlu menganl perkembangan remaja serta cirri-cirinya. Berdasarkan sifat atau cirri perkembangannya, masa (tentang waktu) remaja ada tiga tahap, yaitu: 1) Masa Remaja awal (10-12) ditandai dengan tampak dan memang merasa lebih dekat dengan teman awalnya, tampak dan merasa ingin bebas, tampak dan memang lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya dan mulai berpikir yang dikhayalkan. 2) Masa Remaja tengah (16-19 tahun) ditandai dengan tampak dan merasa ingin mencari identias diri, ada keinginan untuk berkencan atau ketertarikan pada lawan jenis, timbul perasaan cinta yang mendalam, kemampuan berpikir (berkhayal), makin berkembang, berkhayan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan seksual. 3) Masa Remaja Akhir (16-19 tahun) ditandai dengan nampak disaat pengungkapan kebebasan diri.

c. Aspek-Aspek Perkembangan Remaja 1) Perkembangan Fisik Dalam perkembangan remaja, perubahan yang tampak jelas adalah perubahan fisik. Tubuh berkembang pesat sehingga mencapai bentuk tubuh orang dewasa yang disertai dengan berkembangnya kapasitas reproduktif. Dalam perkembangan seksualitas remaja, ditandai dengan ciri-ciri seks primer dan ciriciri seks sekunder. a) Hormon-hormon seksual Dalam perkembangan hormon – hormon seksual remaja, ditandai dengan ciri-ciri yaitu ciri-ciri seks rpimer dan sekunder.

15

(1) Ciri-Ciri Seks Primer Pada masa remaja primer ditandai dengan sangat cepatnya pertumbuhan testis yaitu pada tahun pertama dan kedua, kemudian tumbuh secara lebih lambat, dan mencapai ukuran matangnya pada usia 20 tahun. Lalu penis mulai bertambah panjang, pembuluh mani dan kelenjar prostat semakin membesar. Matangnya organorgan seks tersebut memungkinkan remaja pria (sekitar 14-15 tahun) mengalami “mimpi basah”. Pada remaja wanita, kematangan organ-organ seksnya ditandai dengan tumbuhnya rahim vagina dan ovarium secara cepat pada masa sekitar 11-15 tahun untuk pertama kalinya mengalami “menarche” (menstruaasi pertama). Menstruasi awal sering disetai dengan sakit kepala, sakit punggung dan kadang-kadang kejang serta merasa lelah, depresi dan mudah tersinggung (Ali, 2010). (2) Ciri-Ciri Seks Sekunder Pada remaja putra ditandai dengan tumbuhnya rambut pubik atau bulu kopak di sekitar kemaluan dan ketiak, terjadi perubahan suara, tumbuh kumis dan tumbuh gondok laki atau jakun, sedangkan pada remaja putri ditandai dengan tumbuh rambut pubik atau bulu disekitar kemaluan dan ketiak, bertambah besar buah dada dan bertambah besarnya pinggul (Ali, 2010). 2) Pubertas Pada masa ini telah tercapai kematangan seksual yaitu sistem reproduksi telah mampu membuat sel-sel kelamin (gamet). Hal ini dipengaruhi oleh produksi hormon kelamin dan kelenjar hipofisis (Arisman, 2009).

16

3) Perkembangan Psikis a) Aspek Intelektual Perkembangan intelektual (kognitif) pada remaja bermula pada umur 11 atau 12 tahun. Remaja tidak lagi terikat pada realitas fisik yang konkrit, remaja mulai mampu berhadapan dengan aspek-aspek yang hipotesis dan abstrak dari realitas. Bagaimana dunia ini tersusun tidak lagi dilihat sebagai satu-satunya alternatif yang mungkin terjadi, misalnya aturan-aturan dari orang tua, status remaja dalam kelompok sebayanya dan aturan-aturan yang diberlakukan padanya tidak lagi dipandang sebagai hal-hal yang mungkin berubah. Kemampuan-kemampuan berpikir yang baru ini memungkinkan individu untuk berpikir secara abstrak, hipotesis dan kontrafaktual, yang nantinya akan

memberikan

peluang

pada

individu

untuk

mengimajinasikan kemungkinan lain untuk segala hal (Sarwono, 2011). b) Aspek Sosial Perkembangan sosial merupakan pencapaian kematangan dalam hubungan sosial atau proses belajar untuk menyesuaikan diri terhadap norma-norma kelompok, moral dan tradisi. Meleburkan diri menjadi satu kesatuan dan saling berkomunikasi dan bekerja sama. Aspek ini meliputi kepercayaan akan diri sendiri, berpandangan objektif, keberanian menghadapi orang lain, dan lain-lain. Perkembangan sosial pada masa remaja berkembang kemampuan untuk memahami orang lain sebagai individu yang unik, baik menyangkut sifat-sifat pribadi, minat, nilai-nilai atau perasaan sehingga mendorong remaja untuk bersosialisasi lebih akrab dengan lingkungan sebaya atau lingkungan masyarakat baik melalui persahabatan atau percintaan. Pada masa ini, berkembang sikap

17

cenderung menyerah atau mengikuti opini, pendapat, nilai, kebiasaan, kegemaran, dan keinginan orang lain. Ada lingkungan

sosial

menampilkan

remaja

sikap

dan

(teman

sebaya)

yang

perilaku

yang

dapat

dipertanggung jawabkan misalnya taat beribadah, berbudi pekerti luhur, dan lain-lain, tapi ada juga beberapa remaja yang terpengaruh perilaku tidak bertanggung jawab teman sebayanya, seperti mencuri, free sex, narkotik, miras, dan lain-lain. Remaja diharapkan memiliki penyesuaian sosial yang tepat dalam arti kemampuan untuk mereaksi secara tepat terhadap realitas sosial, situasi dan relasi baik di lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat (Sarwono, 2011).

3. Konsep Pengetahuan Umum a. Pengertian Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan sebagainya). Dengan sendirinya, pada waktu pengindraan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indra pendengaran yaitu telinga dan

indra penglihatan yaitu mata

(Notoatmodjo, 2012).

Menurut Notoatmodjo (2012), pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Dalam kamus besar Bahasa Indonesia (2011), pengetahuan adalah sesuatu yang diketahui berkaitan dengan proses pembelajaran. Proses belajar ini dipengaruhi berbagai faktor dari dalam, seperti motivasi dan faktor luar berupa sarana informasi yang tersedia, serta keadaan sosial budaya. Pengetahuan adalah informasi

18

atau maklumat yang diketahui atau disadari oleh seseorang (Agus, 2013).

b. Tingkat Pengetahuan Menurut Notoatmodjo (2012) pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan yaitu: 1. Tahu (Know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya, pada tingkatan ini reccal (mengingat kembali) terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsang yang diterima. Oleh sebab itu tingkatan ini adalah yang paling rendah. 2. Memahami (Comprehension) Memahami

diartikan

sebagai

suatu

kemampuan

untuk

menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar tentang objek yang dilakukan dengan menjelaskan, menyebutkan contoh dan lain-lain. 3. Aplikasi (Application) Aplikasi

diartikan

sebagai

suatu

kemampuan

untuk

menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam kontak atau situasi yang lain. 4. Analisis (Analysis) Analisis adalah kemampuan untuk menjabarkan suatu materi atau objek ke dalam komponen-komponen tetapi masih didalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitan satu sama lain, kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja dapat menggambarkan, membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.

19

5. Sintesis (Synthesis) Sintesis menunjukkan pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis ini suatu kemampuan untuk menyusun, dapat merencanakan, meringkas, menyesuaikan terhadap suatu teori atau rumusan yang telah ada. 6. Evaluasi (Evaluation) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakuksan penilaian terhadap suatu materi atau objek penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada. Dari teori tingkat pengetahuan diatas dapat disimpulkan bahwa pengetahauan memiliki 6 tingkatan pengetahuan dimana tingkat pengetahuan tersebut diantaranya tingkat pertama tahu setelah mendapatkan pengetahuan

pengetahuan, yang

tingkat

didapatkan,

kedua

tingkat

memahami

ketiga

dapat

mengaplikasikan pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari, tingkat keempat mampu menjabarkan suatu materi atau menganalisis, tingkat kelima dapat mensintesis atau menunjukan kemampuan untuk meringkas suatu materi, dan tingkat pengetahuan yang keenam seseorang mempunyai kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi.

c. Jenis Pengetahuan Pemahaman masyarakat mengenai pengetahuan dalam konteks kesehatan sangat beraneka ragam. Pengetahuan merupakan bagian perilaku kesehatan. Jenis pengetahuan diantaranya sebagai berikut: 1) Pengetahuan implisit Pengetahuan implisit adalan pengetahuan yang masih tertanam dalam bentuk pengalaman seseorang dan berisi faktor-faktor yang tidak bersifat nyata, seperti keyakinan pribadi, persfektif, dan prinsip. Biasanya pengalaman seseorang sulit untuk

20

ditransfer ke orang lain baik secara tertulis ataupun lisan. Pengetahuan implisit sering kali berisi kebiasaan dan budaya bahkan bisa tidak disadari. Contoh seseorang mengetahui tentang bahaya merokok bagi kesehatan, namun ternyata ia merokok. 2) Pengetahuan eksplisit Pengetahuan

eksplisit

adalah

pengetahuan

yang

telah

didokumentasikan atau tersimpan dalam wujud nyata, bisa dalam

wujud

perilaku

kesehatan.

Pengetahuan

nyata

dideskripsikan dalam tindakan-tindakan yang berhubungan dengan kesehatan. Contoh

seseorang yang telah mengetahui

bahaya merokok bagi kesehatan dan ia tidak merokok (Agus, 2013).

d. Cara Memperoleh Pengetahuan Pengetahuan seseorang biasanya diperoleh dari pengalaman yang berasal dari berbagai macam sumber, misalnya: media massa, media elektronik, buku petunjuk, petugas kesehatan, media poster, kerabat dekat dan sebagainya.

Menurut Notoatmodjo (2012) dari berbagai macam cara yang telah di gunakan untuk memperoleh kebenaran pengetahuan sepanjang sejarah, dapat dikelompokkan menjadi dua yakni: 1) Cara tradisional atau non ilmiah Cara tradisional terdiri dari empat cara yaitu : a) Trial and Error Cara ini dipakai orang sebelum adanya kebudayaan, bahkan mungkin sebelum adanya peradaban. Pada waktu itu bila seseorang menghadapi persoalan atau masalah, upaya yang dilakukan hanya dengan mencoba-coba saja. Cara coba-coba ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam memecahkan masalah, dan apabila kemungkinan tersebut

21

tidak berhasil maka di coba kemungkinan yang lain sampai berhasil. Oleh karena itu cara ini disebut dengan metode Trial (coba) dan Error (gagal atau salah atau metode coba salah adalah coba-coba). b) Kekuasaaan atau otoritas Dalam

kehidupan

manusia

sehari-hari,

banyak

sekali

kebiasaan dan tradisi yang dilakukan oleh orang, penalaran, dan tradisi-tradisi yang dilakukan itu baik atau tidak. Kebiasaan ini tidak hanya terjadi pada masyarakat tradisional saja, melainkan juga terjadi pada masyarakat modern. Kebiasaan-kebiasaan ini seolah-olah diterima dari sumbernya berbagai kebenaran yang mutlak. Sumber pengetahuan ini dapat berupa pemimpin-pemimpin masyarakat baik formal maupun informal, ahli agama, pemegang pemerintahan dan sebagainya. c) Berdasarkan pengalaman pribadi Adapun pepatah mengatakan “Pengalaman adalah guru terbaik“. Pepatah ini mengandung maksud bahwa pengalaman itu merupakan sumber pengetahuan atau pengalaman itu merupakan

suatu

cara

untuk

memperoleh

kebenaran

pengetahuan. d) Jalan pikiran Sejalan perkembangan kebudayaan umat kebudayaan umat manusia cara berpikir umat manusia pun ikut berkembang. Dari sini manusia telah mampu menggunakan penalarannya dalam memperoleh pengetahuan. Dengan kata lain, dalam memperoleh

kebenaran

pengetahuan

manusia

telah

menjalankan jalan pikirannya, baik melalui induksi maupun deduksi. Induksi dan deduksi pada dasarnya adalah cara melahirkan

pemikiran

secara

tidak

pertanyaan-pertanyaan yang dikemukakan.

langsung

melalui

22

2) Cara modern atau cara ilmiah Cara baru memperoleh pengetahuan pada dewasa ini lebih sistematis, logis dan ilmiah yang disebut metode ilmiah. Kemudian metode berfikir induktif bahwa dalam memperoleh kesimpulan dilakukan dengan mengadakan observasi langsung, membuat catatan terhadap semua fakta sehubungan dengan objek yang diamati (Notoatmodjo, 2012).

e. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan, sebagai berikut: 1) Pendidikan Pendidikan

adalah

suatu

usaha

untuk

mengembangkan

kepribadian dan kemampuan didalam dan diluar sekolah (baik formal

maupun nonformal), berlangsung seumur hidup.

Pendidikan adalah sebuah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok dan juga usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidian seseorang semakin mudah orang tersebut menerima informasi. Dengan pendidikan tinggi, maka seseorang akan semakin cenderung untuk mendapatkan informasi, baik dari orang lain maupun dari media massa. Semakin banyak informasi yang masuk semakin banyak pula pengetahuan yang didapat mengenai kesehatan. Peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh di pendidikan formal, akan tetapi juga dapat diperoleh pada pendidikan nonformal. Pengetahuan seseorang tentang suatu objek juga mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan aspek negatif. Kedua aspek inilah akhirnya akan menentukan sikap seseorang terhadap objek tertentu. Semakin banyak aspek positif dari objek yang diketahui, maka akan menumbuhkan sikap makin positif terhadap objek tersebut.

23

2) Informasi/media massa Informasi adalah adalah suatu yang dapat diketahui, namun ada pula yang menekankan informasi sebagai transfer pengetahuan. Selain itu, teknik

informasi juga dapat didefinisikan sebagai suatu

untuk

mengumpulkan,

menyiapkan,

menyimpan,

memanipulasi, mengumumkan, menganalisis dan menyebarkan informasi dengan tujuan tertentu (Undang-Undang Teknologi Informasi). Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun nonformal dapat memberikan pengaruh jangka pendek (immediate impact) sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan. Berkembangnya teknologi akan menyediakan bermacam-macam media massa yang dapat mempengaruhi pengetahuan masyarakat tentang inovasi baru. Sehingga sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, dan lain-lain mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan opini dan kepercayaan orang. Penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya, media massa juga membawa pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya pengetahuan terhadap hal tersebut. 3) Pekerjaan Seseorang yang bekerja di sektor formal memiliki akses yang lebih baik, terhadap berbagai informasi, termasuk kesehatan (Notoatmodjo, 2012). 4) Sosial, budaya dan ekonomi Kebiasaan dan tradisi yang biasa dilakukan orang-orang tidak melalui penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian, seseorang akan bertambah pengetahuannya walaupun tidak melakukan. Status ekonomi seseorang juga akan menentukan tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk

24

kegiatan tertentu sehingga status sosial ekonomi ini akan mempengaruhi pengetahuan seseorang. 5) Lingkungan Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar individu, baik lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan kedalam individu yang berada dalam lingkungan tersebut. Hal ini terjadi karena adanya interaksi timbal balik ataupun tidak, yang akan direspon sebagai pengetahuan oleh setiap individu. 6) Pengalaman Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk

memperoleh kebenaran pengetahuan

mengulang

kembali

pengetahuan

yang

dengan cara

diperoleh

dalam

memecahkan masalah yang dihadapi masa lalu. Pengalaman belajar dalam bekerja yang dikembangkan akan memberikan pengetahuan

dan

keterampilan

profesional,

serta

dapat

mengembangkan kemampuan mengambil keputusan yang merupakan manisfestasi dari keterpaduan menalar secara ilmiah dan etik yang bertolak dari masalah nyata dalam bidang kerja. 7) Usia Usia mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik. Pada usia madya, individu akan lebih berperan aktif dalam masyarakat dan kehidupan sosial, serta lebih banyak melakukan persiapan demi suksesnya upaya menyesuaikan diri menuju usia tua. Kemampuan intelektual, pemecahan masalah, dan kemampuan verbal dilaporkan hampir tidak ada penurunan pada usia ini. Dua sikap tradisional mengenai jalannya perkembangan selama hidup adalah sebagai berikut:

25

a) Semakin tua semakin bijaksana, semakin banyak informasi yang dijumpai semakin banyak hal yang dikerjakan sehingga menambah pengetahuan. b) Tidak dapat mengajarkan kepandaian baru kepada orang yang sudah tua karena telah mengalami kemunduran baik fisik maupun mental. Dapat diperkirakan IQ akan menurun sejalan dengan bertambahnya usia, khususnya pada beberapa kemampuan yang lain, seperti kosa kata dan pengetahuan umum. Beberapa teori berpendapat ternyata IQ seseorang akan menurun cukup cepat sejalan dengan bertambahnya usia (Agus, 2013).

f. Proses Terjadinya Pengetahuan Menurut Notoatmodjo (2011) pengetahuan mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru didalam diri orang tersebut terjadi proses sebagai berikut: 1) Kesadaran (Awareness), dimana orang tersebut menyadari dalam arti

mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulasi

(obyek). 2) Merasa (Interest), tertarik terhadap stimulasi atau obyek tersebut disini sikap obyek mulai timbul. 3) Menimbang-nimbang (Evaluation), terhadap baik dan tidaknya stimulasi tersebut bagi dirinya, hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi. 4) Mencoba (Trial), dimana subyek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki. 5) Adaption, dimana subyek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikap terhadap stimulasi.

g. Pengukuran Pengetahuan Pengukuran dapat dilakukan dengan cara wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang diukur dari subjek

26

penelitian atau responden. Dalam mengukur pengetahuan harus diperhatikan

rumusan

kalimat

pertanyaan

menurut

tahapan

pengetahuan (Agus, 2013).

Skala ini menggunakan data kuantitatif yang berbentuk angka-angka yang

menggunakan

alternatif

jawaban

serta

menggunakan

peningkatan yaitu kolom menunjukkan letak ini maka sebagai konsekuensinya setiap centangan pada kolom jawaban menunjukkan nilai tertentu. Dengan demikian analisa data dilakukan dengan mencermati banyaknya centangan dalam setiap kolom yang berbeda nilainya lalu mengalihkan frekuensi pada masing-masing kolom yang bersangkutan.

Prosedur berskala atau (scaling) yaitu penentu pemberian angka atau skor yang harus diberikan pada setiap kategori respon perskalaan. Skor

yang

sering

digunakan

untuk

mempermudah

dalam

mengategorikan jenjang/ peringkat dalam penelitian biasanya dituliskan dalam persentase. Misalnya, pengetahuan: baik = 76 – 100%; cukup = 56 – 75%; dan kurang < 56% (Nursalam, 2008).

Menurut Skinner (2007) didalam buku Agus (2013) pengukuran tingkat pengetahuan dilakukan bila seseorang mampu menjawab mengenai materi tertentu baik secara lisan maupun tulisan, maka dikatakan

seseorang

Sekumpulan

jawaban

tersebut yang

mengetahui diberikan

bidang

tersebut

tersebut. dinamakan

pengetahuan.

4. Konsep Pengetahuan Gizi a. Pengertian Pengetahuan Gizi Pengetahuan gizi adalah ilmu yang mempelajari semua hal tentang gizi. Pengetahuan untuk memilih makanan yang patut dikonsumsi atau tidak, perlu dimiliki oleh setiap individu. Pengetahuan gizi

27

dapat dipengaruhi beberapa hal, salah satunya adalah pendidikan mengenai gizi (Anjani, 2012).

Pengetahuan gizi adalah kemampuan seseorang untuk mengingat kembali kandungan gizi makanan serta kegunaan zat gizi tersebut dalam tubuh. Pengetahuan gizi ini mencakup proses kognitif yang dibutuhkan untuk menggabungkan informasi gizi dengan perilaku makan, agar struktur pengetahuan yang baik tentang gizi dan kesehatan dapat dikembangkan (Emilia, E., 2008).

Pengetahuan gizi seseorang berpengaruh terhadap sikap dan perilaku dalam pemilihan makanan yang akhirnya akan berpengaruh pada keadaan gizi individu. Semakin tinggi pengetahuan gizi seseorang diharapkan semakin baik pula keadaan gizinya (KEMENKES RI, 2013).

Pengetahuan

Gizi

Seimbang

(PGS)

sangat

penting

untuk

menyiapkan pola hidup sehat dalam menghadapi “beban ganda masalah gizi”, yaitu kekurangan dan kelebihan gizi yang terjadi bersama-sama. Kekurangan dan kelebihan gizi dapat berdampak buruk terhadap kesehatan dan kualitas hidup manusia. Kekurangan gizi berhubungan erat dengan lambatnya pertumbuhan tubuh (terutama pada anak), daya tahan tubuh yang rendah sehingga mudah sakit, kurangnya tingkat inteligensi (kecerdasan), dan produktivitas yang rendah (Kurniasih, 2010).

b. Pentingnya Pengetahuan Gizi Pentingnya pengetahuan gizi terhadap konsumsi didasari atas tiga hal, yaitu (Departemen gizi dan kesehatan masyarakat FKM UI, 2014): 1. Status gizi yang cukup sangat penting bagi kesehatan dan kesejahteraan.

28

2. Setiap orang akan memiliki gizi yang cukup, apabila makanan yang dikonsumsi mampu menyediakan zat gizi yang diperlukan. 3. Ilmu gizi memberikan fakta-fakta yang berguna sehingga penduduk dapat belajar mengolah dan menkonsumsi pangan dengan baik sehingga terjadi perbaikan gizi.

Selama masa remaja, perubahan tubuh dapat mempengaruhi kebutuhan nutrisi mereka. Selain itu, perkembangan fisik dan psikososial dapat mempengaruhi pilihan makanan mereka. Remaja mengalami peningkatan kemandirian dan teman sebaya mereka mudah mempengaruhinya, yang menyebabkan remaja lebih sulit merencanakan makanan yang sehat.

c. Pengertian Gizi Zat gizi (nutrien) adalah ikatan kimia yang diperlukan tubuh untuk melakukan fungsinya, yaitu menghasilkan energi, membangun dan memelihara jaringan, serta mengatur proses-proses kehidupan. Makanan setelah dikonsumsi mengalami proses pencernaan. Bahan makanan diuraikan menjadi zat gizi atau nutrien. Zat tersebut selanjutnya diserap melalui dinding usus dan masuk kedalam cairan tubuh (Almatsier, 2012).

d. Fungsi Zat Gizi Menurut Cakrawati (2012) fungsi zat gizi secara umum adalah sebagai sumber energi, zat pembangun dan pengatur. Fungsi tersebut dapat terpenuhi dari makanan yang dikonsumsi sehari-hari mencakup nasi, ikan, daging, telur, susu, sayuran, buah, gula, margarin, dan lain sebagainya. Setiap kelompok gizi memiliki fungsi masing-masing, seperti karbohidrat, protein, lemak, mineral, vitamin, dan juga air. Seratpun kini menjadi komponen yang penting dalam komposisi diet makanan sehari-hari. Berikut fungsi dari zat-zat gizi yang terdapat dalam makanan :

29

1) Karbohidrat Karbohidrat dalam makanan dapat berbentuk pati seperti yang terdapat dalam sereal atau pun gula seperti yang terkandung dalam buah-buahan. Fungsi utama dari karbohidrat adalah menyediakan energi yang dibutuhkan tubuh. Kelebihan karbohidrat, disimpan sebagai glikogen atau diubah menjadi lemak yang siap diubah kembali menjadi energi ketika tubuh membutuhkannya. Selain itu fungsi karbohidrat di dalam tubuh adalah: a) Melindungi protein agar tidak dibakar sebagai penghasil energi. Bila karbohidrat yang dikonsumsi tidak mencukupi untuk kebutuhan energy tubuh dan jika tidak cukup terdapat lemak di dalam makanan atau cadangan lemak yang disimpan di dalam tubuh, maka protein akan menggantikan fungsi karbohidrat. b) Membantu metabolisme lemak dan protein dengan demikian

dapat

mecegah

terjadinya

ketosis

dan

pemecahan protein yang berlebihan. c) Di dalam hepar berfungsi untuk detoksifikasi zat-zat toksik tertentu. d) Beberapa karbohidrat mempunyai fungsi khusus di dalam tubuh. Laktosa berfungsi membantu penyerapan kalsium. Ribosa merupakan komponen yang penting dalam asam nukleat. e) Beberapa golongan karbohidrat yang tidak dapat dicerna, mengandung serat (dietary fiber) seperti agar-agar berguna untuk pencernaan, memperlancar defekasi. 2) Lemak Lemak dalam makanan dapat berbentuk minyak seperti yang ditemukan dalam biji-bijian, mentega ataupun berbentuk lemak seperti terdapat dalam daging. Lemak berperan dalam penyediaan energi, melarutkan vitamin larut dalam lemak, juga

30

sumber asam-asam lemak esensial. Selain itu, lemak berperan dalam pembentukan membrane sel, agen pengemulsi, isolator panas tubuh, melindungi organ tubuh dan bersama protein sebagai alat angkut dalam metabolisme. Kelebihan lemak disimpan dalam tubuh yang akan diubah menjadi energi bila dibutuhkan oleh tubuh. 3) Protein Protein dalam makanan dapat berupa kasein yang ada dalam susu, atau albumin dalam telur, globulin dalam kacangkacangan dan gluten dalam gandum. Fungsi utama dalam prodein adalah membentuk jaringan baru dan memperbaiki jaringan yang rusak dalam tubuh. Protein pun berperan dalam sintesis enzim, hormon, antibodi juga sebagai penyedia energi, mengatur

keseimbangan

air

dalam

tubuh,

memelihara

netralitas tubuh, mengangkut zat-zat gizi. Kelebihan protein diubah menjadi karbohidrat dan lemak yang disimpan dalam tubuh. 4) Mineral Kalsium, fosfor, besi, iodin, merupakan sebagian mineral yang ditemukan dalam bahan pangan dalam bentuk komposisi organic

dan

anorganik.

Mineral

dibutuhkan

dalam

pembentukan tubuh seperti pembentukan tulang, gigi, dan struktur jaringan. Mineral juga berperan dalam pengaturan proses metabolisme dalam tubuh seperti kontraksi otot, stimulus saraf dan lain-lain. 5) Vitamin Vitamin yang ada dalam makanan terdiri atas vitamin larut lemak seperti vitamin A, D, E, K dan juga vitamin larut dalam air seperti vitamin B dan C. Vitamin berperan sebagai pengatur pada proses metabolisme dalam tubuh.

31

6) Air Air diperoleh dari makanan yang dikonsumsi dan sebagian besar dari air yang diminum. Air adalah bagian penting dalam struktur tubuh dan jumlahnya sekitar 60% dari berat tubuh. Air berperan sebagai

pelarut material

zat

gizi

dan juga

pembuangan ampas makanan. Semua orang membutuhkan energy untuk beraktivitas, tetapi jenis dan banyaknya aktivitas, perbedaan usia, kondisi tubuh dan sebagainya akan mempengaruhi kuantitas zat gizi yang diperlukan tubuh.

e. Makanan yang Tidak Baik Dikonsumsi Makanan cepat saji atau yang biasa disebut dengan junk food merupakan salah satu contoh makanan instan yang tidak menyehatkan bagi tubuh. Salah satu dampak dari terlalu banyak mengonsumsi junk food adalah obesitas. Berikut ini adalah jenis makanan yang sebaiknya dihindari: 1) Daging babi Daging babi atau biasa disebut dengan bacon yang merupakan salah satu makanan favorit di Amerika Serikat ini ternyata berbahaya bagi tubuh karena mengandung nitrat dan nitrit. Dua kandungan tersebut ternyata sangat erat kaitannya dengan kanker dan penyakit darah. Selain itu bacon juga memiliki kadar lemak jenuh dan tak jenuh sebesar kadar kandungan sodiumnya yaitu 150 miligram per iris. 2) Permen dan manisan Permen atau menisan memiliki kadar gula yang tinggi sehingga dapat menyebabkan kerusakan gigi, menaikkan berat badan hingga diabetes bila terlalu banyak mengonsumsinya. Jadi sebaiknya dibatasi dalam pengonsumsi permen atau manisan sebanyak 1 atau 2 buah permen sehari untuk anak-

32

anak maupun orang dewasa untuk menurunkan resiko yang mungkin ditimbulkan. 3) Produk susu Sebagian besar menganggap bahwa produk-produk yang terbuat dari susu seperti keju, yogurt dan mentega adalah sesuatu yang baik dikonsumsi oleh tubuh. Namun tidak demikian bila kadar pengonsumsian terlalu berlebihan. Efek yang ditimbulkan bermacam-macam, seperti perut kembung, mual, dan gangguan saluran pencernaan. 4) Gorengan Yang dimaksud dengan gorengan di sini adalah jenis makanan apapun yang proses memasaknya dengan cara digoreng. Banyak resiko yang ditimbulkan oleh makanan yang digoreng, antara lain penyakit jantung, diabetes, gastroenteritis, obesitas, memperlambat tingkat metabolisme, dll. Gorengan mungkin favorit bagi semua orang tapi juga beresiko tinggi bila dikonsumsi dalam jangka waktu yang panjang. 5) Makanan cepat saji (fast food) Meskipun banyak yang sudah memahami bahaya dan resiko dari makanan cepat saji, masih banyak yang menjadikan jenis makanan ini menjadi santapan sehari-hari. Salah satu efek utama dari mengonsumsi makanan cepat saji adalah obesitas yang selalu menyebabkan penyakit jantung dan diabetes tipe 2. Selain itu juga menyebabkan luka pada dinding lambung dalam saluran pencernaan. 6) Cokelat Coklat memang dianggap sebagai makanan yang memberikan efek positif bagi tubuh yang mengonsumsinya. Namun, ternyata tidak itu saja. Coklat juga dapat memberikan resiko bagi kesehatan kita. Satu bar coklat susu yang memiliki 1,55 ons atau 44 gram, mengandung 235 kalori, 13 gram lemak, dan 221 gram gula. Satu ons coklat biasa mengandung 156 kalori,

33

9 gram lemak dan 13 gram gula. Kandungan-kandungan tersebut dapat beresiko obesitas dan gagal jantung bagi konsumen. Selain itu juga dapat menimbulkan resiko diabetes dan gigi berlubang. 7) Minuman bersoda Minuman bersoda bisa ataupun diet coke sama-sama berbahaya bagi tubuh bila dikonsumsi berlebihan. Banyak yang menganggap bahwa diet coke dapat menjadi alternatif minuman bagi yang sedang melakukan diet, namun itu salah. Sebuah studi yang memakan waktu hingga sebelas tahun lamanya, Harvard mengadakan eksperimen yang menunjukkan seorang wanita yang minum diet coke mengalami peningkatan dua kali lipat dalam penurunan fungsi ginjal. Selain itu, ada peningkatan 34% pada sindrom metabolik, peningkatan lemak perut dan kolesterol menyebabkan resiko gagal jantung. Minuman bersoda juga cenderung mengikis enamel gigi Anda dan membuatnya cepat rusak. 8) Sayur kalengan Meskipun sayuran adalah salah satu makanan paling menyehatkan bagi tubuh, tapi tidak demikian dengan sayur kalengan. Hal itu dikarenakan Bisphenol A yang merupakan senyawa organik yang digunakan untuk membuat berbagai plastik dan ditemukan di sebagian besar produk makanan kalengan. Bisphenol A dapat melindungi kaleng dari korosi logam dan bakteri tapi juga dapat mengganggu perkembangan saraf pada janin, gangguan endokrin, penyakit jantung dan kanker. Makanan kaleng juga menimbulkan risiko natrium tinggi, terutama pada diet rendah garam. 9) Keripik kentang Keripik kentang yang menjadi camilan favorit semua orang ternyata juga memiliki resiko bagi kesehatan konsumennya. Efek yang ditimbulkan oleh keripik kentang adalah naiknya

34

berat badan, karena satu ons keripik kentang polos mengandung setidaknya 150 kalori. Selain itu, keripik juga sangat rendah gizi dan memiliki kandungan natriumnya dapat menyebabkan resiko penyakit jantung seperti tekanan darah tinggi, dll. Terakhir, kandungan lemak yang tinggi dalam keripik kentang juga menyebabkan kolesterol tinggi. 10) Pop corn panggang Camilan yang satu ini memang camilan favorit sebagai teman untuk nonton film. Tapi, ternyata popcorn juga beresiko untuk kesehatan. Laporan dari BPOM bahwa terdapat perasa mentega palsu ditemukan pada popcorn. Selain itu dilaporkan juga bahwa wadah popcorn yang digunakan di microwive juga memiliki lapisan bahan yang rusak ketika dipanaskan. Kedua hal tersebut dapat meningkatkan resiko penyakit paru-paru dan jantung. Maka dari itu, konsumen popcorn disarankan untuk membuat popcorn menggunakan kompor dan membumbuinya dengan minyak zaitun saja agar lebih aman bagi kesehatan. (artikel merdeka.com, 2018)

f. Kebutuhan Gizi Remaja Kebutuhan gizi remaja relatif besar, karena masih mengalami pertumbuhan. Selain itu, remaja umumnya melakukan aktivitas fisik lebih tinggi dibanding usia lainnya, sehingga diperlukan zat gizi yang lebih banyak. 1) Energi Faktor yang perlu diperhatikan untuk menentukan kebutuhan energi remaja adalah aktivitas fisik, seperti olahraga yang diikuti, baik dalam kegiatan di sekolah maupun diluar sekolah. Widyakarya Nasional Pangan Gizi VI (WKNPG VI) menganjurkan angka kecukupan gizi (AKG) energi untuk remaja dan dewasa muda perempuan 2000-2200 kkal, sedangkan untuk laki-laki antara 2400-2800 kkal setiap hari.

35

AKG energi ini dianjurkan sekitar 60% berasal dari sumber karbohidrat yaitu: beras, terigu dan hasil olahannya (mie, spagetti, makaroni), umbi-umbian (ubi jalar, singkong), jagung, gula dan lain-lain. 2) Protein Kebutuhan protein juga meningkat pada masa remaja, karena proses pertumbuhannya yang sedang terjadi. Kecukupan protein bagi remaja adalah1,5-2,0 gr/kg BB/hari. AKG protein remaja dan dewasa muda adalah 48-62 gr per hari untuk perempuan dan 55-66 gr per hari untuk laki-laki 3) Kalsium Kalsium dibutuhkan untuk pembentukan tulang dan gigi yang kuat. Pada masa pertumbuhan, apalagi pada masa growth spurt, Kalsium adalah zat gizi yang penting untuk diperhatikan. AKG kalsium untuk remaja dan dewasa muda adalah 600-700 mg per hari untuk perempuan dan 500-700 mg untuk laki-laki. Sumber kalsium yang paling baik adalah susu dan hasil olahannya. Sumber kalsium lainnya ikan, kacang-kacangan, sayuran hijau dan lain-lain. 4) Besi Kebutuhan zat besi pada remaja juga meningkat karena terjadinya pertumbuhan cepat. Kebutuhan besi pada remaja laki-laki meningkat karena ekspansi volume darah dan peningkatan konsentrasi hemoglobin (Hb). Setelah dewasa, kebutuhan besi menurun. Pada perempuan, kebutuhan yang tinggi akan besi terutama disebabkan kehilangan zat besi selama menstruasi. Hal ini mengakibatkan perempuan lebih rawan

terhadap

anemia

besi

dibandingkan

laki-laki.

Perempuan dengan konsumsi besi yang kurang atau mereka dengan kehilangan besi yang meningkatkan, akan mengalami anemia gizi besi. Sebaliknya defisiensi besi mungkin merupakan faktor pembatas untuk pertumbuhan pada masa

36

remaja, mengakibatkan tingginya kebutuhan mereka akan zat besi. 5) Seng (Zinc) Seng diperlukan untuk pertumbuhan serta kematangan seksual remaja, terutama untuk remaja laki-laki. AKG seng adalah 15 mg per hari untuk remaja dan dewasa muda perempuan dan laki-laki.

g. Angka Kecukupan Gizi Angka

Kecukupan

Gizi

yang

dianjurkan

(AKG)

atau

Recommended Daily Allowances (RDA) menurut Almatsier (2011) adalah taraf konsumsi zat-zat gizi esensial, yang berdasarkan pengetahuan ilmiah dinilai cukup untuk memenuhi kebutuhan hampir semua orang sehat. Angka kecukupan gizi berbeda dengan angka kebutuhan gizi (dietary requirements). Angka kebutuhan gizi adalah banyaknya zat-zat gizi minimal yang dibutuhkan seseorang untuk mempertahankan status gizi adekuat. AKG yang dianjurkan didasarkan pada patokan berat badan untuk masing-masing kelompok umur, gender, aktivitas fisik, dan kondisi fisiologis tertentu seperti kehamilan dan menyusui.

h. Pilar Gizi Seimbang Terdapat 4 (empat) pilar gizi seimbang, yaitu (Kemenkes RI, 2014): 1) Konsumsi aneka ragam makanan Makanan yang dikonsumsi harus mengandung semua jenis zat gizi yang dibutuhkan tubuh, porsi yang seimbang, dalam jumlah yang cukup, tidak berlebihan dan dilakukan secara teratur. Selain itu, minum air putih yang cukup karena penting untuk metabolisme tubuh dan pencegahan dehidrasi.

37

2) Membiasakan perilaku hidup bersih Prinsip kesehatan yang menjadi dasar pelaksanaan program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah mencegah lebih baik daripada mengobati. PHBS sendiri adalah semua perilaku secara sadar yang dilakukan oleh seseorang agar terhindar dari penyakit serta ikut serta dalam kegiatan di masyarakat yang berhubungan dengan masalah kesehatan. 3) Melakukan aktivitas fisik Aktivitas fisik dilakukan untuk menyeimbangkan antara zat gizi yang masuk dan keluar dari dalam tubuh. 4) Memantau berat badan secara teratur untuk mempertahankan berat badan normal Indikator yang digunakan untuk mengukur keseimbangan zat gizi orang dewasa dikenal dengan sebutan Indeks Massa Tubuh (IMT). Pengukuran IMT perlu dilakukan secara teratur agar terlihat apakah terjadi penyimpangan atau tidak.

B. Penelitian Terkait Beberapa penelitian terkait dengan pengetahuan dan status gizi pada remaja sebagai berikut : 1. Penelitian yang dilakukan oleh Adelina Elsa Damayanti (2016) dengan judul “Hubungan Citra Tubuh, Aktivitas Fisik, dan Pengetahuan Gizi Seimbang dengan Status Gizi Remaja Putri di SMK Adhikawacana Surabaya” menyatakan bahwa ada hubungan antara pengetahuan dengan status gizi remaja di SMK Adhikawacana Surabaya 2016 dengan nilai p value = 0,000 < α(0,05). Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan menggunakan studi cross-sectional. Populasi penelitian sebanyak 255 siswi. Sampel diambil sebanyak 72 siswi dengan menggunakan simple random sampling. Instrumennya menggunakan kuesioner dan timbangan.

38

2. Penelitian yang dilakukan oleh Patricia Renata dan Anna Maria Dewajanti (2017) dengan judul “Hubungan Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Tentang Gizi Seimbang dengan Status Gizi Siswa Kelas IV dan V di Sekolah Dasar Tarakanita Gading Serpong” menyatakan bahwa ada hubungan antara pengetahuan dengan status gizi. Dengan nilai p value = 0,032 < α(0,05). Metode penelitian menggunakan studi analitik, dengan desain penelitian kros-seksional. Sampel yang diperoleh sebanyak 89 siswa dengan menggunakan total sampling, dan instrumen yang digunakan adalah kuesioner. 3. Penelitian yang dilakukan oleh Mayang Fadillah, Asmar Yulastri, dan Lucy Fridayati (2016) dengan judul “Hubungan Pengetahuan dengan Kecukupan Gizi Mahasiswa Pendidikan Kesejahteraan Keluarga Konsentrasi Tata Boga” menyatakan bahwa ada hubungan antara pengetahuan dengan kecukupan gizi. Dengan nilai p value = 0.000 < α(0,05). Penelitian ini bersifat korelasional dengan populasi 182 orang dan sampel sebanyak 28 orang yang diambil tengan teknik proportional random sampling. Instrumen yang digunakan adalah angket tertutup multiple choice, kuesioner dan formulir food recall. 4. Penelitian yang dilakukan oleh Rika Susanti, Ganis Indriati, dan Wasisto Utomo (2014) dengan judul “Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Anak dengan Status Gizi Pada Anak Usia 1-3 Tahun” menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara variabel pengetahuan terhadap variabel status gizi balita 1-3 tahun (p value < α 0,05). Desain penelitian dalam penelitian ini adalah deskriptif korelasi dengan pendekatan cross sectional. Sampel pada penelitian ini adalah 98 responden dengan metode cluster sampling. Instrument yang digunakan adalah kuesioner. 5. Penelitian yang dilakukan oleh Agnes Grace Florence (2017) dengan judul ” Hubungan Pengetahuan Gizi, Pola Konsumsi terhadap Status Gizi pada Mahasiswa TPB di Sekolah Bisnis dan Manajemen Institut Teknologi

Bandung”

menyatakan

bahwa

ada

hubungan

antara

pengetahuan gizi dengan status gizi pada mahasiswa TPB di Sekolah

39

Bisnis dan Manajemen Institut Teknologi Bandung dengan X2 hitung 35,045 > X2 tabel 30,98. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi yang diambil sebanyak 360 mahasiswa. Pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling sehingga diperoleh 79 sampel. Instrumen yang digunakan berupa kuesioner pengetahuan gizi dan Food Frequency Questionnaire (FFQ).

40

C. Kerangka Teori

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Status Gizi: 1. Kebiasaan makan yang buruk 2. Pemahaman gizi yang keliru 3. Kesukaan yang berlebihan terhadap makanan tertentu Pentingnya

Pengetahuan

4. Promosi yang berlebihan melalui media massa

Gizi: 1. Status gizi yang cukup sangat

penting

kesehatan

5. Konsumsi makanan

bagi

6. Pendidikan dan pengetahuan

dan

7. Sosial ekonomi 8. Aktifitas fisik

kesejahteraan. 2. Setiap orang akan memiliki

9. Jenis Kelamin

gizi yang cukup, apabila makanan yang dikonsumsi mampu menyediakan zat

Pengetahuan Tentang Gizi

gizi yang diperlukan. 3. Ilmu

gizi

memberikan

fakta-fakta yang berguna

Status Gizi

sehingga penduduk dapat belajar

mengolah

menkonsumsi dengan

baik

Gizi Baik

dan pangan

sehingga

Klasifikasi Status Gizi

Gizi Kurang

terjadi perbaikan gizi. Gizi Lebih Skema 2.1 kerangka teori Sumber: (Departemen gizi dan kesehatan masyarakat FKM UI, 2014), (Amelia, 2008), (Bani, 2010), (Destayanti, 2011), (Hidayati, 2010), (Ipa, 2010), (Imtihanti, 2012), (Hadi, 2010), (Huriyati, 2009)

BAB III KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFINISI OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep Kerangka konsep (conseptual framework) adalah suatu uraian dan visualisasi hubungan atau kaitan antara konsep yang satu terhadap konsep yang lainnya atau antara variabel yang satu dengan variabel yang lain dari masalah yang ingin diteliti (Notoatmodjo, 2012).

Menurut Dharma (2011), variabel penelitian dikembangkan dari konsep/teori dan hasil penelitian dikenal beberapa jenis variabel berdasarkan hubungan sebab-akibat antara variabel-variabel tersebut antara lain variabel bebas (independent variable) dan variabel terikat (dependent variable). Pada penelitian ini peneliti mengelompokkan variabel menjadi 2 yaitu variabel bebas (independent variable) dan variable terikat (dependent variable). Berikut ini jenis variabel berdasarkan hubungan fungsional atau perannya : 1. Variabel bebas (Independent variabel) yaitu karakteristik dari subjek yang dengan keberadaannya menyebabkan perubahan pada variabel lainnya (Dharma, 2011). Variabel independent dalam penelitian ini adalah pengetahuan tentang gizi 2. Variabel terikat (Dependent Variabel) Variabel terikat (dependent variabel) adalah variabel akibat atau variabel yang akan berubah akibat pengaruh atau perubahan yang terjadi pada variabel independent (Dharma, 2011) Variabel terikat pada penelitian ini adalah status gizi remaja.

41

42

Hubungan

antara

variabel

independen

dengan

variabel

dependen

digambarkan seperti pada skema 3.1 Skema 3.1. Kerangka Konsep Penelitian Variable Independen

Variable Dependen

Pengetahuan gizi

Status Gizi Remaja: 1. Gizi baik 2. Gizi kurang 3. Gizi lebih

Karakteristik: 1. Usia 2. Jenis Kelamin 3. Aktivitas Fisik

Keterangan : : Variabel yang diteliti : Variabel yang tidak diteliti

B. Hipotesis Menurut Dharma (2011), hipotesa berfungsi untuk menentukan ke arah pembuktian, artinya hipotesis ini merupakan pernyataan yang harus dibuktikan. Hipotesis alternatif (Ha) adalah pernyataan tentang prediksi hasil penelitian berupa hubungan antar variabel yang diteliti sedangkan hipotesis no (Ho) adalah pernyataan hipotesis yang digunakan untuk kepentingan uji stastistik terhadap data hasil penelitian. Dengan melihat rumusan masalah, maka dapat ditetapkan hipotesis dalam penelitian ini yaitu

Hipotesis dalam suatu penelitian berarti jawaban sementara penelitian, patokan duga, atau dalil sementara, yang kebenarannya akan dibuktikan

43

dalam penelitian tersebut. Setelah melalui pembuktian dari hasil penelitain makan hipotesis tersebut dapat benar atau salah, dapat diterima atau ditolak. Biasanya hipotesis terdiri dari pernytaan terhadap ada atau tidak adanya hubungan antara dua variabel, yaitu variabel bebas (independent variable) dan variable terikat (dependent variable) (Notoadmodjo, 2012) 1. Hipotesis Nol (Ho) Tidak ada hubungan pengetahuan tentang gizi dengan status gizi remaja di SMAN 6 Tangerang Selatan 2. Hipotesis Alternative (Ha) Ada hubungan pengetahuan tentang gizi dengan status gizi remaja di SMAN 6 Tangerang Selatan.

C. Definisi Operasional Definisi operasional penting agar pengukuran variabel atas pengumpulan data konsisten antara sumber data (responden) dengan responden yang lain, didalamnya akan menjelaskan mengenai cara atau metode, pengukuran, hasil ukur, serta skala ukur yang digunakan (Notoatmodjo, 2012)

44

Tabel 3.1 Definisi Operasional

No

1.

Variabel

Definisi

Cara

Operasional

Ukur

Alat Ukur

Hasil Ukur

Skala

Karakteristik Responden a.

Usia

Usia

adalah

Mengisi

rentang

waktu

Kuesioner

dari

Kuesioner

0.

Nominal

remaja

seseorang

Awal =12 -

itu lahir sampai penelitian

Masa

1 6 tahun.

ini

1.

Masa remaja

dilakukan.

Akhir =17 25

tahun.

(depkes RI, 2009) b.

Jenis Kelamin

Jenis

kelamin

adalah

Mengisi

Kuesioner

Kuesioner

0.

Perempua

1.

Laki-laki

0.

Berat:

Nominal

perbedaan antara perempuan dan laki-laki. c.

Aktivitas Fisik

aktivitas ialah tubuh

fisik

gerakan

Mengisi

Kuesioner

Bila

jumlah

Kuesioner

yang

aktivitas

memerlukan

fisik > 300

energi.

menit dalam 1 minggu. 1.

Ringan: Bila jumlah aktivitas fisik < 150 menit dalam 1 minggu.

2.

Sedang: Bila jumlah

Ordinal

45

aktifitas fisik 150 – 300

menit

dalam

1

minggu. (Riskesdas, 2013)

2.

Variabel Independen Pengetahuan gizi

Pengetahuan

Mengisi

gizi

Kuesioner

dikategorikan

pengetahuan

dengan

berdasarkan cut

tentang

mengguna

of

pemahaman

kan

median yaitu:

dalam memilih

multiple

makanan

choice

adalah

yang

Kuesioner

Hasil

0.

point

Nominal

by

Kurang baik bila skor <

baik

18

dikonsumsi atau tidak

ukur

1.

baik

Baik

bila

skor ≥ 18

dikonsumsi dalam pemenuhan status gizi.

3.

Variabel Dependen Status Gizi

Status gizi

Pengukura

Timbangan

merupakan

n TB, BB,

dan Stature

ukuran

IMT/U

keberhasilan

dan Z-

seseorang

score

dalam pemenuhan nutrisi yang dibutuhkan tubuh.

Meter

0.

Kurang: (a. Sangat Kurus = < 3 SD b. Kurus: 3 SD sampai dengan <-2 SD)

Ordinal

46

1. Lebih: (a. Gemuk: >1 SD sampai dengan 2 SD) b. Obesitas = >2 SD)

2. Normal = -2 SD sampai dengan 1 SD (Kemenkes RI, 2011)

BAB IV METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian Desain penelitian adalah rancangan penelitian yang terdiri atas beberapa komponen yang menyatu satu sama lain untuk memperoleh data dan/atau fakta dalam rangka menjawab pertanyaan atau masalah penelitian (Lapau, 2012). Penelitian ini menggunakan desain penelitian kuantitatif yang dilakukan dengan pendekatan korelasi (hubungan) dengan rancangan cross sectional.

Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan desain cross sectional. Penelitian cross sectional adalah suatu penelitian yang mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor risiko efek, dengan cara pendekatan, observasi, atau pengumpulan data sekaligus pada satu waktu (Notoatmojo, 2010).

B. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel

1. Populasi Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah siswa/i kelas X SMAN 6 Tangerang Selatan yang akan diteliti berjumlah 368 orang.

2. Sampel Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa/i kelas X SMAN 6 Tangerang Selatan.

Rumus Sampel:

n=

N 1 + N(d)2

47

48

Keterangan : N

= Populasi

n

= Sampel

d

= Tingkat kepercayaan yang diinginkan 5%-10% (0.05-0,1)

n

=

368 1 + 368(0,1)2

n

=

368 1 + 3.68

n

=

368 4.68

n

=

78,6

Untuk mengantisipasi hilangnya unit eksperimen maka dilakukan korelasi dengan : 𝑛′ = 𝑛′ =

𝑛 (1 − 𝑓)

78,6 (1 − 0.1)

= 87,3

f = Proporsi unit eksperimen yang hilang atau mengundurkan diri atau drop out Untuk menantisipasi tingkat kesalahan dalam pengisian kuesioner dan lembar kuesioner tidak kembali maka peneliti menambahkan 10%. Dari hasil penghitungan diatas didapatkan hasil 87,3 maka dibulatkan menjadi 87 Responden.

49

Kriteria dalam pengambilan sampel sebagai berikut: a. Kriteria inklusi : Adalah kriteria yang harus dimiliki oleh individu dalam populasi untuk dapat dijadikan sampel dalam penelitian (Dharma, 2011). Pada penelitian ini, kriteria inklusinya yaitu: 1) Siswa/i kelas X SMAN 6 Tangerang Selatan 2) Dalam tahap perkembangan remaja awal 3) Bersedia menjadi responden 4) Hadir pada saat penelitian dilakukan. 5) Tidak dalam masa melakukan diet. b. Kriteria ekslusi Adalah kriteria yang tidak boleh dimiliki oleh sampel yang akan digunakan untuk penelitian (Dharma, 2011). Kriteria eksklusi pada penelitian ini yaitu: 1) Siswa/I bukan kelas X SMAN 6 Tangerang Selatan 2) Tidak bersedia menjadi responden 3) Tidak hadir saat penelitian dilakukan

3. Teknik Pengambilan Sampel Pengambilan sampel digolongkan menjadi dua yaitu probability sampling dan non probability sampling. Pada penelitian ini menggunakan probability sampling, dengan teknik Proporsionate stratisfied random sampling. Proporsionate Stratisfied random sampling adalah strata atau kedudukan seseorang di masyarakat (Nursalam, 2008). Menurut Sabri & Hastono (2014), stratisfied random sampling adalah teknik pengambilan sampel dengan memperhatikan tingkatan (strata) dalam populasi.

Rumus Teknik Proportionate Stratified Random Sampling:

𝑛=

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑆𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑆𝑒𝑡𝑖𝑎𝑝 𝐾𝑒𝑙𝑎𝑠 𝑥 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑆𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑆𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝐾𝑒𝑙𝑎𝑠

50

Tabel 4.1 Hasil Perhitungan Jumlah Sampel per Kelas X SMAN 6 Tangerang Selatan Kelas

Jumlah Siswa/i

X.IPA 1

37

X.IPA 2

36

X.IPA 3

38

X.IPA 4

36

X.IPA 5

36

X.IPS 1

38

X.IPS 2

36

X.IPS 3

37

X.IPS 4

37

X.IPS 5

37

Total

368

Perhitungan 37 368 36 368 38 368 36 368 36 368 38 368 36 368 37 368 37 368 37 368

∑ Sampel

𝑥87 = 8,7

9

𝑥87 = 8,5

9

𝑥87 = 8,9

9

𝑥87 = 8,5

8

𝑥87 = 8,5

8

𝑥87 = 8,9

9

𝑥87 = 8,5

8

𝑥87 = 8,7

9

𝑥87 = 8,7

9

𝑥87 = 8,7

9

87

87

C. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di SMAN 6 Tangerang Selatan. 2. Waktu Penelitian Waktu penelitian yang terdiri dari penyusanan proposal, pelaksanaan atau pengumpulan data dan penyusunan laporan dilaksanakan pada bulan September 2018-Januari 2019.

51

D. Etika Penelitian Secara umum terdapat empat prinsip utama dalam etik penelitian keperawatan, yaitu (Notoadmodjo, 2012):

1. Menghormati harkat dan martabat manusia (respect for human dignity) Dalam penelitian ini hak asasi responden dijunjung tinggi. Responden mempunyai kebebasan untuk berpartisipasi atau tidak dalam penelitian, setelah mendapatkan penjelasan mengenai tujuan dan prosedur penelitian. Responden diberi kesempatan untuk memberikan persetujuan atau menolak berpartisipasi dalam penelitian berdasarkan keputusannya sendiri tanpa dipengaruhi oleh pihak manapun. 2. Menghormati privasi dan kerahasiaan subjek (respect for privacy and confidentiality) Dalam penelitian ini peneliti menjamin kerahasiaan informasi responden dan kelompok data tertentu yang dilaporkan sebagai hasil penelitian dengan menjamin kerahasiaan indentitas responden. Peneliti tidak meminta responden untuk mengisi nama pada lembar pengisian kuesioner, sebagai gantinya peneliti menggunakan inisial responden. 3. Menghormati keadilan dan inklusivitas (respect for justice inclusiveness) Prinsip penelitian ini adalah keterbukaan yang berarti penelitian dilakukan secara jujur, tepat, cermat, hati-hati dan dilakukan secara professional. Sedangkan prinsip keadilan yang berarti bahwa penelitian memberikan keuntungan dan beban secara merata sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan subjek. 4. Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan (balancing harm and benefits) Penelitian ini mempertimbangkan manfaat yang sebesar-besarnya bagi responden dan populasi dimana hasil penelitian akan diterapkan (beneficience). Kemudian meminimalisir resiko atau dampak yang merugikan bagi responden (nonmaleficience).

52

E. Alat Pengumpulan Data/Instrumen Penelitian 1. Alat pengumpulan data atau instrumen penelitian Alat pengumpulan data atau instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan oleh peneliti untuk mengobservasi, mengukur atau menilai suatu fenomena. Data yang diperoleh dari suatu pengukuran kemudian dianalisis dan dijadikan sebagai bukti (evidence) dari suatu penelitian (Dharma, 2011). a. Instrumen yang digunakan oleh peneliti untuk mengukur status gizi menggunakan timbangan dan stature meter untuk mengetahui berat badan dan tinggi badan. b. Instrumen yang digunakan oleh peneliti untuk mengetahui pengetahuan gizi remaja menggunakan lembar kuesioner yang terdiri dari 9 pertanyaan karakteristik responden, 9 pertanyaan tentang aktifitas fisik dan 17 pertanyaan tentang pengetahuan gizi yang sebelumnya sudah pernah dilakukan oleh Mardatillah pada tahun 2008.

2. Uji Coba Instrumen Penelitian Uji coba instrument perlu dilakukan untuk mengetahui kehandalan instrument sebagai alat pengumpul data. Instrument yang akan digunakan dalam penelitian ini akan dilakukan uji coba di SMAN 8 Tangerang Selatan karena memiliki karakteristik yang sama dengan SMAN 6 Tangerang Selatan. Besar responden yang akan diuji sebanyak 30 responden.

a. Uji Validitas Valid

menunjukkan

bahwa

instrumen

mengukur

apa

yang

seharusnya diukur atau menunjukkan ketepatan dalam pengukuran. Untuk mendapatkan nilai validnya maka dilakukan uji validitas pada intrumen (Dharma, 2011) Uji validitas mengggunakan Koefisien Korelasi Pearson Monent, yang dihitung dengan rumus

53

𝑟=

𝑛(∑ 𝑋𝑌) − (∑ 𝑋)( ∑ 𝑌) √[𝑛 ∑ 𝑋 2 − (∑ 𝑋)2 ][𝑛 ∑ 𝑌 2 − (∑ 𝑌)2 ]

Keterangan: r : Koefisien korelasi n : Jumlah subjek atau sampel X : Nilai variabel bebas Y : Nilai variabel terikat Keputusan Uji: Bila rhitung lebih besar dari rlabel artinya variabel valid Bila rhitung lebih kecil dari rlabel artimya variabel tidak valid

Setelah melakukan pengumpulan data untuk menghindari kesalahan dalam menginterprestasikan pertanyaan dalam kuesioner dan memperoleh data yang valid, terlebih dahulu kuesioner di uji coba kepada 30 orang responden yang memiliki kriteria atau karakteristik yang sama dan tidak mengikutsertakan kembali pada sampel penelitian. Kuesioner dikatakan valid jika hasil r hitung nya ≥ 0,361 dengan taraf signifikan 5% (0,05). Uji validitas instrument penelitian dilakukan dengan menggunakan rumus Pearson Monent, dengan hasil sebagai berikut:

54

Tabel 4.2 Hasil Uji Validitas Kuesioner di SMAN 8 Tangerang Selatan Tahun 2019 No. Pertanyaan

Nilai

Uji

r hasil

r tabel

Cronbach alfa

Validitas

1

P1

0,471

0,361

0,846

Valid

2

P2

0,634

0,361

0,835

Valid

3

P3

0,471

0,361

0,846

Valid

4

P4

0, 394

0,361

0,851

Valid

5

P5

0,551

0,361

0,841

Valid

6

P6

0,192

0,361

0,822

Tidak Valid

7

P7

0,174

0,361

0,820

Tidak Valid

8

P8

0,885

0,361

0,818

Valid

9

P9

0,174

0,361

0,820

Tidak Valid

10

P10

0,471

0,361

0,846

Valid

11

P11

0,627

0,361

0,839

Valid

12

P12

0,471

0,361

0,846

Valid

13

P13

0,471

0,361

0,846

Valid

14

P14

0,060

0,361

0,829

Tidak Valid

15

P15

0,394

0,361

0,851

Valid

16

P16

0,394

0,361

0,851

Valid

17

P17

0,520

0,361

0,844

Valid

Tabel 4.2 menyatakan hasil item soal kuesioner pengetahuan yang tidak valid tidak digunakan dalam penelitian dan item soal yang valid tetap menggunakan dalam penelitian sehingga kuesioner terdiri dari 13 pertanyaan untuk pengetahuan dan 4 pertanyaan yang tidak valid telah digugurkan.

b. Uji Reliabilitas Reliabel menunjukkan bahwa instrumen mampu menghasilkan pengukuran yang konsisten jika digunakan untuk mengukur berulang

55

kali. Untuk mendapatkan nilai relibel, maka dilakukan uji reliabilitas (Dharma, 2011). Pada penelitian ini menggunakan uji Cornbach’s Alpha : ∑ 𝜎𝑏2 𝑘 𝑟=[ ] [1. 2 ] (𝑘 − 1) 𝜎𝑡 Keterangan : r

: Koefisien reliabilitas instrument

k

: Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal

∑ 𝜎𝑏2

: Total varians butir

𝜎𝑡2

: total varians

Menurut Dharma (2011), kriteria suatu instrument penelitian dikatakan reliable dengan menggunakan teknik ini untuk uji reliabilitas antar observer diinterpretasikan sebagai berikut : Rendah

: 0,00 – 0,40

Sedang

: 0,41 – 0,59

Baik

: 0,60 – 0,74

Sangat Baik

: 0,75 – 1,00

Berdasarkan hasil uji realibilitas menggunakan Alpha Cornbach terhadap kuesioner pengetahuan, didapatkan hasil sebagai berikut: Tabel 4.3 Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner di SMAN 8 Tangerang Selatan Tahun 2019 Variabel





Validitas

Reliabilitas

0,060-

0,818-0,851

Pertanyaan Pertanyaan

Pengetahuan

Sebelum

Setelah Uji

Uji Coba

Coba

17

13

0,885

56

Tabel 4.3 menyatakan hasil uji realibilitas angket yang diujicobakan diperoleh nilai alpha > 0,6 maka instrumen tersebut reliabel dan dapat digunakan sebagai alat pengumpulan data karena r hasil > r tabel.

F. Prosedur Pengumpulan Data Pengumpulan

data

dilakukan

setelah

peneliti

mengikut

prosedur

pengumpulan data sebagai berikut: 1. Prosedur Administratif a. Mengajukan izin penelitian data awal kepada ketua di STIKes PERTAMEDIKA b. Menyerahkan

surat

ijin

penelitian

dari

ketua

STIKes

PERTAMEDIKA kepada Kepala Sekolah SMAN 6 Tangerang Selatan. c. Setelah mendapat surat penelitian peneliti melakukan penelitian 2. Prosedur Teknis a. Peneliti menjelaskan tujuan dan prosedur penelitian kepada Kepala Sekolah SMAN 6 Tangerang Selatan. b. Peneliti mengidentifikasi beberapa responden yang akan dijadikan sampel berdasarkan kriteria inklusi. c. Peneliti mengumpulkan siswa/i dalam aula dan menjelaskan tujuan dan prosedur penelitian kepada siswi d. Bagi siswi yang bersedia, diberikan lembar pesetujuan untuk dibaca dan ditanda tangani. e. Setelah responden setuju, peneliti memberikan kuesioner dan menjelaskan cara pengisiannya. f. Dalam memberikan kuesioner peneliti dibantu oleh asisten peneliti. Asisten peneliti membantu menjelaskan cara pengisiannya kepada responden. g. Peneliti melakukan pengukuran berat badan dan tinggi badan dengan dibantu asisten peneliti.

57

h. Peneliti memberikan waktu kepada responden untuk mengisi kuesioner. i. Setelah

responden

selesai

mengisi

kuesioner,

responden

mengumpulkan kuesioner yang telah diisi kepada peneliti atau asisten peneliti. j. Setelah mengumpulkan kuesioner peneliti mengecek kelengkapan data responden.

G. Teknik Pengolahan Data Setelah dilakukan pengumpulan data, kemudian data diolah dengan menggunakan komputer melalui beberapa tahap dengan langkah-langkah pengolahan data sebagai berikut, (Notoadmodjo, 2012).: 1. Editing (Penyuntingan Data) Data hasil kuesioner yang sudah diisi dikumpulkan, lalu diperiksa kelengkapannya. Dari semua hasil kuesioner, responden menjawab pertanyaan dengan lengkap, sehingga tidak ada kuesioner yang dikeluarkan. 2. Coding (Pengkodean Data) Data yang telah diperiksa dari bentuk kalimat atau huruf diubah menjadi data angka atau bilangan. 3. Processing atau Data Entry (Memasukkan Data) Data atau jawaban-jawaban dari masing-masing responden yang sudah ditotal nilainya dimasukkan ke dalam program olah data. 4. Cleaning (Pembersihan Data) Selanjutnya hasil data yang sudah dimasukkan dilihat kembali untuk melihat kemungkinan-kemungkinan terjadinya kesalahan. Setelah semua sudah dilakukan dan sudah dipastikan tidak ada kesalahan, proses selanjutnya adalah analisa data.

58

H. Analisa Data 1. Uji Normalitas Uji normalitas adalah ingin mengetahui apakah distribusi sebuah data mengikuti atau mendekati distribusi normal, yakni distribusi data dengan bentuk lonceng. Data yang baik adalah data yang mempunyai pola seperti distribusi normal (Santoso, 2010).

Pada penelitian ini menggunakan uji Skewness. Uji Skewness yaitu membagi nilai swekness dengan nilai standard eror. Metode kedua dilakukan dengan nilai standart eror kurtosis. Menurut Ghozali (2013), dengan uji skewness dapat mengetahui kemencengan data, dimana data yang normal akan menyerupai bentuk lonceng. Kemungkinan yang ada adalah menceng ke kiri, jika nilai Zskewness positif dan diatas 1,96 atau menceng kanan jika Zkewness bernilai negative dan dibawah 1,96. Nilai berdistribusi normal berada diantara nilai -2 (1,96) sampai dengan +2 (1,96).

Tabel 4.4 Distribusi Hasil Uji Coba Instrumen Normalitas Kuesioner Pengetahuan Tentang Gizi di SMAN 6 Tangerang Selatan Variable

Pengetahuan

Nilai

Standar Error

Skewness

Skewness

-0,916

0,258

Hasil

-3,550

tentang gizi

Keterangan Distribusi tidak normal

Tabel 4.4 menyatakan bahwa hasil uji normalitas data terhadap kuesioner pengetahuan tentang gizi didapatkan hasil -3,550. Berdasarkan hasil tersebut data untuk kuesioner pengetahuan tentang gizi berdistribusi tidak normal, sehingga menggunakan cut of point by median.

2. Analisa Univariat Analisa univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian. Bentuk analisa ini tergantung dari

59

jenis datanya. Untuk data numerik digunakan nilai mean, median, dan standar deviasi. Dalam analisa univariat menghasilkan distribusi frekuensi dan persentase dari tiap variabel yang diteliti (Notoatmodjo, 2012). Rumus Distribusi Frekuensi: 𝑃=

𝑓 𝑥 100% 𝑛

Keterangan : P

: Proporsi

f

: Frekuensi kategori

n

: Jumlah sampel

3. Analisa Bivariat Setelah dilakukan analisa univariat, pada hasil akan diketahui karakteristik atau distribusi setiap variabel dan dapat dialnjutkan dengan analisa bivariat. Analisa bivariat adalah analisis yang dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan atau berkorelasi (Notoatmodjo, 2012). Pada penelitian ini, analisa bivariat dilakukan dengan uji statistik Chi-Square (x2) pada α = 0.05. Rumus perhitungan Chi-Square adalah : 𝛴 (𝑂 − 𝐸 2 ) 𝑋 = 𝐸 2

Keterangan : X2

: Chi-Square

O

: Frekuensi hasil observasi

E

: Frekuensi yang diharapkan

E=

𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑏𝑎𝑟𝑖𝑠 𝑥 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑘𝑜𝑙𝑜𝑚 𝑛

Σ

: Penjumlahan

df

: Derajat bebas (degree of freedom) 𝑑𝑓 = (𝑘 − 1)( 𝑏 − 1)

60

Confidence interval yang digunakan adalah 95%. Pvalue < α (0,05) Ho ditolak artinya tidak ada hubungan Pvalue > α (0,05) Ho diterima artinya ada hubungan

BAB V HASIL PENELITIAN

A. Hasil Univariat Analisis univariat dalam penelitian ini akan melihat distribusi frekuensi dari usia, jenis kelamin, aktivitas fisik, Indeks Masa Tubuh berdasarkan Umur (IMT/U), pengetahuan dan status gizi. 1. Distribusi Frekuensi Usia Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Usia Responden di SMAN 6 Tangerang Selatan Tahun 2019 n=87 Usia Remaja Awal (12-16 Tahun) Remaja Akhir (>16 Tahun) Total

Frequency 87

Percentase 100,0

0

0

87

100,0

Tabel 5.1 menunjukkan bahwa usia responden di SMAN 6 Tangerang Selatan Tahun 2019 tergolong dalam usia remaja awal yaitu sebanyak 87 responden (100%).

2. Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Table 5.2 Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Responden di SMAN 6 Tangerang Selatan Tahun 2019 n=87 Jenis Kelamin

Frekuensi

Presentase

Perempuan

51

58,6

Laki- Laki

36

41,4

Total

87

100,0

61

62

Tabel 5.2 menunjukkan bahwa Jenis Kelamin responden di SMAN 6 Tangerang Selatan Tahun 2019 yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 51 responden (58,6%) dan yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 36 responden (41,4%).

3. Distribusi Frekuensi Aktivitas Table 5.3 Distribusi Frekuensi Aktifitas Fisik Responden di SMAN 6 Tangerang Selatan Tahun 2019 n=87 Aktivitas

Frequency

Percentase

Berat

6

6.9

Ringan

22

25.3

Sedang

59

67.8

Total

87

100.0

Tabel 5.3 menunjukkan bahwa Aktivitas responden di SMAN 6 Tangerang Selatan Tahun 2019 yang beraktivitas fisik sedang sebanyak 59 responden (67,8%) dan yang beraktivitas fisik ringan sebanyak 22 responden (25,3%).

4. Distribusi Frekuensi Indeks Masa Tubuh berdasarkan Umur (IMT/U) Table 5.4 Distribusi Frekuensi Indeks Masa Tubuh berdasarkan Umur (IMT/U) Responden di SMAN 6 Tangerang Selatan Tahun 2019 n=87 Variabel

Mean

Standar Deviasi

Min-Max

IMT/U

20,9

4,2519

14,0-33,3

Tabel 5.4 menunjukkan bahwa rata-rata IMT/U responden di SMAN 6 Tangerang Selatan Tahun 2019 adalah 20,9 dengan standar deviasi 4,2519. IMT/U terendah adalah 14,0 dan IMT/U tertinggi adalah 33,3.

63

5. Distribusi Frekuensi Status Gizi Table 5.5 Distribusi Frekuensi Status Gizi Responden di SMAN 6 Tangerang Selatan Tahun 2019 n=87 Variabel

Frequency

Percentase

Kurus

5

5.7

Gemuk

22

25.3

Normal

60

69.0

Total

87

100.0

Tabel 5.5 menunjukkan bahwa Status Gizi responden di SMAN 6 Tangerang Selatan Tahun 2019 yang memiliki status gizi normal sebanyak 60 responden (69,0%) dan yang memiliki status gizi gemuk sebanyak 22 responden (25,3%).

6. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Table 5.6 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden di SMAN 6 Tangerang Selatan Tahun 2019 n=87 Pengetahuan

Frequency

Percentase

Kurang

34

39,1

Baik

53

60,9

Total

87

100.0

Tabel 5.6 menunjukkan bahwa Pengetahuan responden di SMAN 6 Tangerang Selatan Tahun 2019 responden dengan pengetahuan baik yaitu sebanyak 53 responden (60,9%) dan responden dengan pengetahuan kurang sebanyak 34 responden (39,1%).

64

B. Hasil Bivariat Analisis bivariat digunakan untuk menguji hubungan antara variabel independen yaitu pengetahuan dengan variabel dependen yaitu status gizi. Untuk menentukan hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen digunakan uji statistic chi-square dengan level of significance 5%. Dengan ketentuan sebagai berikut : hubungan dikatakan bermakna jika p value < 0,005 dan tidak bermakna jika p value > 0,005. Table 5.7 Hubungan Pengetahuan Tentang Gizi dengan Status Gizi Remaja di SMAN 6 Tangerang Selatan Tahun 2019 n=87 Status Gizi Jumlah Pengetahuan

Normal

Lebih

Kurang

%

P Value

0,005

N N

%

N

%

N

%

Baik

53

100

0

0

0

0

53

100,0

Kurang

7

20,6

22

64,7

5

14,7

34

100,0

Total

60

69,0

22

25,3

5

5,7

87

100,0

Tabel 5.7 menunjukkan bahwa dari 53 responden yang memiliki pengetahuan baik dengan status gizi normal yaitu sebanyak 53 responden (100%). Sedangkan dari 34 responden yang memiliki pengetahuan kurang dengan status gizi lebih sebanyak 22 responden (64,7%). Hasil uji statistik didapatkan nilai p value = 0,005 (< α 0,05) sehingga H0 ditolak. Ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan tentang gizi dengan status gizi remaja.

BAB VI PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

A. Interprestasi dan Diskusi Hasil 1. Hasil Analisa Univariat a. Usia Hasil penelitian distribusi frekuensi usia responden di SMAN 6 Tangerang Selatan semua responden merupakan golongan usia remaja awal (12-16 Tahun) yaitu sebanyak 87 responden (100%).

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Diza Liane Sahputri (2015) yang berjudul hubungan antara status gizi dan gambaran tubuh remaja putri di SMAN 3 Cimahi, responden yang digunakan dalam penelitian tersebut sebanyak 198 responden. Hasil penelitian tersebut mayoritas berusia 16 tahun sebanyak 92 responden (46,5%).

Usia remaja, yaitu 10-18 tahun, merupakan tahap tumbuh kembang yang luar biasa secara fisiologis, psikologis, dan sosial. Kemudian di usia remaja merupakan periode rentang gizi karena berbagai sebab. Pertama, remaja memerluan zat gizi yang lebih tinggi karena peningkatan pertumbuhan fisik dan perkembangan yang dramatis itu. Kedua, perubahan gaya hidup dan kebiasaan makan remaja mempengaruhi baik asupan maupun kebutuhan gizinya. Ketiga, remaja yang mempunyai kebutuhan gizi khusus, yaitu remaja yang aktif dalam kegiatan olah raga, menderita penyakit kronis, sedang hamil, melakukan diet secara berlebihan, pecandu alkohol atau obat terlarang (Almatsier, 2012).

Menurut analisa peneliti saat dilakukan penelitian responden yang diteliti hanya kelas X dengan rentan usia 14-16 tahun sebanyak 87

65

66

responden (100%). Menurut Depkes RI, (2009) usia remaja awal berkisar dari usia 12-16 tahun.

b. Jenis Kelamin Hasil penelitian distribusi frekuensi jenis kelamin responden di SMAN 6 Tangerang Selatan menyatakan bahwa responden terbanyak adalah responden yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 51 responden (58,6%).

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Dhayu Dwi Erpridawati (2012) yang berjudul hubungan pengetahuan tentang gizi dengan status gizi siswa SMP di Kecamatan

Kerjo

Kabupaten

Karanganyar,

responden

yang

digunakan dalam penelitian tersebut sebanyak 180 responden. Hasil penelitian tersebut didapatkan responden paling banyak berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 94 responden (52,2%).

Menurut

Dr

Marudut,

MPS

dari

Bidang

Penelitian

dan

Pengembangan Gizi Persatuan Ahli Gizi Indonesia (PERSAGI), (2017) kebutuhan gizi anak laki-laki dan perempuan menjelang remaja berbeda karena terkait usia dan ukuran tubuh. Widyakarya Nasional Pangan Gizi VI (WKNPG VI) menganjurkan angka kecukupan gizi (AKG) energi untuk remaja dan dewasa muda perempuan 2000-2200 kkal, sedangkan untuk laki-laki antara 24002800 kkal setiap hari.

Menurut analisa peneliti saat dilakukan penelitian mayoritas responden berjenis kelamin perempuan dengan jumlah responden sebanyak 51 responden (58,6%). Hal ini dikarenakan perempuan lebih memperhatikan bentuk tubuhnya dibandingkan laki-laki.

67

c. Aktivitas Hasil penelitian distribusi frekuensi aktivitas responden di SMAN 6 Tangerang Selatan terbanyak adalah responden dengan aktivitas fisik sedang yaitu sebanyak 59 responden (67,8%).

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Putu Lina Paramitha Dewi dan Apoina Kartini (2017) yang berjudul hubungan pengetahuan gizi, aktivitas fisik, asupan energi dan asupan lemak dengan kejadian obesitas pada remaja SMP. Responden yang digunakan dalam penelitian tersebut sebanyak 60 responden, dari 60 responden tersebut paling banyak responden yang beraktivitas sedang yaitu sebanyak 53 responden (88,3%).

Menurut Huriyati (2009) aktifitas fisik atau disebut juga aktifitas eksternal adalah sesuatu yang menggunakan tenaga atau energi untuk melakukan berbagai kegiatan fisik, seperti berjalan, berlari, berolahraga, dan lain-lain. Setiap kegiatan fisik membutuhkan energi yang berbeda menurut lamanya intensitas dan sifat kerja otot. Latihan

fisik

dapat

meningkatkan

kemampuan

fungsional

kardiovaskular dan menurunkan kebutuhan oksigen otot jantung yang diperlukan pada setiap penurunan aktifitas fisik seseorang.

Menurut analisa peneliti responden terbanyak adalah responden yang beraktivitas

sedang

yaitu sebanyak

51 responden (58,6%).

dikarenakan saat dilakukan penelitian aktivitas responden di sekolah hanya sekedar mengobrol, belajar dan bermain gadget.

d. Indeks Masa Tubuh berdasarkan Umur (IMT/U) Hasil Penelitian Distribusi frekuensi IMT/U rata-rata responden di SMAN 6 Tangerang Selatan adalah 20,9 dengan standar deviasi 4,2519. IMT/U terendah 14,0 dan tertinggi 33,3.

68

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Reny Soraya (2017) yang berjudul gambaran status gizi remaja putri berdasarkan status IMT di SMA Islam 1 Sleman Yogyakarta. Responden yang digunakan dalam penelitian tersebut sebanyak 60 responden dengan hasil IMT terendah <17,0 dan tertinggi >27,0.

Menurut Supariasa (2010), indeks massa tubuh menurut Umur (IMT/U) adalah nilai yang diambil dari perhitungan antara berat badan (BB), tinggi badan (TB) dan umur seseorang. Menurut Kemenkes RI (2010) dalam Kurniawati (2017), mengatakan IMT direkomendasikan sebagai indikator yang baik untuk menentukan status gizi remaja, BB dan TB dapat digunakan untuk menilai status gizi dengan IMT yang terkait dengan umurnya, karena dengan perubahan umur terjadi perubahan komposisi tubuh.

Menurut analisa peneliti responden memiliki IMT yang bervariasi, mulai dari berat badan sangat kurang dengan hasil IMT terendah yaitu 14,0 sampai berat badan berlebih dengan hasil IMT tertinggi yaitu 33,3.

e. Status Gizi Hasil

penelitian

distribusi

frekuensi

meunujukkan

bahwa

pengetahuan gizi responden di SMAN 6 Tangerang Selatan responden terbanyak adalah responden yang memiliki status gizi normal yaitu sebanyak 60 responden (69,0%).

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Abdul Karim (2017) yang berjudul hubungan asupan makanan, aktivitas fisik, dengan status gizi peserta didik kelas VII SMPN 5 Seleman, responden yang digunakan dalam penelitian tersebut sebanyak 60 responden. Hasil penelitian tersebut

69

menunjukan bahwa status gizi terbanyak adalah status gizi normal dengan jumlah responden sebanyak 52 responden (86,67%).

Menurut Waloya (2010), status gizi merupakan keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat gizi. Apabila zat gizi dikonsumsi dalam jumlah yang cukup maka kesehatan dapat terjaga, mampu melakukan aktivitas fisik dengan optimal, dan membantu mencegah terjadinya penyakit. Sebaliknya bila zat gizi dikonsumsi dalam jumlah terlalu banyak atau sedikit, maka tubuh akan beradaptasi untuk mencapai keadaan homeostatik sehingga fungsi fisiologis dapat terganggu.

Menurut analisa peneliti responden terbanyak memiliki status gizi normal sebanyak 60 responden (69,0%). Hal ini dikarenakan responden berada di tahap perkembangan remaja awal, dimana mereka mulai memperhatikan bentuk tubuh mereka dan memerlukan energi dalam beraktivitas.

f. Pengetahuan Hasil

penelitian

distribusi

frekuensi

meunujukkan

bahwa

pengetahuan gizi responden di SMAN 6 Tangerang Selatan terbanyak responden dengan pengetahuan baik yaitu sebanyak 53 responden (60,9%).

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Dhayu Dwi Erpridawati (2012) yang berjudul hubungan pengetahuan tentang gizi dengan status gizi siswa SMP di Kecamatan

Kerjo

Kabupaten

Karanganyar,

responden

yang

digunakan dalam penelitian tersebut sebanyak 180 responden. Hasil penelitian

tersebut

didapatkan

responden

paling

berpengetahuan baik yaitu sebanyak 153 responden (85%).

banyak

70

Menurut Anjani (2012), pengetahuan gizi adalah ilmu yang mempelajari semua hal tentang gizi. Pengetahuan untuk memilih makanan yang patut dikonsumsi atau tidak, perlu dimiliki oleh setiap individu. Pengetahuan gizi dapat dipengaruhi beberapa hal, salah satunya adalah pendidikan mengenai gizi.

Menurut analisa peneliti responden paling banyak berpengetahuan baik yaitu sebanyak sebanyak 53 responden (60,9%). Hal ini dikarenakan di jaman modern saat ini sudah banyak media yang mendukung responden dalam menggali informasi mengenai gizi. Selain itu, informasi mengenai gizi juga didapatkan dari pelajaran keterampilan di sekolah berupa keterampilan dalam pengolahan makanan yang mengajarkan pengolahan menu sehat dan baik dikonsumsi bagi tubuh.

2. Hasil Analisis Bivariat a. Hubungan Pengetahuan Tentang Gizi dengan Status Gizi Dari hasil uji statistic didapatkan p value = 0,005 (< α 0,05) sehingga H0 ditolak, ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan tentang gizi dengan status gizi remaja.

Hal ini diperkuat dengan hasil penelitian dari Adelina Elsa Damayanti (2016) dengan judul Hubungan Citra Tubuh, Aktivitas Fisik, dan Pengetahuan Gizi Seimbang dengan Status Gizi Remaja Putri didapatkan hasil p-value sebesar 0,000 < 0,05 (alpha) sehingga dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak yang artinya terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan tentang gizi seimbang dan status gizi remaja.

Hal ini dibuktikan sesuai dengan teori bahwa pengetahuan gizi seseorang berpengaruh terhadap sikap dan perilaku dalam pemilihan makanan yang akhirnya akan berpengaruh pada keadaan gizi individu.

71

Semakin tinggi pengetahuan gizi seseorang diharapkan semakin baik pula keadaan gizinya (KEMENKES RI, 2013).

Menurut analisa peneliti responden di SMAN 6 Tangerang Selatan terbanyak memiliki pengetahuan yang baik hal ini dibuktikan dengan status gizi responden di SMAN 6 Tangerang Selatan yang terbanyak berstatus gizi normal.

B. Keterbatasan Peneliti 1. Keterbatasan Instrumen Penelitian a. Instrument penelitian ini adalah kuesioner, instrument yang digunakan belum ada yang baku untuk pengumpulan seluruh variabel sehingga instrument kuesioner ini disusun berdasarkan pengembangan dari teori-teori yang berkaitan, seingga tidak mampu menggambarkan dasar teori secara keseluruhan. Kuesioner dalam penelitian ini mengalami perubahan dari skala likert menjadi multiple choice. b. Kuesioner yang masih kurang dikarenakan hanya dilakukan satu kali uji validitas karena ini merupakan penelitian pertama yang dilakukan oleh peneliti. Penelitian ini untuk mengukur hubungan pengetahuan tentang gizi dengan status gizi remaja. c. Timbangan dan stature meter yang masih digunakan secara manual dan

penghitungan

IMT

dan

Z-Score

masih

menggunakan

penghitungan manual dikarenakan belum ada tabel baku untuk ZScore dan IMT/U usia 5-18 taahun.

BAB VII PENUTUP

A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang hubungan pengetahuan tentang gizi dengan status gizi remaja di SMAN 6 Tangerang Selatan Tahun 2019, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa : 1. Mayoritas responden berusia 15 tahun dengan jumlah responden sebanyak 76 responden (87,4%). 2. Mayoritas responden berjenis kelamin perempuan dengan jumlah responden sebanyak 51 responden (58,6%). 3. Mayoritas responden beraktivitas fisik sedang dengan jumlah responden sebanyak 59 responden (67,8%). 4. Gambaran IMT/U responden berkisar antara 14,0-33,3 5. Mayoritas responden memiliki status gizi yang normal, yaitu sebanyak 60 responden (69,0%). 6. Mayoritas responden berpengetahuan baik, yaitu sebanyak 53 responden (60,9%). 7. Ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan tentang gizi dengan status gizi remaja di SMAN 6 Tangerang Selatan dengan nilai p value = 0,005.

B. Saran 1. Bagi Profesi Keperawatan Hasil penelitian ini diharapkan agar dapat meningkatkan status gizi dan mengurangi masalah gizi dengan memberikan informasi terkait dengan gizi yang baik. 2. Bagi Perkembangan Ilmu Keperawatan Hasil penelitian ini diharapkan agar dapat menjadi bahan pustaka untuk memperluas wawasan bagi perawat untuk mengurangi masalah gizi.

72

73

3. Bagi Peneliti Selanjutnya Diharapkan

adanya penelitian lebih lanjut

mengenai

hubungan

pengetahuan tentang gizi dengan status gizi remaja dengan area penelitian lebih luas dan jumlah sampel yang lebih besar serta memperdalam kualitas pertanyaan kuesioner sehingga hasil yang diperoleh akan lebih akurat sehingga dapat dilakukan upaya peningkatan status gizi remaja.

DAFTAR PUSTAKA

Adriyani, M., & Wirjatmadi B,. (2012), Peran Gizi dalam Siklus Kehidupan, Prenamedia Group, Jakarta.

Aji, A. S. (2018). Lap Fisio 4.5 Aktifitas Fisik. Diakses pada 23 November 2018 pada https://id.pdfcoke.com/document/368591025/lap-fisio-4-5-aktivitas-fisikdocx

Agus, R. & Budiman. (2013). Kapita Selekta Kuesioner Pengetahuan dan Sikap Dalam Penelitian Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika

Ali, M., (2010). Psikologi remaja. Bandung: Bumi Aksara.

Almatsier, S., (2011). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

____________. (2011). Gizi Seimbang dalam Daur Kehidupan. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama

____________. (2012). Gizi Seimbang Dalam Daur Kehidupan. PT Gramedia Pustaka Utama.

Amelia, F., (2008). Konsumsi pangan, pengetahuan gizi, aktivitas fisik, dan status gizi pada remaja di Kota Sungai Penuh Kabupaten Kerinci Provinsi Jambi. Skripsi. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Anjani, R. P., & Apoina K. (2012). Perbedaan Pengetahuan Gizi, Sikap dan Asupan Zat Gizi pada Dewasa Awal (Mahasiswi LPP Graha Wisata dan Sastra Inggris Universitas Diponegoro Semarang. Skripsi Universitas Diponegoro. Dalam Journal of Nutrition College, Volume 2, Nomor 3, Tahun 2013, Halaman 312-320. Diakses 20 Oktober 2018 pada http://ejournalsl.undip.ac.id/index.php/jnc

Anonim. (2014). 10 Jenis Makanan yang Berbahaya Bagi Kesehatan. diakses 4 Desember 2018 pada https://www.merdeka.com/ireporters/sehat/10-jenismakanan-yang-berbahaya-bagi-kesehatan.html

Arikunto, S. (2013). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. (pengetahuan)

Arisman, P., (2009). Psikologi remaja : dimensi-dimensi perekembangan. Bandung: CV. Mandala Maju

___________ .(2009). Gizi Dalam Daur Kehidupan : Buku Ajar Ilmu Gizi. Edisi Kedua. Jakarta : EGC.

___________. (2014). Gizi dalam Daur Kehidupan: Buku Ajar Ilmu Gizi. Jakarta: EGC Penerbit Buku Kedokteran.

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. (2013). Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.

Balitbang Kemenkes RI. (2013). Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS). Balitbang Kemenkes RI. Jakarta

Bani, A., (2010). Studi tentang persepsi mahasiswa tentang tubuh ideal dan hubungannya dengan upaya pencapaiannya. Skripsi. Intitut Pertanian Bogor. Diakses 27 Oktober 2018 pada http://ipb.go.id/admin/41056387.pdf

Cakrawati, D, & Mustika NH. (2012). Bahan Pangan, Gizi, dan Kesehatan. Bandung: Alfabeta Bandung.

Damayanti, A. E. (2016). Hubungan Citra Tubuh, Aktivitas Fisik, dan Pengetahuan Gizi Seimbang dengan Status Gizi Remaja Putri di SMK Adhikawacana Surabaya diakses 17 Oktober 2018 pada http://repository.unair.ac.id/46573/14/FKM.%20344-16%20Dam%20h.pdf

Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat FKM UI. (2014). Gizi dan Kesehatan Masyarakat Edisi Revisi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2010). Pelaksanaan Program Perbaikan Gizi Kabupaten/Kota: Jakarta.

Depkes, Poltekes. (2010). Kesehatan Remaja Problem Dan Solusinya. Jakarta : PT Salemba Medik.

Depkes RI. (2009). Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta: Depertemen Republik Indonesia.

Destayanti, P., (2011). Perception of body shape with adolescents nutrition status in Surabaya. Tesis. Surabaya: Universitas Airlangga.

Dharma, K.K. (2011). Metodologi Penelitian Keperawatan-Panduan Melaksanakan dan Menerapkan Hasl Penelitian. Jakarta: Trans Infomedia.

Dhayu D. E. (2012). Hubungan Pengetahuan Tentang Gizi Dengan Status Gizi Siswa SMP Di Kecamatan Kerjo Kabupaten Karanganyar. Diakses 17 Januati 2019 pada http://eprints.ums.ac.id/22551/9/NASKAH_PUBLIKASI.pdf

Diza L. S. (2015). Hubungan Antara Status Gizi Dan Gambaran Tubuh Remaja Putri Di SMAN 3 Cimahi. Diakses 17 Januari 2019 pada http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28934/1/Diza%20L iane%20Sahputri-fkik.pdf

Emilia, E., (2008). Pengembangan Alat Ukur Pengetahuan, Sikap dan Praktek pada Gizi Remaja. Diakses 20 Oktober 2018. http://repository.ipb.ac.id/

Fadillah, M., Asmar Y., & Lucy F. (2016). Hubungan Pengetahuan dengan Kecukupan Gizi Mahasiswa Pendidikan Kesejahteraan Keluarga Konsentrasi Tata Boga. Diakses 17 Oktober 2018 pada http://ejournal.unp.ac.id/index.php/jhet/article/view/6338

Florence, A. G. (2017). Hubungan Pengetahuan Gizi, Pola Konsumsi terhadap Status Gizi pada Mahasiswa TPB di Sekolah Bisnis dan Manajemen Institut Teknologi Bandung. Bandung. Diakses 4 Desember 2018 pada http://repository.unpas.ac.id/29841/

Hadi, S., (2010). Beban ganda masalah gizi dan implikasinya terhadap perkembangan remaja. Diakses 27 Oktober 2018 pada www.unpad.ac.id/index.php/mgmi/article/view/440.

Herbold, N, & Sari E. (2012). Buku Saku Nutrisi. Jakarta: EGC

Hidayati., (2010). Faktor-faktor yang berhubungan dengan obesitas pada siswi SMK Negeri 01 Medan tahun 2010. Diakses 27 Oktober 2018 pada http://repository.hnm.ac.id/handle/123456789

Huriyati, S., (2009). Aktivitas fisik remaja SMP di Kabupaten Bantul serta hubungannya dengan kejadian obesitas. Jurnal Gizi Klinik Indonesia, Volume 1 No. 2. November 2009. Diakses 27 Oktober 2018 pada http://etd.repository.ugm.ac.id/index.php?mod.pdf.

Hurlock, E. B. (2011). Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga.

Imtihani, T. R., (2012). Hubungan pengetahuan, uang saku, motivasi, promosi, dan peer group dengan frekuensi konsumsi makanan cepat saji pada remaja putri. Tesis. Semarang: Universitas Diponegara.

Ipa., (2010). Perbedaan pola makan obesitas dengan non obesitas. Diakses 27 Oktober 2018 pada http://jurnal.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/41096372.pdf.

Kemenkes RI. (2014). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2014 Tentang Pedoman Umum Gizi Seimbang. Diakses pada 20 Oktober 2018 pada http://gizi.depkes.go.id.

Kementerian Kesehatan (ID). (2013). Riskesdas 2013. Badan Peneliti dan Pengembangan Kesehatan. Departemen Kesehatan : Republik Indonesia 2008.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2011). Standar antropometri penilaian status gizi anak. Jakarta: Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak. Kurniasih, D, dkk. (2010). Sehat dan bugar berkat gizi seimbang. Jakarta: Kompas Gramedia

Kurniati, P. (2017). Gambaran Status Gizi Remaja Putri Berdasarkan IMT/U di SMAN 1 Minggir Sleman. Yogyakarta. Diakses 4 Desember 2018 di

http://repository.unjaya.ac.id/2331/1/PUTRY%20KURNIAWATI%20%2811 14022%29nonfull.pdf

Lapau, B. (2012). Metode Penelitian Kesehatan (Metode Ilmiah Penulisan Skripsi Tesis, dan Disertasi). Jakarta : Yayasan Pustaka Obor Indonesia

Mardatillah. (2008). Hubungan Konsumsi Fast Food, Aktivitas Fisik Dan Faktor Lain Dengan Gizi Lebih Pada Remaja SMU Sudirman di Jakarta Timur. Diakses 20 November 2018 pada https://media.neliti.com/media/publications/18843-ID-hubungan-kebiasaankonsumsi-fast-food-aktivitas-fisik-pola-konsumsi-karakteristi.pdf

Muhammad A. K. (2017). Hubungan Asupan Makanan, Aktivitas Fisik, Dengan Status Gizi Peserta Didik Kelas VII SMPN 5 Seleman. Diakses 17 Januari 2019 pada http://eprints.uny.ac.id/52957/1/Skripsi.pdf

Notoatmodjo, S. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka Cipta

_____________. (2012). Promosi kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka cipta

Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Proverawati, A. (2010). Ilmu Gizi Untuk Keperawatan & Gizi Kesehatan. Yogyakarta: PT Muha Medika.

Puti A. Y. (2017). Jelang Remaja, Kebutuhan Gizi Anak Laki-laki dan Perempuan Berbeda. Diakses 18 Januari 2019 pada https://health.detik.com/anak-danremaja/d-3407194/jelang-remaja-kebutuhan-gizi-anak-laki-laki-danperempuan-berbeda

Putu L. P. D. dan Apoina K. (2017). Hubungan Pengetahuan Gizi, Aktivitas Fisik, Asupan Energi Dan Asupan Lemak Dengan Kejadian Obesitas Pada Remaja SMP. Diakses 17 Januari 2019 pada https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jnc/article/view/16918

Renata, P. & Anna M. D. (2017). Hubungan Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Tentang Gizi Seimbang dengan Status Gizi Siswa Kelas IV dan V di Sekolah Dasar Tarakanita Gading Serpong. Diakses pada 17 Oktober 2018 pada http://ejournal.ukrida.ac.id/ojs/index.php/Ked/article/view/1460

Reny S. (2017). Gambaran Status Gizi Remaja Putri Berdasarkan Status IMT Di SMA Islam 1 Sleman Yogyakarta. Diakses 17 Januari 2019 pada http://repository.unjaya.ac.id/2364/2/RENY%20SORAYA%20%281114135 %29nonfull.pdf

Sabri, L., & Hastono, S. P. (2014). Statistik Kesehatan. Jakarta: Rajawali Pers.

Sarwono. S.W. (2011). Psikologi Remaja. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Soetjiningsih, (2010). Buku Ajar Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. Jakarta: CV. Sagung Set

Supariasa, (2012). Penilaian Status Gizi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

__________. (2013). Penelitian Status Gizi (Edisi Revisi). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

Susanti, R., Ganis I., & Wasisto U. (2014). Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Anak dengan Status Gizi Pada Anak Usia 1-3 Tahun. Pekanbaru. Diakses pada 4 Desember 2018 pada PDF https://media.neliti.com

Waloya T, Rimbawan, & Andarwulan N. (2013). Hubungan antara konsumsi pangan dan aktivitas fisik dengan kadar kolesterol darah pria dan wanita dewasa di Bogor. Jurnal Gizi dan Pangan., 8(1): 9—16.

Widyastuti, Y. (2009). Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta: Fitramaya.

Windhi. 2016. Masyarakat Indonesia Masih Kurang Pengetahuan Gizi Seimbang. diakses 16 Oktober 2018 pada http://www.centroone.com/News/Detail/2016/2/6/7040/masyarak atindonesia-masih-kurang-pengetahuan-gizi-seimbang-

https://www.bmj.com/content/357/bmj.j1309 diakses pada 20 November 2018

http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2017/11/GIZIDALAM-DAUR-KEHIDUPAN-FINAL-SC.pdf diakses pada 16 Oktober 2018

http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/133/jtptunimus-gdl-dhianperma-6613-3babii.pdf diakses pada 3 November 2018

https://karyatulisilmiah.com/pengertian-jenis-kelamin/ diakses pada 3 November 2018

https://kliksma.com/2014/12/pengertian-genetika.html diakses pada 3 November 2018

https://republika.co.id/berita/gaya-hidup/info-sehat/17/03/16/omweur335-indonesiaalami-masalah-gizi-ganda diakses pada 18 November 2018

http://www.definisimenurutparaahli.com/pengertian-aktivitas-fisik/ diakses pada 3 November 2018

http://www.depkes.go.id/article/view/18051600005/kenali-masalah-gizi-yangancam-remaja-indonesia.html diakses pada 16 Oktober 2018

http://www.kesmas.kemkes.go.id/assets/upload/dir_519d41d8cd98f00/files/BukuSaku-Nasional-PSG-2017_975.pdf diakses pada 16 Oktober 2018

http://www.who.int/news-room/detail/11-10-2017-tenfold-increase-in-childhoodand-adolescent-obesity-in-four-decades-new-study-by-imperial-collegelondon-and-who diakses pada 20 November 2018

LAMPIRAN

Lampiran 1

Lampiran 2

Lampiran 3

Lampiran 4

Lampiran 5

Lampiran 6

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Responden yang saya hormati, Saya yang bertanda tangan dibawah ini

Nama : Eka Septianti NIM

: 11151016

Adalah mahasiswa Program Studi S1 Keperawatan STIKes Pertamedika, yang akan melakukan penelitian tentang “Hubungan Pengetahuan Gizi dengan Status Gizi Remaja di SMAN 6 Tangerang Selatan.”

Dengan ini saya mohon kepada saudara untuk bersedia menandatangani lembar persetujuan untuk menjadi responden dan menjawab pertanyaan penelitian sesuai dengan petunjuk yang ada. Jawaban responden akan dijaga kerahasiaannya dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian.

Atas bantuan dan partisipasinya, saya ucapkan terima kasih.

Jakarta, Januari 2019 Hormat Saya,

(Eka Septianti)

Lampiran 7

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini Nama Responden :

Setelah membaca dan mendapatkan penjelasan serta jawaban terhadap pertanyaan yang saya ajukan mengenai penelitian ini, saya memahami tujuan penelitian ini untuk mengetahui Hubungan Pengetahuan Gizi dengan Status Gizi Remaja di SMAN 6 Tangerang Selatan. Saya mengerti bahwa peneliti akan menghargai dan menjunjung tinggi hak-hak saya sebagai responden dan saya menyadari penelitian ini tidak berdampak negatif bagi saya. Dengan ditandatangani surat persetujuan ini, maka saya menyatakan untuk berpartisipasi dalam penelitian ini.

Jakarta, Januari 2019 Peneliti,

(Eka Septianti)

yang menyatakan

(………………….)

Lampiran 8

KUESIONER PENELITIAN HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN GIZI DENGAN STATUS GIZI REMAJA DI SMAN 6 TANGERANG SELATAN

A. Tujuan Kuesioner ini dibuat untuk mengetahui apakah ada hubungan pengetahuan tentang gizi dengan status gizi remaja di SMAN 6 Tangerang Selatan.

B. Petunjuk Pengisian Responden diharapkan: 1. Membaca pertanyaan dengan teliti 2. Menjawab setiap pertanyaan yang tersedia dengan memberikan tanda () atau jawaban tertulis pada tempat yang disediakan, 3. Menjawab pertanyaan sesuai pengetahuan responden. 4. Menanyakan kepada peneliti jika ada pertanyaan yang kurang jelas. 5. Mengumpulkan kembali kepada peneliti jika pertanyaan telah diisi dengan lengkap. Kode Responden : Tanggal Penelitian: ………………… C. Karakteristik Responden 1. Nama (inisial) : …………………………………………………….. 2. Tanggal Lahir : ……………………………………………. 3. Usia : ……………………………………………………….. 4. Jenis Kelamin : …………………………………………….. 5. Jenis Aktivitas : ( ) Ringan ( ) Sedang

( ) Berat (diisi peneliti)

6. Sedang melakukan diet : ( ) Ya

( ) Tidak

7. Tinggi badan : ....................................... cm 8. Berat badan : .......................................... kg 9. IMT/U : ................................................................... (diisi peneliti)

D. Aktivitas Fisik Berikut adalah tabel Klasifikasi Intensitas Aktifitas Fisik. Keterangan: Pilihlah kegiatan mana yang anda lakukan dengan melingkari nomor

yang

tersedia

sesuai

dengan

jenis

kegiatan

(Rendah/Sedang/Berat). RENDAH < 3,0 METs BERJALAN 1. Berjalan biasa, < 3 mil/jam 2. Berjalan di rumah/halaman 3. Melihat-lihat di pertokoan 4. Berjalan tanpa tujuan

BERSEPEDA Bersepeda < mil/jam

SEDANG 3,0-6,0 METs BERJALAN 1. Berjalan langkah sedang atau cepat 34,5 mil/jam 2. Berjalan ke kampus/tempat kerja 3. Berjalan dengan anjing 4. Berjalan saat istirahat kerja 5. Berjalan turun tangga 6. Gerak Jalan 7. Bersepatu Roda

BERAT >6,0 METs BERJALAN, JOGGING, LARI 1. Jogging atau lari 2. Skipping 3. Mendaki bukit 4. Mendaki gunung 5. Panjat tebing

BERSEPEDA 5 1. Bersepeda 5-9 mil/jam 2. Bersepeda dengan sedikit mendaki

BERSEPEDA 1. Bersepeda > 10 mil/ jam 2. Bersepeda pada ketinggian curam

AKTIVITAS DI RUMAH & TEMPAT KERJA 1. Mencuci motor, mobil Membersihkan garasi, kaca 2. Menyapu lantai 3. Menggali tanah, mencangkul 4. Menyiangi rumput sambil berdiri atau membungkuk 5. Menanam pohon 6. Memangkas ranting, pohon

AKTIVITAS DI RUMAH & TEMPAT KERJA 1. Menyekop sesuatu yang berat 2. Menggali selokan 3. Mengangkut sesuatu yang berat

AKTIVITAS DI RUMAH & TEMPAT KERJA 1. Mencuci piring 2. Merapikan tempat tidur 3. Menyiapkan makanan 4. Berkebun 5. Memangkas dahan 6. Menyiangi rumput sambil duduk. 7. Menabur benih

8.

Duduk bermain video game 9. Duduk sambil membaca, menulis, mewarnai, atau menggambar 10. Duduk menggunakan computer

7.

Mengangkut ranting/kayu.

AKTIVITAS WAKTU AKTIVITAS AKTIVITAS LUANG & WAKTU LUANG & WAKTU LUANG OLAHRAGA OLAHRAGA & OLAHRAGA 1. Yoga, senam aerobic 1. Senam aerobik 1. Latihan (low impact) (high impact) peregangan 2. Latihan fisik di air 2. Push up, Pull up dengan (aerobik/kalistenik) 3. Circuit training pemanasan 3. Bermain tenis meja (latihan beban) ringan untuk pertandingan 4. Bermain bola 2. Bermain tenis 4. Bulutangkis, bowling, tangan secara tim meja untuk memukulbola kriket 5. Bertanding futsal, rekreasi 5. Berenang untuk sepak bola 3. Bermain lempar rekreasi 6. Berenang dengan tangkap bola 6. Bermain voli untuk putaran teratur 4. Berenang rekreasi 7. Bermain tennis mengambang 7. Berkuda tunggal 5. Duduk 8. Bermain musik memancing dengan berdiri atau 6. Bermain Kmusik berjalan (marching dengan duduk band) u

Kuesioner Aktivitas Fisik RISKESDAS (2013) Berikut adalah pertanyaan aktivitas fisik yang berkaitan dengan pekerjaan, aktivitas di rumah, aktivitas di waktu senggang dan transportasi. Keterangan: Isilah pertanyaan berikut sesuai dengan kegiatan yang anda pilih/lakukan di tabel atas. 1.

Apakah anda biasa melakukan aktivitas fisik berat, yang dilakukan terus menerus paling sedikit selama 10 menit setiap kali melakukannya? Jawab : a. Ya b. Tidak  dilanjutkan ke nomor 4

2.

Biasanya berapa hari dalam seminggu, anda melakukan aktivitas fisik berat tersebut? Jawab : .................hari

3.

Biasanya pada hari ketika anda melakukan aktivitas fisik berat, berapa total waktu yang digunakan untuk melakukan seluruh kegiatan tersebut ? Jawab : .................menit

4.

Apakah anda biasa melakukan aktivitas fisik sedang, yang dilakukan terus menerus paling sedikit selama 10 menit setiap kali melakukannya? Jawab : a. Ya b.Tidak  dilanjutkan ke nomor 7

5.

Biasanya berapa hari dalam seminggu, anda melakukan aktivitas fisik sedang tersebut? Jawab : .................hari

6.

Biasanya pada hari ketika anda melakukan aktivitas fisik sedang, berapa total waktu yang digunakan untuk melakukan seluruh kegiatan tersebut ? Jawab : .................menit

7.

Apakah anda biasa melakukan aktivitas fisik ringan, yang dilakukan terus menerus paling sedikit selama 10 menit setiap kalinya? Jawab : a. Ya b. Tidak

8.

Biasanya berapa hari dalam seminggu, anda melakukan aktivitas fisik ringan tersebut? Jawab : .................hari

9.

Biasanya pada hari ketika anda melakukan aktivitas fisik ringan, berapa total waktu yang digunakan untuk melakukan seluruh kegiatan tersebut ? Jawab : .................menit

Panduan Analisis Kuesioner Tingkat Aktivitas Fisik 1. Penghitungan aktivitas fisik Cara penghitungan tingkat aktivitas fisik adalah dengan menghitung jumlah aktivitas fisik yang tercantum dalam kuesioner dalam waktu 1 minggu.

2. Pembobotan aktivitas fisik Pembobotan dilakukan sebagai berikut : a. Aktivitas fisik yang termasuk dalam aktivitas fisik berat diberi bobot 4, ini berarti durasi melakukan aktivitas fisik tersebut (dalam menit) dikalikan 4. b. Aktivitas fisik yang termasuk dalam aktivitas fisik sedang diberi bobot 2, ini berarti durasi melakukan aktivitas fisik tersebut (dalam menit) dikalikan 2. c. Aktivitas fisik yang termasuk dalam aktivitas fisik ringan diberi bobot 1, ini berarti durasi melakukan aktivitas fisik tersebut (dalam menit) dikalikan 1.

3. Klasifikasi aktivitas fisik Jumlah aktivitas fisik dalam 1 minggu dihitung dalam menit dan selanjutnya diklasifikasikan sebagai berikut : a. Tingkat aktivitas fisik rendah Bila jumlah aktivitas fisik yang meningkatkan kesehatan < 150 menit dalam 1 minggu. b. Tingkat aktivitas fisik sedang Bila jumlah aktivitas fisik yang meningkatkan kesehatan 150 – 300 menit dalam 1 minggu. c. Tingkat aktivitas fisik rendah Bila jumlah aktivitas fisik yang meningkatan kesehatan > 300 menit dalam 1 minggu

2. Kuesioner Bouchard a. Responden mengisi diari yang telah diberikan berdasarkan aktivitas fisik yang dilakukan selama 24 jam pada dua hari kerja dan satu hari libur. b. Pemeriksa melakukan analisis diari tingakat aktivitas fisik.

Keterangan: Bobot aktivitas fisik

= aktivitas fisik berat diberi bobot 4 aktivitas fisik sedang diberi bobot 2 aktivitas fisik ringan diberi bobot 1

Frekuensi aktivitas fisik

= jumlah hari dalam satu minggu yang digunakan untuk aktivitas fisik

Durasi aktivitas fisik

= lama waktu yng digunakan untuk melaukan aktivitas fisik (menit)

E. Pengetahuan Gizi Beri tanda silang (X) pada pilihan jawaban yang Anda anggap paling benar. Pertanyaan

No.

Berikut ini adalah kelompok zat gizi yang diperlukan oleh tubuh kita : a. Karbohidrat, lemak 1

b. Karbohidrat, lemak, protein c. Karbohidrat, lemak, protein, vitamin d. Karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral Apakah guna makanan bagi tubuh kita ? a. sebagai zat tenaga, zat pembangun, zat pengatur

2

b. Sebagai zat tenaga, zat pengatur c. Sebagai zat pembangun d. Untuk mengenyangkan perut Manakah dari zat-zat gizi berikut yang berfungsi untuk pertumbuhan dan pemeliharaan jaringan tubuh ? a. Lemak

3

b. Protein c. Karbohidrat d. Tidak tahu Berikut ini adalah susunan menu yang bergizi seimbang yaitu : a. Nasi, ikan, tahu, sayur sop, jeruk

4

b. Roti dan susu c. Nasi, perkedel kentang, ayam goreng d. Tidak tahu Makanan yang banyak mengandung serat : a. daging

5

b. telur c. buah dan sayur d. tidak tahu Contoh pangan yang mengandung karbohidrat adalah :

6

a. Ubi, kentang, ikan

b. Nasi, singkong, jagung c. Daging, telur, susu d. Tidak tahu Buah-buahan dan sayuran merupakan bahan makanan yang mengandung zat gizi? a. Protein 7

b. Vitamin dan Mineral c. Lemak d. Tidak Tahu Contoh pangan yang tinggi lemak adalah…. a. Susu, ikan, putih telur

8

b. Kuning telur, susu, mentega c. Mentega, putih telur, ikan d. Tidak tahu Makanan apa yang bisa menyebabkan kegemukan ? a. Sayuran

9

b. Fast Food (Mc Donals, KFC, French Fries) c. Buah-buahan d. Tahu dan Tempe Penyebab seseorang menjadi gemuk yaitu karena kelebihan ? a. Protein dan Vitamin

10

b. Karbohidrat dan lemak c. Vitamin dan Mineral d. Serat (sayuran dan buah-buahan) Menurut anda, pada umumnya makanan fast food (pizza, fried chicken, hamburger, dll) mengandung zat gizi ? a. Serat dan Vitamin

11

b. Serat dan Lemak c. Karbohidrat dan lemak d. Vitamin dan Mineral Konsumsi energi yang berlebih akan disimpan dalam bentuk?

12

a. Tenaga

b. Lemak c. Energi d. Tidak tahu Penyakit yang diakibatkan oleh gizi lebih/kegemukan ? a. Anemia b. Beri-beri 13

c. Kegemukan dan penyakit Degeneratif (hipertensi jantung koroner, dll) d. Tidak tahu Faktor penyebab terjadinya gizi lebih/kegemukan adalah… a. Banyak minum obat-obatan

14

b. Aktifitas fisik (olah raga) secara teratur c. Konsumsi makanan yang berlebihan d. Tidak tahu Gangguan kegemukan dapat terjadi pada ? a. Balita, remaja

15

b. Remaja, dewasa c. Balita, remaja, dewasa d. Tidak tahu Menu yang baik untuk mengurangi berat badan adalah… a. Rendah kalori dan tinggi lemak

16

b. Rendah kalori dan gizi seimbang c. Rendah kalori dan protein d. Tidak tahu Cara mencegah gizi lebih/kegemukan yang efektif adalah dengan cara : a. Mengatur pola makan dan olah raga

17

b. Mengatur jadwal istirahat c. Minum Jamu d. Tidak tahu

Sumber: (Mardatilah, 2008)

Lampiran 8

HASIL UJI VALIDITAS

Reliability Scale: ALL VARIABLES

Case Processing Summary N Cases

Valid

Cronbach's

30

100.0

0

.0

30

100.0

Excludeda Total

Reliability Statistics %

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Item Statistics Mean

Std. Deviation

N

P1

3.93

.254

30

P2

2.87

.346

30

P3

.93

.254

30

P4

2.90

.305

30

P5

.93

.254

30

P6

.93

.254

30

P7

.97

.183

30

P8

.93

.254

30

P9

.97

.183

30

P10

.93

.254

30

P11

.97

.183

30

P12

.93

.254

30

P13

.93

.254

30

P14

.93

.254

30

P15

.93

.254

30

P16

.93

.254

30

P17

.97

.183

30

Alpha

N of Items .818

17

Item-Total Statistics Scale Scale Mean

Variance if

Corrected

Cronbach's

if Item

Item

Item-Total

Alpha if Item

Deleted

Deleted

Correlation

Deleted

P1

18.97

4.102

.398

.809

P2

20.03

3.413

.817

.775

P3

21.97

4.102

.398

.809

P4

20.00

4.000

.396

.810

P5

21.97

4.033

.469

.805

P6

21.97

4.309

.192

.822

P7

21.93

4.409

.174

.820

P8

21.97

3.757

.767

.786

P9

21.93

4.409

.174

.820

P10

21.97

4.033

.469

.805

P11

21.93

4.133

.551

.803

P12

21.97

4.102

.398

.809

P13

21.97

4.102

.398

.809

P14

21.97

4.447

.060

.829

P15

21.97

4.102

.398

.809

P16

21.97

4.033

.469

.805

P17

21.93

4.202

.455

.808

Scale Statistics Mean 22.90

Variance 4.576

Std. Deviation 2.139

N of Items 17

Reliability Scale: ALL VARIABLES Case Processing Summary N Cases

Valid

Reliability Statistics

% 30

100.0

0

.0

30

100.0

Cronbach's Alpha

Excludeda

N of Items .809

Total

16

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure. Item-Total Statistics

Item Statistics Mean

Std. Deviation

N

P1

3.93

.254

30

P2

2.87

.346

30

P3

.93

.254

30

P4

2.93

.254

30

P5

.93

.254

30

P7

.93

.254

30

P8

.93

.254

30

P9

.97

.183

30

P10

.93

.254

30

P11

.97

.183

30

P12

.93

.254

30

P13

.93

.254

30

P14

.93

.254

30

P15

.93

.254

30

P16

.93

.254

30

P17

.97

.183

30

Scale

Scale

Mean if

Variance if

Corrected

Alpha if

Item

Item

Item-Total

Item

Deleted

Deleted

Correlation

Deleted

P1

18.03

3.620

.433

.797

P2

19.10

3.059

.764

.766

P3

21.03

3.620

.433

.797

P4

19.03

3.689

.359

.802

P5

21.03

3.551

.510

.792

P7

21.03

4.033

.005

.825

P8

21.03

3.275

.831

.768

P9

21.00

4.000

.094

.815

P10

21.03

3.620

.433

.797

P11

21.00

3.655

.593

.790

P12

21.03

3.620

.433

.797

P13

21.03

3.620

.433

.797

P14

21.03

4.033

.005

.825

P15

21.03

3.689

.359

.802

P16

21.03

3.620

.433

.797

P17

21.00

3.724

.489

.796

Scale Statistics Mean 21.97

Variance 4.102

Std. Deviation 2.025

Cronbach's

N of Items 16

Reliability Scale: ALL VARIABLES Case Processing Summary Reliability Statistics N

% Cronbach's

Cases

Valid Excludeda Total

30

100.0

0

.0

30

100.0

Alpha

N of Items .825

15

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure. Item-Total Statistics Item Statistics Mean

Std. Deviation

N

P1

3.93

.254

30

P2

2.87

.346

30

P3

.93

.254

30

P4

2.93

.254

30

P5

.93

.254

30

P8

.93

.254

30

P9

.97

.183

30

P10

.93

.254

30

P11

.97

.183

30

P12

.93

.254

30

P13

.93

.254

30

P14

.93

.254

30

P15

.93

.254

30

P16

.93

.254

30

P17

.97

.183

30

Scale

Scale

Mean if

Variance if

Corrected

Alpha if

Item

Item

Item-Total

Item

Deleted

Deleted

Correlation

Deleted

P1

17.10

3.541

.448

.814

P2

18.17

3.040

.725

.791

P3

20.10

3.541

.448

.814

P4

18.10

3.610

.372

.819

P5

20.10

3.472

.525

.809

P8

20.10

3.197

.851

.786

P9

20.07

3.995

.006

.836

P10

20.10

3.541

.448

.814

P11

20.07

3.582

.605

.808

P12

20.10

3.541

.448

.814

P13

20.10

3.541

.448

.814

P14

20.10

3.955

.014

.842

P15

20.10

3.610

.372

.819

P16

20.10

3.541

.448

.814

P17

20.07

3.651

.501

.813

Scale Statistics Mean 21.03

Variance 4.033

Std. Deviation 2.008

Cronbach's

N of Items 15

Reliability Scale: ALL VARIABLES Case Processing Summary N Cases

Reliability Statistics %

Valid Excludeda Total

Cronbach's

30

100.0

0

.0

30

100.0

Alpha

N of Items .836

14

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure. Item-Total Statistics

Item Statistics Mean

Std. Deviation

N

P1

3.93

.254

30

P2

2.87

.346

30

P3

.93

.254

30

P4

2.93

.254

30

P5

.93

.254

30

P8

.93

.254

30

P10

.93

.254

30

P11

.97

.183

30

P12

.93

.254

30

P13

.93

.254

30

P14

.93

.254

30

P15

.93

.254

30

P16

.93

.254

30

P17

.97

.183

30

20.07

Variance 3.995

Std. Deviation 1.999

Scale

Cronbach's

Mean if

Variance if

Corrected

Alpha if

Item

Item

Item-Total

Item

Deleted

Deleted

Correlation

Deleted

P1

16.13

3.499

.455

.826

P2

17.20

3.062

.673

.809

P3

19.13

3.499

.455

.826

P4

17.13

3.568

.379

.831

P5

19.13

3.430

.533

.821

P8

19.13

3.154

.862

.798

P10

19.13

3.499

.455

.826

P11

19.10

3.541

.612

.820

P12

19.13

3.499

.455

.826

P13

19.13

3.499

.455

.826

P14

19.13

3.913

.018

.854

P15

19.13

3.568

.379

.831

P16

19.13

3.499

.455

.826

P17

19.10

3.610

.507

.825

Scale Statistics Mean

Scale

N of Items 14

Reliability Scale: ALL VARIABLES Case Processing Summary N Cases

Valid Excludeda Total

Reliability Statistics

% 30

100.0

0

.0

30

100.0

Cronbach's Alpha

N of Items .854

13

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure. Item-Total Statistics

Item Statistics Mean

Std. Deviation

N

P1

3.93

.254

30

P2

2.87

.346

30

P3

.93

.254

30

P4

2.93

.254

30

P5

.93

.254

30

P8

.93

.254

30

P10

.93

.254

30

P11

.97

.183

30

P12

.93

.254

30

P13

.93

.254

30

P15

.93

.254

30

P16

.93

.254

30

P17

.97

.183

30

Scale

Scale

Mean if

Variance if

Corrected

Alpha if

Item

Item

Item-Total

Item

Deleted

Deleted

Correlation

Deleted

P1

15.20

3.407

.471

.846

P2

16.27

3.030

.634

.835

P3

18.20

3.407

.471

.846

P4

16.20

3.476

.394

.851

P5

18.20

3.338

.551

.841

P8

18.20

3.062

.885

.818

P10

18.20

3.407

.471

.846

P11

18.17

3.454

.627

.839

P12

18.20

3.407

.471

.846

P13

18.20

3.407

.471

.846

P15

18.20

3.476

.394

.851

P16

18.20

3.476

.394

.851

P17

18.17

3.523

.520

.844

Scale Statistics Mean 19.13

Variance 3.913

Cronbach's

Std. Deviation 1.978

N of Items 13

Lampiran 9

HASIL PENELITIAN

UJI NORMALITAS Statistics TOTAL N

Valid

87

Missing

0

Mean

16.61

Median

18.00

Std. Deviation

2.899

Skewness

-.916

Std. Error of Skewness

.258

Kurtosis

-.420

Std. Error of Kurtosis

.511

Minimum

9

Maximum

20

TOTAL Cumulative Frequency Valid

Percent

Valid Percent

Percent

9

2

2.3

2.3

2.3

11

3

3.4

3.4

5.7

12

5

5.7

5.7

11.5

13

10

11.5

11.5

23.0

14

3

3.4

3.4

26.4

15

5

5.7

5.7

32.2

16

4

4.6

4.6

36.8

17

2

2.3

2.3

39.1

18

21

24.1

24.1

63.2

19

29

33.3

33.3

96.6

20

3

3.4

3.4

100.0

87

100.0

100.0

Total

HASIL UJI UNIVARIAT Distribusi frekuensi usia USIA Cumulative Frequency Valid

Percent

Valid Percent

Percent

14

5

5.7

5.7

5.7

15

76

87.4

87.4

93.1

16

6

6.9

6.9

100.0

87

100.0

100.0

Total

Distribusi frekuensi jenis kelamin JK Cumulative Frequency Valid

Percent

Valid Percent

Percent

0

51

58.6

58.6

58.6

1

36

41.4

41.4

100.0

Total

87

100.0

100.0

Distribusi frekuensi IMT/U IMT/U Cumulative Frequency Valid

Percent

Valid Percent

Percent

14.0

1

1.1

1.1

1.1

15.0

2

2.3

2.3

3.4

15.3

1

1.1

1.1

4.6

15.4

2

2.3

2.3

6.9

15.5

1

1.1

1.1

8.0

15.6

1

1.1

1.1

9.2

16.0

2

2.3

2.3

11.5

16.2

1

1.1

1.1

12.6

16.3

1

1.1

1.1

13.8

16.5

1

1.1

1.1

14.9

16.6

1

1.1

1.1

16.1

16.7

1

1.1

1.1

17.2

16.8

1

1.1

1.1

18.4

16.9

1

1.1

1.1

19.5

17.0

2

2.3

2.3

21.8

17.4

1

1.1

1.1

23.0

17.5

1

1.1

1.1

24.1

17.6

2

2.3

2.3

26.4

17.7

1

1.1

1.1

27.6

17.8

1

1.1

1.1

28.7

17.9

1

1.1

1.1

29.9

18.0

1

1.1

1.1

31.0

18.1

3

3.4

3.4

34.5

18.2

2

2.3

2.3

36.8

18.4

1

1.1

1.1

37.9

18.6

1

1.1

1.1

39.1

18.8

2

2.3

2.3

41.4

19.0

1

1.1

1.1

42.5

19.3

1

1.1

1.1

43.7

19.6

1

1.1

1.1

44.8

20.0

1

1.1

1.1

46.0

20.3

2

2.3

2.3

48.3

20.4

1

1.1

1.1

49.4

20.5

1

1.1

1.1

50.6

20.7

1

1.1

1.1

51.7

20.8

2

2.3

2.3

54.0

21.0

2

2.3

2.3

56.3

21.1

1

1.1

1.1

57.5

21.2

1

1.1

1.1

58.6

21.4

1

1.1

1.1

59.8

21.6

2

2.3

2.3

62.1

21.7

1

1.1

1.1

63.2

22.0

2

2.3

2.3

65.5

22.5

1

1.1

1.1

66.7

22.7

1

1.1

1.1

67.8

22.9

1

1.1

1.1

69.0

23.2

1

1.1

1.1

70.1

23.5

1

1.1

1.1

71.3

23.7

2

2.3

2.3

73.6

23.9

1

1.1

1.1

74.7

24.0

1

1.1

1.1

75.9

24.4

2

2.3

2.3

78.2

24.6

2

2.3

2.3

80.5

24.8

1

1.1

1.1

81.6

25.0

1

1.1

1.1

82.8

25.2

1

1.1

1.1

83.9

25.4

1

1.1

1.1

85.1

25.7

1

1.1

1.1

86.2

25.9

1

1.1

1.1

87.4

26.1

1

1.1

1.1

88.5

26.2

1

1.1

1.1

89.7

26.5

1

1.1

1.1

90.8

26.7

1

1.1

1.1

92.0

27.4

2

2.3

2.3

94.3

28.2

1

1.1

1.1

95.4

30.3

1

1.1

1.1

96.6

30.8

2

2.3

2.3

98.9

33.3

1

1.1

1.1

100.0

Total

87

100.0

100.0

Distribusi frekuensi status gizi STATUS GIZI Cumulative Frequency Valid

KURANG

Percent

Valid Percent

Percent

5

5.7

5.7

5.7

LEBIH

22

25.3

25.3

31.0

NORMAL

60

69.0

69.0

100.0

Total

87

100.0

100.0

Distribusi frekuensi pengetahuan

Pengetahuan Cumulative Frequency Valid

Percent

Valid Percent

Percent

kurang

34

39.1

39.1

39.1

baik

53

60.9

60.9

100.0

Total

87

100.0

100.0

HASIL UJI BIVARIAT

Crosstabs

Case Processing Summary Cases Valid N pengetahuan * STATUS

Percent 87

GIZI

Missing N

Total

Percent

100.0%

0

N

0.0%

Percent 87

100.0%

pengetahuan * STATUS GIZI Crosstabulation STATUS GIZI KURANG pengetahuan

kurang

Count

baik

7

34

2.0

8.6

23.4

34.0

14.7%

64.7%

20.6%

100.0%

0

0

53

53

3.0

13.4

36.6

53.0

0.0%

0.0%

100.0%

100.0%

5

22

60

87

5.0

22.0

60.0

87.0

5.7%

25.3%

69.0%

100.0%

Expected Count

Total

Count Expected Count % within pengetahuan

Total

22

Count

% within pengetahuan

NORMAL

5

Expected Count % within pengetahuan

LEBIH

Chi-Square Tests

Value

df

Asymp. Sig.

Exact Sig.

Exact Sig.

Point

(2-sided)

(2-sided)

(1-sided)

Probability

61.028a

2

.000

.000

Likelihood Ratio

73.197

2

.000

.000

Fisher's Exact Test

66.872

Pearson Chi-Square

Linear-by-Linear Association

52.196b

N of Valid Cases

.000 1

.000

.000

.000

87

a. 2 cells (33.3%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1.95. b. The standardized statistic is 7.225.

.000

Risk Estimate Value Odds Ratio for pengetahuan

a

(kurang / baik) a. Risk Estimate statistics cannot be computed. They are only computed for a 2*2 table without empty cells.

Case Processing Summary

pengetahuan

Cases Valid N

STATUS GIZI

Missing

Percent

N

Total

Percent

N

Percent

kurang

34

100.0%

0

0.0%

34

100.0%

baik

53

100.0%

0

0.0%

53

100.0%

Descriptivesa

pengetahuan STATUS GIZI

Statistic kurang

Mean

Std. Error

1.06

95% Confidence Interval for

Lower Bound

.85

Mean

Upper Bound

1.27

5% Trimmed Mean

1.07

Median

1.00

Variance

.360

Std. Deviation

.600

Minimum

0

Maximum

2

Range

2

Interquartile Range

0

Skewness Kurtosis a. STATUS GIZI is constant when pengetahuan = baik. It has been omitted.

.103

-.015

.403

.009

.788

Lampiran 10

RIWAYAT HIDUP

Nama

: Eka Septianti

Tempat/Tgl.lahir

: Tangerang, 5 September 1997

Alamat

: Jl. Kemiri VIII RT 02 RW 04 No. 2 Kel. Pondok Cabe Kec.Pamulang Kota Tangerang Selatan

Riwayat Pendidikan

: 1) TK Miftahul Diniyah Lulus tahun 2003 2) SDN Pondok Cabe Udik I Lulus Tahun 2009 3) SMPN 2 Kota Tangerang Selatan Lulus Tahun 2012 4) SMK Al-Ma’mun Education Center Lulus tahun 2015 5) Sedang

menempuh

Program

Studi

S1

Keperawatan STIKes Pertamedika sejak tahun 2015 sampai sekarang.

Related Documents

Skripsi
December 2019 83
Skripsi
May 2020 46
Skripsi
June 2020 43

More Documents from ""