Makalah Akuntansi Pajak Sediaan dan Harga Pokok Penjualan
Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Akuntansi Pajak Dosen : Drs. Muhammad Abdul Aris, M.Si.
Kelompok 4 : Silmi Agustin
B200160365
Shinta Dwi Rahayu
B200160369
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Surakarta 2019
Kata Pengantar Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul Sediian dan Harga Pokok Penjualan ini dengan baik. Tujuan dibuatnya makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Akuntansi Pajak serta untuk menjelaskan secara singkat tentang sediaan dan harga pokok penjualan berdasarkan akuntansi pajak. Tak lupa kami mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini baik secara langsung maupun tidak langsung, khususnya kepada Bapak Drs. Muhammad Abdul Aris, M.Si. selaku dosen mata kuliah akuntansi pajak Universitas Muhammadiyah Surakarta. Selama proses pembuatan makalah ini banyak kendala yang kami hadapi, diantaranya adalah kurang pemahaman akan materi dan keterbatasan waktu berkumpul untuk mengerjakan makalah ini. Walaupun demikian kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Kami sadar sepenuhnya bahwa makalah yang kami susun ini masih memiliki banyak kekurangan, untuk itu kami mengaharapkan kritik dan saran yang membangun guna memperbaiki dan melengkapi makalah ini di masa mendatang sehingga menjadi lebih baik lagi.
Surakarta, 22 Maret 2019
Penulis
2
Daftar Isi Halaman Judul............................................................................................... 1 Kata Pengantar .............................................................................................. 2 Daftar Isi........................................................................................................ 3 BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................ 4 A. Latar Belakang ............................................................................... 4 B. Rumusan......................................................................................... 4 C. Tujuan ............................................................................................ 4 BAB 2 PEMBAHASAN ............................................................................... 5 A. Definisi Persediaan......................................................................... 5 B. Macam Biaya Angkut .................................................................... 5 C. Jenis Persediaan ............................................................................. 6 D. Sistem Pencatatan Persediaan ........................................................ 7 E. Metode Penilaian Persediaan ......................................................... 7 F. Akuntansi Pajak ............................................................................. 9 BAB 3 PENTUP ........................................................................................... 11 A. Kesimpulan ..................................................................................... 11 Daftar Pustaka ............................................................................................... 12
3
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemilihan prinsip atau metode penilaian persediaan mempunyai suatu pengaruh penting pada pendapatan yang dilaporkan dan posisi keuangan perusahaan tertentu. Oleh karena persediaan biasanya merupakan harta lancar yang terpenting, maka metode penilaian persediaan merupakan suatu faktor yang penting dalam menetapkan hasil operasi dan kondisi keuangan. Salah satu tujuan dari akuntansi persediaan, termasuk penilaian persediaan adalah untuk menetapkan penghasilan yang wajar dengan membebankan biaya yang bersangkutan terhadap penghasilan perusahaan. Dalam proses penjualan dan pembelian dapat dilihat bahwa persediaan merupakan nilai yang tersisa setelah jumlah biaya telah dibebankan terhadap penjualan atau sebagai jumlah biaya yang tersisa untuk dibebankan terhadap penjualan di masa yang akan datang. B. Rumusan Rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut : 1. Apa definisi persediaan? 2. Apa macam biaya angkut? 3. Apa jenis persediaan? 4. Bagaimana sistem pencatatan persediaan? 5. Bagaimana metode penilaian persediaan? 6. Bagaimana akuntansi perpajakannya? C. Tujuan Tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui definisi persediaan. 2. Untuk mengetahui macam biaya angkut. 3. Untuk mengetahui jenis persediaan. 4. Untuk mengetahui sistem pencatatan persediaan. 5. Untuk mengetahui metode penilaian persediaan. 6. Untuk mengetahui akuntansi perpajakannya.
4
BAB 2 PEMBAHASAN A. Definisi Persediaan Dalam SAK-ETAP yang diatur oleh IAI (2009:52), persediaan adalah aset untuk dijual dalam kegiatan usaha normal, dalam proses produksi untuk kemudian dijual, atau dalam bentuk bahan atau perlengkapan untuk digunakan dalam proses produksi atau pemberian jasa. Dari pengertian tersebut, dapat dikatakan bahwa persediaan merupakan aset yang dimiliki untuk dijual dalam kegiatan usaha normal dalam perusahaan dagang maupun dalam perusahaan manufaktur yang membutuhkan proses produksi. Pengertian persediaan menurut PSAK No.14 (Revisi 2008) digunakan untuk menyatakan aset yang : 1. Tersedia untuk digunakan dalam kegiatan usaha normal. 2. Dalam proses produksi dan/atau dalam perjalanan. 3. Dalam bentuk bahan atau perlengkapan (supplies) untuk digunakan dalam proses produksi atau pemberian jasa.
B. Macam Biaya Angkut Menurut Wild dan Kwok (2011:157-158), biaya angkut dibagi menjadi dua yaitu sebagai berikut : 1. FOB Destination Point Biaya angkut dibayar oleh penjual dan kepemilikan barang dagang berpindah pada saat barang telah sampai di gudang pembeli. 2. FOB Shipping Point Biaya angkut dibayar oleh pembeli dan kepemilikan barang dagang berpindah pada saat barang sampai di pelabuhan atau barang sampai di perusahaan pengangkut.
5
C. Jenis Persediaan Usaha manufaktur biasanya memiliki lima jenis persediaan sebagai berikut : 1. Bahan baku dan bahan pelengkap Bahan baku dapat digolongkan ke dalam bahan baku langsung dan bahan pembantu. Bahan baku langsung adalah bahan-bahan yang dapat diidentifikasi langsung dalam produk, misalnya bahan kayu untuk pembuatan lemari. Bahan baku pelengkap adalah bahan yang tidak dapat diidentifikasikan dalam produk, seperti minyak pelumas dan kertas amplas. Bahan tersebut secara fisik tdak terlihat dalam produk. 2. Barang dalam pengolahan Barang dalam pengolahan adalah barang yang masih dalam tahap penyelesaian. Untuk menyelesaikan produk tersebut, perusahaan masih memerlukan tambahan pekerjaan sehingga membutuhkan biaya tenaga dan biaya tidak langsung lainnya. 3. Barang jadi Barang jadi adalah produk yang telah selesai diolah dan siap untuk dijual. Semua biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya tidak langsung telah dibebankan. Persediaan meliputi barang-barang yang ada dalam perusahaan, dalam perjalanan, atau yang dititipkan kepada pihak lain. Barang-barang yang tidak lagi dijual atau digunakan untuk produksi tidak lagi digolongkan ke dalam persediaan, tetapi dimasukkan sebagai bagian aset lain-lain. 4. Barang dalam perjalanan Barang dalam perjalanan adalah barang yang dikirimkan atas dasar FOB Shipping Point yang masih berada dalam perjalanan. Pada akhir periode akan menjadi milik pembeli dan harus diperhitungkan pada catatan pembeli. 5. Barang konsinyasi Barang konsinyasi adalah barang yang telah diserahkan kepada consignee tetapi merupakan kepemilikan dari consignor dan dimasukkan dalam persediaan consignor sebesar harga beli atau biaya produksi.
6
D. Sistem Pencatatan Persediaan 1. Sistem perpetual Dalam sistem ini persediaan biasanya dapat diketahui secara terusmenerus tanpa melakukan inventarisasi fisik (stock opname). Oleh karena itu, setiap jenis barang dibuat kartu, dan setiap mutasi persediaan dicatat dalam kartu, baik harga maupun kuantitas, sehingga pengendalian persediaan menjadi sangat mudah, yaitu dengan melakukan pencocokan antara kartu persediaan dan hasil inventarisasi fisik. Pencatatan persediaan menggunakan sistem perpetual menjadi rumit apabila jumlah barang yang dicatatnya cukup banyak,
kecuali jika telah mengaplikasikan sistem
informasi yang memanfaatkan teknologi komputer. 2. Sistem periodik Dalam
sistem
periodik,
persediaan
dihitung
dengan
melakukan
inventarisasi pada akhir periode. Hasil perhitungan tersebut dipakai untuk menghitung Harga Pokok Penjualan. Pada sistem ini, setiap mutasi persediaan tidak dibuatkan pencatatan dan penghitungan persediaannya dan tetap dilakukan pengendalian persediaan.
E. Metode Penilaian Persediaan 1. Berdasarkan Harga Perolehan a. Metode indentifikasi khusus Metode ini berasumsi bahwa arus barang harus sama dengan arus biaya, sehingga setiap kelompok barang diberi identifikasi dan dibuat kartu. Dengan demikian, Harga Pokok untuk setiap barang dapat diketahui, sehingga Harga Pokok Penjualan terdiri atas Harga Pokok barang yang dijual dan sisanya sebagai persediaan akhir. b. Metode masuk pertama keluar pertama (FIFO) Metode ini mendasarkan asumsi bahwa barang yang masuk pertama akan dikeluarkan pertama.
7
c. Metode masuk terakhir keluar pertama (LIFO) Cara ini digunakan dengan mendasarkan pada asumsi bahwa arus pembebanan ke harga pokok penjualan berdasarkan pada harga pembelian terakhir. d. Metode rata-rata (average) Dengan metode rata-rata, pembebanan ke Harga Pokok untuk barang yang dijual atau untuk persediaan akhir menggunakan harga rata-rata. Metode harga rata-rata terdiri atas : 1) Rata-rata sederhana (simple average) Harga rata-rata dihitung dengan cara menjumlahkan harga pokok per unit (tanpa mengalikan jumlah barang) dibagi dengan banyaknya harga. 2) Rata-rata bergerak (moving average) Seperti pada perhitungan rata-rata tertimbang, pembebanan ke harga pokok penjualan dilakukan setiap terjadi pembelian, tetapi metode ini digunakan pada perpetual. 2. Berdasarkan Estimasi Penetapan besarnya nilai persediaan akhir dapat dilakukan dengan mendasarkan estimasi pada : a. Metode laba kotor (laba bruto) Pada metode ini nilai persediaan akhir dihitung mundur dan biasanya digunakan dalam keadaan khusus. Sebagai contoh, perusahaan dalam kondisi terbakar, sehingga sulit menetapkan secara fisik nilai persediaan akhir. b. Metode eceran (ritel) Penetapan nilai persediaan akhir pada metode ini berdasarkan pada harga yang berlaku di pasar (market value). Harga Pokok persediaan diestimasi atas dasar hubungan Harga Pokok dengan harga jual eceran untuk persediaan yang sama dengan cara mengakumulasi semua harga eceran dari persediaan yang dijual.
8
3. Metode Penilaian Lainnya a. Harga terendah antara harga perolehan dan harga pasar Kenyataan yang ada di perusahaan bahwa di gudang secara fisik mengalami kerusakan sehingga manfaatnya tidak lagi sepadan dengan Harga Pokok atau akibat lainnya seperti perubahan tingkat harga. Oleh karena itulah pada umumnya persediaan dinyatakan sebesar harga terendah antara harga perolehan dan harga pasarnya. Selisih penururnan tersebut diakui sebagai kerugian pada saat terjadinya. b. Nilai jual Produk yang harga jualnya dapat ditentukan secara pasti, tetapi harga perolehannya sulit ditetapkan, maka nilai persediaan ditetapkan sebesar harga jual dikurangi taksiran biaya-biaya penjualan yang dapat terjadi. Metode ini digunakan untuk menetapkan persediaan produk pertanian atau logam mulia.
F. Akuntansi Pajak Dari sisi praktik akuntansi komersial dan akuntansi pajak, tidak ada perbedaan prinsip dalam metode pencatatannya, sehingga metode pencatatan yang digunakan adalah sistem perpetual, baik rata-rata (average) maupun FIFO, atau metode pencatatan fisikal (kolektif) yang telah dijelaskan dalam penjelasan Pasal 10 ayat (6) Undang-Undang Pajak Penghasilan. Mengacu pada batang tubuh Pasal 10 ayat (6) Undang-Undang Pajak Penghasilan tersebut bahwa persediaan dan pemakaian persediaan untuk menghitung harga pokok dinilai berdasarkan harga perolehan : 1. Dilakukan secara rata-rata (average) 2. Dengan cara mendahulukan persediaan yang diperoleh pertama (FIFO) Untuk kepentingan penghitungan pajak penghasilan, Pasal 10 ayat (6) Undang-Undang Pajak Penghasilan menyatakan bahwa persediaan harus dinilai berdasarkan harga perolehan.
9
Ketentuan perpajakan UU PPh Nomor 36 Tahun 2008 dalam menghitung Penghasilan Kena Pajak harus berdasarkan data yang benar dan bukan berdasarkan penaksiran. Undang-Undang Pajak Penghasilan tidak mewajibkan menggunakan metode fisik sebagai dasar penghitungannya, tetapi menyarankan untuk menggunakan metode perpetual.
10
BAB 3 PENUTUP A. Kesimpulan Persediaan meliputi semua barang yang dimiliki perusahaan pada saat tertentu, dengan tujuan untuk dijual atau dikonsumsi dalam siklus operasi normal perusahaan. Metode yang dapat digunakan dalam hubungannya dengan pencatatan persediaan ada dua, yaitu: Metode Periodik dan Metode Perpetual. Sistem pencatatan (administrasi) persediaan ada dua, yang pertama sistem fisik/periodik, berdasarkan sistem ini persediaan ditentukan dengan melakukan menghitung fisik terhadap persediaan. Penghitungan fisik persediaan dilakukan secara periodik. Dalam sistem ini pencatatan terhadap mutasi persediaan tidak selalu diikuti. Oleh karena itu prosedur penghitungan fisik persediaan pada akhir periode harus dilakukan untuk dapat menentukan fisik persediaan yang akan dilaporkan dalam laporan keuangan. Hasil perhitungan fisik ini dipakai sebagai dasar penentuan nilai persediaan.Yang kedua, sistem perpetual. Pencatatan terhadap mutasi persediaan selalu diikuti secara konsisten, dengan mencatat semua transaksi yang menyebabkan berkurang atau bertambahnya persediaan.
11
Daftar Pustaka Agoes, Sukrisno dan Estralita Trisnawati. 2013. Akuntansi Perpajakan. Jakarta: Salemba Empat. Waluyo. 2016. Akuntansi Pajak. Jakarta: Salemba Empat.
12