Seminar Ak Sap 2.doc

  • Uploaded by: Eka Dwyn
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Seminar Ak Sap 2.doc as PDF for free.

More details

  • Words: 1,961
  • Pages: 9
SAP 2 SEMINAR AKUNTANSI EKA 445 BP

Oleh Kelompok 10 : I Putu Arief Krisna Sanjaya

(1607531065)

A.A. Ayu Dika Praba Pradnyani

(1607531096)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2019 0

ASIMETRI INFORMASI DALAM AKUNTANSI KEUANGAN 1. Asimetri Informasi Asimetri informasi ialah suatu adanya ketidakseimbangan perolehan informasi antara pihak manajemen selaku penyedia informasi (prepaper) dengan pihak pemegang saham dan stakeholder pada umumnya yang bertindak selaku pengguna informasi (user). Dalam bidang ekonomi, asimetri informasi terjadi jika salah satu pihak dalam suatu transaksi memiliki lebih banyak informasi atau lebih relevan dibandingkan pihak lainnya. (pada umumnya dengan istilah informasi asimetrik/informasi asimetris). seringkali pihak penjual yang memiliki informasi lebih banyak tentang produk dibandingkan pembeli, walaupun kondisi sebaliknya mungkin juga terjadi. Contoh situasi dimana penjual memiliki informasi lebih baik ada banyak, termasuk di dalamnya penjual mobil bekas, pialang saham, agen real estate, dan asuransi jiwa. Teori asimetri mengatakan bahwa pihak-pihak yang berkaitan dengan perusahaan tidak mempunyai informasi yang sama mengenai prospek dan resiko perusahaan. Pihak tertentu mempunyai informasi yang lebih baik dan mendetail dibandingkan dengan pihak lainnya. Manajer seringkali memiliki informasi yang lebih baik dibandingkan dengan pihak luar (investor) oleh karena itu bisa dikatakan terjadi asimetri informasi antara manajer dengan investor. Investor

yang sadar bahwa

mereka mempunyai informasi yang lebih sedikit cenderung akan berusha menginterpretasikan perilaku manajer. Dengan kata lain, perilaku manajer termasuk dalam perilaku penentuan strktur modal. Banyangknya kuantitas informasi yang dimiliki oleh manajer dapat memicu untuk melakukan tindakan-tindakan yang sesuai dengan keinginan dan kepentingan yakni memaksimumkan keuntungan bagi dirinya. Sedangkan bagi pemilik modal dalam hal ini investor, akan menjadi sulit untuk mengontrol tindakan yang dilakukan oleh manajemen karena hanya memiliki sedikit informasi yang terkait. Manajer sebagai pengelola perusahaan lebih banyak mengetahui informasi internal dan prospek perusahaan di masa yang akan datang dibandingkan pemilik (pemegang saham). Oleh karena itu sebagai pengelola, manajer berkewajiban memberikan sinyal mengenai

1

kondisi perusahaan kepada pemilik. Sinyal yang diberikan dapat dilakukan melalui pengungkapan informasi akuntansi seperti laporan keuangan. Menurut Handayani dan Putra (2013) informasi yang telah diumumkan dan diterima oleh pelaku pasar dianalisis untuk menentukan apakah informasi tersebut merupakan sinyal baik (good news) atau sinyal buruk (bad news). Jika hasil analisis informasi tersebut merupakan sinyal baik bagi investor, maka berdampak untuk meningkatkan volume perdagangan saham karena menurut investor sinyal baik yang ada pada perusahaan mempunyai prospek yang baik di masa yang akan datang. Hal ini dapat menarik para investor untuk melakukan perdagangan saham sehingga pasar akan bereaksi yang tercermin melalui perubahan dalam volume perdagangan saham dari informasi dan reaksi ini akan membentuk harga saham. Menurut Jensen dan Meckling (1976) pengungkapan (disclosure) dapat mengurangi biaya agensi. Selain itu, pengungkapan (disclosure) juga dapat mengurangi terjadinya asimetri informasi antara manajemen perusahaan dengan investor. Menurut Karsana dan Rahmawati (2016) bonding cost yang dikeluarkan oleh manajemen perusahaan dalam bentuk pengungkapan (disclosure) dapat meyakinkan pihak eksternal bahwa manajemen tidak melakukan perilaku yang menyimpang dari kepentingan prinsipal, terutama terkait dengan informasi yang dilaporkan melalui laporan keuangan. Pengungkapan yang dilakukan dengan baik oleh perusahaan dapat meyakinkan

pemegang saham agar lebih yakin bahwa manajemen telah

mengungkapkan secara jujur pada apa yang dilakukan dalam mengelola perusahaan. Dalam beberapa situasi tertentu, agen memungkinkan untuk membelanjakan sumber daya perusahaan (biaya bonding - bonding cost) untuk menjamin bahwa agen tidak akan bertindak yang dapat merugikan prinsipal atau untuk meyakinkan bahwa prinsipal akan memberikan kompensasi jika dia benar-benar melakukan tindakan tersebut. Namun demikian, masih bisa terjadi divergensi antara keputusankeputusan

agen

dengan

keputusan-keputusan

yang

dapat

memaksimalkan

kesejahteraan agen.

2

2. Macam Asimetri Informasi Menurut Scott (2000), ada dua macam asimetri informasi:  Adverse Selection Adverse selection adalah jenis asimetri informasi dalam mana satu pihak atau lebih yang melangsungkan atau akan melangsungkan suatu transaksi usaha, atau transaksi usaha potensial memiliki informasi lebih atas pihak-pihak lain. Adverse selection terjadi karena beberapa orang seperti manajer perusahaan dan para pihak dalam (insiders) lainnya lebih mengetahui kondisi kini dan prospek ke depan suatu perusahaan daripada para investor luar. Para manajer serta orang-orang dalam lainnya biasanya mengetahui lebih banyak tentang keadaan dan prospek perusahaan dibandingkan investor pihak luar. Dan fakta yang mungkin dapat mempengaruhi keputusan yang akan diambil oleh pemegang saham tersebut tidak disampaikan informasinya kepada pemegang saham. 

Moral Hazard Moral hazard adalah jenis asimetri informasi dalam mana satu pihak yang melangsungkan atau akan melangsungkan suatu transaksi usaha atau transaksi usaha potensial dapat mengamati tindakan-tindakan mereka dalam penyelesaian transaksi-transaksi

mereka

sedangkan

pihak-pihak

lainnya

tidak. Moral

hazard dapat terjadi karena adanya pemisahan pemilikan dengan pengendalian yang merupakan karakteristik kebanyakan perusahaan besar. Kegiatan yang dilakukan oleh manajer tidak seluruhnya diketahui oleh pemegang saham maupun pemberi pinjaman. Sehingga manajer dapat melakukan tindakan di luar pengetahuan pemegang saham yang melanggar kontrak dan sebenarnya secara etika atau norma mungkin tidak layak dilakukan. Beberapa literatur menyatakan bahwa asimetri informasi antara manajemen perusahaan dengan investor dapat dikurangi dengan pengungkapan. Adanya asumsi untuk memaksimalkan kepentingan tiap-tiap individu, maka dengan asimetri informasi yang dimiliki oleh agent atau manajer dapat mendorong mereka untuk menyembunyikan beberapa informasi yang tidak diketahui oleh principal. 3

Dengan adanya asimetri informasi manajer akan lebih diuntungkan karena memiliki lebih banyak akses terhadap informasi internal dibanding pemilik. Dalam penelitian Handayani dan Putra (2013) membuktikan asimetri informasi justru meningkatkan informasi laba. Menurut Al-Akra dan Ali (2012) risiko estimasi dan cost of capital dapat diturunkan dengan adanya tingkat pengungkapan yang semakin tinggi. 3. Manajemen Laba Schipper (1989) mendefinisikan manajemen laba sebagai suatu intervensi dengan maksud tertentu terhadap proses pelaporan keuangan eksternal dengan sengaja untuk memperoleh beberapa keuntungan pribadi. Fischer dan Rosenzweig (1995) mendefinisikan manajemen laba sebagai tindakan seorang manajer dengan menyajikan laporan yang menaikan (menurunkan) laba periode berjalan dari unit usaha yang menjadi tanggungjawabnya, tanpa menimbulkan kenaikan (penurunan) profitabilitas ekonomi unit tersebut dalam jangka panjang. Sedangkan menurut Healy dan Wahlen (1999), manajemen laba terjadi ketika manajer menggunakan pertimbangan (judgment) dalam pelaporan keuangan dan penyusunan transaksi untuk merubah laporan keuangan, dengan tujuan untuk memanipulasi besaran (magnitude) laba kepada beberapa stakeholders tentang kinerja ekonomi perusahaan atau untuk mempengaruhi hasil perjanjian (kontrak) yang tergantung pada angkaangka akuntansi yang dilaporkan. Manajemen laba akan membuat laba tidak sesuai dengan realitas ekonomi yang ada, ini berarti kualitas laba yang dilaporkan menjadi rendah. Laba yang disajikan mungkin tidak mencerminkan realitas ekonomi, tetapi lebih karena keinginan manajemen untuk memperlihatkan sedemikian rupa atau menutupi realitas yang ada. Hal tersebut dilakukan karena tingkat keuntungan atau laba yang diperoleh sering dikaitkan dengan prestasi manajemen disamping memang adalah suatu yang lazim bahwa besar kecilnya bonus yang akan diterima oleh manajer tergantung dari besar kecilnya laba yang diperoleh. Adanya kriteria penilaian kinerja manajer yang diukur berdasarkan informasi tersebut mendorong timbulnya perilaku menyimpang (dysfunctional behaviour) yang salah satu bentuknya adalah earning management. Manajemen perusahaan sebagai pengelola harus dapat bertanggung jawab kepada investor atau pemilik perusahaan dengan memberikan laporan secara 4

periodik berupa laporan keuangan sebagai penilaian kinerjanya selama periode yang sesuai dengan laporan keuangan tersebut. Namun, hubungan keagenan ini terkadang menimbulkan masalah yang dikarenakan agen atau manajemen perusahaan lebih mengetahui informasi internal serta prospek perusahaan pada perusahaan di masa mendatang dibandingkan dengan prinsipal atau investor. Individu semata-mata termotivasi oleh kepentingan dirinya sendiri sehingga menimbulkan konflik kepentingan antara principal dan agent.Hal ini dapat mengakibatkan konflik yang disebut dengan konflik kepentingan, dimana investor menginginkan dividen yang cepat dan berjumlah besar atas kegiatan investasi yang dilakukan dalam perusahaan, sedangkan manajemen perusahaan menginginkan gaji atau kompensasi yang besar juga. Ada berbagai motivasi yang mendorong dilakukannya manajemen laba. Teori akuntansi positif (Positif Accounting Theory) mengusulkan tiga hipotesis motivasi manajemen laba, yaitu: (1) hipotesis program bonus (the bonus plan hypotesis), (2) hipotesis perjanjian hutang (the debt covenant hypotesis), dan (3) hipotesis biaya politik (the political cost hypotesis) (Watts dan Zimmerman, 1986). Scott (2011:385) membagi cara pemahaman atas dua motivasi utama para manajer melakukan manajemen laba. Pertama, melihatnya sebagai perilaku oportunistik manajer untuk memaksimalkan utilitasnya dalam menghadapi kontrak kompensasi, kontrak utang, dan political cost (Oportunitic Earning Management). Kedua, dengan memandang manajemen laba dari perspektif efficient contracting (Efficient Earning Management), dimana manajemen laba memberi manajer suatu fleksibilitas untuk melindungi diri mereka dan perusahaan dalam mengantisipasi kejadian-kejadian yang tidak terduga untuk pihak-pihak yang terlibat dalam kontrak.

4. Asimetri Informasi dan Manajemen Laba Schift dan Lewin (1970) dalam Hartono dan Riyanto (1997), menyatakan bahwa agent berada diposisi yang mempunyai lebih banyak informasi mengenai kapasitas diri, lingkungan kerja dan perusahaan secara keseluruhan dibandingkan dengan principal. Dengan asumsi bahwa individu-individu bertindak untuk memaksimalkan kepentingan diri sendiri, maka dengan informasi asimetri yang dimilikinya akan mendorong agent untuk menyembunyikan beberapa informasi yang tidak diketahui principal. Sehingga dalam kondisi semacam ini principal seringkali pada posisi yang tidak diuntungkan. 5

Dalam penyajian informasi akuntansi, khususnya penyusunan laporan keuangan, agent juga memiliki informasi yang asimetri sehingga dapat lebih fleksibel mempengaruhi pelaporan keuangan untuk memaksimalkan kepentingannya. Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai laporan keuangan dalam pengambilan keputusan ekonomi (IAI, 2002).

Namun karena adanya kondisi yang asimetri, maka agent dapat

mempengaruhi angka-angka akuntansi yang disajikan dalam laporan keuangan dengan cara melakukan manajemen laba. Penelitian Agusti dan Pramesti (2009) asimetri informasi menimbulkan teori keagenan dimana investor, kreditur, dan pihak eksternal lainnya tidak memiliki informasi yang lebih banyak dan lebih cepat dari manajer. Manajer bisa saja tidak memberikan informasi penting kepada pihak luar, sehingga bisa saja investor bisa salah dalam membuat penilaian dan keputusan pada perusahaan tersebut. Hal ini yang kemudian dapat menurunkan kepercayaan dari investor kepada laporan keuangan yang telah diterbitkan oleh perusahaan. Berkurangnya kepercayaan investor inilah yang dapat mengakibatkan nilai dari suatu informasi berkurang. LaFond dan Watts (2008) menemukan bahwa lebih besar asimetri informasi antara investor insider dan outsider, keuntungan akan semakin kecil dilaporkan dan sebaliknya kerugian akan semakin besar dilaporkan dalam laporan keuangan. Artinya, asimetri informasi yang lebih besar antara insider investor dan outsider akan mengakibatkan terjadinya asimetri pengakuan keuntungan dan kerugian yang lebih besar pula dalam laporan keuangan. Selain itu bahwa opsi pertumbuhan tidak dapat diverifikasi sehingga jika investasi semakin tumbuh maka asimetri informasi antara manajer dan investor outsider akan semakin besar. Perusahaan dengan analyst coverage yang tinggi memiliki tingkat manajemen laba yang lebih kecil daripada perusahaan dengan analyst coverge yang rendah, jelas terlihat pentingnya peran analyst sebagai pemantau laporan keuangan. Tingginya analyst coverage dapat membatasi perilaku oportunistik manajemen. Konservatisme akuntansi dapat mengurangi insentif dan kemampuan manajer atas perilaku manipulatifnya sehingga akan mengurangi asimetri informasi. Penelitian lain yang dilakukan dengan menguji variabel yang mempengaruhi konservatisme menemukan bahwa analyst coverage mempengaruhi tingkat konservatisme akuntansi. Hal ini

6

memberikan bukti kuat adanya hubungan positif antara analyst coverage dan konservatisme akuntansi. Wright (2006) mengembangkan penelitian dari Leuz et al. (2003) dengan memeriksa kejadian manajemen laba di negara-negara di mana tingkat perlindungan investor yang diberikan oleh lingkungan hukum yang tinggi, dengan sampel perusahaan swasta di negara Inggris dan Amerika dalam pembelian manajemen (MBO) yang fokus pada situasi epitomizing konfl ik antara orang dalam perusahaan dan pemegang saham luar. Hasil penelitian mengidentifi kasi sejumlah perbedaan dalam tata kelola perusahaan antara kedua negara yang dapat mempengaruhi manajemen laba. Selanjutnya secara keseluruhan hasil penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan signifi kan antara manajer di Inggris dan di AS dalam mengelola pendapatan sebelum MBO, serta manajer perusahaan di AS lebih agresif dari pada manajer perusahaan di Inggris. Sementara penelitian Awais dan Wang (2011) menunjukkan bahwa karakteristik tata kelola perusahaan memainkan peran penting dalam mengurangi manajemen laba.

DAFTAR PUSTAKA

7

Al-Akra dan Ali. 2012. The influence of the introduction of accounting disclosure regulation on mandatory disclosure compliance: Evidence from Jordan. British Accounting Review, 42 (3):170-186. Ikatan Akuntan Indonesia. (2002). Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Salemba Empat. Jensen, M. C., & Meckling, W. H. 1976. Theory of the firm: Managerial behavior, agency costs and ownership structure. Journal of financial economics, 3 (4): 305-360. Schipper, Katherine. (1989). Comentary Katherine on Earnings Management. Accounting Scott, William. 2005. Financial Accounting Theory Third Edition Horizon. Scott, William R. (2000). Financial Accounting Theory. Second edition. Canada: Prentice Hall. https://www.academia.edu/5543126/Asimetri_informasi (diakses 8 februari 2019) https://isa7695.wordpress.com/2010/07/19/analisa-dan-tanggapan-akuntansi-islam-asimetriinformasi-dan-manajemen-laba-suatu-tinjauan-dalam-hubungan-keagenan/ (diakses 8 februari 2019) https://superkurnia.wordpress.com/2015/09/11/teori-asimetri-informasi/ (diakses 11 februari 2019) http://www.jurnalefektif.janabadra.ac.id/wp-content/uploads/2015/11/Efektif-Juni2014_3.pdf (diakses 11 februari 2019)

8

Related Documents

Seminar Ak Sap 2.doc
December 2019 25
Ak Hotel Sap 2
October 2019 35
Ak Hotel Sap 8.docx
December 2019 23
Teori Ak Sap 3.docx
November 2019 21
Sap 1 Ak Hotel Fix.docx
December 2019 25

More Documents from "prita wanda"

Pt Rumah Rotan Bali.docx
November 2019 18
Pengauditan Ii Cover.docx
November 2019 14
Kasus Sap 5.docx
November 2019 18
Seminar Ak Sap 2.doc
December 2019 25