MATERI KULIAH : KEPERAWATAN KOMUNITAS 1 NAMA DOSEN
: FATMA JAMA S.KEP NS M.KES
SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN KOMUNITAS
DI SUSUN OLEH KELOMPOK 1: EMI MARHAMAH NURMALA FASRIANTI IRA MAGFIRAH DELLA SAFITRI YESENIA FARADILLAH FIRNAYANTI MUHLIS NURUL AZMI HARUDDIN NURHALISA UMAR
142 2013 0013 142 2016 0002 142 2016 0003 142 2016 0018 142 2016 0020 142 2016 0030 142 2016 0031 142 2016 0032 142 2016 0034
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA MAKASSAR 2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala
limpahan
Rahmat
dan
hidayah-Nyalah
sehingga
penulis
dapat
menyelesaikan makalah ini. Semoga dengan adanya makalah ini kita dapat menambah pengetahuan kita lebih jauh tentang “SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN KOMUNITAS”. Makalah ini penulis akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang penulis miliki sangat kurang. Oleh karena itu penulis harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan atau saran yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini. Makassar, 25 Maret 2019
Penulis
i
DAFTAR ISI Kata Pengantar ................................................................................................. i Daftar Isi........................................................................................................... ii Bab I Pendahuluan A. Latar Belakang ..................................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ................................................................................ 1 C. Tujuan................................................................................................... 2 Bab II Pembahasan A. Definisi Keperawatan Komunitas ........................................................ 3 B. Sejarah Perkembangan Keperawatan Komunitas Di Dunia ................. 3 C. Sejarah Perkembangan Keperawatan Komunitas Di Indonesia ........... 8 Bab III Penutup A. Kesimpulan........................................................................................... 13 B. Saran ..................................................................................................... 13 Daftar Pustaka .................................................................................................. 14
ii
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Keperawatan komunitas merupakan suatu sistem dari praktik keperawatan dan praktik kesehatan masyarakat yang diterapkan untuk meningkatkan serta memelihara kesehatan penduduk. Seiring dengan berjalannya waktu dan bertambahnya kebutuhan pelayanan kesehatan menuntut perawat saat ini memiliki pengetahuan dan keterampilan di berbagai bidang. Saat ini dunia keperawatan semakin berkembang, dimana perawat memiliki peran yang lebih luas dengan penekanan pada peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit, juga memandang klien secara komprehensif. Perawat dianggap sebagai salah satu profesi
kesehatan
yang harus dilibatkan
dalam pencapaian
tujuan
pembangunan kesehatan baik di dunia maupun di Indonesia. Dalam menjalankan visi misinya tentu perawat komunitas memiliki peran dan fungsi. Diantaranya Peran yang dapat dilaksanakan adalah sebagai pelaksana pelayanan keperawatan, pendidik, koordinator pelayananan kesehatan, pembaharu(innovator), pengorganisasian pelayanan kesehatan (organizer), panutan (role model), sebagai fasilitator (tempat bertanya), dan sebagai pengelola (manager). Selain peran perawat juga memiliki fungsi, diantaranya adalah fungsi independen, fungsi dependen dan fungsi interdependen. Dengan tanggung jawab fungsi dan peran tersebut kehadiran perawat diharapkan mampu meningkatkan status kesehatan masyarakat indonesia. B. RUMUSAN MASALAH 1. Apakah definisi dari keperawatan komunitas? 2. Bagaimana sejarah perkembangan keperawatan komunitas di dunia? 3. Bagaimana sejarah perkembangan keperawatan komunitas di indonesia? C. TUJUAN 1. Untuk mengetahui dan memahami definisi dari keperawatan komunitas.
1
2. Untuk mengetahui dan memahami sejarah perkembangan keperawatan komunitas di dunia. 3. Untuk mengetahui dan memahami sejarah perkembangan keperawatan komunitas di indonesia.
2
BAB II PEMBAHASAN A. DEFINISI KEPERAWATAN KOMUNITAS Menurut WHO (1974) Komunitas adalah sebuah kelompok social yang ditentukan oleh batas-batas geografis dan/atau nilai dan kepentingan umum; anggota komunitas yang dikenal berinteraksi satu sama lain; fungsi komunitas dalam struktur social tertentu dan komunitas menciptakan norma-norma, nilainilai dan lembaga-lembaga social. (Swarjana, 2016) Menurut Riyadi (2007) Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan professional sebagai bagian integral pelayanan kesehatan berbentuk pelayanan biologi, psikologi, social dan spiritual secara komprehensif, ditujukan kepada individu keluarga dan masyarakat baik sehat maupun sakit mencakup siklus hidup manusia. (Harnilawati, 2013) Menurut DEPKES RI (1986) Keperawatan Komunitas adalah suatu pelayanan keperawatan yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang dilaksanakan oleh perawat dengan mengikutsertakan tim kesehatan lainnya dan masyarakat untuk memperoleh tingkat kesehatan individu, keluarga dan masyarakat lebih tinggi. (Harnilawati, 2013) B. SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN KOMUNITAS DI DUNIA Perkembangan keperawatan komunitas tidak terlepas dari tokoh metologi Yunani, yaitu Asclepius dan Hegeia. Berdasarkan mitos Yunani, Asclepius adalah seorang dokter sementara Hegeia adalah asisten Asclepius yang juga merupakan istrinya. Perbedaan penanganan masalah kesehatan antara Asclepius dan Hegeia: Tokoh
Cara penanganan masalah kesehatan masyarakat
Aslepius
Dilakukan setelah penyakit tersebut terjadi pada seseorang
3
Hegeia
Penanganan masalah melalui: 1. Hidup seimbang 2. Menghindari makanan atau minuman beracun 3. Memakan makanan yang bergizi (cukup) 4. Istrahat yang cukup 5. Olahraga
Dari perbedaan pendekatan penanganan masalah kesehatan antara Aslepius dan Hegeia tersebut, akhirnya muncul dua aliran/pendekatan dalam penanganan masalah-masalah kesehatan pada masyarakat, yaitu sebagai berikut: 1. Kelompok/aliran 1 Aliran ini cenderung menunggu terjadinya penyakit atau setelah orang jatuh sakit. Pendekatan ini disebut dengan pendekatan kuratif. Kelompok tersebut terdiri atas dokter, psikiater, dan praktisi-praktisi lain yang melakukan perawatan atau pengobatan penyakit baik, fisik maupun psikologis. 2. Kelompok/aliran 2 Aliran ini cenderung melakukan upaya-upaya pencegahan penyakit sebelum terjadinya penyakit. Kelompok ini antara lain perawat komunitas. Periode perkembangan kesehatan masyarakat terdiri atas periode sebelum ilmu pengetahuan dan periode ilmu pengetahuan. 1. Periode Sebelum Ilmu Pengetahuan Perkembangan kesehatan masyarakat sebelum ilmu pengetahuan tidak dapat dipisahkan dari sejarah kebudayaan yang ada di dunia, diantaranya adalah budaya dari bangsa Babilonia, Mesir, Yunani, dan Romawi. Bangsa-bangsa tersebut menunjukkan bahwa manusia telah melakukan usaha untuk menanggulangi masalah-masalah kesehatan masyarakat dan penyakit. Dari dokumen lain juga tercatat bahwa pada zaman Romawi Kuno telah dikeluarkan suatu peraturan yang mengharuskan kepada masyarakat untuk:
4
a. Mencatat pembangunan rumah. b. Melaporkan adanya binatang-binatang yang berbahaya. c. Melaporkan binatang peliharaan/ternak yang dapat menimbulkan bau. d. Pemerintah melakukan supervise ke tempat-tempat minuman, warung makanan, tempat prostitusi, dan lain-lain. Setelah itu kesehatan masyarakat makin dirasakan perlunya di awal abad ke-1 sampai ke-7 dengan alasan sebagai berikut: a. Berbagai penyakit menular mulai menyerang penduduk dan telah menjadi epidemic, bahkan ada yang menjadi endemis. b. Di Asia, khususnya Timur Tengah, Asia Selatan dan Afrika muncul penyakit kolera yang telah tercatat sejak abad ke-7 bahkan penyakit kolera di India telah menjadi endemis. Penyakit lepra telah menyebar ke Mesir, Asia Kecil dan Eropa melalui para emigran. Berbagai upaya telah diupayakan untuk mengatasi kasus epidemic dan endemis, di antaranya masyarakat mulai memperhatikan masalah: a. Lingkungsn terutama hygiene dan sanitasi lingkungan. b. Pembuangan kotoran manusia (latrin). c. Mengusahakan air minum bersih d. Pembuangan sampah. e. Pembuatan ventilasi yang memenuhi syarat. Pada abad ke-14 mulai terjadi wabah pes. Di India, Mesir dan Gaza dilaporkan bahwa 13 ribu orang meninggal tiap hari karena serangan pes. Berdasarkan catatan, jumlah orang yang meninggal karena wabah penyakir pes di seluruh dunia pada waktu itu di sebut “The Black Death”. Serangan wabah penyakit menular ini berlangsung sampai abad ke-18. Di sampinng wabah pes, wabah kolera dan tifus juga masih berlangsung. Pada tahun 1603 lebih dari 1 dari 6 orang meninggal karena penyakit menular, dan tahun 1665 sekitar 1 dari 5 orang meninggal. Pada tahun 1759 dilaporkan 70 ribu orang penduduk di kepulauan Cyprus meninggal karena penyakit menular. Penyakit lainnya yan menjadi wabah antara ain dipteri, tifus, disentri dan lain-lain.
5
2. Periode Ilmu Pengetahuan Pada akhir abad ke-18 dan di awal abad ke-19, bangkitnya ilmu pengetahuan mempunyai dampak yang sangat luas dalam segala aspek kehidupan manusia, termasuk pada aspek kesehatan. Pada abad ini pendekatan dalam penanganan masalah kesehatan tidak hanya memandang pada aspek biologis saja, tetapi sudah komprehensif dan multisektoral. Selain itu, telah ditemukan berbagai macam penyebab penyakit dan vaksin sebagai pencegahan penyakit. Penemu dan hasil penemuan dalam penanggulangan penyakit: Penemu
Hasil Temuan
Louis Pasteur
Vaksin untuk mencegah penyakit cacar
Joseph Lister
Asam carbol untuk sterilisasi ruang operasi
William Martor
Erher sebagai anestesi pada waktu operasi
Upaya-upaya
kesehatan
masyarakat
secara
ilmiah
mulai
dilaksanakan di Inggris. Hal ini terkait dengan wabah penyaki endemis kolera tahun1832 yang terjadi masyarakat di perkotaan., terutama yang miskin. Parlemen Inggris membentuk komisi penanganan pada penyakit ini dan Edwin Chadwich seorang pakar social ditunjuk sebagai ketua komisi untuk melakukan penyelidikan mengenai penyebab wabah kolera ini. Hasil penyelidikan yang dilaporkan di antaranya yaitu masyarakat yang hidup dalam kondisi sanitasi yang buruk, usia penduduk berdekatan dengan aliran air kotor dan pembuangan kotoran manusia, adanya aliran air limbah terbuka yang tidak teratur, makanan yang dijual di pasaar tidak higienis, sebagian besar masyarakat hidup miskin, serta bekerja rata-rata 14 jam perhari sementara gaji yang diperoleh tidak dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Hasil laporan Edwin Chaswich tersebut dilengkapi dengan analisis data yang lengkap dan dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Akhirnya parlemen Inggris mengeluarkan undang-undang yang mengatur upaya-upaya peningkatan kesehatan penduduk dan berbagai peraturan tentang sanitasi lingkungan, sanitasi tempat-tempat kerja, pabrik dan lain-lain.
6
Berawal dari penelitiannya, Edwin Chadwich tertarik untuk lebih jauh mempelajari kesehatan masyarakat, sehingga saat itu ia menjadi pioneer dalam ilmu kesehatan masyarakat. Generasi setelah Chadwich adalah Winslow muridnya yang kemudian dikenal sebagai pembina kesehatan masyarakat modern. Winslow merumuskan definisi kesehatan masyarakat yang kemudian diterima oleh WHO. Sejak saat itu, lahirlah berbagai macam definisi sehat. John Snow, adalah seorang tokoh yang tidak asing dalam dunia kesehatan masyarakat dalam upaya suksesnya mengatasi penyakit kolera yang melanda kota London. Hal yang perlu di catat di sini adalah bahwa John Snow mempergunakan pendekatan epidemiologi dalam menganaisis waba penyakit kolera, yaitu dengan menganalisis tempat, orang dan waktu dianggap sebagai The Father of Epidemiology. Pada akhir abad ke-19 dan di awal abad ke-20, pendidikan untuk tenaga kesehatan yang professional mulai dikembangkan. Tahun 1893 yang professional mulai dikembangkan. Tahun 1893, John Hopkins seorang pengusaha wiski dari Amerika mempelopori berdirinya universitas yang di dalamnya terdapat Fakultas Kedokteran. Pada tahun 1908 sekolah kedokteran mulai menyebar ke Eropa, Kanada, dan negaranegara lain. Dalam perkembangannya kurikulum sekolah kedokteran mulai memperhatikan masalah kesehatan masyarakat dan sudah di dasarkan pada suatu asumsi bahwa penyakit dan kesehatan merupakan hasil interaksi yang dinamis antara factor genetik, lingkungan fisik, lingkungan social, kebiasaan perorangan dan pelayanan kesehatan. Dari segi pelayanan kesehatan masyarakat, pada tahun 1855 pemerintah Amerika membentuk Departemen Kesehatan yang pertama kali dengan tujuan untuk menyelenggarakan pelayanan keseatan bagi penduduk, termauk perbaikan dan pengawasan sanitasi lingkungan. (Harnilawati, 2013)
7
C. SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN KOMUNITAS DI INDONESIA Perkembangan kesehatan masyarakat di indonesia dimulai pada abad ke-16,yaitu dimulai dengan adanya upaya pembatasan penyakit cacar dan kolera yang sangat ditakuti oleh masyarakat saat itu. Penyakit kolera masuk ke indonesia tahun 1927, dan pada pada tahun 1937 terjadi wabah kolera eltor. Selanjutnya tahun 1948 cacar masuk ke indonesia melalui singapura dan mulai ``berkembang di indonesia, sehingga berawal dari wabah kolera tersebut pemerintah Belanda (pada waktu itu indonesia dalam penjajahan Belanda) melakukan upaya-upaya kesehatan masyarakat. Gubernur Jendral Deandles pada tahun 1807 telah melakukan upaya pelatihan dukun bayi dalam praktik persalinan. Upaya ini dilakukan dalam rangka menurunkan angka kematian bayi dalam praktik persalinan. Upaya ini dilakukan dalam rangka menurunkan angka kematian bayi (infan mortality rate) yang tinggi. Namun, upaya ini tidak bertahan lama, akibat langkanya tenaga pelatih kebidanan. Baru kemudian di tahun 1930, program ini dimulai lagi dengan didaftarkannya para dukun bayi sebagai penolong dan perawat persalinan.pada tahun 1851 berdiri sekolah dokter jawa oleh dr. Bosch dan dr. Blekker-kepala pelayanan kesehatan sipil dan militer di indonesia. Sekolah ini dikenal dengan nama STOVIA (SCHOOL Tot Oplelding van Indiche Arsten) atau sekolah pendidikan dokter pribumi. Pada tahun 1913 didirikan sekolah dokter yang ke-2 di S urabaya dengan nama NIAS ( Nederland Indische Artsen School). Pada tahun 1927 STOVIA berubah menjadi sekolah kedokteran dan sejak berdirinya universitas indonesia tahun 1947, STOVIA berubah menjadi Fakulitas Kedokteran Universitas Indonesia. Selain itu, perkembangan kesehatan masyarakat di indonesia juga ditandai dengan berdirinya pusat laboratorium Kedokteran di Bandung tahun 1888- tahun 1938 pusat laboratorium ini berubah menjadi lembaga Eykman. Selanjutnya, laboratorium-laboratorium lain juga didirikan di kota-kota seperti medan, Semarang, makasar, surabaya, dan Yokyakarta dalam rangka menunjang pemberantasan penyakit malaria, lepra, cacar serta penyakit lainnya. Bahkan lembaga gizi dan sanitasi juga didirikan.
8
Pada tahun 1922, penyakit pes masuk ke indonesia dan tahun 19331935 penyakit ini menjadi epidemis di beberapa tempat, terutama dipulau jawa. Pada tahun 1935 dilakukan program pemberantasan penyakit pes dengan cara melakukan penyemprotan DDT terhadap rumah-rumah penduduk dan vaksinasi masal. Tercatat sampai pada tahun 1941, 15 juta orang telah di vaksinasi. Pada tahun 1945, hydrich- seorang petugas kesehatan pemerintah Belanda- melakukan pengamatan terhadap masalah tingginya angka kematian dan kesakitan di Banyumas purwokerto. Dari hasil pengamatan dan analisisnya, disimpulkan bahwa tingginya angka kesakitan dan kematian dikedua daerah tersebut dikarenakan buruknya kondisi sanitasi lingkungan, masyarakat buang air besar di sembarangan tempat, dan pengguna air minum dari sungai yang telah tercemar. Kesimpulan yang diperoleh adalah bahwa rendahnya sanitasi lingkungan dikarenakan perilaku penduduk yang kurang baik, sehingga Hydrich memulai upaya kesehatan masyarakat dengan mengembangkan daerah percontohan, yaitu dengan cara melakukan promosi mengenai pendidikan kesehatan. Sampai sekarang usaha Hydrich ini dianggap sebagai awal kesehatan masyarakat di indonesia. Memasuki zaman kemerdekaan, salah satu tonggak perkembangan kesehatan masyarakat di Indonesia adalah saat diperkenalkannya Konsep Bandung ( Bandung plane) pada tahun 1951 oleh dr. Y. Leimena dan dr.Patahyang selanjutnya dikenalkan dengan nama Patah-Leimena. Dalam konsep ini,diperkenalkan bahwa dalam upaya pelayanan kesehatan masyarakat ,aspek preventif dan kuratif tidak dapat dipisahkan. Hal ini berarti dalam mengembangkan sistem pelayanan kesehatan, kedua aspek ini tidak boleh dipisahkan, baik dirumah sakit maupun dipuskesmas. Selanjutnya pada tahun 1956 dimulai kegiatan pengembangan kesehatan masyarakat oleh dr. Y. Susanti dengan berdirinya proyek Bekasi ( lemah abang ) sebagai proyek percontohan/ model pelayanan bagi pengembangan kesehatan masyarakat pedesaan di indonesia dan sebagai pusat pelatihan tenaga kesehatan. Proyek ini juga menekankan pada pendekatan tim dalam pengelolaan program kesehatan.
9
Untuk melancarkan penerapan konsep pelayanan terpadu ini, terpilih delapan desa wilayah pengembangan masyarakat. 1. Sumatra utara : indrapura 2. Lampung 3. Jawa Barat: Bojong Loa 4. Jawa tengah : Sleman 5. Yokyakarta : Godean 6. Jawa timur : Mojosari 7. Bali : Kesiman 8. Kalimantan Selatan : Barabai Kedelapan wilayah tersebut merupakan cikal bakal sistem puskesmas sekarang ini. Pada bulan november 1967, dilakukan seminar yang membahas dan merumuskan program kesehatan masyarakat terpadu sesuai dengan kondisi dan kemampuan rakyat indonesia, yaitu mengenai konsep puskesmas- yang dipaparkan oleh dr. Achmad Dipodilogo- yang mengacu pada konsep Bandung dan proyek Bekasi. Dalam seminar ini telah disimpulakan dan disepakati mengenai sistem puskesmas yang terdiri atas tipe A,B, dan C. Akhirnya pada pada tahun 1968 dalam rapat kerja kesehatan nasional, dicetuskan bahwa puskesmas merupakan suatu sistem pelayanan kesehatan terpadu, yang kemudian dikembangkan oleh pemerintah ( Departemen Kesehatan ) menjadi pusat pelayanan kesehatan masyarakat (puskesmas). Puskesmas disepakati sebagai suatu unit yang memberikan pelayanan kuratif dan preventif secara terpadu, menyeluruh, dan mudah dijangkau, dalam wilayah kerja kecamatan atau sebagian kecamatan di kotamadya atau kabupaten. Sebagai lini terdepan pembangunan kesehatan, puskesmas diharapkan selalu tegar. Untuk itu, diperkenalkanlah program untuk selalu menguatkan puskesmas (strengthening puskesmas). Di negara berkembang seperti Indonesia, fasilitas kesehatan berlandaskan masyarakat disarankan lebih efektif dan penting. Departemen kesehatan telah membuat usaha intensif untuk membangun puskesmas yang kemudian dimasukkan ke dalam master plan untuk operasi
10
penguatan pelayanan kesehatan nasional. Kegiatan pokok dalam program dasar dan utama puskesmas mencakup 18 kegiatan, yaitu : 1. Kesehatan ibu dan anak (KIA) 2. Keluarga berencana (KB) 3. Gizi 4. Kesehatan Lingkungan 5. Pencegahan dan Pemberantasan penyakit menular serta imunisasi, 6. Penyuluhan kesehatan masyarakat 7. Pengobatan 8. Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) 9. Perawatan kesehatan masyarakat 10. Kesehatan gigi dan mulit 11. Usaha kesehatan jiwa 12. Optometri 13. Kesehatan geriatrik 14. Latihan dan olahraga 15. Pengembangan obat-obatan tradisional 16. Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) 17. Laboratorium dasar 18. Pengumpulan informasi dan pelaporan untuk sistem informasi kesehatan. Pada tahun1969, sistem puskesmas hanya disepakati dua saja, yaitu puskesmas tipe A yang dikelola oleh dokter dan puskesmas tipe B yang dikelola oleh seorang paramedis. Dengan adanya perkembangan tenaga medis, maka pada tahun 1979btidak diadakan perbedaan puskesmas tipe A atau tipe B- hanya ada satu puskesmas saja, yang dikepalai oleh seorang dokter. Namun, kebijakan tentang pimpinan puskesmas mulai mengalami perubahan tahun 2000, yaitu puskesmas tidak harus dipimpin oleh seorang dokter,tapi dapat juga dipimpin oleh Sarjana Kesehatan Masyarakat. Hal ini tentunya diharapkan dapat membawa perubahan yang positif,dimana tenaga medis lebih diarahkan pada pelayanan langsung pada klien dan tidak disibukkan dengan urusan
11
administratif/manajerial, sehingga mutu pelayanan dapat ditingkatkan. Di provinsi Jawa Timur misalnya, sudah dijumpai kepala puskesmas dari lulusan sarjana kesehatan masyarakat seperti di kabupaten Gresik, Bojonegoro, dan lain sebagainya. Pada tahun 1979 dikembangkan satu peranti manajerial guna penilaian puskesmas, yaitu stratifikasi puskesmas,sehingga dibedakan adanya: 1. Strata 1, puskesmas dengan prestasi sangat baik 2. Strata 2 , puskesmas dengan prestasi rata-rata atau standar 3. Strata 3 , puskesmas dengan prestasi dibawah rata-rata Peranti manajerial puskesmas yang lain berupa microplanning untuk perencanaan dan lokakrya mini untuk pengorganisasian kegiatan dan pengembangan kerjasama tim. Pada tahun 1984, tanggung jawab puskesmas ditingkatkan lagi dengan berkembangnya program paket terpadu kesehatan dan keluarga berencana (posyandu) yang mencakup kesehatan ibu dan anak, keluarga berencana, gizi, penanggulangan penyakit diare, dan imunisasi. Sampai dengan tahun 2002, jumlah puskesmas di Indonesia mencapai 7.309. hal ini berarti 3,6 puskesmas per 100.000 penduduk atau satu puskesmas melayani sekitar 28.144 penduduk. Sementara itu, jumlah desa di Indonesia mencapai 70.921 pada tahun 2003, yang berarti setidaknya satu puskesmas untuk tiap sepuluh desadibandingkan dengan rumah sakit yang harus melayani 28.000 penduduk. Jumlah puskesmas masih teus dikembangkan dan diatur lebih lanjut untuk memenuhi kebutuhan pelayanan yang prima. Jumlah puskesmas masih jauh dari memadai, terutama di daerah tepencil. Diluar jawa dan sumatra, puskesmas harus menangani wilayah yang uas,( terkadang beberapa kali lebih luas dari satu kabupaten di Jawa) dengan jumlah penduduk yang lebih sedikit. Sebuah puskesmas terkadang hanya melayani 10.000 penduduk. Selain itu, bagi sebagian penduduk puskesmas terlalu jauh untuk dicapai. (Effendi, 2009)
12
BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN Perkembangan kesehatan masyarakat di indonesia dimulai pada abad ke-16,yaitu dimulai dengan adanya upaya pembatasan penyakit cacar dan kolera yang sangat ditakuti oleh masyarakat saat itu. Penyakit kolera masuk ke indonesia tahun 1927, dan pada pada tahun 1937 terjadi wabah kolera eltor. Selanjutnya tahun 1948 cacar masuk ke indonesia melalui singapura dan mulai ``berkembang di indonesia, sehingga berawal dari wabah kolera tersebut pemerintah Belanda (pada waktu itu indonesia dalam penjajahan Belanda) melakukan upaya-upaya kesehatan masyarakat. Keperawatan Komunitas adalah suatu pelayanan keperawatan yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang dilaksanakan oleh perawat dengan mengikutsertakan tim kesehatan lainnya dan masyarakat untuk memperoleh tingkat kesehatan individu, keluarga dan masyarakat lebih tinggi. B. SARAN Semoga dengan makalah ini dapat menjadi sumber ilmu yang baru bagi yang mempelajari dan memahami lebih dalam lagi tentang keperawatan komunitas.
13
DAFTAR PUSTAKA Effendi, F. (2009). Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori dan Praktik dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Harnilawati. (2013). Pengantar Ilmu Keperawatan Komunitas. Takalar Sulawesi Selatan: Pustaka As Salam. Swarjana, I. K. (2016). Keperawatan Kesehatan Komunitas. Yogyakarta: ANDI.
14