Askep Jiwa Usia Sekolah, Remaja-1 Baru.docx

  • Uploaded by: mila nurmala
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Askep Jiwa Usia Sekolah, Remaja-1 Baru.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 8,880
  • Pages: 39
BAB II Pembahasan 2.1 . Konsep Anak Usia Sekolah A. Definisi Kesehatan Jiwa Usia sekolah ( 5 – 12 Tahun) Anak usia sekolah sudah mengembangkan kekuatan internal dan tingkat kematangan yang memungkinkan mereka untuk bergaul di luar rumah. Tugas perkembangan utama pada tahap ini adalah menanamkan interaksi yang sesuai dengan teman sebaya dan orang lain, meningkatkan keterampilan intelektual khususnya di sekolah, meningkatkan keterampilan motorik halus, dan ekspansi keterampilan motorik kasar. Pertumbuhm nbhan fisik dengan pesat mulai melambat pada usia 10 hingga 12 tahun. Bentuk wajah berubah karena tulang wajah tumbuh lebih cepat dari pada tulang kepala. Anak usia sekolah menjadi lebih kurus, kakinya lebih panjang, koordinasi neuromotorik lebih berkembang. Gigi tetap mulai tumbuh. Keterampilan bersepeda, memainkan alat musik, menggambar/ melukis, serta keterampilan lain yang di perlukan untuk kegiatan kelompok serta kegiatan hidup sehari-hari sudah berkembang (Berger & williams,1992;kozier;Erb,Blais & wilkinson, 1995). Untuk perkembangan emosional dan sosial, anak usia sekolah perlu di berikan kesempatan untuk belajar menerapkan peraturan dalam berinteraksi dengan orang lain di luar keluarga. Anak juga mengamati bahwa tidak semua keluarga berinteraksi dengan cara atau sikap yang sama bahwa setiap keluarga mempunyai perbedaan norma tentang prilaku yang di terima atau tidak di terima. Oleh karena itu, perlu bagi anak untuk mengembangkan kesadaran dan penghargaan terhadap perbedaan tiap keluarga sehingga dapat berhubungan dengan orang lain secara efektif. Menurut Erikson, tugas perkembangan pada tahap ini adalah mengenbangkan pola industri (produktif) versus inferioritas (rendah diri). Orang tua perlu mendukung dan menjadi contoh peran bagi anak untuk merangsang anak agar produktif.Perkembangan seksual dan citra diri tidak hanya berhubungan dengan aspek fisiologis, tetapi juga perasaan kompeten, penerimaan, dan penghargaan.

Perasaan berhasil melakukan sesuatu menjadi sangat penting dalam proses tumbuh-kembang anak usia sekolah. Mereka juga telah memahami konsep gender bahwa anak laki akan menjadi bapak dan anak wanita akan menjadi ibu kalau sudah dewasa. perkembangan kognitif terjadi cukup pesat pada masa ini, yaitu menerapkan keterampilan merasionalisasikan pemahaman tentang ide atau konsep. Mereka dapat menghubungkan antara konsep waktu dan ruang, mampu mengingat, serta keterampilan mengumpulkn benda yang sejenis. Anak usia sekolah juga telah belajar pentingnya memerhatikan norma di rumah, sekolah, agama, dan menghargai tokoh otoriter, seperti orangtua atau guru. Pengaruh pengalaman masa kecil terhadap perilaku pada saat dewasa. Freud menyatakan bahwa masa lima tahun pertama kehidupan anak sangat penting pada usia lima tahun karakter dasar yang dimiliki anak sangat penting dan pada usia lima tahun karakter dasar yang dimiliki anak telah terbentuk dan tidak dan tidak dapat diubah lagi. Freud juga mengenalkan, anatara lain, konsep transferens, ego, mekanisme koping ( coping mechanism).

Sullivian memfokuskan teori

perkembangan anak pada hubungan antara manusia.Tema sentral teori Sullivian berkisar pada teori Sullivian berkisar pada ansietas dan menekankan bahwa masyarakat sebagai pembentuk kepribadian.Anak belajar perilaku tertentu karena hubungan interpersonal.

B. Keperawatan Jiwa Anak Secara Umum

Landasan teoretis perkembangan jiwa anak

Keperawatan jiwa anak merupakan bagian spesialisasi dari keperawatan psikiatrik.Intervensi

keperawatan

jiwa

anak

mendukung

pertumbuhan

dan

perkembangan normal anak yang berlandaskan pada teori perkembangan fisio – biologis, psikologogis, kognitif, sosial, sensorimotoris, moral, dan filosofi. 1. Teori perkembangan fisio – biologis Tiga konsep utama yang melandasi teori fisiobiologis perkembangan individu adalah kepribadian, sifat (traits), dan temperamen kepribadian di definisikan sebagai elemen – elemen yang membentuk reaksi menyeluruh individu terhadap lingkungan. Temperamen adalah gaya prilaku sebagai reaksinya terhadap lingkungan dan berkaitan dengan trait, yaitu atribut kepribadian. Walaupun tidak bersifat genetik,

sifat bawaan (inborn traits) menghasilkan gaya respons sosial yang berbeda yang memengaruhi

pola

keterikatan

(attachment

patterns

)

dan

perkembangan

psikopatologi. Body image (citra tubuh) merupakan konsep biofisik yang juga mempunyai dimensi biologis dan sosial dalam perkembangan seseorang.Bersifat dinamis dan berkembang mengikuti perkembangan interpersonal, lingkungan, citra tubuh ideal, dan penyesuaian sebagai respon terhadap pertumbuhan fisik dan pengalaman hidup. Maturasi secara teratur dan berangsur terbentuk yang membedakan anak sebagai bagian yang terpisah dari ibunya, dan skema tubuh mereka menjadi lebih mantap dan stabil pada akhir masa remaja. 2. Teori perkembangan psikologis Teori psikonalitis yang di kembangkan oleh freud, begitu pula teori interpersonal psikiatri yang di kenalkan oleh sullivan mendasari teori psikologis perkembangan yang akan di jelaskan berikut ini. Freud adalah orang pertama yang menemukan teori perkembangan kepribadian dalam pengobatan psikonoalitis pada orang dewasa.Ia menekankan pada tahap perkembangan dan 3. Teori Perkembangan Kognitif Teori piaget menekankan bahwa cara anak berpikir berbeda dari pada orang dewasa, bahkan anak belajar secara spontan tanpa mendapatkan masukan dari orang dewasa. Menurut piaget, anak belajar melalui proses meniru dan bermain, menunjukan proses kegiatan asimilasi, dan akomodasi, yang menjabarkan tiap tahap dan usia dari kematangan kognitif anak. Perkembangan kognitif mengitegrasikan struktur pola prilaku sebelumnya ke arah pola prilaku

baru yang kompleks.

Kecepatan tiap tahap perkembangan dipengaruhi oleh perbedaan tiap individu dan pengaruh sosial. Piaget tidak setuju dengan pendapat ilmuan lain bahwa orang dewasa dipengaruhi oleh tingkat perkembangan sebelumnya. 4. Teori Perkembangan Bahasa Penguasaan bahasa merupakan tugas perkembangan utama pada masa kanakkanak, yang mana struktur linguistik dan kognitif berkembang secara paralel. Chomsky (1975) dalam teorinya meyatakan bahwa anak menggunakan dan menginterpretasikan kalimat baru melalui proses kognitif internal yang disebut dengan transformasi, yaitu penyusunan kata menjadi kalimat. Mula-mula anak memverbalisasi persepsi mereka dengan memberi nama tentang hal yang di

persepsikan, kemudian meningkat dengan memverbalisasi emosi mereka. Pemberian nama pada objek da perasaan yang dialami, meningkatkan rasa kontrol anak terhadap perasaannya, yang dengan sendirinya membantu mereka untuk membedakan apa yang nyata dan yang tidak. Perkembangan bahas memudahkan uji realitas dan sebagai dasar terhadap identitas diri dan perbedaan semua dimensi pada anak yang sedang berkembang. 5. Teori Perkembangan Moral Perkembangan moral diartikan sebagai konversi sikap dan konsep primitif ke dalam standar moral yang komprehensif. Proses transformasi ini merupakan bagian dari/dan bergantung pada kumpulan pertumbuhan kognitif anak, yang timbul sejalan dengan hubungan anak dengan dunia luar. Teori perkembangan moral, antara lain, dikemukakan oleh Freud, Piaget, dan Kohlberg. 6. Teori Psikologi Ego Teori psikologi ego yang menjembatani psikoanalisis dengan psikologi perkembangan ini menggunakan pendekatan struktural untuk memahami individu dangan berfokus pada ego atau diri sebagai unsur mandiri.Ilmuan yang mendukung teori ini berkeyakinan bahwa ego dan unsur rasional yang menentukan pencapaian intelektual dan sosial terdiri dari sumber energi, motif dan rasa tertarik. Pada dasarrnya tidak ada satu teori pun yang secara lengkap dapat menjelaskan perkembangan jiwa anak dan menyimpulkan secara holistik tentang pennyimpangan kesehatan jiwa pada anak termasuk landasan intervensi yang perlu dilakukan. Oleh karena itu, dalam keperawatan jiwa pada anak dapat digunakan suatu pendekatan yang berfokus pada keterampilan kompetensi ego anak. Menurut stuart dan sundeen (1995), pendekatan ini sangat efektif dan sensitif secara kultural dalam merencanakan dan mengimplementasikan intervensi keperawatan apapun diagnosis psikiatrik atau dimana pun tatanan pelayanan kesehatan jiwa diberikan. Sembilan keterampilan kompetensi ego yang perlu dimiliki oleh semua anak untuk menjadi seorang dewasa yang kompeten menurut Stayhorn (1989) adalah: 1. Secara lebih terinci keterampilan kompetensi ego yang berkembang sejak awal kehidupan, yaitu pada masa kanak-kanak dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Menjalin hubungan dekat yang penuh rasa percaya. Keterampilan dasar untuk tumbuh-kembang yang positif

adalah kemampuan

membina hubungan dekat dan penuh rasa percaya dengan orang lain.

Untuk mengetahui keterampilan anak, kita perlu menanyakan pertanyaan sebagai berikut. 1. Apakah anak senang berteman atau bergaul ? 2. Apakah anak sering mengganggu teman ? 3. Apakah anak tidak tahu apa yang harus dikatakan ketika berkenalan dengan seseorang ? Untuk meningkatkan keterampilan anak dalam menjalin hubungan dekat dengan orang lain, kita harus berupaya meningkatkan interaksi dengan anak melalui permainan atau cara lain yang menarik bagi anak. Berbicara berhadapan dengan penuh perhatian merupakan awal tindakan yang berarti dan terapeutik bagi anak. Anak perlu belajar untuk dapat menerima kesalahan dan pentingnya memaafkan orang lain dalam menjalain hubungan rasa percaya.

2. Mengatasi perpisahan dan pengambilan keputusan yang mandiri Mampu mengidentifikasi dan mengekspresikan perasaan dan membuat keputusan yang mandiri merupakan hal penting agar dapat menjadi individu yang kompeten.Kita dapat mengunakan pertanyaan berikut ini untuk mengevaluasi keterampilan anak. 1. Apakah anak tampak murung atau cemas ketika tidak bersama ibunya ? 2. Apakah anak tampak tampak murung atau cemas jika merasa ada orang yang tidak menyukainya ? 3.Jika murung, apakah ada yang dapat dilakukan oleh anak untuk mengatasi perasaannya ? Kegiataan yang berfokus untuk membantu anak mengidentifikasi dan mengklarifikasi aspek-aspek yang ada pada dirinya merupakan latihan peningkatan kemandirian yang penting dilakukan. Hal ini dapat dilakukan dengan menggalakan anak untuk menggambar dirinya dan meminta pendapat orang lain tentang masalah terkait. Setiap pengalaman yang mengklarifikasi perbedaan antara individu membantu anak untuk mengidentifikasi dirinya, sebagai individu yang unik dalam konteks sosial. Dalam lingkungan terapeutik, dapat juga di beri kesempatan kepada anak untuk memilih dan memutuskan, yang selanjutnya mendukung pertumbuhan dan kompetensi ego anak.

Membuat keputusan dan mengatasi konflik interpersonal secara bersama. Anak yang tidak pernah diberi kesempatan untuk berperan dalam pengambilan keputusan bersama atau tidak di hargai kerja sama yang di lakukannya mungkin akan tidak terampilan dalam membuat keputusan dan mengatasi konflik interpersonal. Pertanyaan yang dapat di ajukan antara lain, sebagai berikut: Ketika anak mempunyai masalah, apakah ia dapat memikirkan beberapa cara penyelesaiannya ? Apakah anak menjadi marah jika tidak mendapat keinginannya ? Apakah orang lain mudah dibuat marah oleh anak tersebut ?

Lingkungan yang aman dapat memberi kesempatan pada anak untuk belajar dan mempraktikkan keterampilan membuat keputusan dan mengatasi konflik bersama, seperti latihan membuat keputusan kelompok yang sangat memerlukan kerja sama. Anak perlu dibantu untuk mengidentifikasi rasa takutnya yang berhubungan dengan kerja sama dengan orang lain. Yang penting diperhatikan bukan kita selaku orang tua yang mengatasi konflik untu anak, tetapi menggunakan situasi untuk mengajarkan anak keterampilan bernegosiasi dan membentuk sosialisasi yang sesuai melalui penghargaan (reinforcement).

Apakah ada sesuatu yang sangat disukai dilakukan anak? Dapatkah anak dengan mudah menyukai sesuatu kegiatan? Apakah anak senang duduk-duduk dengan santai memikirkan sesuatu?

Untuk meningkatkan keterampilan ini, anak perlu diberi cukup waktu bermain yang tidak terstruktur sehingga mempunyai kesempatan untuk belajar dan menguasai bakat atau kegemarannya.

Proses kognitif melalui kata-kata, simbol, dan citra. Anak yang terganggu emosinya, mungkin kemampuan kognitifnya belum berkembang.Untuk mengatahui keterampilan kognitif anak, perlu ditanyakan hal-hal berikut ini. Apakah anak mengalami kesulitan untuk menguraikan perasaannya pada orang lain? Apakah anak merasa seolah-olah ia tidak pernah tau apa yang terjadi? Apakah anak dapat mengidentifikasi kelebihan yang dimilikinya?

Lingkungan yang terapeutik diperlukan untuk menstimulasi perkembangan kognitif anak. Prawat perlu mrancang mainan, perlengkapan, komunikasi dan interaksi, serta pertemuan yang berguna bagi proses kognitif anak.

5.Membina perasaan adaptif tentang arah dan tujuan yang diinginkan. Sejak usia prasekolah, anak-anak telah mulai memikirkan tentang kehidupan mereka jika telah dewasa. Keinginan dan gambaran mereka tentang kehidupan yang akan datang sanagat dipengaruhi oleh kehidupan yang mereka amati disekitarnya. Pertanyaan untuk menggali keterampilan anak ini, antara lain, sebagai berikut.

Apakah anak merasa bahwa hidup mereka kelak akan lebih baik? Apakah anak tidak tahu apa yang harus mereka lakukan jika telah dewasa? Apakah anak merasa bersekolah merupkan hal yang penting dan menganggap sekolah sebagai sesuatu yang memang harus dilakukan?

Proses Keperawatan

Sesuai dengan tahapan proses keperawatan dan dengan berorientasi pada keterampilan kompetensi ego, pertama perawat perlu melakukan pengkajian.

Pengkajian

Perawat mengkaji penguasaan anak terhadap tiap area keterampilan yang dibutuhkan anak untuk dapat menjadi seorang dewasa yang kompeten.Selain mengkaji keterampilan yang telah diuraikan tersebut, perawat juga perlu mengkaji data demografi, riwayat kesehatan terdahulu, kegiatan hidup anak sehari-hari, keadaan fisik, status mental, hubungan interpersonal, serta riwayat personal dan keluarga.

Data demografi. Pengkajian data demografi meliputi nama; usia; tempat; dan tanggal lahir anak; nama, pendidikan, alamat orang tua; serta data lain yang dianggap perlu diketahui. Riwayat kelahiran, alergi, penyakit da pengobatan yang pernah diterima anak, juga perlu di kaji. Selain itu, aktifitas kehidupan sehari-hari anak meliputi keadaan gizi termasuk berat badan,

jadwal makan, dan minat erhadap makanan tertentu; tidur termasuk kebiasaan dan masalah kualitas tidur;; eliminasi meliputi kebiasaan dan masalah yang berkaitan dengan eliminasi; kecacatan dan keterbatasan lainnya.

Dalam pengkajian fisik perlu diperiksa keadaan kulit, kepala, rambut, mata, telinga, hidung, mulut, pernapasan, kardiovaskuler, muskuloskeletal, dan neurologis anak.Pemeriksaan fisik lengkap sangat diperlukan untuk mengetahui kemungkinan pengaruh gangguan fisik terhadap prilaku anak.Misalnya, anak yang menderita diabetes atau asma sering berprilaku merusak dalam usahanya mengendalikan lingkungan.Selain itu, hasil pemeriksaan fisik berguna sebagai dasar dalam menentukan pengobatan yang diperlukan.Bahkan untuk mengetahui kemungkinan bekas penganiayaan yang pernah di alami anak. Status mental.Pemeriksaan status mental anak bermanfaat untuk memberi gambaran mengenai fungsi ego anak.Perawat membandingkan perilaku dengan tingkat fungsi ego anak dari waktu kewaktu.Oleh karena itu, status mental anak perlu dikaji setiap waktu dengan suasana yang santai dan nyaman bagi anak.Menggunakan alat bermain sangat bermanfaat untuk mengalihkan fokus anak (yang menimbulkan ansietas) ke karakter yang digunakan dalam permainannya. Data dicatat sesuai dengan perilaku yang di amati untuk menjaga objektivitas pengkajian, kesan, perasaan, dan pendapat perawat.Pemeriksaan status mental meliputi keadaan emosi, proses berpikir, dan isi pikiran; halusinasi dan persepsi; cara bocara dan orientasi; keinginan untuk bunuh diri atau membunuh. Pengkajian terhadap hubungan interpersonal anak dilihat dalam hubungannya dengan anak sebayanya yang penting untuk untuk mengetahui kesesuaian perilaku dengan usia. Pertanyaan yang perlu diperhatikan perawat ketika mengkaji hubungan interpersonal anak, antara lain sebagai beriku. Apakah anak berhubungan dengan anak sebaya dan dengan jenis kelamin tertentu? Apakah anak dalam struktur kekuasaan dalam kelompok? Bagaimana keterampilan sosial anak ketika menjalin dan berhubungan dengan anak lain? Apakah anak mempunyai teman dekat?

Kemampuan anak berhubungan dengan orang dewasa juga penting dikaji untuk mengetahui kebutuhan anak akan tokoh panutan dan kebutuhan anak akan dukunga dan kasih sayang.

Riwayat personal dan keluarga. Riwayat personal dan keluarga meliputi faktor pencetus masalah, riwayat gejala, tumbuh kembang anak, yang biasanya dikumpulkan oleh tim kesehatan. Data ini sangat diperlukan untuk mengerti prilaku anak dan membantu menyusun tujuan asuhan keperawatan.Pengumpulan data keluarga merupakan kebagian penting dari pengkajian melalui pengalihan fokus dari anak sebagai individu ke sistem keluarga. Tiap anggota keluarga diberi kesempatan untuk mengidentifikasi siapa yang bermasalah dan apa yang telah dilakukan oleh keluarga untuk menyelesaikan masalah tersebut.

Untuk menegakan diagnosis keperawatan,data yang telah dikumpulkan kemudian di analisis sebagai dasar perencanaan asuhan keperawatan selanjutnya. Dalam keperawatan psikiatri dapat digunakan PND(Pshyciatric Nursing Diagnosis), NANDA (North American Nursing Diagnosis Association), dan DSM-III R

(Diagnosis and statistical Manual of Mental Disorders).

Perencanaan

Setelah pengkajian selesai dan masalah utama yang dialami anak telah diidentifikasi, rencana perawatan dan pengobatan yang komprehensif di susun. Tujuan asuhan keperawatan disusun sesuai dengan kebutuhan anak, seperti modifikasi,penyesuaian sekolah anak dan perubhan lingkungan anak. Tujuan umum untuk anak yang dirawat di unit perawatan jiwa adalah sebagai berikut.

Memenuhi kebutuhan emosi anak dan dan kebutuhan untuk dihargai Mengurangi ketegangan pada anak dan kebutuhan untuk berprilaku defensif Membantu anak menjalin hubungan positif dengan orang lain. Membantu mengembangkan identitas anak Memberikan anak kesempatan untuk menjalani kembali tahapan perkembangan terdahulu yang belum terselesaikan secara tuntas.

Membantu anak berkomunuikasi secara efektif Mencegah anak untuk menyakiti, baik dirinya sendiri maupun diri orang lain Membantu anak memelihara kesehatan fisiknya Meningkatkan uji coba realitas yang tepat

Implementasi

Berbagai bentuk terapi pada anak dan keluarga dapat diterapkan yang terdiri atas sebagai berikut.

Terapi bermain. Pada umumnya merupakan media yang tepat bagi anak untuk mengekspresikan konflik yang belum terselesaikan, selain juga berfungsi untuk; Menguasai dan mengasimilasi kembali pengalaman lalu yang tidak dapat dikendalikan sebelumnya; Berkomunikasi dengan kebutuhan yang tidak disadari; Berkomunikasi dengan orang lain; Menggali dan mencoba belajar bagaimana berhubungan dengan diri sendiri, dunia luar, dan orang lain; Mencocokan tuntutan dan dorongan dari dalam diri dengan realitas. Terapi keluarga.Semua anggota keluarga perlu diikutsertakan dalam terapi keluarga.Orang tua perlu belajar secara bertahap tentang peran mereka dalam permasalahan yang dihadapi dan bertanggung jawab terhadap perubahan yang terjadi pada anak dan keluarga.Biasanya cukup sulit bagi keluarga untuk menyadari bahwa keadaan dalam keluarga terus menimbulkan gangguan pada anak.Oleh karena itu, perawat perlu berhati-hati dalam meningkatkan kesadaran keluarga. Terapi kelompok.Terapi kelompok dapat berupa suatu kelompok yang melakukan kegiatan atau berbicara.Terapi kelompok ini sangat bermanfaat untuk meningkatkan uji realitas, mengendaikan impuls (dorongan internal), meningkatkan harga diri, memfasilitasi pertumbuhan; kematangan dan keterampilan sosial anak.

Kelompok dengan lingkungan yang terapeutik memungkinkan anggotanya umtuk menjalin hubungan dan pengalaman sosial yang positif dalam suatu lingkungan yang terkendali.

Walaupun terapi obat belum sepenuhnya diterima dalam psikiatrik anak, tatapi bermanfaat untuk mengurangi gejala (hiperaktif, depresi, impulsif, dan ansietas) dan membantu agar pengobatan lain lebih efektif. Pemberian obat ini tetap diawasi oleh dokter dan menggunakan pedoman yang tepat. Terapi individu.Ada berbagai terapi individu, terapi bermain, psikoanalitis, psikoanalitis berdasarkan psikoterapi, dan terapi bermain pengalaman.Hubungan antara anak dengan therapist memberi kesempatan pada anak untuk mendapatkan pengalaman mengenai hubungan positif dengan orang dewasa dengan penuh kasih sayang dan uji realitas. Pendidikan pada orang tua.Pendidikan terhadap orang tua merupakan hal yang penting untuk mencegah gangguan kesehatan jiwa anak, begitu pula untuk meningkatkan kembali penyembuhan setelah dirawat. Orang tua diajarkan tentang tahap tumbuh-kembang abak sehingga orang tua dapat mengetahui prilaku yang sesuai dengan usia anak. Keterampilan berkomunikasi juga meningkatkan pengertian dan empati antara orang tua dan anak.Teknik yang tepat dalam mengasuh anak juga diperlukan untuk mengembangkan disiplin diri anak. Hal-hal lain, seperti psikodinamika keluarga, konsep kesehatan jiwa, dan penggunaan pengobatan, juga diajarkan.

Terapi lingkungan.Konsep terapi lingkungan dilandaskan pada kejadian dalam kehidupan sehari-hari yang dialami anak.Lingkungan yang aman dan kegiatan yang teratur daan terprogram, memungkinkan anak untuk mencapai tugas terapeutik dari rencana penyembuhan dengan berfokus pada modifikasi perilaku.Kegiatan yang terstruktur secara formal, seperti belajar, terapi kelompok, dan terapi rekreasi. Kegiatan rutin meliputi bangun pagi hari, makan , dan jam tidur. Program yang berfokus pada prilaku, memungkinkan staf keperawatan untuk memberi umpan balik terus-menerus

kepada

anak-anak

tentang

perilaku

mereka

sesuai

jadwal

kegiatan.Untuk perilaku yang baik, mereka menrima pujian, stiker, atau nilai, bergantung pada tingkat perkembangannya.Sebaliknya, prilaku negatif tidak di toleransi.

Peran perawat sebagai orang tua yang baik menuntut perawat mampu menciptakan lingkungan yang terbuka, komunikasi yang jujur, dan memberi gambaran yang jelas tentang batasan hubungan anak-orang dewasa yang bebas dari keintiman yang pura-

pura.Lingkungan yang terapeutik harus memberi perlindungan pada anak dari ancaman dinamika keluarganya yang patologis.

Evaluasi

Pada umumnyaa fasilitas penyembuhan anak dengan gangguan jiwa mempunyai program yang dirancang untuk jangka waktu tertentu. Waktu perawatan jangka pendek biasanya berkisar antar 2 sampai 4 minggu, dan direncanak untuk diagnosis dan evaluasi, intervensi krisis, serta perencanaan yang komprehensif.

Apabila gejala telah berkurang dan gambaran klnis anak membaik, serta rencana jangka panjang telah disusun, anak dikeluarkan dari rumah sakit.Penentuan rencana pemulangan anak kerumahnya, lebih sulit dilakukan pada anak dengan perawatan jangka panjang.

Pada umumnya, pengamatan perawat berfokus pada perubahan perilaku anak.Apakah anak menunjukan kesadaran dan penggertian tentang dirinya sendriri melalui refleksi diri dan meningkatnya kemampuan untuk membuat keputusn secara rasional?Anak harus mulai beradaptasi dengan lingkungan nya dan tidak impulsif.Aspek yang perlu di evaluasi, anatar lain, sebagai berikut.

Keefektifan intervensi penanggulangan perilaku Kemampuan untk berhubungan dengan teman sebaya, orang dewasa dan orang tua secara wajar Kemampuan untuk melakukan asuhan mandiri Kemampuan untuk menggunakan kegitan program sebagai rekreasi dan proses belajar Respons terhadap peraturan dan rutinitas Status mental secara menyeluruh Koordinasi dan rencana pemulangan

2.2 Asuhan keperawatan gangguan jiwa remaja A. Definisi asuhan keperawatan jiwa pada remaja Pengertian Remaja Remaja atau adolesens adalah periode perkembangan selama di mana individu mengalami perubahan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa, biasanya antara usia 13-20 tahun. Batasan usia remaja menurut WHO adalah 12 s/d 24 th Namun jika pada usia remaja sudah menikah maka ia sudah tergolong dalam kelompok dewasa. Istilah adolesens biasanya menunjukkan maturasi psikologis individu, ketika pubertas menunjukan titik di mana reproduksi mungkin dapat terjadi. Perubahan hormonal pubertas mengakibatkan perubahan penampilan

pada orang muda, dan

perkembangan mental mengakibatkan kemampuan untuk menghipotesis dan berhadapan dengan abstraksi. 1. Perkembangan A. Perkembangan Kognitif Remaja 1. Abstrak (teoritis). Menghubungkan ide,pemikiran atau konsep pengertian guna menganalisa dan memecahkan masalah. Contoh pemecahan masalah abstrak ; aljabar. 2. Idealistik. Berfikir secara ideal mengenai diri sendiri, orang lain maupun masalah social kemasyarakatan yang ditemui dalam hidupnya. 3. Logika. Berfikir

seperti

seorang

ilmuwan,

membuat

suatu

perencanaan

untukmemecahkan suatu masalah. Kemudian mereka menguji cara pemcahan secara runtut, tratur dan sistematis. B. Perkembangan Psikososial Remaja 1. Menyesuaikan diri dengan perubahan fisiologis– psikologis 2. Belajar bersosialisasi sebagai seorang laki-laki maupun wanita 3. Memperoleh kebebasan secara emosional dari orang tua dan orang dewasa lain 4. Remaja bertugas untuk menjadi warga negara yang bertanggung jawab. 5. Memperoleh kemandirian dan kepastian secara ekonomis

C. Perkembangan Identitas Diri 1) Konsep diri 2) Evaluasi diri 3) Harga diri 4) Efikasi diri 5) Kepercayaan diri 6) Tanggung jawab 7) Komitmen 8) Ketekunan 9) Kemandirian 2. Masalah Kesehatan Spesifik Pada Adolesens a. Kecelakaan tetap merupakan penyebab utama kematian pada adolesens (sekitar 70%).

Kecelakaan kendaraan bermotor, yang

merupakan penyebab umum terbanyak, mengakibatkan hamper setengah kematian pada usia 16 sampai 19 tahun (Edelmen da Mandel, 1994). Kecelakaan ini sering dikaitkan dengan intoksikasi alcohol atau penyalahgunaan obat. b. Penyalahgunaan zat merupakan kenyataan masalah utama bagi mereka yang bekerja dengan adolesens. Adolesens dapat menyakini bahwa zat yang merubah alam persaan menciptakan perasaan sejahtera

atau

membuktika

tingkat

penampilan.

Semua

adolesensberada pada risiko penggunaan zat untuk eksperimental atau kebiasaan atau berasal dari keluarga yang tidak stabil lebih berisiko terhadap penggunaan kronik dan ketergantungan fisik. Beberapa adolesens percaya bahwa penggunaan zat membuat mereka lebih matur. c. Partisipasi dalam kompetisi atletik, atau aktivitas rekreasi d. Aktivitas seksual

3.Perubahan pemeliharaan kesehatan yang berhubungan dengan: a. Kurangnya nutrisi yang adekuat untuk mendukung pertumbuhan b. Melewati waktu makan; ikut mode makanan c. Makan makanan siap saji, menggunakan makanan yang mudah atau mesin penjual makanan d. Kemiskinan e. Efek penggunaan alcohol atau obat 4. Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan: a. Tidak berpengalaman dengan peralatan rekreasional yang tidak dikenal b.Kurang informasi tentang kurikulum sekolah 5.Gangguan citra tubuh yang berhubungan dengan: a. Perasaan negative tentang tubuh b.Perubahan maturasional yang berkaitan dengan laju pertumbuhan adolesens

3. Intervensi (Perencanaan) Keperawatan Perencanaan asuhan keperawatan komunitas disusun berdasarkan diagnosa keperawatan komunitas yang telah ditentukan dengan tujuan terpenuhinya kebutuhan pasien. Jadi perencanaan keperawatan meliputi: perumusan tujuan, rencana tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan dan kriteria hasil untuk mencapai tujuan. A. Masalah kesehatan adolesens Intervensi promosi kesehatan 1. Cedera tidak disengaja a). Anjurkan adolesens untuk mengikuti program pendidikan

mengemudi dan

menggunakan sabuk keselamatan b). Informasikan adolesens tentang risiko yang berkaitan dengan minum dan berkendaraan; penggunaan obat c). Tingkatkan penggunaan helm oleh adolesens yang menggunakan kendaraan bermotor d). Yakinkan adolesens mendapatkan orientasi yang tepat untuk penggunaan semua alat olahraga 2). Penggunaan zat Periksa penggunaan zat, seperti alcohol, rokok dan obatobatan serta informasikan risiko penggunaannya 3). Bunuh diri a). Berikan informasi tentang bunuh diri b). Ajarkan metode untuk bertemu dengan sebaya yang mencoba bunuh diri

4). Penyakit menular seksual a). Berikan adolesens informasi mengenai penyakit, bentuk penularan, dan gejala yang berhubungan b). Dorong pantangan terhadap aktivitas seksual; atau bila aktif seksual, tentang penggunaan kondom c). Berikan informasi akurat tentang konsekuensi aktivitas seksual 4. Implementasi Keperawatan Merupakan tahap realisasi dari rencana asuhan keperawatan komunitas yang telah disusun. Prinsip dalam pelaksanaan implementasi keperawatan, yaitu : a). Berdasarkan respon masyarakat. b).Disesuaikan dengan sumber daya yang tersedia di masyarakat. c).Meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memelihara diri sendiri serta lingkungannya. d). Bekerja sama dengan profesi lain. e). Menekankan pada aspek peningkatan kesehatan masyarakat dan pencegahan penyakit. f). Memperhatikan perubahan lingkungan masyarakat. g). Melibatkan partisipasi dan peran serta masyarakat dalam pelaksanaan implementasi keperawatan. 5. Evaluasi Keperawatan Evaluasi memuat keberhasilan proses dan kerhasialn tindakan keperawatan. Keberhasilan proses dapat dilihat dengan membandingkan antara proses dengan pedoman atau rencana proses tersebut.

2.3 Asuhan Keperawatan gangguan JiwaPada Lansia (depresi) A. DEFINISI Lansia atau lanjut usia merupakan kelompok umur (usia 60 tahun ke atas) pada manusia yang telah memasuki tahapan akhir dari fase kehidupannya. Pada kelompok yang dikategorikan lansi ini akan terjadi suatu proses yang disebut aging proses. Mental berasal dari kata latin yaitu mens, mentis yang artinya: jiwa, nyawa, sukma, roh, semangat (Kartini Kartono, 1987:3). Sedangkan dalam kamus psikologi Kartini Kartono, (1987:278) mengemukakan: mental adalah yang berkenaan dengan jiwa, batin ruhaniah. Dalam pengertian aslinya menyinggung masalah: pikiran, akal atau ingatan. Sedangkan sekarang ini digunakan untuk menunjukkan penyesuaian organisme terhadap lingkungan dan secara khusus menunjuk penyesuaian yang mencakup fungsifungsi simbolis yang disadari oleh individu. Pengertian

mental

dalam

kamus

besar

bahasa

Indonesia,

(1991:647)

adalah“Berkenaan dengan batin dan watak manusia, yang bukan bersifat badan atau tenaga, Bukan bersifat badan atau tenaga: bukan hanya pembangunan fisik yang diperhatikan melainkan juga pembangunan batin dan watak”. Mental secara istilah dapat diartikan dengan “semangat jiwa yang tegar, yang aktif, yang mempengaruhi perilaku hidup dan kehidupan manusia” (Mawardi Labay ElSulthani, 2001:2). Melihat dari pernyataan diatas, maka mental bisa diartikan sesuatu yang berada dalam tubuh (fisik) manusia yang dapat mempengaruhi perilaku, watak dan sifat manusia di dalam kehidupan pribadi dan lingkungannya. Aspek-aspek Mental Manusia adalah makhluk yang pada dasarnya baik dan selalu ingin kembali pada kebenaran yang sejati, karena pada diri manusia mempunyai. Aspek-aspek jiwa yang bisa mempengaruhi segala sikap dan tingkah laku manusia. Bertolak dari pernyataan maka aspek-aspek manusia dapat dijabarkan sebagai berikut: 1.

Kartini Kartono (2000:6) mengemukakan bahwa aspek mental yang ada dalam diri

manusia adalah keinginan, tindakan, tujuan, usaha-usaha, dan perasaan. ·

Keinginan : perihal yang diinginkan

·

Tindakan : perbuatan; sesuatu yang dilakukan. Sesuatu yang

dilaksanakan untuk mengatasi sesuatu. ·

Tujuan : arah yang dituju, maksud atau tuntutan.

·

Usaha : kegiatan untuk mengarahkan tenaga, pikiran atau badan

untuk mencapai suata maksud. ·

Perasaan : hasil/ perbuatan merasa dengan panca indera. Rasa/keadaan batin dalam

menghadapi sesuatu. 2.

Zakiah Darajat (1990:32) berpendapat bahwa aspek mental yang ada dalam diri

manusia adalah kehendak, sikap, dan tindakan. ·

Kehendak : kemauan, keinginan dan harapan yang keras.

·

Sikap : posisi mental (perasaan terhadap bahasa sendiri/bahasa

orang lain). ·

Tindakan : perbuatan; sesuatu yang dilakukan. Sesuatu yang

Dilaksanakan untuk mengatasi sesuatu. 3.

Mawardi Labay El-Shuthani (2001:3) memandang bahwa aspek mental yang ada

dalam diri manusia adalah segala sesuatu yang menentukan sifat dan karakter manusia. ·

Sifat : rupa/keadaan yang nampak pada suatu benda/lahiriah

·

Karakter : sifat-sifat kejiwaan, akhlak/budi pekerti yang membedakan

seseorang dari yang lain, tabiat, watak, dan mempunyai kepribadian. 4.

Ibnu Sina (1996:116) berpendapt bahwa aspek mental yang ada dalam diri manusia

adalah kesadaran diri, amarah, dan keinginan. ·

Kesadaran diri : kesadaran seseorang/keadaan dirinya sendiri.

·

Amarah : sangat tidak senang.

·

Keinginan : perihal yang diinginkan.

5.

Al Ghazali (1989:7)mengemukakan bahwa aspek mental yang ada dalam diri

manusia adalah yang merasa, yang mengetahui dan yang mengenal. ·

Merasa : mengalami rangsangan yang mengenai (menyentuh) indra

(seperti yang dialamu lidah, kulit/badan). 6.

Hanna Djuhamham Bastaman (2001:64) memandang bahwa aspek mental yang ada

dalam diri manusia adalah berpikir, berkehendak, merasa, dan berangan-angan. ·

Berpikir : menggunakan akal budi untuk mempertimbangkan

dan memutuskan sesuatu, menimbang-nimbang. ·

Berkehendak : kemauan, keinginan dan harapan yang keras.

·

Merasa : mengalami rangsangan yang mengenai (menyentuh)

indra (seperti yang dialamu lidah, kulit/badan). ·

Berangan-angan : mempunyai angan-angan (pikiran/ingatan).

C.

Aspek-aspek Yang Mempengaruhi Perubahan Fungsi Mental Pada Lansia

Masalah kesehatan mental pada lansia dapat berasal dari 4 aspek yaitu fisik, psikologik, sosial dan ekonomi. Masalah tersebut dapat berupa emosi tidak labil, mudah tersinggung, gampang merasa dilecehkan, kecewa, tidak bahagia, perasaan kehilangan, dan tidak berguna. Lansia dengan problem tersebut menjadi rentan mengalami gangguan psikiatrik seperti depresi, ansietas (kecemasan), psikosis (kegilaan) atau kecanduan obat. Pada umumnya masalah kesehatan mental lansia adalah masalah penyesuaian. Penyesuaian tersebut karena adanya perubahan dari keadaan sebelumnya (fisik masih kuat, bekerja dan berpenghasilan) menjadi kemunduran. Aspek psikologi merupakan faktor penting dalam kehidupan seseorang dan menjadi semakin penting dalam kehidupan seorang lansia. Aspek psikologis ini lebih menonjol daripada aspek materiil dalam kehidupan seorang lansia. Pada umumnya, lansia mengharapkan: panjang umur, semangat hidup, tetap berperan sosial, dihormati, mempertahankan hak dan hartanya, tetap berwibawa, kematian dalam ketenangan dan diterima di sisi-Nya, dan masuk surga. Keinginan untuk lebih dekat kepada Allah merupakan kebutuhan lansia. Proses menua yang tidak sesuai dengan harapan tersebut, dirasakan sebagai beban mental yang cukup berat. Aspek sosial yang terjadi pada individu lanjut usia, meliputi kematian pasangan hidupnya/teman-temannya, perubahan peran seorang ayah/ibu menjadi seorang kakek/nenek,

perubahan

dalam

hubungan

dengan

anak

karena

sudah

harus

memerhitungkan anak sebagai individu dewasa yang dianggap sebagai teman untuk dimintai pendapat dan pertolongan, perubahan peran dari seorang pekerja menjadi pensiunan yang sebagian besar waktunya dihabiskan di rumah. Aspek ekonomi berkaitan dengan status sosial dan prestise. Dalam masyarakat sebagai seorang pensiunan, perubahan pendapatan karena hidupnya tergantung dari tunjangan pensiunan. Kondisi-kondisi khas yang berupa penurunan kemampuan ini akan memunculkan gejala umum pada individu lanjut usia, yaitu “perasaan takut menjadi tua.” Pada umumnya, perubahan ini diawali ketika masa pensiun. Meskipun tujuan ideal pensiun adalah agar para lansia dapat menikmati hari tua atau jaminan hari tua, namun dalam kenyataannya sering diartikan sebaliknya, karena pensiun sering diartikan sebagai kehilangan penghasilan, kedudukan, jabatan, peran, kegiatan, status, dan harga diri. Reaksi setelah orang memasuki masa pensiun lebih tergantung dari model kepribadiannya dan sangat tergantung pada sikap mental individu dalam menghadapi masa pensiun.

Dalam kenyataan ada yang menerima, ada yang takut kehilangan, ada yang merasa senang memiliki jaminan hari tua dan ada juga yang seolah-olah pasrah terhadap pensiun. Pernyataan di atas menunjukkan bahwa aspek mental yang ada pada diri manusia adalah aspek-aspek yang dapat menentukan sifat dan karakteristik manusia itu sendiri. Perbuatan dan tingkah laku manusia sangat ditentukan oleh keadaan jiwanya yang merupaka motor penggerak suatu perbuatan. Oleh sebab itu aspek-aspek mental tersebut bisa manusia kendalikan melalui proses pendidikan.

D.

Factor-faktor Yang Mempengaruhi Perubahan Mental

1.

Perubahan fisik,

a.

Sel : jumlah berkurang, ukuran membesar, cairan tubuh menurun, dan cairan

interseluler menurun b.

Kardiovaskuler: katup jantung menebal dan kaku, kemampuan memompa darah

menurun (menurunnya kontraksi dan volume), elastisitas pembuluh darah menurun, serta meningkatnya retensi pembuluh darah perifer sehingga tekanan darah meningkat c.

Persarafan: saraf pancaindera mengecil sehingga fungsinya menurun serta lambat

dalam merespon dan waktu bereaksi khususnya yang berhubungan dengan stres. Berkurang atau hilangnya lapisan mielin akson, sehingga menyebabkan berkurangnya respon motorik dan reflek d.

Pendengaran: membran timpani atrofi sehingga terjadi gangguan pendengaran.

Tulang-tulang pendengaran mengalami kekakuan. e.

Penglihatan: respon terhadap sinar menurun, adaptasi terhadap gelap menurun,

akomodasi menurun, lapang pandang menurun, katarak f.

Belajar dan memori: kemampuan belajar masih ada tetapi relatif menurun. Memori

menurun karena proses encoding menurun g.

Intelegensi: secara umum tidak berubah

2.

Kesehatan umum

Keadaan fisik lemah dan tidak berdaya sehingga harus bergantung pada orang lain. Terjadi banyak perubahan dalam penampilan lansia, seperti pada bagian kepala dengan rambut yang menipis dan berubah menjadi putih atau abu-abu, tubuh yang membungkuk dan tampak mengecil, bagian persendian dengan pangkal tangan menjadi kendur dan terasa berat,

sedangkan ujung tangan tampak mengerut. Selain itu, fungsi pancaindera terjadi perubahan seperti ada penurunan dalam kemampuan melihat objek, kehilangan kemampuan mendengar bunyi dengan nada yang sangat tinggi, penurunan sensitivitas papil-papil pengecap (terutama terhadap rasa manis dan asin), penciuman menjadi kurang tajam, dan kulit yang semakin kering dan mengeras menyebabkan indra peraba di kulit semakin peka. Pada kemampuan motorik, lansia mengalami penurunan kekuatan yang paling nyata, yaitu pada kelenturan otot-otot tangan bagian depan dan otot-otot yang menopang tegaknya tubuh, lansia pun cepat merasa lelah. Terdapat juga penurunan kecepatan dalam bergerak dan lansia cenderung menjadi kaku. Hal ini menyebabkan sesuatu yang dibawa dan dipegangnya tertumpah dan jatuh.

3.

Lingkungan

Berkaitan dengan lingkungan sekitar, seperti keluarga dan teman. Lansia tidak jarang merasa emptiness (kesendirian, kehampaan) ketika keluarganya tidak ada yang memperhatikannya. Selain itu, ketika ada lansia lainnya meninggal, maka muncul perasaan pada lansia kapan ia akan meninggal.

E.

Masalah Di Bidang Psikogeratri

1.

Kecemasan

a.

Pengertian

Gangguan kecemasan pada lansia adalah berupa gangguan panik, fobia, gangguan obsesif kondlusif, gangguan kecemasan umum, gangguan stress akut, gangguan stress pasca traumatic

b.

Gejala kecemasan

*

Perasaan khawatir atau takut yang tidak rasional terhadap kejadian yang akan terjadi

*

Sulit tidur sepanjang malam

*

Rasa tegang dan cepat marah

*

Sering mengeluh akan gejala yang ringan atau takut/khawatir terhadap penyakit

yang berat, misalnya kanker dan penyakit jantung yang sebenarnya tidak dideritanya *

Sering membayangkan hal-hal yang menakutkan

*

Merasa panic terhadap masalah yang ringan

c. *

Tindakan untuk mengatasi kecemasan Cobalah untuk mendapatkan dukungan keluarga dengan rasa kasih saying

*

Bicaralah tentang rasa khawatir lansia dan cobalah untuk menentukan penyebab

mendasar (dengan memandang lansia secara holistic). *

Cobalah untuk mengalihkan penyebab dan berikan rasa aman dengan penuh empati

*

Bila penyebabnya tidak jelas dan mendasar, berikan alas an-alasan yang dapat

diterima olehnya *

Konsultasikan dengan dokter bila penyebabnya tidak dapat ditentukan atau bila telah

dicoba dengan berbagai cara tetapi gejala menetap.

2.

Depresi

a.

Pengertian

Depresi adalah suatu jenis keadaan perasaan atau emosi dengan komponen psikologis seperti rasa sedih, susah, merasa tidak berguna, gagal, putus asa dan penyesalan atau berbentuk penarikan diri, kegelisahan atau agitasi (Afda Wahywlingsih dan Sukamto). Depresi adalah kondisi umum yang terjadi pada lansia dan alasan terjadinya kondisi ini dapat dilihat pada saat mengkaji kondisi sosial, kejadian hidup, dan masalah fisik pada lansia. Memang, depresi sering disalahartikan sebagai demensia. Kemampuan mental klien dengan depresi tetap utuh, sedangkan pada klien demensia, terjadi peningkatan kerusakan kognitif.

b.

Tipe depresi

Terdapat 2 tipe depresi yaitu eksogen atau depresi reaktif dan deprsesi endogen. *

Depresi endogen mungkin akan terjadi pada awitan awal dalam hidupnya. Individu

dengan depresi endogen betul-betul dapat mengalami gangguan mental bahkan mengalami delusi, dan sering kali mencoba bunuh diri. Bunuh diri adalah pengalaman yang biasa pada lansia, terutama laki-laki. Oleh karena itu, semua ancaman ini harus ditangani dengan serius. *

Klien dengan depresi eksogen biasanya mendapat dukungan yang cukup pada stuasi

depresi, seperti setelah berduka karena kehilangan atau selama tinggal di rumah sakit. Kadang-kadang dapat dilakukan sesuatu terhadap penyebab depresi yang dialami lansia yang ketakutan untuk kembali ke rumah setelah tinggal dirumah sakit. Hal yang dapat dilakukan adalah dengan memastikan bahwa mereka mendapat cukup dukungan di rumah.

c.

Penyebab depresi pada lansia:

*

Penyakit fisik

*

Penuaan

*

Kurangnya perhatian dari pihak keluarga

*

Gangguan pada otak (penyakit cerebrovaskular)

*

Faktor psikologis, berupa penyimpangan perilaku oleh karena cukup banyak lansia

yang mengalami peristiwa kehidupan yang tidak menyenangkan atau cukup berat. * *

Serotonin dan norepinephrine Zat-zat kimia didalam otak (neurotransmitter) tidak seimbang. Neurotransmitter

sendiri adalah zat kimia yang membantu komunikasi antar sel-sel otak.

d. *

Factor pencetus depresi pada lansia: Faktor biologic, misalnya faktor genetik, perubahan struktural otak, faktor risiko

vaskular, kelemahan fisik. *

Faktor psikologik yaitu tipe kepribadian, relasi interpersonal, peristiwa kehidupan

seperti berduka, kehilangan orang dicintai, kesulitan ekonomi dan perubahan situasi, stres kronis dan penggunaan obat-obatan tertentu.

e.

Gejala depresi pada lansia:

*

Secara umum tidak pernah merasa senang dalam hidup ini. Tantangan yang ada,

proyek, hobi, atau rekreasi tidak rnemberikan kesenangan. * ·

Keluhan fisik biasanya terwujud pada perasaan fisik seperti: Distorsi dalam perilaku makan. Orang yang mengalami depresi tingkat sedang

cenderung untuk makan secara berlebihan, namun berbeda jika. kondisinya telah parah seseorang cenderung akan kehilangan gairah makan. ·

Nyeri (nyeri otot dan nyeri kepala).

·

Berat badan berubah drastic

·

Gangguan tidur. Tergantung pada tiap orang dan berbagai macam faktor penentu,

sebagian orang mengalami depresi sulit tidur. Tetapi dilain pihak banyak orang mengalami depresi justru terlalu banyak tidur. ·

Sulit berkonsentrasi. Kapasitas menurun untuk bisa berpikir dengan jernih dan

untuk mernecahkan masalah secara efektif. Orang yang mengalami depresi merasa kesulitan untuk memfokuskan perhatiannya pada sebuah masalah untuk jangka waktu tertentu. Keluhan umum yang sering terjadi adalah, "saya tidak bisa berkonsentrasi".

·

Keluarnya keringat yang berlebihan.

·

Sesak napas.

·

Kejang usus atau kolik.

·

Muntah.

·

Diare.

·

Berdebar-debar.

·

Gangguan dalam aktivitas normal seseorang. Seseorang yang mengalami depresi

mungkin akan mencoba melakukan lebih dari kemampuannya dalam setiap usaha untuk mengkomunikasikan idenya. Dilain pihak, seseorang lainnya yang mengalami depresi mungkin akan gampang letih dan lemah. ·

Kurang energi. Orang yang mengalami depresi cenderung untuk mengatakan atau

merasa, "saya selalu merasah lelah" atau "saya capai". *

Secara biologik dipacu dengan perubahan neurotransmitter, penyakit sistemik dan

penyakit degeneratif. *

Secara psikologik gejalanya:

·

Kehilangan harga diri/ martabat.

·

Kehilangan secara fisik prang dan benda yang disayangi.

·

Perilaku merusak diri tidak langsung. contohnya: penyalahgunaan alkohol/

narkoba, nikotin, dan obat-obat lainnya, makan berlebihan, terutama kalau seseorang mempunyai masalah kesehatan seperti misalnya menjadi gemuk, diabetes, hypoglycemia, atau diabetes, bisa juga diidentifikasi sebagai salah satu jenis perilaku merusak diri sendiri secara tidak langsung. ·

Merasa putus asa dan tidak berarti. Keyakinan bahwa seseorang mempunyai hidup

yang tidak berguna, tidak efektif. orang itu tidak mempunyai rasa percaya diri. Pemikiran seperti, "saya menyia-nyiakan hidup saya" atau “saya tidak bisa rncncapai banyak kemajuan", seringkali terjadi. ·

Mempunyai pemikiran ingin bunuh diri.

·

Gejala social ditandai oleh kesulitan ekonomi seperti tak punya tempat tinggal.

3.

Insomnia

a.

Pengertian

Kebiasaan atau pola tidur lansia dapat berubah, yang terkadang dapat mengganggu kenyamanan anggota keluarga lain yang tinggal serumah. Perubahan pola tidur dapat berubah tiak bisa tidur sepanjang malam dan sering terbangun pada malam hari, sehingga lansia melakukan kegiatannya pada malam hari.

b. *

Penyebab insomnia pada lansia Kurangnya kegiatan fisik dan mental sepanjang hari sehingga mereka masih

semangat sepanjang malam *

Tertidur sebentar-sebentar sepanjang hari

*

Gangguan cemas dan depresi

*

Tempat tidur dan suasana kamar kurang nyaman

*

Sering berkemih pada waktu malam karena banyak minum pada malam hari

*

Infeksi saluran kemih

4.

Paranoid

a.

Pengertian

Lansia terkadang merasa bahwa ada orang yang mengancam mereka, membicarakan, serta berkomplot ingin melukai atau mencuri barang miliknya

b.

Gejala Paranoid

*

Perasaan curiga dan memusuhi anggota keluarga, teman-teman, atau orang-orang di

sekelilingnya *

Lupa akan barang-barang yang disimpannya kemudian menuduh orang-orang di

sekelilingnya mencuri atau menyembunyikan barang miliknya *

Paranoid dapat merupakan manifestasi dari masalah lain, seperti depresi dan rasa

marah yang ditahan *

Tindakan yang dapat dilakukan pada lansia dengan paranoid adalah memberikan

rasa aman dan mengurangi rasa curiga dengan memberikan alas an yang jelas dalam setiap kegiatan. Konsultasikan dengan dokter bila gejala bertambah berat.

5.

Demensia

a.

Pengertian

Demensia ialah kemunduran fungi mental umum, terutama intelegensi, disebabkan oleh kerusakan jaringan otak yang tidak dapat kembali lagi (irreversible) (Maramis, 1995). Demensia adalah gangguan progresif kronik yang dicirikan dengan kerusakan berat pada proses kognitif dan disfungsi kepribadian serta perilaku (Isaac, 2004). Menurut Roger Watson, demensia adalah suatu kondisi konfusi kronik dan kehilangan kemampuan kognitif secara global dan progresif yang dihubungkan dengan masalah fisik.

b.

Jenis demensia:

1.

Demensia jenis Alzheimer

*

Patofisiologi: Otopsi menunjukkan adanya plak amiloid (plak senil atau neuritik) di

jaringan otak atau adanya kekusutan neurofibriler (akumulasi simpul filamen saran pada neuron. Adanya plak dan kekusutan tersebut berkaitan dengan sel saraf, hilangnya sambungan antar neuron dan akhimya atrofi serebral. * ·

Penyebab Genetika: Adanya gen abnormal saja tidak cukup untuk memprediksi demensia

jenis alzheimer. Penyakit alzheimer familial memiliki awitan sangat dini (usia 30-40 th) dan bertanggung jawab atas 20% dari semua kasus demensia jenis ini. Penyakit ini berkaitan denga gen¬gen abnormal dikromosom 1, 14 dan 21. Adanya apolipoprotein E 4 (apo, E 4) dikromosom 19 terjadi 2 kali lebih banyak pada penderita demensia jenis alzheimer dibanding populasi umum. ·

Modal toksin: Sebagian peneliti meyakini bahwa akumulasi alumunium pada otak

akibat pajanan alat-alat dan produk alumunium dapat menyebabkan demensia jenis alzheimer. Bukti untuk teori ini masih sedikit. ·

Abnormalitas neurotransmiter atau reseptor : Kehilangan asetil kolin

(neurotransmiter kolinergik mayor) berkaitan dengan gejala-gejala gangguan kognitif (demensia). (peningkatan kadar asetin kolin merupakan dasar untuk terapi obat yang disetujui FDA untuk demensia).

*

Tahap Perilaku Afek Perubahan Kognitif Ringan

·

Sulit menyelesaikan tugas

·

Penurunan aktivitas yang mengarah pada tujuan

·

Kurang memperhatikan penampilan pribadi dan

·

aktivitas sehari-hari

·

Menarik diri dari aktivitas social yang biasa

·

Sering mencari benda-benda

·

karena lupa meletakannya;

·

dapat menuduh orang lain telah mencurinya

·

Cemas

·

Depresi

·

Frustasi

·

Curiga

·

Ketakutan

·

Kehilangan ingatan tentang

·

peristiwa yang baru saja terjadi (lupa akan janji

·

temu dan percakapan)

·

Disorientasi waktu

·

Berkurangnya kemampuan konsentrasi

·

Sulit mengambil keputusan

·

Kemampuan penilaian buruk

*

Tahap perilaku afek Sedang

·

Perilakunya tidak pantas secara sosial

·

Kurang perawatan diri (misal mandi, toileting, berpakaian, berdandan)

·

Berkeluyuran atau mondar-mandir

·

Senang menimbun barang-barang

·

Hiperoralitas

·

Mengalami

·

gangguan siklus tidur-bangun

·

Mood labil Datar

·

Apatis

·

Agitasi

·

Katas tropi Paranoia

·

Kehilangan ingatan tentang hal-hal yang baru atau lama (amnesia) Konfabulasi

·

Disprientasi waktu, tempat dan orang

·

Sedikit agnosia, apraksia dan afasia

*

Tahap perilaku afek Berat

·

Penurunan kemampuan ambulasi dan aktivitas motorik lainnya

·

Penurunan kemampuan menelan

·

Sama sekali tidak bisa mengurus diri (misalnya membutuhkan perawatan yang

konstan) ·

Tidak mengenali lagi keberadaan pemberi asuhan Datar, apatis Reaksi Katastropik

occasional dapat berlanjut. Semua perubahan kognitif berlanjut sejalan dengan meningkatnya amnesia, agnosia, aprasia dan afasia.

2.

Demensia vaskular (multi-infark) ditandai dengan gejala-gejala demensia pada

tahun pertama terjadinya gejala neurologik fokal. Klien diketahui mengalami faktor resiko penyakit vaskuler (misalnya hipertensi, fibrilasi atrium, diabetes).

3.

Jenis demensia yang lain berkaitan dengan kondisi medis umum, seperti penyakit

parkinson, penyakit pick, koreahuntingtown dan penyakit Creutzfeldt-jakob. Demensia yang disebabkan kondisi-kondisi tersebut dicatat sesuai penyakitnya yang spesifik.

c. 1.

Gejala demensia: Afasia: kehilangan kemampuan berbahasa; kemampuan berbicara memburuk dan

klien sulit "menemukan" kata-kata. 2.

Apraksia: rusaknya kemampuan melakukan aktivitas motorik sekalipun fungsi

sensoriknya tidak mengalami kerusakan. 3.

Agnosia: kegagalan mengenali atau mengidentifikasi objek atau benda urnurn

walaupun fungsi sensoriknya tidak mengalami kerusakan. 4.

Konfabulasi: mengisi celah-celah ingatannya dengan fantasi yang diyakini oleh

individu yang terkena. 5. 6.

Sundown sindrom: memburuknya disorientasi di malam hari. Reaksi katastrofik: respon takut atau panik dengan potensi kuat inenyakiti diri

sendiri atau orang lain. 7.

Perseveration phenomenon: perilaku berulang, meliputi mengulangi kata-kata orang

lain. 8.

Hiperoralitas: kebutuhan untuk mencicipi dan mengunyah benda-benda yang cukup

kecil untuk dimasukkan ke mulut. 9.

Kehilangan memori: awalnya hanya kehilangan memori tentang hal-hal yang baru

terjadi, dan akhirnya gangguan ingatan masa lalu. 10. Disorientasi waktu, tempat dan orang. 11. Berkurangnya kemampuan berkonsentrasi atau mempelajari materi baru. 12. Sulit mengambil keputusan. 13. Penilaian buruk: individu ini mungkin tidak mempunyai kewaspadaan lingkungan tentang keamanan dan keselamatan.

d.

Etiologi demensia

Faktor-faktor yang berkaitan dengan demensia adalah:

1.

Kondisi akut yang tidak diobati atau tidak dapat disembuhkan. Bila kondisi akut

yang menyebabkan delirium tidak atau tidak dapat diobati, terdapat kemungkinan bahwa kondisi ini akan menjadi kronik dan karenanya dapat dianggap sebagai demensia. 2.

Penyakit vaskuler, seperti hipertensi, arteriosklerosis, dan aterosklerosis dapat

menyebabkan stroke. 3.

Penyakit parkinson: demensia menyerang 40% dari pasien-pasien ini.

4.

Gangguan genetika: koreahuntington atau penyakit pick.

5.

Penyakit prior (protein yang terdapat dalam proses infeksi penyakit Creutzfeldt-

jakob). 6.

lnfeksi Human Imunodefisiensi Virus (HIV) dapat menyerang Sistem saraf pusat

(SSP), menyebabkan ensefalopati HIV atau kompleks demensia AIDS 7.

Gangguan struktur jaringan otak, seperti tekanan normal, hidrocephalus dan cidera

akibat trauma kepala.

F.

Pendekatan Perawatan Lanjut Usia

Dalam pendekatan pelayanan kesehatan pada kelompok lanjut usia sangat perlu ditekankan pendekatan yang dapat mencakup sehat fisik, psikologis, spiritual dan sosial. Hal tersebut karena pendekatan dari satu aspek saja tidak akan menunjang pelayanan kesehatan pada lanjut usia yang membutuhkan suatu pelayanan yang komprehensif. Pendekatan inilah yang dalam bidang kesehatan jiwa (mental health) disebut pendekatan eklektik holistik, yaitu suatu pendekatan yang tidak tertuju pada pasien semata-mata, akan tetapi juga mencakup aspek psikososial dan lingkungan yang menyertainya. Pendekatan Holistik adalah pendekatan yang menggunakan semua upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan lanjut usia, secara utuh dan menyeluruh. 1.

Pendekatan fisik

Perawat mempunyai peranan penting untuk mencegah terjadinya cedera sehingga diharapkan melakukan pendekatan fisik, seperti berdiri disamping klien, menghilangkan sumber bahaya dilingkungan, memberikan perhatian dan sentuhan, bantu klien menemukan hal yang salah dalam penempatannya, memberikan label gambar atau hal yang diinginkan klien.

2.

Pendekatan psikologis

Disini perawat mempunyai peranan penting untuk mengadakan pendekatan edukatif pada klien lanjut usia, perawat dapat berperan sebagai supporter, interpreter terhadap segala

sesuatu yang asing, sebagai penampung rahasia yang pribadi dan sebagai sahabat yang akrab. Perawat hendaknya memiliki kesabaran dan ketelitian dalam memberikan kesempatan dan waktu yang cukup banyak untuk menerima berbagai bentuk keluhan agar para lanjut usia merasa puas. Perawat harus selalu memegang prinsip “Tripple”, yaitu sabar, simpatik dan service. Hal itu perlu dilakukan karena perubahan psikologi terjadi karena bersama dengan semakin lanjutnya usia. Perubahan-perubahan ini meliputi gejalagejala, seperti menurunnya daya ingat untuk peristiwa yang baru terjadi, berkurangnya kegairahan atau keinginan, peningkatan kewaspadaan, perubahan pola tidur dengan suatu kecenderungan untuk tiduran diwaktu siang, dan pergeseran libido. Perawat harus sabar mendengarkan cerita dari masa lampau yang membosankan, jangan menertawakan atau memarahi klien lanjut usia bila lupa melakukan kesalahan . Harus diingat kemunduran ingatan jangan dimanfaatkan untuk tujuan tertentu. Bila perawat ingin merubah tingkah laku dan pandangan mereka terhadap kesehatan, perawat bila melakukannya secara perlahan –lahan dan bertahap, perawat harus dapat mendukung mental mereka kearah pemuasan pribadi sehinga seluruh pengalaman yang dilaluinya tidak menambah beban, bila perlu diusahakan agar di masa lanjut usia ini mereka puas dan bahagia.

3.

Pendekatan spiritual

Perawat harus bisa memberikan ketenangan dan kepuasan batin dalam hubungan lansia dengan Tuhan atau agama yang dianutnya dalam keadaan sakit atau mendeteksi kematian. Sehubungan dengan pendekatan spiritual bagi klien lanjut usia yang menghadapi kematian. Seorang dokter mengemukakan bahwa maut sering kali menggugah rasa takut. Rasa semacam ini didasari oleh berbagai macam faktor, seperti ketidakpastian akan pengalaman selanjutnya, adanya rasa sakit dan kegelisahan kumpul lagi dengan keluarga dan lingkungan sekitarnya. Dalam menghadapi kematian setiap klien lanjut usia akan memberikan reaksi yang berbeda, tergantung dari kepribadian dan cara dalam mengahadapi hidup ini. Adapun kegelisahan yang timbul diakibatkan oleh persoalan keluarga, perawat harus dapat meyakinkan lanjut usia bahwa kalaupun keluarga tadi ditinggalkan , masih ada orang lain yang mengurus mereka. Sedangkan rasa bersalah selalu menghantui pikiran lanjut usia.

4.

Pendekatan social

Mengadakan diskusi, tukar pikiran, dan bercerita merupakan salah satu upaya perawat dalam pendekatan social. Memberi kesempatan untuk berkumpul bersama dengan sesama klien usia berarti menciptakan sosialisasi mereka. Jadi pendekatan social ini merupakan suatu pegangan bagi perawat bahwa orang yang dihadapinya adalah makhluk sosial yang membutuhkan orang lain. Penyakit memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada para lanjut usia untuk mengadakan konunikasi dan melakukan rekreasi, misal jalan pagi, nonton film, atau hiburan lain. Tidak sedikit klien tidak tidur terasa, stress memikirkan penyakitnya, biaya hidup, keluarga yang dirumah sehingga menimbulkan kekecewaan, ketakutan atau kekhawatiran, dan rasa kecemasan. Tidak jarang terjadi pertengkaran dan perkelahian diantara lanjut usia, hal ini dapat diatasi dengan berbagai cara yaitu mengadakan hak dan kewajiban bersama. Dengan demikian perawat tetap mempunyai hubungan komunikasi baik sesama mereka maupun terhadap petugas yang secara langsung berkaitan dengan pelayanan kesejahteraan sosial bagi lanjut usia.

Proses asuhan keperawatan A.

Pengkajian

1.

Riwayat

Pernah mengalami perubahan fungsi mental sebelumnya? 2.

Kaji adanya demensia. Dengan alat-alat yang sudah distandardisasi, meliputi

Mini Mental Status Exam (MMSE) (Menurut Flostein, MS. Dkk, 1995) 

ORIENTASI



REGISTRASI



PERHATIAN DAN PERHITUNGAN



DAYA INGAT



BAHASA

3.DATA DEMOGRAFI a.

Ras dan suku apa ?

b.

Jenis kelamin laki…… perempuan……

c.

Pernah sekolah sampai ?

d.

Strata 2

e.

strata 1

f.

Program diploma

g.

SMA/ Sederajat

h.

SMA (tidak tamat)

i.

SMP ke bawah

.

Diagnosa Keperawatan

1.

Gangguan pola tidur b.d ansietas

2.

Gangguan proses pikir berhubungan dengan kehilangan memori,

degenerasi neuron irreversible. 3.

Risiko cedera berhubungan dengan penurunan fungsi fisiologis daan

kognitif. 4.

Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan perubahan persepsi,

transmisi dan atau integrasi sensori ( defisit neurologist). 5.

Kurang perawatan diri : hygiene nutrisi, dan atau toileting berhubungan

dengan ketergantungan fisiologis dan atau psikologis. 6.

Potensial terhadap ketidakefektifan koping keluarga berhubungan dengan

pengaruh penyimpangan jangka panjang dari proses penyakit

3.1 Askep pada gangguan jiwa dewasa Bisa dimasukin di BAB I

A. Pengetian Masa ini sering disebut adult, masa dewasa, masa dimana usia sudah berkisar ke angka di atas 21 tahun. Masa dewasa merupakan periode yang penuh tantangan, penghargaan dan krisis. Selain itu masa dimana mempersiapkan masa depan, penentu karier dan masa usia memasuki dunia pekerjaan dan masa dunia perkarieran, masa mempersiapkan punya

keturunan dan masa usia matang, masa penentuan kehidupan, dan prestasi kerja di masyarakat, masa merasa kuat dalam hal fisik, masa energik, masa kebal, masa jaya dan masa merasakan hasil perjuangan . Masa dewasa ditandai kemampuan produktif dan kemandirian. Menurut Prof. Dr. A.E Sinolungan (1997), masa dewasa dapat di bagi dalam beberapa fase yaitu: 1. Fase dewasa awal Fase dewasa awal (20/21-24 tahun), seorang mulai bekarya dan mulai melepaskan ketergantungan kepada orang lain. Tugas-tugas perkembangan pada masa dewasa awal yaitu: a. mereka mendapat pengawasan dari orang tua b. mereka mulai mengembangkan persahabatan yang akrab dan hubungan yang intim di luar c. mereka membentuk seperangkat nilai pribadi d. mereka mengembangkan rasa identitas pribadi e. mereka mempersiapkan untuk kehidupan kerja 2. Fase Dewasa tengah Fase dewasa tengah (25-40 tahun) ditandai sikap mantap memilih teman hidup dan membangun keluarga. Dewasa tengah menggunakan energy sesuai kemampuannya untuk menyesuaikan konsep diri dan citra tubuh terhadap realita fisiologis dan perubahan pada penampilan fisik. Harga diri yang tinggi, citra tubuh yang bagus dan sikap posiif terhadap perubahn fisiologis muncul jika orang dewasa mengikuti latihan fisik diet yang seimbang, tidur yang adekuat dan melakukan hygiene yang baik. a. Teori-teori tentang masa dewasa tengah 1) Teori Erikson Menurut teori perkembangan Erikson, tugas perkembangan yang utama pada usia baya adalah mencapai generatifitas (Erikson, 1982). Generatifitas adalah keinginan untuk merawat dan membimbing orang lain. Dewasa tengah dapat mencapai generatifitas dengan anak-anaknya melalui bimbingan dalam interaksi sosial dengan generasi

berikutnya. Jika dewasa tengah gagal mencapai generatifitas akan terjadi stagnasi. Hal ini ditunjukkan dengan perhatian yang berlebihan pada dirinya atau perilaku merusak anakanaknya dan masyarakat.

2) Teori Havighurst Teori perkembangan Havighurst telah diringkas dalam tujuh perkembangan untuk orang dewasa tengah (Havighurst, 1972). Tugas perkembangan tersebut meliputi: a) Pencapaian tanggung jawab social orang dewasa b) Menetapkan dan mempertahankan standar kehidupan c) Membantu anak-anak remaja tanggung jawab dan bahagia d) Mengembangkan aktivitas luang e) Berhubungan dengan pasangannya sebagai individu f) Menerima dan menyesuaikan perubahan fisiologis pada usia pertengahan g) Menyesuaikan diri dengan orang tua yang telah lansia. b. Tahap-tahap perkembangan 1) Perkembangan fisiologis Perubahan ini umumnya terjadi antara usia 40-65 tahun. Perubahan yang paling terlihat adalah rambut beruban, kulit mulai mengerut dan pinggang membesar. Kebotakan biasanya terjadi selama masa usia pertengahan, tetapi juga dapat terjadi pada pria dewasa awal. Penurunan ketajaman penglihatan dan pendengaran sering terlihat pada periode ini.

2) Perkembangan kognitif

Perubahan kognitif pada masa dewasa tengah jarang terjadi kecuali karena sakit atau trauma. Dewasa tengah dapat mempelajari keterampilan dan informasi baru. Beberapa dewasa tengah mengikuti program pendidikan dan kejuruan untuk mempersiapkan diri memasuki pasar kerja atau perubahan pekerjaan. 3) Perkembangan psikosial Perubahan psikososial pada masa dewasa tengah dapat meliputi kejadian yang diharapkan, perpindahan anak dari rumah, atau peristiwa perpisahan dalam pernikahan atau kematian teman. Perubahan ini mungkin mengakibatkan stress yang dapat mempengaruhi seluruh tingkat kesehatan dewasa. 3. Fase dewasa akhir Fase dewasa akhir (41-50/55tahun) ditandai karya produktif, sukses-sukses berprestasi dan puncak dalam karier. Sebagai patokan, pada masa ini dapat dicapai kalau status pekerjaan dan sosial seseorang sudah mantap. Masalah-masalah yang mungkin timbul yaitu: a. Menurunnya keadaan jasmaniah b. Perubahan susunan keluarga c. Terbatasnya kemungkinan perubahan-perubahan baru dalam bidang pekerjaan atau perbaikan kesehatan yang lalu d. Penurunan fungsi tubuh Selain itu, masa dewasa akhir adalah masa pensiun bagi bagi pegawai menghadapi sepi dan masa masamemasuki pensiun. Biasanya ada PPS ( Post Power Sindrom) misalnya biasa seseorang menjabat kemudian tidak, rasanya ada perasaan down sindrom. Faktor – faktor yang mempengaruhi pengawasan tugas perkembangan ini, individu mengalami PPS. Misalnya penghalangnya adalah: 1. Tingkat perkembangan yang mundur 2. Tidak ada kesempatan untuk mempelajari tugas-tugas perkembangan 3. Tidak ada motivasi

4. Kesehatan yang buruk 5. Cacat tubuh 6. Tingkat kecerdasan yang rendah 7. Tingkat adaptasi yang jelek 8. Selain itu, masa dewasa akhir adalah masa pensiun bagi bagi pegawai menghadapi sepi dan masa masamemasuki pensiun. Biasanya ada PPS ( Post Power Sindrom) misalnya biasa seseorang menjabat kemudian tidak, rasanya ada perasaan down sindromAdanya penyakit kronis Tingkat ketidakmampuan dan persepsi klien pada penyakit dan ketidakmampuan menentukan sampai mana perubahan gaya hidup akan terjadi. 9. Tingkat kesejahteraan Perawat mengkaji status kesehatan pada klien dewasa tengah. Pengkajian tersebut member arah untuk merencanakan asuhan keperawatan dan berguna dalam mengevaluasi keefektifan intervensi keperawatan. 10. Membentuk kebiasaan sehat yang positif Kebiasaan adalah sikap atau perilaku seseorang yang biasa dilakukan. Pola perilaku ini didorong oleh seringnya pengulangan sehingga menjadi cara perilaku individu yang biasa. B. Masalah-masalah psikososial 1. Ansietas Ansietas adalah fenomena maturasi kritis yang berhubungan dengan perubahan, konflik, dan penegndalian lingkungan yang diterima (Haber at al, 1992). 2. Depresi Depresi adalah gangguan alam perasaan yang dimanifestasikan dalam berbagai cara. Walaupun usia yang paling banyak mengalami depresi adalah usia 24-25 tahun, tapi juga biasa terjadi pada usia dewasa baya dan mungkin banyak memiliki penyebab (Haber at al, 1992).

Dengan memahami usia/ masa, tahapan hukum dengan ciri-ciri perilaku di masingmasing tahapan perkembangan perawat sedini mungkin dapat mendeteksi secara dini langkah/ upaya perawatan apa yang harus dilakukan sesuai dengan masa tahapan perkembngan manusia. Bagi perawat pribadi teori perkembangan manusia dapat dijadikan masukan pribadi berada pada masa usia tahapan yang mana dirinya pada saat ini maupun pada saat yang akan datang maupun waktu saat sekarang ini ada perilaku khusus yang yang pernah dilalui. Perawat perlu memahami, mempelajari teori-teori perkembangan manusia atau individu karena tugas perawat dalam merawat individu tentunya dari masa konsepsi yang dialami individu, kehamilan, lahir sampai sakaratul maut. Perkembangan manusia memiliki tahapan keluasan masa. Masa kematangan sehingga dideteksi dini terhadap masa-masa tertentu dihubungkan dengan teori

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN PERKEMBANGAN PSIKOSOSIAL PADA MASA DEWASA A. Pengkajian Pengkajian dilakukan untuk mengetahui masalah keperawatan yang terjadi pada klien secepat mungkin sesuai dengan keadaan klien. Pengkajian dapat dilakukan dengan beberapa cara yakini ; wawancara, observasi dan menuju dokumen medik. Pengkajian ini dilakukan denagan melibatkan keluaraga sebagai orang terdekat yang mengetahui tentang masalah kesehatan klien. Format pengkajian yang digunakan adalah

format pengkajan pada klien yang dikembangkan sesuia dengan keberadaaan klien. Format pengkajian yang dikembangkan minimal terdiri atas: 1. Data dasar a. Identitas b. Alamat c. Usia d. Pendidikan e. Pekerjaan f. Agama g. Suku bangsa 2. Data biopsikososial spiritualkultural 3. Lingkungan 4. Status fungsional 5. Fasilitas penunjang kesehatan 6. Pemerikasaaan fisik B. Diagnosa Keperawatan 1. Gangguan proses pikir berhubungan dengan ansietas Tujuan: proses pikir pasien akan meningkat dengan terapi ansietas 2. Ketidak efektifan koping yang berhubungan dengan ansietas Tujuan: pasien akan meningkatkan mekanisme koping untuk mengatasi ansietas. 3. Konflik pengambilan keputusan berhubungan dengan ganti karier/ pengunduran diri Tujuan: menghubungkan keuntungan-keuntungan dan kerugian-kerugian dari pilihanpilihan, menceritakan ketakutan dan keprihatinan mengenai pilihan-pilihan dan respons dari orang lain, dan membuat sebuah pilihan yang diketahui/diberitahu. 4. Perubahan pola seksualitas berhubungan dengan ketakutan akan kegagalan seksual

Tujuan: menceritakan kepedulian/ masalah mengenai fungsi seksual, mengekspresikan peningkatan kepuasan dengan pola seksual, mengidentifikasi stressor dalam kehidupan, melanjutkan aktivitas seksual sebelumnya, dan melaporkan suatu keinginan untuk melanjutkan aktivitas seksual.

DAFTAR PUSTAKA Potter dan Perry. (2005). Fundamental Keperawatan , edisi 4. Jakarta: EGC Http:\Info » Kesehatan » Peran Pendidikan dalam Mengatasi Masalah Kesehatan Remaja • www.jakartamotorhonda.com. Diakses tanggal 14 April 2013 Http:\remaja-danpermasalahannnya.html. diakses tanggal 14 April 2013 Http:\peran-mahasiswa-dalamkesehatan.html. diakses tanggal 14 April 201

Related Documents


More Documents from "echia srikandi"