EMBOLI PARU
Di Susun Oleh : FASRIANTI 14220160003
Definisi Emboli paru adalah kondisi akibat tersumbatnya arteri paru yang dapat menyebabkan kematian pada semua usia (Lesmana , 2010)
Etiologi 1. Imbolisasi
7. obat-obatan
2. Usia
8. Penyakit hematologic
3. Penyakit jantung
9. Penyakit metabolism
4. Trauma
5. Obesitas 6. Kehamilan dan nifas
Patofisiologi Trauma lokal pada dinding pembuluh darah, sehingga terjadi kerusakan endotel vaskular. Biasanya di sebabkan oleh thrombophlebitis sebelumnya, pada trauma, ataupun tindakan pembedahan. Keadaan hiperkoagulobilitas darah yang disebabkan oleh berbagai pengobatan, seperti : kontrasepsi oral, terapi hormone, terapi steroid, keganasan, sindrom nefrotik, thrombositopenia akibat protein C, protein S, anthitrombin III, dan keadaan DIC. Keadaan stasis vena, biasanya di sebabkan karena imobilisasi atau tirah baring yang berkepanjangan, katup vena yang tidak kompeten akibat proses thromboemboli sebelumnya, efek samping anestesi, gagal jantung kongestif dan cor pulmonale.
Manifestasi klinis 1. Tanda
Dispnea Nyeri pada pleuritik Kecemasan Hemoptisis
• 2. Gejala Takipnea Crakikardi Bunyi jantung S3, bunyi S3 adalah suara ketiga saat jantung berkontraksi. Pada orang dewasa merupakan sesuatu yang abnormal pada apeks jantung dan sering di sebut ventricular gallop. Jika tidak ada bunyi S3 bisa jadi ada bunyi S4 Keringat berlebih Demam (Somantri , 2007)
Pemeriksaan penunjang 1. Radiologi Hasil rontgen thoraks biasanya normal tetapi dapat menunjukan adanya peumokontraksi, infiltral atelectasis, elevasi diafragma pada sisi yang sakit, atau dilatasi besar arteri pilmoner, dan efusi pleura. 2. Pemeriksaan analisa gas darah Dari pemeriksaan ini di dapatkan hipoksemia, hipokapnea dan peningkatan AaDO2. Namun pada penderita usia muda, dapat di temukan hasil analisa gas darah yang normal 3. Pemeriksaan D-dimer Di lakukan pemeriksaan ini pada penderita kecurigaan emboli paru, ini bersifat wajib menyertai penilaian klinis. Hasil D-diner negative pada penderita dengan probabilitas rendah menunjukan tidak perlu pencitraan lebih lanjut. 4. Pemeriksaan marker jantung 5. Pemeriksaan Elektrokardiografi (EKG)
Komplikasi 1. 2. 3.
Gagal nafas Gagal jantung kanan akut dan Hipertermi
Pengkajian retardasi mental 1. Radiologi Hasil rontgen thoraks biasanya normal tetapi dapat menunjukan adanya peumokontraksi, infiltral atelectasis, elevasi diafragma pada sisi yang sakit, atau dilatasi besar arteri pilmoner, dan efusi pleura. 2. Pemeriksaan analisa gas darah Dari pemeriksaan ini di dapatkan hipoksemia, hipokapnea dan peningkatan AaDO2. Namun pada penderita usia muda, dapat di temukan hasil analisa gas darah yang normal 3. Pemeriksaan D-dimer Di lakukan pemeriksaan ini pada penderita kecurigaan emboli paru, ini bersifat wajib menyertai penilaian klinis. Hasil D-diner negative pada penderita dengan probabilitas rendah menunjukan tidak perlu pencitraan lebih lanjut. 4. Pemeriksaan marker jantung 5. Pemeriksaan Elektrokardiografi (EKG)
Diagnosa 1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi trakeo bronghial oleh bekuan darah, secret banyak, pendarahan aktif 2. Gangguan ferfusi jaringan berhubungan dengan penghentian alirandarah arteri dan vena
Intervensi 1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi trakeo bronghial oleh bekuan darah, secret banyak, pendarahan aktif a. Buka jalan nafas dengan teknik chin lift atau jaw thrust, b. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi c. Kaji frekuensi kedalaman pernapasan dan ekspansi dada d. Auskultasi suara nafas dan catat adanya bunyi nafas adventisius seperti, krekels,mengi, gesekan pleural.
Next… 2. Gangguan ferfusi jaringan berhubungan dengan penghentian alirandarah arteri dan vena a. Auskultasi suara jantung dan paru b. Observasi warna dan suhu kulit atau suhu kulit atau membrane mukosa
c.
Evaluasi ekstremitas untuk adanya/tidak ada atau kualitas nadi. Catat nyari tekan betis atau pembengkakan