SATUAN ACARA PENYULUHAN DENGAN KASUS HALUSINASI PENDENGARAN DI POLI JIWA RSJD Dr. RM SOEDJARWADI PROVINSI JAWA TENGAH
Disusun oleh: LUKAS LUJI 16310061
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes Yogyakarta)
HALAMAN PENGESAHAN
SATUAN ACARA PENYULUHAN DENGAN KASUS HALUSINASI PENDENGARAN DI POLI JIWA RSJD Dr RM SOEDJARWADI PROVINSI JAWA TENGAH
Mahasiswa Ners
Lukas Luji 16310061
Pembimbing Klinik
Pembimbing Akademik
Despita Pramesti.,S.kep.,Ns.,M.kes
SATUAN ACARA PENYULUHAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI (HALUSINASI PENDENGARAN) Pokok Bahasan
: Gangguan Persepsi Sensori (Halusinasi Pendenggaran)
Hari/ Tanggal
: Rabu, 29 Maret 2017
Waktu
: 15 menit
Sasaran
: Keluarga Ny.”R” dan Ny.”R”
Tempat
: Di poli klinik RSJD Dr. RM Soedjarwadi Provinsi Jawa Tengah
I.
Latar Belakang Dalam kehidupan ini setiap orang pasti mengalami masalah maupun tekanan yang pada akhirnya saat koping individu tidak efektif lebih sering mengakibatkan terganggunya kesehatan mental atau jiwa seseorang. Terganggunya kesehatan mental atau jiwa seseorang mengakibatkan penyakit jiwa. Salah satu penyakit jiwa yang sering terjadi adalah Skizoprenia, yaitu merupakan suatu bentuk psikosa yang sering dijumpai dimana – mana. (Maramis, 2004). Skizoprenia adalah gangguan psikotik yang kronis, mengalami kekambuhan dengan manifestasi banyak dan tidak khas. Berdasarkan data dari RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang periode tahun 2002/2003 jumlah pasien rawat inap sebanyak 3604 pasien dan jumlah pasien dengan Skizoprenia adalah 2721 pasien. Angka kejadian Skizoprenia diseluruh dunia diperkirakan 0,2 – 0,8 % setahun (Maramis, 2004). Sedangkan di Amerika Serikat angka kejadiannya adalah 1 per 1000 orang penduduk (Widjaja Kusuma, 1997). Halusinasi adalah kesan, respon dan pengalaman sensori yang salah (Stuart, 2007).
Asuhan keperawatan pada pasien dengan halusinasi adalah agar klien mampu mengontrol halusinasinya, sehingga klien tidak terbawa dalam halusinasinya terus – menerus. Tindakan yang sering dilakukan untuk mengontrol halusinasi adalah dengan mengusir atau menolak halusinasi jika halusinasi itu muncul, melaporkan pada perawat atau seseorang yang biasa diajak ngobrol, malakukan kegiatan yang bermanfaat dan mengkonsumsi obat secara teratur. Pemberian asuhan keperawatan merupakan proses terapeutik yang melibatkan hubungan kerja sama antara perawat, keluarga dan masyarakat. Dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien halusinasi, perawat melakukan intervensi keperawatan dengan pendekatan komunikasi terapeutik, dan membimbing klien untuk kembali ke realita. II. Tujuan Intruksional Umum Setelah diberikan pendidikan kesehatan mengenai Gangguan Persepsi Sensori (Halusinasi Pendengaran) selama 1 x 15 menit diharapkan keluarga Tn”B” dan Tn.”B” dapat mengenal, mengetahui dan mengerti tentang Gangguan Persepsi Sensori (Halusinasi Pendengaran) III. Tujuan Intruksional Khusus Setelah mengikuti pendidikan kesehatan mengenai Gangguan Persepsi Sensori (Halusinasi Pendengaran) selama 1 x 15 menit diharapkan keluarga Tn.”B” dan Tn.”B” memahami tentang: a. Pengertian Halusinasi b. Jenis-jenis Halusinasi c. Tanda dan Gejala halusinasi
d. Cara Merawat Pasien Halusinasi e. Pemberian aktivitas kepada pasien Halusinasi
IV. Kegiatan Pendidikan Kesehatan No.
Tahap
Kegiatan
Kegiatan Klien
Media
Waktu
Menjawab salam,
Lisan
2 Menit
Leaflet
10 Menit
Penyuluhan 1.
Pembukaan
a. Mengucapkan salam
Memperhatikan
b. Memperkenalkan diri
Menjawab pertanyaan
c. Menjelaskan maksud dan tujuan d. Melakukan kontrak waktu e. Mengevaluasi pengetahuan tentang Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran (pre test
tentang
Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran) 2.
Pelaksanaan
a. Menjelaskan materi b. Memberi kesempatan bertanya c. Menjawab pertanyaan
Mendengarkan dan memperhatikan
3.
Penutup
Mengevaluasi
Menjawab
pengetahuan Gangguan
tentang pertanyaan, Persepsi Mendegarkan
Sensori : Halusinasi Menjawab salam Pendengaran (post test tentang Persepsi
Gangguan Sensori
Halusinasi Pendengaran) Menyimpulkan Menutup salam
V. Metode Pelaksanaan 1.
Ceramah
2.
Tanya Jawab
VI. Setting Tempat
MEJA
Keterangan : : Ny. R : Keluarga Ny. R : Penyuluh
VII.Media 1.
Leaflet
:
Lisan 3
Menit
VIII. Evaluasi 1. Evaluasi persiapan a. SAP sudah dipersiapkan b. Mempersiapkan materi dan leaflet 2. Evaluasi proses a.
Peserta pendidikan kesehatan sudah sesuai dengan sasaran
b.
Kegiatan sudah dilaksanakan sesuai dengan jadwal
c.
Tersedianya tempat atau media
d.
Penyuluh melakukan kegiatan sesuai dengan perannya
e.
Diakhir kegiatan sudah dievaluasi jalannya kegiatan
3. Evaluasi hasil Peserta dapat menjawab pertanyaan: a. Minimal 50% keluarga Ny “R” dan Ny “R” mampu menjelaskan tentang pengertian halusinasi b. Minimal 50% keluarga Ny “R” dan mampu menjelaskan tentang jenisjenis halusinasi c. Minimal 50% keluarga Ny “R” dan Ny “R” mampu menjelaskan tentang tanda dan gejala halusinasi d. Minimal 75 % keluarga Ny “R” mampu menjelaskan tentang cara merawat pasien halusinasi .
LAMPIRAN MATERI GANGGUAN PERSEPSI SENSORI (HALUSINASI PENDENGARAN)
1. Pengertian Halusinasi merupakan gangguan atau perubahan persepsi dimana klien mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu penerapan panca indra tanpa ada rangsangan dari luar. Suatu penghayatan yang dialami suatu persepsi melalui panca indra tanpa stimulus eksteren: persepsi palsu (Maramis, 2005). Halusinasi adalah kesan, respon dan pengalaman sensori yang salah (Stuart, 2007). 2. Jenis – jenis Halusinasi Menurut (Stuart, 2007), jenis halusinasi antara lain : a. Halusinasi pendengaran (auditorik) Karakteristik ditandai dengan mendengar suara, teruatama suara – suara orang, biasanya klien mendengar suara orang yang sedang membicarakan apa yang sedang dipikirkannya dan memerintahkan untuk melakukan sesuatu. b. Halusinasi penglihatan (Visual) Karakteristik dengan adanya stimulus penglihatan dalam bentuk pancaran cahaya, gambaran geometrik, gambar kartun dan / atau panorama yang luas dan kompleks. Penglihatan bisa menyenangkan atau menakutkan.
c. Halusinasi penghidu (olfactory) Karakteristik ditandai dengan adanya bau busuk, amis dan bau yang menjijikkan seperti : darah, urine atau feses. Kadang – kadang terhidu bau harum. Biasanya berhubungan dengan stroke, tumor, kejang dan dementia. d. Halusinasi peraba (tactile) Karakteristik ditandai dengan adanya rasa sakit atau tidak enak tanpa stimulus yang terlihat. Contoh : merasakan sensasi listrik datang dari tanah, benda mati atau orang lain. e. Halusinasi pengecap (gustatory) Karakteristik ditandai dengan merasakan sesuatu yang busuk, amis dan menjijikkan, merasa mengecap rasa seperti rasa darah, urin atau feses. f. Halusinasi sinestetik Karakteristik ditandai dengan merasakan fungsi tubuh seperti darah mengalir melalui vena atau arteri, makanan dicerna atau pembentukan urine. g. Halusinasi Kinesthetic Merasakan pergerakan sementara berdiri tanpa bergerak. 3. Tanda dan Gejala Pasien dengan halusinasi cenderung menarik diri, sering didapatkan duduk terpaku dengan pandangan mata pada satu arah tertentu, tersenyum atau berbicara sendiri, secara tiba-tiba marah atau menyerang orang lain, gelisah, melakukan gerakan seperti sedang menikmati sesuatu. Juga keterangan dari pasien sendiri tentang halusinasi yang dialaminya (apa yang dilihat, didengar atau dirasakan). Berikut ini merupakan gejala klinis berdasarkan halusinasi (Keliat, B.A. 2006):
a) Tahap 1: halusinasi bersifat tidak menyenangkan
Gejala klinis: 1) Menyeriangai/tertawa tidak sesuai 2) Menggerakkan bibir tanpa bicara 3) Gerakan mata cepat 4) Bicara lambat
5) Diam dan pikiran dipenuhi sesuatu yang mengasikkan b) Tahap 2: halusinasi bersifat menjijikkan
Gejala klinis: 1) Cemas 2) Konsentrasi menurun
3) Ketidakmampuan membedakan nyata dan tidak nyata. c) Tahap 3: halusinasi bersifat mengendalikan
Gejala klinis: 1) Cenderung mengikuti halusinasi 2) Kesulitan berhubungan dengan orang lain 3) Perhatian atau konsentrasi menurun dan cepat berubah
4) Kecemasan berat (berkeringat, gemetar, tidak mampu mengikuti petunjuk). d) Tahap 4: halusinasi bersifat menaklukkan
Gejala klinis: 1) Pasien mengikuti halusinasi 2) Tidak mampu mengendalikan diri
3) Tidak mamapu mengikuti perintah nyata
4) Beresiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan. 4. Cara Merawat Pasien Halusinasi a. Jangan biarkan pasien sendiri b. Anjurkan untuk terlibat dalam kegiatan rumah (buat jadwal) c. Bantu klien untuk berlatih cara menghentikan halusinasi d. Motivasi keluarga untuk awasi klien minum obat e. Jika pasien terlihat bicara sendiri atau tertawa sendiri maka segera disapa atau ajak bicara f. Motivasi keluarga untuk mengontrol keadaan klien g. Beri pujian positif pada klien dan keluarga jika mampu melakukan apa yang dianjurkan h. Segera bawa ke Rumah Sakit jika halusinasi berlanjut dan beresiko mencederai diri dan orang lain (Keliat, B.A. 2006). 5. Pemberian Aktivitas Pada Pasien Halusinasi Menurut Keliat, B.A. 2006 aktivitas pada pasien halusinasi yaitu pasien di ajak mengaktifkan diri untuk melakukan gerakan fisik, misalnya berolah raga, bermain atau melakukan kegiatan. Kegiatan ini dapat membantu mengarahkan pasien ke kehidupan nyata dan memupuk hubungan dengan orang lain. Pasien di ajak menyusun jadwal kegiatan dan memilih kegiatan yang sesuai.
DAFTAR PUSTAKA
Keliat, B.A. 2006. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC. Long, Barbara C, 1996, Perawatan Medikal Bedah, (volume 2), Penerjemah: Karnaen, Adam, Olva, dkk, Bandung : Yayasan Alumni Pendidikan Keperawatan. Maramis, W.f. 2005. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Ed. 9 Surabaya: Airlangga University Press. Stuart & Sundeen, Jakarta: EGC.
S.J.
2007. Buku
Saku
Keperawatan
Jiwa (Terjemahan).
Wijaya Kusuma, M. Hembing, Prof. H. Pernafasan Meditasi Qigong Untuk Pengobatan dan Kesehatan, Pustaka Kartini Anggota IKAPI Jaya, 1997.