Resume Bab 11.docx

  • Uploaded by: rdn syifa
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Resume Bab 11.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,556
  • Pages: 7
TUGAS DIETETIKA Adzka Dieni Irma Novianti Iffah Nur A Lingga Septiani Raden Syifa Arindia

B.1610277 B.1610324 B.1610721 B.1610836 B.1610703

BAB 11 PENILAIAN STATUS GIZI SECARA ANTROPOMETRI I Dewa Nyoman Supariasa, MPS

PENDAHULUAN Antropometri sudah sejak lama digunakan untuk menilai status gizi. Di Indonesia antropometri banyak digunakan sejak tahun 1970-an. Pemanfaatan antropometri gizi di Indonesia cukup banyak, baik oleh pengelola program gizi masyarakat, petugas gizi di rumah sakit, kegiatan olahraga, dan dalam bidang penelitian. Pemanfaatan antropometri sangat luas sesuai dengan siklus dalam daur kehidupan, yaitu mulai bayi, anak balita, anak sekolah, remaja, dewasa, dan lanjut usia. ANTROPOMETRI Pengertian Antropometri berasal dari kata anthropos (tubuh) dan metros (ukuran). Secara umum antropometri diartikan sebagai ukuran tubuh manusia. Dalam bidang gizi, antropometri berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Menurut Sandjaja, dkk. (2009) dalam Kamus Gizi menyatakan bahwa antropometri adalah ilmu yang mempelajari berbagai ukuran tubuh manusia. Dalam bidang ilmu gizi, antropometri digunakan untuk menilai status gizi. Ukuran yang sering digunakan adalah berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas, tinggi duduk, lingkar perut, lingkar pinggul, dan lapisan lemak bawah kulit. Keunggulan dan Kelemahan Antropometri Keunggulan Pengukuran status gizi mempunyai beberapa keunggulan berikut. 1. Prosedurnya sederhana, aman, dan dapat dilakukan pada jumlah sampel yang besar.

2. Relatif tidak membutuhkan tenaga ahli, tetapi cukup dilakukan oleh tenaga yang sudah dilatih dalam waktu singkat agar dapat melakukan pengukuran antropometri. 3. Alatnya murah, mudah dibawa, tahan lama, dapat dipesan dan dibuat di daerah setempat. 4. Metode ini tepat dan akurat karena dapat dibakukan. 5. Dapat mendeteksi atau menggambarkan riwayat gizi di masa lampau. 6. Umumnya dapat mengidentifikasikan status gizi kurang dan gizi buruk karena sudah terdapat ambang batas yang jelas. 7. Metode antropometri dapat mengevaluasi perubahan status gizi pada periode tertentu, atau dari satu generasi ke generasi berikutnya. 8. Metode antropometri gizi dapat digunakan untuk penapisan kelompok yang rawan terhadap gizi. Kelemahan Salain keunggulan metode penentuan status gizi secara antropometri, terdapat pula beberapa kelemahan berikut. 1. Tidak sensitif, yang mengandung arti metode ini tidak dapat mendeteksi status gizi dalam waktu singkat. Selain itu, metode ini juga tidak dapat membedakan kekurangan gizi tertentu seperti zink dan zat besi. 2. Faktor di luar gizi (penyakit, genetik, dan penurunan penggunaan energi) dapat menurunkan spesifisitas dan sensitivitas pengukuran antropometri. 3. Kesalahan yang terjadi pada saat pengukuran dapat memengaruhi presisi, akurasi, dan validitas pengukuran antropometri gizi. 4. Kesalahan ini terjadi karena: a. Pengukuran b. Perubahan hasil pengukuran baik fisik maupun komposisi jaringan c. Analisis dan asumsi yang keliru. 5. Sumber kesalahan biasanya berhubungan dengan: a. Latihan petugas yang tidak cukup b. Kesalahan alat atau alat tidak ditera c. Kesulitan pengukuran.

PARAMETER Parameter adalah ukuran tunggal dari antropometri , ada beberapa parameter yang umum digunakan untuk menilai status gizi anak balita yaitu : 1. Umur Parameter umur memegang perasanan ssangat penting, penentu umur adalah berdasarkan umur penuh yaitu , bulan penuh dan tahun penuh. Sebagai contoh : anak umur 5bulan 20 hari dihitung 5 bulan.

2. Berat badan (BB) Alat timbang yang digunkan adalah dacin dengan ketelitian 0,1kg BB Menurupakan parameter antropmetri pilihan utama karena beberapa alasan yaitu:  Untuk melihat perubahan dalam waktu singkat  Memberikan gambaran status gizi sekarang dan parameter yang sudah umum digunakan Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penimbangan bayi yaitu :  Pakaian harus seminimal mungkin  Tidak berpakaian tebal  Pencatat berat harus teliti seperti angka satu decimal 3. Tinggi badan (tb) atau panjang badan (pb) Pengukuran tinggi badan dilakukan dengan menggunakan mikrotoa dengan ketelitian 0,1cm bagi anak yang sudah dapat berdiri, bagi yang belum dapet berdiri, menggunakan alat pengukur panjang badan. Ukuran TB untuk anak umur diatas 24 bulan yang diukur berdiri kadang kadang pengukuran ini perlu koreksi kembali, anak diatas umur 24buan diukur terlentang hasil pengukuran dikoreksi menggunakan 0,7cm. Ukuran PB anak diumur 0-24 bulan diukur terlentang, apanila anak diumur 024 bulan diukur berdiri hasil pengukuran dikoreksi menambahkan 0,7cm. 4. lingkar Lengan atas (LiLa) Diukur lingkat lengan kiri atas bagian tengah antera ujung bahu dan ujung siku, alat ukur yang digunakan adalah Pita LiLa dengan ketelitian 0,1cm. Pengukuran LiLa diukur menggunakan 7 pengukuran yaitu: 

Tetapkan posisi bahu dan siku



Letakkan pita antara bahu dan siku



Tentukan titik tengah lengan



Lingkarkan pita lila pada tengah lengan



Pita jangan terlalu ketat



Pita jangan terlalu longgar



Membaca skala dengan benar

5. Lingkat Kepala (LK) Lingkar kepala terutama dihbungkan dengan ukuran otak dan tulang tengkorak, ukuran otak meningkat pada tahun pertama. Pengukur yang digunakan adalah lingkar kepala, Ukuran kepala sangat bervariasi bergantung pada keadaan gizi,keturunan dan suku bangsa. 6. lingkar Dada (LD) Alat ukur yang digunakan adalat pita yang umumnya terbuat dari serat kaca (fiberglass) yang tidak mudah patah , posisi pengukuran dilakukan pada garis putting susu. Pengukuran lingkar dada biasanya dilakukan pada anak umur 2 sampai 3 tahun. Pada umur 6 tahun rasio lingkar kepala dan dada aalah kurang dari satu. INDEKS Indeks adalah kombinasi parameter. Ada beberapa jenis indeks antropometri yang dapat digunakan sesuai dengan tujuan penelitian atau tujuan penilaian status gizi, antara lain berat badan menurut umur (BB/TB), berat badan menurut tinggi badan (BB/TB), dan tinggi badan menurut umur (TB/U). Masing-masing indeks mempunyai kelebihan dan kekurangan. Adapun jenis, keunggulan, dan kelemahan masing-masing indeks dapat dilihat pada tabel 11.1. Tabel 11.1 Jenis, Keunggulan, dan Kelemahan masing-masing indeks Indeks Keunggulan Kelemahan BB/U

Baik untuk mengatur status gizi akut/kronis Berat badan dapat berfluktuasi Sensitif terhadap perubahan Dapat mendeteksi kegemukan

Interpretasi keliru jika terdapat edema maupun asites Memerlukan data umur yang akurat Sering terjadi kesalahan dalam pengukuran seperti Pengaruh pakaian dan gerakan anak Masalah sosial budaya

TB/U

Baik untuk menilai status gizi masa lampau ukuran panjang dapat dibuat sendiri, murah, dan mudah dibawa

Tinggi badan tidak cepat naik Pengukuran relatif sulit dan membutuhkan 2 orang

Untuk melakukannya Ketepatan umur sulit didapat, terutama di daerah terpencil BB/TB

Tidak memerlukan data umur Dapat membedakan proporsi tubuh (gemuk, normal, dan kurus)

Tidak dapat memberikan gambaran apakah anak tersebut pendek Membutuhkan 2 macam alat ukur Pengukuran relatif lama Membutuhkan 2 orang untuk melakukannya Sering terjadi kesalahan dalam pembacaan hasil pengukuran

LiLA/U Indikator yang baik untuk menilai KEP berat Alat ukur murah, ringan, dan dapat dibuat sendiri Alat dapat diberi kode warna untuk menentukan tingkat keadaan gizi

Hanya dapat mengidentifikasi KEP berat Sulit menentukan ambang batas Sulit digunakan untuk melihat pertumbuhan anak Karena perubahan tidak tampak nyata

KLASIFIKASI Dalam kurun waktu 2 dasawarsa, Kementrian Kesehatan telah mengeluarkan 2 (dua) keputusan yang berhubungan dengan antropometr, khususnya klasifikasi status gizi. Pada tahun 2002 dikeluarkan klasifikasi status gizi oleh Mentri Kesehatan melalui Keputusan Mentri Nomor : 920/Menkes/SK/Nomor VIII/2002 tentang Klasifikasi Status Gizi Anak Bawah Lima Tahun (Balita) dan sekarang sudah dinyatakan tidak berlaku. Pada tahun 2010, telah dikeluarkan standar antropometri melalui keputusan Mentri Kesehatan RI Nomor 1995/Menkes/SK/XII/2010 tentang standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak. Menggunakan parameter LiLA Klasifikasi status gizi anak balita dapat menggunakan parameter LiLA. Kemenkes RI tahun 2014 membuat klasifikasi status gizi dengan ambang batas menggunakan LiLA seperti yang terlihat pada tabel 11.2. Tabel 11.2 Klasifikasi status gizi anak balita berdasarkan LiLA Klasifikasi Ambang Batas Normal >12,5 cm Gizi kurang ≤11,5 cm-12,5 cm Gizi buruk <11,5 cm Sumber: Kemenkes RI, 2014. Pedoman Pelayanan Gizi Puskesmas. Direktorat Jendral Bina Gizi dan KIA. Jakarta. Halaman 61. LiLA digunakan jika : 1. Tidak tersedia data berat badan dan tinggi badan. 2. Berat badan dan tinggi badan tidak dapat diukur secara tepat, seperti pada pasien organomegali, edema, dan hidrosefalus.

Menggunakan kombinasi tanda klinis dan indeks BB/TB-PB Penentuan klasifikasi status gizi dapat dilakukan dengan memperhatikan tanda klinis anak balita dan indeks BB/TB-PB dengan menggunakan standar deviasi (SD). Kemenkes RI tahun 2013 telah menentukan klasifikasi dengan mempertimbangkan tanda klinis dan antropometri seperti terlihat pada tabel 11.3. Tabel 11.3 Penentuan klasifikasi status gizi anak Klasifikasi Status Gizi Klinis Antropometri (BB/TB-PB) Gizi buruk Tampak sangat kurus <-3 SD dan/atau edema pada kedua punggung kali kaki sampai seluruh tubuh Gizi kurang Tampak kurus -3 SD sampai <-2 SD Gizi baik Tampak sehat -2 SD sampai 2 SD Gizi lebih Tampak gemuk >2 SD Sumber: Kemenkes RI, 2013. Bagan Tata Laksana Anak Gizi Buruk Buku I. Kemeskes RI, Jakarta. Halaman 2. Menggunakan SK Menkes Nomor : 1995/Menkes/SK/XII/2010 tentang Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak Klasifikasi status gizi berdasarkan keputusan mentri kesehatan RI Nomor : 1995/Menkes/SK/XII/2010 tentang standar antropometri penilaian status gizi anak dengan memperhatikan berbagai macam indeks, berbagai kategori status gizi, dan menggunakan ambang batas z-score. Klasifikasi status gizi tersebut dapat dilihat pada gambar 11-1. Baku dan Standar Antropometri Menurut Direktur Bina Gizi Masyarakat (2012) dalam perkembangan penggunaan buku antropometri di Indonesia telah 3 kali mengalami perubahan. Masalah kesehatan masyarakat dan kriteria epidemiologi Berbagai macam indicator untuk menentukan permasalahan kesehatan masyarakat ditinjau dari status gizi balita antara lain dengan melihat prevalensi balita gizi kurang, prevalensi balita pendek, dan prevalensi balita kurus. Tabel 11.4 Permasalahan KEP, indicator, dan ambang batas masalah kesehatan masyarakat Masalah Indikator Ambang Batas KEP Prevalensi balita gizi kurang >10% Prevalensi balita pendek >20% Prevalensi balita kurus >5% Tabel 11.5 Kriteria epidemiologi untuk menentukan tingkat keparahan dari kekurangan gizi anak balita dalam suatu populasi Prevalensi (%) Indikator Rendah Medium Tinggi Sangat Tinggi

Gizi Kurang (Rendah BB/U)

< 10

10 – 19,9

20 – 29,9

>30

Srunting (Rendah TB/U)

<20

20-29,9

30 – 39,9

>40

Wosting (rendah BB/TB)

<5

5 – 9,9

10 – 14,9

>15

Apabila tingkat keparahan permasalahan gizi sangat serius, akan menjadi salah satu pertimbangan dalam menentukan prioritas masalah yang harus ditanggulangi.

Related Documents

Resume Bab 1.docx
August 2019 34
Resume Bab I.docx
June 2020 18
Resume Bab Ix Pkn.docx
June 2020 17
Resume Bab 2.docx
June 2020 16
Resume Bab 2.docx
June 2020 11
Resume Bab Ii.docx
June 2020 21

More Documents from "Evieta Mufadlillah"