Responsi Dengan Dr James.docx

  • Uploaded by: M Safi'i
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Responsi Dengan Dr James.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 4,711
  • Pages: 23
BAB I LAPORAN KASUS

1.1 IDENTITAS Nama

: By. Ny.H

Jenis Kelamin

: Perempuan

Tanggal Lahir

: 18-02-2019

Berat Lahir

: 2200 gram

Panjang Badan

: 43,5 cm

Apgar Score

: 6/8

Alamat

: Entrop

No. DM

: 446184

Jaminan

: BPJS

Nama Orang Tua Ayah

: Tn. E S

Ibu

: Ny. H.

Umur Orang Tua Ayah

: 33 tahun

Ibu

: 35 tahun

Pekerjaan Pekerjaan Ayah

:Swasta

Pekerjaan Ibu

:Swasta

Tanggal Pemeriksaan

: 18-02-2019

1.2 ANAMNESA Hetroanamnesa : Ibu Bayi dan Bidan 1. Keluhan Utama: Bayi Merintih 2. Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien merupakan bayi yang lahir secara Sectio Cesarea atas indikasi Kontraksi prematur dan BSC 2x, tidak memiliki factor risiko sepsis, Sectio di RSUD Jayapura tanggal 18 Februari 2019 jam 13.58 WIT dengan jenis kelamin perempuan, berat badan 2.200 gr dan panjang badan 43,5 cm. Bayi

lahir dengan Apgar score 6/8, cairan ketuban

normal warna jernih.

Dilakukan resusitasi dengan; pemberian kehangatan,posisikan, dikeringkan dan diberi rangsang taktil. Diberikan Oksigen melalui T-Piece Resusitator (Neopuff) PEEP: 7 cmH2O FiO2: 21%. Bayi kemudian dipindahkan ke ruang perawatan SCN2 untuk diobservasi secara ketat. Pada saat observasi bayi masih merintih, respirasi semakin cepat, retraksi berat dan saturasi Oksigen <90% meski dengan pemberian O2. Karena adanya sesak, desaturasi dn retraksi makan pasien dipindahkan keruang perawatan NICU. 3. Riwayat Kehamilan Ibu

: G6P5A0

-

Hamil I tahun 2006/Spontan/ P/ 2700 gr/ Anak Hidup

-

Haml II tahun 2008/Spontan/ P/2800 gr/ Anak Hidup

-

Hamil III tahun 2014/ Spontan/ P/ ?/ Anak Hidup

-

Hamil IV tahun 2016/ SC/ L/ 2700 gr/ Anak Hidup

-

Hamil V tahun 2018/ SC/ P/ 2100 gr/ Anak Hidup

-

Hamil ini Pemeriksaan antenatal care tidak teratur. HPHT tidak diketahui. Faktor Risiko selama kehamilan: demam tidak ada, Ketuban berbau (-) Keruh/ Kehijauan disangkal, keputihan (+) tidak berbau, Ketuban Pecah Dini (-), Infeksi Saluran Kencing saat kehamilan: disangkal)

4. Riwayat Persalinan

:

Kehamilan ini merupakan kehamilan ke-6 dimana hamil 1-3 melahirkan secara pervaginam, sedangkan kehamila ke 4 dan ke 5 di lakukan Sectio Cesarea. Pada kehamilan yang sekarang pasien melahirkan secara sectio cesarean atas indikasi kontraksi prematur dan BSC 2x.

1.3 PEMERIKSAAN FISIK Tanggal 18.02.2019 Berat Badan : 2.200 gram Panjang Badan :43,5 cm Keluhan

: merintih (+ ), sesak (+ ), retraksi ( +)

2

Keadaan umum

: Tampak Lemah

Denyut Jantung

: 150x/menit

Frekuensi Napas : 62 x/menit Suhu Badan

: 37,1

SpO2

: 88-90%

Kepala

:



Konjungtiva Anemis ( -/-)



Sklera Ikterik



Pernapasan Cuping Hidung

(- /- ) ( -)

Mulut : 

Mukosa Bibir Lembab ( + )



Oral Candidiasis (- ) Pulmo



Inspeksi : simetris, tidak ada bekas luka /scars/sikatriks ikut gerak napas, retraksi (+)



Palpasi : taktil fremitus ( dextra = sinistra )



Perkusi :



Auskultasi : suara nafas bronkovesikuler (+/+), Rhonki (-/-) wheezing (-/-) Cor

 Bunyi jantung I-II regular, murmur (-), gallop (-) Abdomen 

Inspeksi



Auskultasi : Bising usus (+) normal



Palpasi

: Cembung

: Supel, Hepar/lien tidak teraba turgor kembali cepat (+)

normal 

Perkusi

: Timpani

Ekstremitas : Akral hangat, CRT<2”, Edema (-), Ulkus (-) Kulit : Anemis (-), Sianosis (-), Ikterus (-)

3

Downe Score Pernafasan

1

Retraksi

1

Sianosis

1

Air Entry

0

Merintih

1

Total Skor

4

Total I8

11

4

Total: 18+ 11 =29

1.4 PEMERIKSAAN PENUNJANG Laboratorium (18-02-2019) No. Jenis Pemeriksaan

Hasil

Nilai normal

1

WBC

21,440 3,37 – 8,38 x103/µL

2

RBC

4,37

3,69 -5,46 juta/µL

3

HGB

15,8

13,3 – 16,6 g/dl

4

PLT

96.000 140 – 400 ribu /µL

5

I/T Ratio

-

<0,2

1.5 DIAGNOSIS KERJA  NKB (35 Minggu)-SMK/Letak Kepala/ SC atas Indikasi Kontraksi Preatur + BSC 2x  BBLR  Asfiksia ringan sedang  Respiratory distress ec suspek TTN dd MAS  Suspek Sepsis

5

1.6 TERAPI  Pemberian kehangatkan  O2 CPAP PEEP 7cm H2O FiO2: 21 %  Keb cairan 80x2.2= 176 ml/24jam  Cadex: 7,3 ml/jam  Periksa DPL, CRP, IT ratio  Pro X-ray thoracoabdominal 1.7

PROGNOSIS 

Ad vitam : dubia ad bonam



Ad functionam : dubia ad bonam



Ad sanationam : dubia ad bonam

1.8 FOLLOW UP PASIEN TANGGAL

FOLLOW UP

19/02/2019 Usia : 17 jam HP : 2 hari JK : P BL : 2200gr BS : 2130gr (↓70) Diuresis : 2,5 cc/jam Balanced : 25,8 Skor down:  P: 0  R: 1 S: 0 A: 0 M: 0 SKOR: 1

S= sesak (-), desaturase oksigen (-), instabilitas suhu (-), muntah (-), kuning (-), batuk (-) BAK (+), minum (+) susu lactogen prematur. O= Tampak aktif TTV : HR 147 X/M, RR 56 X/M, SB 36,9 SPO2 100% K/L normochepal, CA -/-, SI -/-, PCH (-), P>KGB (-) Thorax simetris ikut gerak napas, retraksi (-), suara nafas bronkovesikuler +/+, rhonki -/-, whz -/Cor BJ I-II reg, mur-mur (-), gallop (-) Abdomen tampak datar, supel, BU (+) N, Hepar/Lien tidak teraba membesar Ekstremitas Akral HKM, CRT<3”, edema (-) A= NKB-SMK/letak kepala/sc ai kontraksi premature, BSC 2x/asfiksia ringn sedang/RD ec TTN/sepsis P= - Hangatkan - O2 ventilator mode NIV (Pc-CMV), FiO2 30%, pins 15,0, Ti 0,50, RR 30, PEEP 6 turunkan jadi 5 - Kebutuhan cairan 80 x 2,13= 170,4 CC - Minum 2 x 15 ml = 30 20cc/jam 80𝑥80 - Kebutuhan kalori = 16/2,13 = 7,5 kkal/kgbb 100 - Injeksi ampicillin 2 x 110 mg (iv) (H2) - Injeksi gentamicin 11mg/ 36 jam (iv) (H2)

6

20/02/2019 Usia : 1 hari 17 jam HP : 3 hari JK : P BL : 2200gr BS : 2100gr (↓30) GDS: Diuresis : 3,3 ml/jam Balanced : 92,3ml  Skor down:  P: 0 R: 1 S: O A: 0 M: 0 SKOR 1

S= sesak (-), desaturasi oksigen (-), instabilitas suhu (-), batuk (-) muntah (+),kuning (-),BAK (+), minum (+) ASI. O= Tampak aktif TTV : HR 131 X/M, RR 52 X/M, SB 36,8 SPO2 97% K/L normochepal, CA -/-, SI -/-, PCH (-), P>KGB (-) Thorax simetris ikut gerak napas, retraksi (-), suara nafas bronkovesikuler +/+, rhonki -/-, whz -/Cor BJ I-II reg, mur-mur (-), gallop (-) Abdomen tampak cembung, distance (+), teraba benjolan keras dgn diameter ± 1cm, mobile didaerah epigastrium, Hepar/lien tidak teraba membesar Ekstremitas HKM, CRT<3”, edema (-) A= NKB (35minggu)/SMK/letak kepala/sc ai kontraksi premature, BSC 2x/asfiksia ringan sedang/RD ec TTN/sepsis

P= - Hangatkan - O2 ventilator (Pc-cmv) FiO2 25%, Ti 0,50, RR 30, pins 15,0, PEEP 7,0 diturunkan 6, slope 0,11 - Kebutuhan cairan 174 x 92,3= 266,3 CC - Minum 8 x 10 ml = 80cc - Aminofusin 80cc/24jam - IVFD Cadex 106cc/24jam - Injeksi ampicillin 2 x 110 mg (iv) (H3) - Injeksi gentamicin 11mg/ 36 jam (iv) (H3) - Ranitidin 2x2mg iv - Cek hasil lab (Albumin, Natrium, Kalium) 21/02/2019 S= sesak (-), desaturasi oksigen (-), instabilitas suhu (-), kuning (-), Usia : 3 hari batuk (-) BAK (+), minum (+) ASI, OGT (+) warna hijau HP : 4 hari O= Tampak tenang JK : L TTV : HR 147 X/M, RR 56 X/M, SB 37,1 SPO2 97% BL : 2200gr K/L normochepal, CA -/-, SI -/-, PCH (-), P>KGB (-) BS : 1950gr Thorax simetris ikut gerak napas, retraksi (-), suara nafas (↓50) bronkovesikuler +/+, rhonki -/-, whz -/GDS: 86 Cor BJ I-II reg, mur-mur (-), gallop (-) Diuresis : Ekstremitas HKM, CRT<3”, edem (-) 4,41ml/jam  A = Balanced : -  NKB (35minggu)/SMK/letak kepala/sc ai kontraksi premature, BSC 103,6ml 2x/asfiksia ringan sedang/RD ec TTN/sepsis Skor down: P: 0 P= R: 1 - Hangatkan S: 0 - O2 Ventilator (CPAP), FiO2 21%, TI 0,36, PEEP 6,0, slope 0,11 A: 0 - Kebutuhan cairan 206 x 103,6= 309,6 CC M: 0 - Minum 8 x 5 ml = 40cc SKOR 1 - Aminofusin 80cc/24jam - IVFD Cadex: Nacl 3% 8cc, kcl 2cc, ca glukonas 13, D40% 7,6, D10% Hasil lab 158,4 = 189 cc/24jam = 7,875 20/02/19 - Injeksi ampicillin 2 x 110 mg (iv) (H4) Albumin 3,3 - Injeksi gentamicin 11mg/ 36 jam (iv) (H4) - Ranitidin 2x2mg iv

7

Kalium Darah 5,53 Natrium Darah 139,80 CL Darah 112,00 Calcium Ion 0,94

- Foto therapy - Rencana cek bilirubin total direk dan indirek

22/02/2019 Usia : 4 hari HP : 5 hari JK : P BL : 2200gr BS : 1950gr (tetap) GDS: 78 Diuresis : 4,4ml/jam  Balanced :  +18,3 Skor down:  P: 0 R: 0 S: 1 A: 0 M: 0 SKOR 1 Hasil lab 21/02/19 Bil. Total = 12.14 Bil. Direct= 0,34 Bil. Indirect= 11,80 Gol Darah O Rh +

S= sesak (-), desaturasi oksigen (+), instabilitas suhu (-), kuning (+), minum (+) ASI, muntah (-) O= Tampak tenang TTV : HR 150 X/M, RR 52 X/M, SB 36,5 SPO2 100% K/L normochepal, CA -/-, SI -/-, PCH (-), P>KGB (-) Thorax simetris ikut gerak napas, retraksi (-), suara nafas bronkovesikuler +/+, rhonki -/-, whz -/Cor BJ I-II reg, mur-mur (-), gallop (-) Ekstremitas HKM, CRT<3”, edem -/+ (palpebra kiri) A= NKB (35minggu)/SMK/letak kepala/sc ai kontraksi premature, BSC 2x/asfiksia ringan sedang/RD ec TTN/sepsis/ikterik neonatorum

23/02/2019 Usia : 5 hari HP : 6 hari JK : P BL : 2200gr BS : 1960gr (↑10) GDS: 125 Diuresis : 2.2 ml/jam Balanced : + 110,6ml 

S= sesak (-), desaturasi oksigen (-), instabilitas suhu (-), kuning (+), minum ASI (+), muntah (-) O= Tampak aktif TTV : HR 116 X/M, RR 46 X/M, SB 36,5 SPO2 100% K/L normochepal, CA -/-, SI -/-, PCH (-), P>KGB (-) Thorax simetris ikut gerak napas, retraksi (-), suara nafas bronkovesikuler +/+, rhonki -/-, whz -/Cor BJ I-II reg, mur-mur (-), gallop (-) Abdomen cembung (+), supel, BU(+)N, Hepar/Lien tidak teraba membesar, kremer II Ekstremitas HKM, CRT<3”, edem (-) A=

P= - Hangatkan - O2 Ventilator (CPAP), FiO2 21%, Pman insp 15,0, PEEP 6, slope 0,11, Tmam insp 0,36 - Kebutuhan cairan 309,6 - 18,3cc= 291,3 CC - Minum 8 x 10 ml = 80cc - Aminofusin 80cc/24jam = 3,3cc/jam - IVFD Cadex: 131,3 cc/24jam = 5,4 cc/jam - Injeksi ampicillin 2 x 110 mg (iv) (H5) - Injeksi gentamicin 11mg/ 36 jam (iv) (H5) - Ranitidin 2x2mg iv - Foto therapy

8

Skor down:  NKB (35minggu)/SMK/letak kepala/sc ai kontraksi premature, BSC P: 0 2x/asfiksia ringan sedang/RD ec TTN/sepsis/ikterik neonatorum R: 0  S: 0 P= A: 0 -Hangatkan M: 0 -O2 Ventilator (CPAP), FiO2 21%, Pman insp 15,0, PEEP 6, slope 0,11, SKOR 0 Tmam insp 0,36 -Kebutuhan cairan 330 cc - Minum 8 x 15 ml = 120cc - Aminofusin 80cc/24jam = 3,3cc/jam - IVFD Cadex: 130 cc/24jam = 5,4 cc/jam Asnet - Injeksi ampicillin 2 x 110 mg (iv) (H6) - Injeksi gentamicin 11mg/ 36 jam (iv) (H6) - Ranitidin 2x2mg iv - Foto therapy 48 jam 24/02/2019 Usia : 6 hari HP : 7 hari JK : P BL : 2200gr BS : 1840gr (↓120) GDS: 111 mg/dl Diuresis : 3,2 ml/jam Balanced : +  109,1 ml  Skor down: P: 0  R: 0 S: 0 A: 0 M: 0 SKOR 0

S= sesak (-), desaturasi oksigen (-), instabilitas suhu (-), kuning (+), minum ASI (+), muntah (-) O= Tampak tenang TTV : HR 158 X/M, RR 56 X/M, SB 36,7 SPO2 98% K/L normochepal, CA -/-, SI -/-, PCH (-), P>KGB (-) Thorax simetris ikut gerak napas, retraksi (-), suara nafas bronkovesikuler +/+, rhonki -/-, whz -/Cor BJ I-II reg, mur-mur (-), gallop (-) Abdomen cembung (+), supel, BU(+)N, Hepar/Lien tidak teraba membesar, kremer II Ekstremitas HKM, CRT<3”, edem (-) A= NKB (35minggu)/SMK/letak kepala/sc ai kontraksi premature, BSC 2x/asfiksia ringan sedang/RD ec TTN/sepsis/ikterik neonatorum

25/02/2019 Usia : 7 hari HP : 8 hari JK : P BL : 2200gr BS : 1880 gr GDS: 97 Diuresis : 4,52 ml/jam

S= sesak (-), desaturasi oksigen (-), instabilitas suhu (-), kuning (-), minum ASI (+), muntah (-) O= Tampak tenang TTV : HR 157 X/M, RR 54 X/M, SB 36,6 SPO2 100% K/L normochepal, CA -/-, SI -/-, PCH (-), P>KGB (-) Thorax simetris ikut gerak napas, retraksi (-), suara nafas bronkovesikuler +/+, rhonki -/-, whz -/Cor BJ I-II reg, mur-mur (-), gallop (-) Abdomen cembung (+), supel, BU(+)N, Hepar/Lien tidak teraba membesar

P= - Hangatkan - Kebutuhan cairan 330 CC - Minum 8 x 20 ml = 160cc - Aminofusin 80cc/24jam = 3,3cc/jam - IVFD Cadex: 90 cc/24jam = 3,75 cc/jam 160𝑥67 - Kebutuhan kalori 100 = = 107,2/1,84 = 58,2 cc - Injeksi ampicillin 2 x 110 mg (iv) (H7) - Injeksi gentamicin 11mg/ 36 jam (iv) (H7) - Ranitidin 2x2mg iv

9

Balanced : +72,16 ml   Skor down: P: 0  R: 0 S: 0 A: 0 M: 0 SKOR 1

26/02/2019 Usia : 8 hari HP : 9 hari JK : P PB : 43 cm LK : 31 cm BL : 2200gr BS : 1880 gr GDS: 98 Diuresis : 2,6 ml/jam Balanced : +126,12 ml Skor down: P: 0 R: 1 S: 0 A: 0 M: 0 SKOR 0

Ekstremitas HKM, CRT<3”, edem (-) A= NKB (35minggu)/SMK/letak kepala/sc ai kontraksi premature, BSC 2x/asfiksia ringan sedang/RD ec TTN/sepsis/ikterik neonatorum P= - Hangatkan - Kebutuhan cairan 330 CC - Minum 8 x 30 ml = 240cc - Aminofusin 80cc/24jam = 3,3cc/jam - IVFD Cadex: 90 cc/24jam = 3,75 cc/jam 240𝑥67 - Kebutuhan kalori 100 = = 161/1,88 = 85,53 kkal

S= sesak (-), desaturasi oksigen (-), instabilitas suhu (-), kuning (), minum ASI (+), muntah (-) O= Tampak tenang TTV : HR 138 X/M, RR 51 X/M, SB 36,8 SPO2 100% K/L normochepal, CA -/-, SI -/-, PCH (-), P>KGB (-) Thorax simetris ikut gerak napas, retraksi (-), suara nafas bronkovesikuler +/+, rhonki -/-, whz -/Cor BJ I-II reg, mur-mur (-), gallop (-) Abdomen cembung (+), supel, BU(+)N, Hepar/Lien tidak teraba membesar Ekstremitas HKM, CRT<3”, edem (-)  A=  NKB (35minggu)/SMK/letak kepala/sc ai kontraksi premature, BSC 2x/asfiksia ringan sedang/RD ec TTN (perbaikan)/sepsis/ikterik neonatorum  P= - Hangatkan - Kebutuhan cairan 330 cc - Minum 8 x 45 ml = 360 cc 280𝑥67 - Kebutuhan kalori 100 = = 187,6/188 = 99,78 kkal PINDAH SCN 1

1.9 DIAGNOSIS AKHIR NKB (35minggu)/SMK/letak kepala/sc ai kontraksi premature, BSC 2x/asfiksia ringan sedang/RD ec TTN/sepsis/ikterik neonatorum

10

BAB II PEMBAHASAN 2.2 Teori Diagnosis Diagnosis yang didapatkan pada kasus ini yaitu Neonatus kurang bulan-sesuai masa kehamilan, lahir letak kepala, section caesarea atas indikasi kontraksi premature, dengan bekas section caesarea sebanyak 2x, asfiksia ringan sedang, lahir dengan tanda distress napas et causa transient tachypnea of the newborn / sepsis / ikterik neonatorum. Bayi dinyatakan kurang bulan berdasarkan kriteria pemeriksaan New Ballard Score dengan hasil 35 minggu, yang berarti bayi berada dalam usia preterm. Kemudian pada kurva Lubchenco dengan berat badan bayi 2200 g menunjukkan bayi sesuai masa kehamilan. Penentuan usia gestasi berdasarkan HPHT tidak dapat di lakukan karena ibu tidak tahu pasti kapan tanggal HPHT, sehingga berdasarkan taksiran partus USG.

Asfiksia Asfiksia pada bayi baru lahir menurut IDAI adalah sebuah kegagalan nafas secara spontan dan teratur pada saat lahir atau beberapa saat setelah lahir. Asfiksia adalag salah satu keadaan yang disebabkan oleh kurangnya O2 pada saat respirasi, yang ditandai dengan: 1. Asidosis (pH <7,0) pada darah arteri umbilikalis, 2. Nilai APGAR setelah menit ke 5 tetap 0-3, 3. Manifestasi neurologis Patofisiologi Gangguan suplai darah teroksigenasi melalui vena umbilical dapat terjadi pada saat antepartum, intrapartum, dan pascapartum saat tali pusat dipotong. Hal ini diikuti oleh serangkaian kejadian yang dapat diperkirakan ketika asfiksia bertambah berat. a. Awalnya hanya ada sedikit nafas. Sedikit nafas ini dimaksudkan untuk mengembangkan paru, tetapi bila paru mengembang saat kepala dijalan lahir

11

atau bila paru tidak mengembang karena suatu hal, aktivitas singkat ini akan diikuti oleh henti nafas komplit yang disebut apnea primer. b. Setelah waktu singkat-lama asfiksia tidak dikaji dalam situasi klinis karena dilakukan tindakan resusitasi yang sesuai –usaha bernafas otomatis dimulai. Hal ini hanya akan membantu dalam waktu singkat, kemudian jika paru tidak mengembang, secara bertahap terjadi penurunan kekuatan dan frekuensi pernafasan. Selanjutnya bayi akan memasuki periode apnea terminal. Kecuali jika dilakukan resusitasi yang tepat, pemulihan dari keadaan terminal ini tidak akan terjadi. c. Frekuensi jantung menurun selama apnea primer dan akhirnya turun di bawah 100 kali/menit. Frekuensi jantung mungkin sedikit meningkat saat bayi bernafas terengah-engah tetapi bersama dengan menurun dan hentinya nafas terengahengah bayi, frekuensi jantung terus berkurang. Keadaan asam-basa semakin memburuk, metabolisme selular gagal, jantungpun berhenti. Keadaan ini akan terjadi dalam waktu cukup lama. d. Selama apnea primer, tekanan darah meningkat bersama dengan pelepasan ketokolamin dan zat kimia stress lainnya. Walupun demikian, tekanan darah yang terkait erat dengan frekuensi jantung, mengalami penurunan tajam selama apnea terminal. e. Terjadi penurunan pH yang hamper linier sejak awitan asfiksia. Apnea primer dan apnea terminal mungkin tidak selalu dapat dibedakan. Pada umumnya bradikardi berat dan kondisi syok memburuk apnea terminal. Etiologi Faktor-faktor yang dapat menimbulkan gawat janin (asfiksia) antara lain : a. Faktor ibu 1) Preeklampsia dan eklampsia 2) Pendarahan abnormal (plasenta previa atau solusio plasenta) 3) Partus lama atau partus macet 4) Demam selama persalinan Infeksi berat (malaria, sifilis, TBC, HIV) 5) Kehamilan Lewat Waktu (sesudah 42 minggu kehamilan)

12

Faktor Tali Pusat 1) Lilitan tali pusat 2) Tali pusat pendek 3) Simpul tali pusat 4) Prolapsus tali pusat. c. Faktor bayi 1) Bayi prematur (sebelum 37 minggu kehamilan) 2) Persalinan dengan tindakan (sungsang, bayi kembar, distosia bahu, ekstraksi vakum, ekstraksi forsep) 3) Kelainan bawaan (kongenital) 4) Air ketuban bercampur mekonium (warna kehijauan) Penyebab kegagalan pernafasan pada bayi yang terdiri dari : 1. Faktor Ibu Hipoksia ibu. Hal ini akan menimbulkan hipoksia janin dengan segala akibatnya. Hipoksia ibu ini dapat terjadi karena hipoventilasi akibat pemberian obat analgetika atau anestesia dalam.

13

Gangguan aliran darah uterus. Mengurangnya aliran darah pada uterus akan menyebabkan berkurangnya pengaliran oksigen ke plasenta dan demikian pula ke janin. Hal ini sering ditemukan pada keadaan: (a) gangguan kontraksi uterus, misalnya hipertoni, hipertoni atau tetani uterus akibat penyakit atau obat, (b) hipotensi mendadak pada ibu karena perdarahan, (c) hipertensi pada penyakit eklampsia dan lain-lain. 2. Faktor plasenta Pertukaran gas antara ibu dan janin dipengaruhi oleh luas dan kondisi plasenta. Asfiksia janin akan terjadi bila terdapat gangguan mendadak pada plasenta, misalnya solusio plasenta, perdarahan plasenta dan lain-lain. 3. Faktor fetus Kompresi umbilikus akan mengakibatkan terganggunya aliran darah dalam pembuluh darah umbilikus dan menghambat pertukaran gas antara ibu dan janin. Gangguan aliran darah ini dapat ditemukan pada keadaan tali pusat menumbung, tali pusat melilit leher, kompresi tali pusat antara janin dan jalan lahir dan lainlain. 4. Faktor neonatus Depresi tali pusat pernafasan bayi baru lahir dapat terjadi karena beberapa hal, yaitu : (a) pemakaian obat anastesi/analgetika yang berlebihan pada ibu secara langsung dapat menimbulkan depresi pusat pernafasan janin, (b) trauma yang terjadi pada persalinan, misalnya perdarahan intrakranial, (c) kelainan kongenital pada bayi, misalnya hernia diafragmatika, atresia/stenosis saluran pernapasan, hipoplasia paru dan lain-lain. Manifestasi klinik Asfiksia biasanya merupakan akibat hipoksia janin yang menimbulkan tandatanda klinis pada janin atau bayi berikut ini : a. DJJ lebih dari 100x/menit atau kurang dari 100x/menit tidak teratur b. Mekonium dalam air ketuban pada janin letak kepala c. Tonus otot buruk karena kekurangan oksigen pada otak, otot, dan organ lain d. Depresi pernafasan karena otak kekurangan oksigen e. Bradikardi (penurunan frekuensi jantung) karena kekurangan oksigen pada otot-otot jantung atau sel-sel otak

14

f. Tekanan darah rendah karena kekurangan oksigen pada otot jantung, kehilangan darah atau kekurangan aliran darah yang kembali ke plasenta sebelum dan selama proses persalinan g. Takipnu (pernafasan cepat) karena kegagalan absorbsi cairan paru-paru atau nafas tidak teratur/megap-megap h. Sianosis (warna kebiruan) karena kekurangan oksigen didalam darah i. Penurunan terhadap spinkters j. Pucat Pengkajian klinis Menurut Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal (2009) pengkajian pada asfiksia neonatorum untuk melakukan resusitasi semata-mata ditentukan oleh tiga hal penting, yaitu : Pernafasan Observasi pergerakan dada dan masukan udara dengan cermat. Lakukan auskultasi bila perlu lalu kaji pola pernafasan abnormal, seperti pergerakan dada asimetris, nafas tersengal, atau mendengkur. Tentukan apakah pernafasannya adekuat (frekuensi baik dan teratur), tidak adekuat (lambat dan tidak teratur), atau tidak sama sekali. b. Denyut jantung Kaji frekuensi jantung dengan mengauskultasi denyut apeks atau merasakan denyutan umbilicus. Klasifikasikan menjadi >100 atau <100 kali per menit. Angka ini merupakan titik batas yang mengindikasikan ada atau tidaknya hipoksia yang signifikan. c. Warna Kaji bibir dan lidah yang dapat berwarna biru atau merah muda. Sianosis perifer (akrosianosis) merupakan hal yang normal pada beberapa jam pertama bahkan hari. Bayi pucat mungkin mengalami syok atau anemia berat. Tentukan apakah bayi berwarna merah muda, biru, atau pucat. Ketiga observasi tersebut dikenal dengan komponen skor apgar. Dua komponen lainnya adalah tonus dan respons terhadap rangsangan menggambarkan depresi SSP pada bayi baru lahir yang mengalami asfiksia kecuali jika ditemukan kelainan neuromuscular yang tidak berhubungan.

15

Tabel 1. Skor 0

1

2

Tidak ada

<100x/menit

>100x/menit

Tidak ada

Tidak

Apgar Skor Frekuensi jantung Usaha pernafasan

teratur, Teratur,

lambat

menangis

Beberapa

Semua

tungkai fleksi

fleksi

Iritabilitas reflex Tidak ada

Menyeringai

Batuk/menangis

Warna kulit

Biru

Merah muda

Tonus otot

Lemah

Pucat

tungkai

Distress Napas Neonatus (respiratory distress) Merupakan diagnosis yang ditegakkan secara klinis dimana system pernafasan tidak mampu untuk melakukan pertukaran gas secara normal tanpa bantuan. Terminoloi

respiratory distress

digunakan untuk

menunjukkan bahwa pasien masih dapat menggunakan mekanisme kompensasi untuk mengembalikan pertukaran gas yang adekuat. Penyebab umum RD atau gawat napas, yaitu : 1. TTN (Transient Tachypnea of the Newborn) Suatu penyakit ringan pada neonatus yang mendekati cukup bulan atau neonatus cukup bulan yang mengalami gawat nafas segera setelah lahir dan hilang dengan sendirinya dalam waktu 3-5 hari. Patofisiologi TTN merupakan hasil dari keterlambatan pembersihan cairan di paru janin. Respiratory distress karena defisiensi surfaktan (gagal pengembangan paru) pada TTN di sebabkan karena ketidakmampuan mengabsopsi cairan paru Faktor Resiko -

Bedah sesar sebelum ada komplikasi

-

Makrosomia

-

Jenis kelamin laki-laki

-

Partus lama

16

-

Sedasi ibu berlebihan

-

Skor Apgar rendah ( 1 m pertama <7)

Tanda Klinis -

Bayi hampir cukup bulan atau cukup bulan dan segera setelah lahir mengalami takipnea (RR > 80 x/m)

-

Merintih, NCH, Retraksi dada, sianosis berlangsung >72 jam

Tatalaksana -

Oksigen dalam jumlah berlebihan

-

Cairan

-

Asupan setelah takipnea membaik

-

Sembuh sendiri, tidak ada resiko kekambuhan atau disfungsi paru lebih lanjut

Sepsis Sepsis adalah adanya respon sistemik terhadap infeksi di dalam tubuh yang dapat berkembang menjadi sepsis berat dan syok septik. Patofisiologi sepsis sekarang dipahami sebagai keadaan yang melibatkan aktivasi awal dari respon pro-inflamasi dan anti-inflamasi tubuh. Bersamaan dengan kondisi ini, abnormalitas sirkular seperti penurunan volume intravaskuler, vasodilatasi pembuluh darah perifer depresi miokardial dan peningkatan metabolisme akan menyebabkan ketidakseimbangan antara penghantaran oksigen sistemik atau syok. Patofisiologi keadaan ini dimulai dari adanya reaksi terhadap infeksi. Hal ini akan memicu respon proinflamasi dan antiinflamasi, dimulai dengan aktivasi selular monosit, makrofag dan neutrophil yang berinteraksi dengan sel andotelial. Respon tubuh selanjutnya meliputi mobilisasi dari isi plasma sebagai hasil dari aktivasi selular dan disrupsi endothelial (Irvan, dkk. Sepsis dan Tata Laksana Berdasar Guideline Terbaru Sepsis and Treatment based on The Newest Guidline 2018) Ikterik Neonatorum Ikterus adalah keadaan klinis pada bayi yang ditandai oleh pewarnaan icterus pada kulit dan sclera akibat akumulasi bilirubin tak terkonjugasi yang berlebih. Icterus secara klinis akan mulai tampak pada

17

bayi baru lahir bila kadar bilirubin darah 5-7 mg/dL. (Tazami, Reisa Maulidya dkk. Gambaran Faktor Risiko Ikterus Neonatorum pada Neonatus di Ruang Perintologi RSUD Raden Mattaher Jambi Tahun 2013). Pada icterus fisiologis, peningkatan kadar bilirubin tak terkonjugasi dalam sirkulasi disebabkan oleh kombinasi peningkatan ketersediaan bilirubin dan penurunan clearance bilirubin. Tata laksana sepsis neonatorum Pemberian antibiotik pada sepsis neonatorum. Antibiotik

Cara pemberian

Dosis dalam mg HARI 1-7

Ampicilin

IV, IM

50

HARI 8+

mg/KgBB/12 50mg/KgBB/8 jam

jam Ampicilin

IV

(meningitis) Cefotaxime

IV

100 mg/KgBB/12 100mg/KgBB/8 jam

jam

50

mg/KgBB/8 50 mg/KgBB/6 jam

jam Cefotaxime

IV

(meningitis) Gentamicin

50

mg/KgBB/6 50 mg/KgBB/6 jam

jam IV, IM

<2kg:

7.5

mg/KgBB/12

3mg/KgBB/24 jam jam >2kg: 5mg/KgBB/24 jam

Tata laksana ikterus neonatorum 1. Ikterus Fisiologis Bayi sehat, tanpa faktor risiko, tidak diterapi. Perlu diingat bahwa pada bayi sehat, aktif, minum kuat, cukup bulan, pada kadar bilirubin tinggi, kemungkinan terjadinya kernikterus sangat kecil. Untuk mengatasi ikterus pada bayi yang sehat, dapat dilakukan beberapa cara berikut: 

Minum ASI dini dan sering

18



Terapi sinar, sesuai dengan panduan WHO



Pada bayi yang pulang sebelum 48 jam, diperlukan pemeriksaan ulang dan kontrol lebih cepat (terutama bila tampak kuning). Bilirubin serum total 24 jam pertama > 4,5 mg/dL dapat digunakan sebagai

faktor prediksi hiperbilirubinemia pada bayi cukup bulan sehat pada minggu pertama kehidupannya. Hal ini kurang dapat diterapkan di Indonesia karena tidak praktis dan membutuhkan biaya yang cukup besar. Tata laksana Awal Ikterus Neonatorum (WHO) Mulai terapi sinar bila ikterus diklasifikasikan sebagai ikterus berat pada tabel 1. Tentukan apakah bayi memiliki faktor risiko berikut: berat lahir < 2,5 kg, lahir sebelum usia kehamilan 37 minggu, hemolisis atau sepsis Ambil contoh darah dan periksa kadar bilirubin serum dan hemoglobin, tentukan golongan darah bayi dan lakukan tes Coombs: 

Bila kadar bilirubin serum di bawah nilai dibutuhkannya terapi sinar, hentikan terapi sinar.



Bila kadar bilirubin serum berada pada atau di atas nilai dibutuhkannya terapi sinar, lakukan terapi sinar



Bila faktor Rhesus dan golongan darah ABO bukan merupakan penyebab hemolisis atau bila ada riwayat defisiensi G6PD di keluarga, lakukan uji saring G6PD bila memungkinkan.



Tentukan diagnosis banding

2. Tata laksana Hiperbilirubinemia Hemolitik Paling sering disebabkan oleh inkompatibilitas faktor Rhesus atau golongan darah ABO antara bayi dan ibu atau adanya defisiensi G6PD pada bayi. Tata laksana untuk keadaan ini berlaku untuk semua ikterus hemolitik, apapun penyebabnya.7 Bila nilai bilirubin serum memenuhi kriteria untuk dilakukannya terapi sinar, lakukan terapi sinar . Bila rujukan untuk dilakukan transfusi tukar memungkinkan:

19



Bila bilirubin serum mendekati nilai dibutuhkannya transfusi tukar (tabel 4), kadar hemoglobin < 13 g/dL (hematokrit < 40%) dan tes Coombs positif, segera rujuk bayi.



Bila bilirubin serum tidak bisa diperiksa dan tidak memungkinkan untuk dilakukan tes Coombs, segera rujuk bayi bila ikterus telah terlihat sejak hari 1 dan hemoglobin < 13 g/dL (hematokrit < 40%).



Bila bayi dirujuk untuk transfusi tukar: -

Persiapkan transfer

-

Segera kirim bayi ke rumah sakit tersier atau senter dengan fasilitas transfusi tukar

-

Kirim contoh darah ibu dan bayi

-

Jelaskan kepada ibu tentang penyebab bayi menjadi kuning, mengapa perlu dirujuk dan terapi apa yang akan diterima bayi.

Edukasi ibu: 

Bila penyebab ikterus adalah inkompatibilitas Rhesus, pastikan ibu mendapatkan informasi yang cukup mengenai hal ini karena berhubungan dengan kehamilan berikutnya.



Bila bayi memiliki defisiensi G6PD, informasikan kepada ibu untuk menghindari zat-zat tertentu untuk mencegah terjadinya hemolisis pada bayi (contoh:

obat

antimalaria,

obat-obatan

golongan

sulfa,

aspirin,

kamfer/mothballs, favabeans). 

Bila hemoglobin < 10 g/dL (hematokrit < 30%), berikan transfusi darah.



Bila ikterus menetap selama 2 minggu atau lebih pada bayi cukup bulan atau 3 minggu lebih lama pada bayi kecil (berat lahir < 2,5 kg atau lahir sebelum kehamilan 37 minggu), terapi sebagai ikterus berkepanjangan (prolonged jaundice).



Follow up setelah kepulangan, periksa kadar hemoglobin setiap minggu selama 4 minggu. Bila hemoglobin < 8 g/dL (hematokrit < 24%), berikan transfusi darah.

Ikterus Berkepanjangan (Prolonged Jaundice)

20

Diagnosis ditegakkan apabila ikterus menetap hingga 2 minggu pada neonatus cukup bulan, dan 3 minggu pada neonatus kurang bulan. Terapi sinar dihentikan, dan lakukan pemeriksaan penunjang untuk mencari penyebab. Bila buang air besar bayi pucat atau urin berwarna gelap, persiapkan kepindahan bayi dan rujuk ke rumah sakit tersier atau senter khusus untuk evaluasi lebih lanjut, bila memungkinkan. Bila tes sifilis pada ibu positif, terapi sebagai sifilis kongenital

21

BAB III KESIMPULAN

Pasien merupakan bayi yang lahir secara Sectio Cesarea dengan berat lahir 2200 gr, panjang 43,5 cm, dengan air ketuban normal warna jernih Apgar score 6/8, tetapi 15 menit kemudian bayi tiba-tiba merintih, sianosis pada mukosa bibir dan akral, sehingga diberikan O2 nasal 1 lpm. Pasien dirawat dan direncanakan untuk diperiksaan DL serta foto X-ray dan observasi ketat tanda-tanda distress napas. Di NICU bayi diterapi dengan O2 CPAP PEEP 7 IVFD Cadex, Ampicillin 125 mg/12 jam, Gentamicin 12.5 mg/36 jam. Setelah 8 hari perawatan, pasien diperbolehkan pulang, pasien sudah tidak ada keluhan, berat badan bertambah.

DAFTAR PUSTAKA

22

Irvan, & dkk. (2018). Sepsis dan Tatalaksana berdasar Guidline Terbaru Sepsis and Treatment basic on the Newest guidline 2018. Anestesiologi Indonesia, 64, 67. JNPK-KL, IDAI, POGI, & Programe, U. I.-H. (2008). Pelayanan Obstetri Dan Neonatal MEmergensi Komprehensif-Asuhan Neonatal Esensial. Health Service Program, 41, 181. Tazani, R. M., & dkk. (2013). Gambaran Faktor Resiko Ikterus Neonatorum pada Neonatus di Ruang Parinatologi RSUD Raden Mattaher Jambi Tahun 2013. FK UJ, 1.

23

Related Documents


More Documents from ""