Resensi Jujun Sumantri.docx

  • Uploaded by: siska apulina
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Resensi Jujun Sumantri.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 7,231
  • Pages: 24
BAB I KE ARAH PEMIKIRAN FILSAFAT 1.1 Ilmu dan Fisafat Pengetahuan dimulai dengan rasa ingin tahu, kepastian dimulai dengan rasa ragu-ragu dan filsafat dimulai dengan kedua-duanya. Berfilsafat didorong untuk mengetahui apa yang telah kita tahu dan apa yang kita belum tahu. Berfilsafat berarti berendah hati bahwa tidak semuanya akan pernah kita ketahui dalam kesemestaan yang seakan tak terbatas ini. Berfilsafat tentang ilmu berarti kita berterus terang kepada diri kita sendiri apakah sebenarnya yang saya ketahui tentang ilmu? Apakah cirri-cirinya yang hakiki yang membedakan ilmu dengan pengetahuan-pengetahuan lainnya yang bukan ilmu? Mengapa kita mesti mempelajari ilmu ? Dsb. 1.2 Karakteris Filsafat 1. Menyeluruh : tidak puas mengenali ilmu hanya dari segi pandang ilmu itu sendiri. 2. Mendasar : tidak percaya begitu saja bahwa ilmu itu benar. 3. Spekulatif : mencurigai atau memilih buah pikir yang dapat kita andalkan. 1.3 Filsafat: Peneratas Pengetahuan Filsafat merupakan langkah awal untuk mengetahui segala pengetahuan.Semua ilmu baik ilmu alam maupun ilmu soaial, bertolak dari pengembangannya bermula sebagai filsafat. Sekiranya kita sadar bahwa filsafat adalah marinir bukan pionir karena bukan pengetahuan yang bersifat merinci. 1.4 Bidang Telaah Filsafat Filsafat menelaah segala masalah yang mungkin dapat dipikirkan oleh manusia. Sesuai dengan fungsinya sebagai pionir dia mempermasalahkan hal-hal yang pokok, terjawab masalah yang satu diapun mulai merambah 1.5 Cabang Cabang Filsafat Cabang Cabang Filsafat. Adalah Epistimologi (Filsafat Pengetahuan), Etika (Filsafat Moral), Etestika (Filsafat Seni), Metafisika, Politik (Filsafat Pemerintahan), Filsafat Agama, Filsafat Ilmu, Filsafat Pendidikan, Filsafat Hukum, Filsafat Sejarah Dan Filsafat Matematika. 1.6 Filsafat ilmu Filsafat ilmu merupakan bagian dari epistimologi yang secara spesifik mengkaji hakikat ilmu (pengetahuan ilmiah). Filsafat Ilmu dibagi menjadi filsafat ilmu-ilmu alam dan filsafat ilmu-ilmu social, namun tidak terdapay perbedaan yang prinsipil antara ilmu-ilmu alam dan ilmu-ilmu social dimana keduanya memiliki cirri-ciri keilmuan yang sama. 1.7 Kerangka Pengkajian Buku Pembahasan buku ini ditunjukan kepada orang awam yang ingin mengetahui aspek kefilsafatan dari bidang keilmuan dan bukan ditujukan kepada mereka yang menjadikan filsafat ilmu sebagai bidang keahlian. Pada dasarnya buku ini mencoba membahas aspek ontologis, epistimologis dan aksiologis keilmuan sambil membandingkan dengan beberapa pengetahuan lain. Dalam kaitan-kaitan ini akan dikaji hakikat beberapa saran berpikir ilmiah yakni, bahasa, logika, matematika dan statistika. Setelah itu dibahas beberapa aspek yang berkaitan erat dengan kegiatan keilmuan seperti aspek moral, sosial, pendidikan dan kebudayaan. Akhirnya buku ini

ditutup dengan pembahasan mengenai struktur penelitian dan penulisan ilmiah dengan harapan agar dapat membantu mereka yang berkarya dalam bidang keilmuan. BAB II DASAR-DASAR PENGETAHUAN 2.1 Penalaran Penalaran adalah berpikir menurut suatu alur kerangka berpikir tertentu. Dengan penalaran inilah manusia mampu mengembangkan pengetahuannya dengan cepat dan mantap. Disamping itu manusia juga mempunyai bahasa yang mampu mengkomunikasikan informasi dan jalan pikiran yang melatarbelakangi informasi tersebut. 2.2 Hakikat Penalaran. Penalaran mempunyai ciri-ciri: proses berpikir logis atau dan analitis.Penalaran juga merupakan suatu proses berfikir dalam menarik kesimpulan yang berupa ilmu pengetahuan. 2.3 Logika Logika didefinisikan sebagai pengkajian untuk berpikir secara sahih (Valid). Logika berguna dalam proses penenarikan kesimpulan. Logika dibagi menjadi logika induktif dan logika deduktif. 2.4 Sumber Pengetahuan Sumber Pengetahuan, pada dasarnya terdapat dua cara kita mendapatkan pengetahuan yang benar yaitu mendasarkan diri pada rasio atau disebut rasionalisme dan mendasarkan diri pda pengalaman atau disebut empirisme, namun masih terdapat cara lain yaitu intusi (pengetahuan yang didapatkan tanpa melalui proses penalaran tertentu) dan wahyu merupakan pengetahuan yang disampaikan oleh tuhan kepada manusia lewat perantara nabi-nabi yang diutusnya). 1. Kriteria Kebenaran: 1.Teori Koherensi yaitu suatu pernyataan dianggap benar bila pernyataan itu bersifat koheren atau konsisten dengan pernyataan-pernyataan sebelumnya yang dianggap benar. Misalnya bila kita menganggap bahwa, "semua manusia pasti akan mati" adalah suatu pernyataan benar maka pernyataan bahwa, "si polan adalah seorang manusia dan si polan pasti akan mati" adalah benar pula karena kedua pernyataan kedua adalah konsisten dengan pernyataan yang pertama. 2.Teori Korespondensi yang ditemukan oleh Bertrand Russell (1872-1970). Suatu pernyataan adalah benar jika materi pengetahuan yang dikandung pernyataan itu berkorespondensi (berhubungan) dengan obyek yang dituju oleh pernyataan tersebut. Misalnya jika seseorang mengatakan bahwa ibukota republik Indonesia adalah Jakarta maka pernyataan tersebut adalah benar sebab pernyataan itu dengan obyek yang bersifat faktual yakni Jakarta yang memang menjadi ibukota republik Indonesia. 3.Teori Pragmatis dicetuskan oleh Charles S. Pierce (1839-1914). Suatu pernyataan adalah benar jika pernyataan itu atau konsekuensi dari pernyataan itu mempunyai kegunaan praktis dalam kehidupan manusia.Misalnya jika orang menyatakan sebuah teori X dalam pendidikan, dan dengan teori X tersebut dikembangkan teknik Y dalam meningkatkan kemampuan belajar, maka teori X itu dianggap benar sebab teori X ini fungsional dan mempunyai kegunaan.

BAB III ONTOLOGI: HAKIKAT APA YANG DIKAJI 3.1 Metafisika Metafisika adalah bidang telaah filsafati yang merupakan tempat berpijak dari setiap pemikiran filsafati termasuk pemikiran ilmiah. 3.2 Beberapa Tafsiran Metafisika 1. Supernaturalisasi adalah paham yang menyatakan bahwa terdapat ujud-ujud bersifat gaib (supernatural) dan ujud-ujud ini bersifat lebih tinggi atau lebikuasa dibandingkan dengan alam yang nyata. 2.Naturalisme adalah paham yang menyatakan bahwa gjala-gejala alam tidak disebabkan oleh pengaruh kekuatan yang bersifat gaib, melainkan oleh kekuatan yang tedapat dalam alam itu sendiri, yang dapat dipelajari dan dengan demikian dapat kita ketahui. 3.3 Asumsi Asumsi merupakan dugaan-dugaan sementara yang belum jelas kebenarannya, karena belum ada fakta pendukung yang valid. Ilmu sebagai pengetahuan yang berfungsi membantu dalam memecahkan masalah praktis sehari-hari, tidaklah perlu memiliki kemutlakan seperti halnya agam. Walaupun demikian sampai tahap tertentu ilmu memiliki keabsahan dalam melakukan generalisasi. 3.4 Peluang Peluang adalah kemungkinan kejadian. 3.5 Beberapa Asumsi Dalam Ilmu 1.Asumsi yang mendasari telah ilmiah 2.Asumsi yang mendasari telaah moral 3.6 Batas-Batas Penjelajahan Ilmu Batas-Batas Penjelajahan adalah pengalaman manusia dan pengetahuan yang telah diuji kebenaranya secra empiris. 3.7 Cabang-Cabang Ilmu Dua cabang utamanya yaitu: 1.Filsafat alam yang kemudian menjadi ilmu-ilmu alam (the natural science) 2.Filsafat moral yang kmudian menjadi ilmu-ilmu sosial (the social science) Disamping itu terdapat juga : Ilmu Humaniora dan Ilmu Matematika.]

Ilmu

BAB IV EPISTIMOLOGI: CARA MENDAPATKAN PENGETAHUAN YANG BENAR 4.1 Jarum Sejarah Pengetahuan Jarum Sejarah Pengetahuan pada paktu dulu kriteria kesamaan yang menjadi konsep dasar. Semua meyatu dalam kesatuan yang batas-batasnya kabur dan mengambang. Tidk terdapat jarak antara objek yang satu dengan objek yang lain, antara ujud yang satu dengan ujud yang lain. Konsep dasar ini baru mengalami perubahan fundamental dengan berkembangnya abad Penalaran pada pertengahan abad ke 17. Pohon pengetahuan mulai dibeda-bedakan paling tidak berdasarkan apa yang diketahui, bagaimana cara mengetahuinya dan untuk apa pengetahuan itu

dipergunakan. Berdasarkan objek yang ditelaah mulai dibedakan ilmu-ilmu alam dan ilmu-ilmu social. Dari cabang ilmu yang satu sekarang ini diperkirakan berkembang lebih dari 650 cabang disiplin ilmu. 4.2 Pengetahuan Pengetahuan pada hakekatmya merupakan segenap apa yang kita ketahui tentang suatu obyek tertentu, termasuk kedalamnya adalah ilmu. Jadi ilmu merupakan bagian dari pengetahuan yang diketahui oleh manusia disamping berbagai jenis pengetahuan lainya seperti seni dan agama. Pengetahuan merupakan khasanah kekayaan mental yang secara langsung atau tidak langsung turut memperkaya kehidupan kita. Setiap jenis pengetahuan mempunyai cirri-ciri spesifik mengenai apa (ontologi), bagaimana (epistimologi) dan untuk apa (aksiologi) pengetahuan tersebut disusun. Jika ilmu mencoba mengembangkan sebuah model yang sederhana mengenai dunia empiris dengan mengabstraksikan realitas menjadi beberapa variable yang terikat dalam sebuah hubungan yang bersifat rasional, maka seni (paling tidak seni sastra), mencoba mengungkapkan obyek penelaahan itu sehingga menjadi bermakna bagi pencipta dan mereka yang meresapinya, lewat berbagai kemampuan manusia untuk menangkapnya, seperti pikiran emosi dan pancaindra. Seni menurut Moctar Lubis, merupakan produk dari daya inspirasi dan daya cipta manusia yang bebas dari cengkraman dan belenggu berbagai ikatan. Karya seni bersifat penuh dan rumit namun tidak bersifat sistematik. Sebuah karaya seni yang baik biasanya mempunyai pesan yang ingin disampaikan kepada manusia yang bias mempengaruhi sikap dan prilaku mereka. Itulah sebabnya seni memegang peran penting dalam pendidikan moral dan budi pekerti suatu bangsa. Satu jembatan yang menghubungkan antara seni terapan dengan ilmu dan teknologi adalah pengembangan konsep teoritis yang besifat mendasar yang selanjutnya dijadikan tumpuan untuk mengembangkan pengetahun ilmiah yang bersifat integral. Ilmu dan filsafat dimulai dengan akal sehat sebab tak mempunyai landasan permulaan lain untuk berpijak. 4.3 Metode Ilmiah Metode Ilmiah merupakan prosedur dalam mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu. Jadi ilmu didapat dari metode ilmiah. Tidak semua pengetahuan disebut ilmu sebab ilmu merupakan pengetahuan yang cara mendapatkannya harus memenuhi syarat tertentu. Syarat yang harus dipenuhi agar pengetahuan dapat disebut ilmu tercantum dalam apa yang dinamakan dengan metode ilmiah. Metode ilmiah merupakan ekspresi mengenai cara bekerjanya pikiran, sehingga pengetahuan yang dihasilkan mempunyai karakteristik tertentu yang diminta oleh pengetahuan ilmiah, yaitu sifat rasional dan teruji yang memungkinkan tubuh pengetahuan yang disusun merupakan pengetahuan yang dapat diandalkan. Dalam hal ini metode ilmiah mencoba menggabungkan cara berpikir deduktif dan induktif dalam membangun tubuh pengetahuannya. Proses kegiatan ilmiah menurut Ritchie Calder dimulai ketika manusia mengamati sesuatu. Sehingga, karena masalah ini berasal dari dunia empiris, maka proses berpikir tersebut diarahkan pada pengamatan objek yang bersangkutan yang bereksistensi dalam dunia empiris pula. Karena masalah yang dihadapinya adalah nyata maka ilmu mencari jawaban pada dunia yang nyata pula. Ilmu dimulai dengan fakta dan diakhiri dengan fakta pula, apapun juga teori yang menjembataninya (Einstein). Teori merupakan suatu abstraksi intelektual dimana pendekatan secara secara rasional digabungkan dengan pengalaman empiris. Artinya teori ilmu merupakan suatu penjelasan

rasional yang berkesesuaian dengan objek yang dijelaskannya. Adapun tahapan dalam kegiatan ilmiah, yaitu: 1.Perumusan Masalah 2.Penyusunan kerangka berpikir 3.Perumusan hipotesis 4.Pengujian hipotesis 5.Penarikan kesimpulan. 4.4 Struktur Pengetahuan Ilmiah Pengetahuan yang diproses menurut metode ilmiah merupakan pengetahuan yang memenuhi syarat-syarat keilmuan, dan dengan demikian dapat disebut pengetahuan ilmiah atau ilmu. Ada pun struktur pengetahuan ilmiah sebagai berikut : 1.Teori yang merupakan pengetahuan ilmiah yang mencakup penjelasan mengenai suatu faktor tertentu dari sebuah disiplin keilmuan. 2.Hukum yang merupakan pernyataan yang menyatakan hubungan antara dua variabel atau lebih dalam suatu kaitan sebab akibat. 3.Prinsip yang dapat diartikan sebagai pernyataan yang berlaku secara umum bagi sekelompok gejala-gejala tertentu yang mampu menjelaskan kejadian yang terjadi. 4.Postulat yang merupakan asumsi dasar yang kebenarannya kita terima tanpa dituntut pembuktiannya. BAB V SARANA BERPIKIR ILMIAH 5.1 Sarana Berpikir Ilmiah Untuk dapat melakukan kegiatan berpikir ilmiah demham baik, maka diperlukan sarana yang berupa bahasa, logika, matematika dam statistika. 5.2 Bahasa Keunikan manusia sebenarnya bukan terletak pada kemampuan berpikirnya melainkan terletak pada kemampuan berbahasanya. Tanpa bahasa maka kegiatan berpikir secara sistematis dan teratur tidak mungkin dilakukan, tanpa kemampuan berbahasa manusia tidak menungkin mengembangkan kebudayaannya, selanjutnya tidak dapat mengkomunikasikan pengetahuan kepada orang lain. Jika kita berbicara maka hakikat informasi yang kita sampaikan mengandung unsur emotif, demikian jika kita menyampaikan perasaan maka ekspresi itu mengandung unsur informatif. Bahasa mengkomunikasikan tiga hal yakni buah pikiran, perasaan dan sikap 5.3 Matematika Matematika merupakan bahasa yang melambangkan serangkaian makna dari pernyataan yang kita sampaikan, lambang dari matematika bersifat artifisialis, mempunyai arti jika diberikan sebuah makna kepadanya. Matematika bersifat kuantitatif dan sebagai sarana berpikir deduktif. 5.4 Statistika Peluang yang merupakan dasar dari teori statistika, merupakan konsep baru yang tidak dikenal dalam pemikiran Yunani Kuno,Romawi dan bahkan Eropa dalam abad pertengahan. Teori mengenai kombinasi bilangan sudah terdapat dalam aljabar yang dikembangkan sarjana Muslim namun bukan dalam lingkup teori peluang.

Konsep statistika sering dikaitkan dengan distribusi variabel yang ditelaah dalam suatu populasi tertentu. Statistika memberikan cara untuk dapat menaruk kesimpulan yang bersifat umum dengan jalan mengamati hanya sebagian dari populasi yang bersangkutan. Statistika mampu memberikan secara kuantitatif tingkat ketelitian dari kesimpulan yang ditarik tersebut. Statistika juga memberikan kemampuan kepada kita untuk mengetahui apakah suatu hubungan kausalita antara dua faktor atau lebih bersifat kebetuln atau memang benar-benar terkait dalam suatu hubungan yang bersifat empiris. BAB VI AKSIOLOGI : NILAI KEGUNAAN ILMU 6.1 Ilmu dan Moral Benarkah bahwa makin cerdas, maka makin pandai kita menemukan kebenaran, makin benar maka makin baik pula perbuatan kita? Apakah manusia mempunyai penalaran tinggi, lalu makin berbudi, sebab moral mereka dilandasi oleh anlisis yang hakiki, atau sebaliknya makin cerdas maka makin pandai pula kita berdusta?. Masalah moral berkaitan dengan metafisika keilmuan, maka dalam tahap manipulasi ini masalah moral berkaitan dengan cara penggunaan pengetahuan ilmiah. Ontologi diartikan sebagai pengkajian mengenai hakikat realitas dari objek yang di telaah dalam membuahkan pengetahuan, aksiologi diartikan sebagai teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh. Sokrates minum racun, John Huss dibakar sebagai contoh betapa ilmuan memiliki landasan moral, jika tidak ilmuan sangat mudah tergelincir dalam prostitusi intelektual. 6.2 Tanggung Jawab Sosial Ilmuan Seorang ilmuan mempunyai tanggung jawab sosial di bahunya. Bukan saja karena ia adalah warga masyarakat yang kepentingannya terlibat secara langsung dengan di masyarakat yang yang lebih penting adalah karena dia mempunyai fungsi tertentu dalam keberlangsungan hidup manusia. Sampai ikut bertanggung jawab agar produk keilmuannya sampai dan dapat dimanfaatkan oleh masyarakat. Sikap sosial seorang ilmuan adalah konsisten dengan proses penelaahan keilmuan yang dilakukan. Sering dikatakan bahwa ilmu itu bebas dari sistem nilai. Ilmu itu sendiri netraldan para ilmuanlah yang memberikannya nilai. 6.3 Nuklir dan Pilihan Moral Seorang ilmuan secara moral tidak akam membiarkan hasil penemuannya dipergunakan untuk menindas bangsa lain meskipun yang mempergunakan itu adalah bangsanya sendiri. Seorang ilmuan tidak boleh berpangku tangan, dia harus memilih sikap, berpihak pada kemanusiaan. Pilihan moral memang terkadang getir sebab tidak bersifat hitam di atas putih. Seperti halnya yang terjadi pada Albert Einstein diperintahkan untuk membuat bom atom oleh pemerintah negaranya. Seorang ilmuan tidak boleh menyembunyikan hasil penemuannya, apapun juga bentuknya dari masyarakat luas serta apapun juga konsekuensi yang akan terjadi dari penemuannya itu. Seorang ilmuan tidak boleh memutar balikkan temuannya jika hipotesis yang dijunjung tinggi tersusun atas kerangkan pemikiran yang terpengaruh preferensi moral ternyata hancur berantakan karena bertentangan dengan fakta-fakta pengujian 6.4 Revolusi Genetik Revolusi Genetik merupakan babakan baru dalam sejarah keilmuwan manusia sebab sebelum ini ilmu tidak pernah menyentuh manusia sebagai objek penelaah itu sendiri. Hal ini buka berarti

bahwa sebelumnya tidak pernah ada penelaahan ilmiah yang berkaitan dengan jasad manusia, tentu saja banyak sekali, namun penelaahan-penelaahan itu dimaksudkan untuk mengembangkan ilmu dan teknologi. Dengan penelitian genetika maka masalahnya menjadi sangat lain, kita tidak lagi menelaah organ-organ manusia dalam upaya untuk menciptakan teknologi yang memberikan kemudahan bagi kita, melainkan manusia itu sendiri sekarang menjadi objek penelaah yang akan menghasilkan bukan lagi teknologi yang memberikan kemudahan, melainkan teknologi untuk mengubah manusia itu sendiri. Pembahasan ini berdasarkan kepada asumsi bahwa penemuan dalam riset genetika akan dipergunakan dengan itikad baik untuk keluhuruan manusia. BAB VII ILMU DAN KEBUDAYAAN 7.1 Manusia dan Kebudayan Manusia dalam kehidupan mempunyai kebutuhan yang banyak sekali. Adanya kebutuhan hidup iilah yang mendorong manusia untuk melakukan berbagai tindakan dalam rangka pemenuhan kebutuhan tersebut. Dalam hal ini, menurut Ashley Montagu, kebudayaan mencerminkan tanggapan manusia terhadapa kebutuhan dasar hidupnya. Manusia berbeda dengan binatang bukan saja dalam banyaknya kebutuhan namun juga dalam cara memenuhi kebutuhan tersebut. Kebudayaanlah, dalam konteks ini, yang memberikan garis pemisah antara manusia dan binatang. Maslow mengidentifikasikan lima kelompok kebutuhan manusaia yakni kebutuhan fisiologi, rasa aman, afiliasi, harga diri dan pengembangan potensi. 7.2 Kebudayaan dan Pendidikan Allport, Venon dan lindzey (1951) mengidentifikasikan enm nilai dasar dalam kebudayaan yakni nilai teori, ekonomi, estetika, sosial, politik, dan agama .Yang dimaksud dengan nilai teori adalah hakikat penemuan kebenaran lewat berbagai metode seperti rasionalisme, empirisme dan metoda ilmiah. Setiap kebudayaan mempunyai skala hirarki mengenai mana yang lebih penting dan mana yang kurang penting dari nilai-nilai tersebut di atas serta mempunyai penilaian sendiri dari tiap-tiap katagori. 7.3 Ilmu dan Perkembangan Kebudayaan Nasional Ilmu merupakan bagian dari pengetahuan dan pengetahuan merupakan unsur kebudayaan. Ilmu dan kebudayaan berada dalam posisi yang saling tergantung dan saling mempengaruhi. Disatu pihak pengembangan ilmu dalam suatu masyarakat tergantung kondisi kebudayaannya, tapi dipihak lain pengembangan ilmu akan mempengaruhi jalannya kebudayaan. Menurut Talcot Persons :"Ilmu dan kebudayaan itu terpadu secara intim dengan seluruh struktur sosial dan tradisi kebudayaan " Peranan ganda ilmu dalam pengembangan kebudayaan nasional adalah sebagai berikut : 1.Ilmu merupakan sumber nilai yang mendukung terselenggaranya perkembangan kebudayaan nasional 2.Ilmu merupakan sumber nilai yang mengisi pembentukan watak suatu bangsa. Kedua hal ini terpadu satu sama lain dan sukar dibedakan. Pengkajian perkembangan kebudayaan nasioal tidak dapat dilepaskan dari perkembangan ilmu. Seiring perjalan waktu, dewasa ini kurun ilmu dan teknologi menjadi pengembangan utama bidang ilmu dan secara tidak langsung kebudayaan kita tak terlepas dari pengaruhnya, sehingga

kita harus ikut memperhitungkan hal ini. Untuk itu dibicarakan peranan ilmu sebagai sumber nilai yang ikut mendukung pengembangan kebudayaan nasional. 7.4 Ilmu Sebagai Suatu Cara Berpikir Berpikir ilmiah merupakan kegiatan berpikir yang memenuhi persyaratan-persyaratan tertentu, yang memiliki dua kriteria utama, yaitu : 1. Pernyataan harus logis 2. Didukung fakta empiris (Empiris : berdasarkan pengalaman dan pengetahuan) Kedua kriteria tersebut saling mengikat, yang pertama setiap pernyataan yang disampaikan harus logis dan diperolah dari fakta-fakta empiris, merupakan hakikat berpikir ilmiah. Dari hakikat ini, kita dapat menyimpulakan beberapa karakteristik ilmu : 1.Ilmu mempercayai rasio sebagai alat untuk mendapatkan pengetahuan yang benar 2.Akar berpikir yang logis yang konsisten dengan pengetahuan yang ada. 3.Pengujian secara empiris sebagai kriteria kebenaran objektif. 4.Mekanisme yang terbuka terhadap koreksi Maka disimpulkan manfaat yang dapat diperoleh dari karakteristik ilmu ialah rasional,logis,objektif dan terbuka dan kritis sebagai landasannya 7.5 Ilmu Sebagai Asas Moral Artinya dalam menetapkan suatu pernyataan apakah itu benar atau tidak maka seorang ilmuwan akan menarik kesimpulannya kepada argumentasi yang terkandung dalam pernyataan itu dan bukan kepada pengaruh yang berbentuk kekuasaan dari kelembagaan yang mengeluarkan pernyataan itu. Hal ini sering menempatkan ilmuwan pada tempat yang bertentangan dengan pihak yang berkuasa yang mungkin mempunyai kriteria kebenaran yang lain.Kriteria ilmuwan dan politikus dalam membuat pernyataan adalah berbeda menurut Szilard : jika seorang ilmuwan mengatakan sesuatu, rekan rekannya pertamakali akan bertanya apakah yang dinyatakan itu mengandung kebenaran. Sebaliknya jika seorang politikus mengatakan sesuatu maka rekan reknnya pertama kali akan bertanya, " mengapa ia menyatakan hal itu " baru kemudian atau mungkin juga tidak, mereka mempertanyakan apakah pernyataan itu mengandung kebenaran. Disamping itu kebenaran bagi ilmuwan mempunyai kegunaan yang universal bagi umat manusia dalam meningkatkan martabat ke manusiaanya. Secara nasional kaum ilmuwan tidak mengabdi kepada golongan, klik politik atau kelompok lain, secara internasional kaum ilmu wan tidak mengabdi kepada ras,ideology, dan factor – factor pembatasolainnya. Dua karakteristik ini merupkan asas moral bagi ilmuwan yakni me ninggikan kebenaran dan pengabdian secara universal. Dalam kenyataannya pelaksanaan asas moral ini tidak mudah sebab tahap perkembangan ilmu yang sangat awal kegiatan ilmiah ini dipengaruhioolehostrukturokekuasaanodarioluar.oMenurutoBachtiarodalamoJujun.oS. Suriasumantri ( 1998,275) lebih menonjol lagi pada Negara yang sedang berkembang , karena sebagian besar kegiatan keilmuan merupakanokegiatanoaparaturoNegara. 7.6 Nilai-Nilai Ilmiah dan Pengembangan Kebudayaan Nasional Ada 7 nilai yang terkandung dalam dari hakikat keilmuan yaitu kritis, rasional, logis, objektif , terbuka, menjunjung kebenaran dan pengabdian universal.Ketujuh sifat ini sangat akan sangat konsisten untuk membentuk bangsa yang modern. Karena bangsa yang modern akan menghadapi banyak tantangan di segala bidang kehidupan. Pengembangan kebudayaan nasional pada hakikatnya adalah perubahan kebudayaan konvensional kearah yang lebih aspirasi.

7.7 Ke Arah Peningkatan Peranan Keilmuan Jika menurut kita benar bahwasanya ilmu bersifat mendukung budaya nasional,maka kita perlu meningkatkan peranan keilmuan dalam kehidupan kita. Beberapa langkah yang dapat kita gunakan yang pada pokoknya mengandung beberapa pemikiran sebagai berikut: 1.Ilmu merupakan bagian kebudayaan,sehingga setiap langkah dalam kegiatan peningkatan ilmu harus memperhatikan kebudayaan kita. 2.Ilmu merupakan salah satu cara menemukan kebenaran. 3.Asumsi dasar dari setiap kegiatan dalam menemukan kebenaran adalah percaya dengan metode yang digunakan. 4.Kegiatan keilmuan harus dikaitkan dengan moral. 5.Pengembangan keilmuan harus seiring dengan pengembangan filsafat 6.Kegiatan ilmah harus otonom dan bebas dari kekangan struktur kekuasaan. Keenam hal ini merupakan langkah-langkah untuk memberi kontrol bagi masyarakat terhadap kegiatan ilmu dan teknologi. 7.8 Dua Pola Kebudayaan Dua pola kebudayaan dan ilmu yang begulir di Indonesia, adalah ilmu-ilmu alam dan ilmu-ilmu social. Kenapa hal ini terjadi,ini terjadi karena besarnya perbedaan antara ilmu social dan ilmu alam. Contohnya, jika kita belajar ilmu alam dengan subjek batu, kira-kira saat lain di teliti lagi maka kemungkinan besar akan berhasil dengan nilai yang sama,tetapi tidak demikin dalam ilmu social,dalam ilmu social, ilmu social bergerak lebih fleksibel dan dapt berubah sewaktu-waktu. Namun kedua hal itu bukan merupakan masalah, kedua hal itu tidak mengubah apa yang menjadai tujuan penelitian ilmiah. Ilmu bukan bermaksud mengumpulkan fakta tapi untuk mencari penjelasan dari gejala-gejala yang ada, yang memungkinkan kita mengetahui kebenaran hakikat objek yang kita hadapi. Ada dua factor yang menjadi landasan suatu analisis kuantitatif ilmu social yaitu: sulitnya melakukan pengukuran,karena emosi dan aspirasi merupakan unsure yang sulit dan yang kedua banyaknya variable yang mempengaruhi tingkah laku manusia. Hal seperti inilah yang menyebabkan ilmu alam lebih maju dari pada ilmu social. Itu dikarenakan ilmu social lebih terpaku pada tahap kualitatif,dan untuk mengubah ini ilmu social harus lebih masuk ketahap kuantitatif. Di Indonesia hal seperti ini masih berlaku,tebukti adanya dua penjurusan dalam bidang kajian ilmu,yaitu ilmu social dan ilmu alam,dan dalam pelaksanaannya ilmu alam selalu dianggap lebih bergengsi di banding ilmu social. Itu membuat sebagian masyarakat kita terobsesi untuk masuk jurusan ilmu alam meski mungkin lebih berbakat dalam bidang social, sehingga secara tidak langsung menghambat perkembangan ilmu social. Pada akhirnya harus kita sadari bahwa adanya dua jurusan dalam bidang ilmu ini memerlukan suatu usaha yang fundamental dan sistematis dalam menghadapinya. Perlu dicari titik temu diantara kedua bidang ini sehingga satu sama lain akan saling melengkapi,bukan saling terpisah. Karena bagaimanapun ilmu social tidak dapat terpisah dan berdiri sendiri dan begitupun ilmu alam tetap terikat secara social. BAB VIII ILMU DAN BAHASA 8.1 Tetang Terminologi : Ilmu, Ilmu Pengetahuan dan sains ?

Dua Jenis Ketahuan Manusaia dengan segenap kemampun kemanusiannya seperti perasaan, pikiran, pengalaman, pancaindra dan intuisi mampu menangkap alam hidupnya dan mengabstraksikan tangkapan tersebut dalam dirinya dalam berbagai bentuk "ketahuan umpamanya kebiasaan, akal sehat, seni, sejarah, filsafat. Terminologi ketahuan ini adalah termonologi artifisial yang bersifat sementara sebagai analisis yang pokoknya diartikan sebagai keseluruhan bentuk dari produk kegiatan manusia dalam usaha untuk mengetahui sesuatu . Apa yang kita peroleh dalam proses mengetahui tersebut tanpa memperhatikan obyek, cara dan kegunaannya kita masukan kedalam kategori yang disebut ketahuan ini. Dalam bahasa inggris sinonim dari ketahuan ini adalah knowledge. Ketahuan atau knowledge ini merupakan terminologi generik yang mencakup segenap bentuk yang kita tahu seperti filsafat, ekonomi, seni, beladiri, cara menyulam dan biologi itu sendiri. 8.2 Politik Bahasa Nasional Pada tanggal 28 oktober 1928 bangsa Indonesia telah memilih Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasioal. Alasan utama pada waktu itu lebih ditekankan pada fungsi kohesif bahasa Indonesia sebagai sarana untuk mengintegritaskan berbagai suku kedalam satu bangsa yakni Indonesia. Tentu saja terdapat juga evalusai yang berkonotasi dengan ketentuan Bahasa Indonesia selaku fungsi komunikatif yakni fakta bahwa Bahasa Indonesia merupakan lingua franca dari sebaian besar penduduk, namun kalau dikaji lebih dalam , maka kriteria bahasa sebagai fungsi kohesif itulah yang merupakan kriteria yang menentukan. Selaku alat komuniksi pada pokonya bahsa mencakup tiga unsur yakni, pertama, bahasa selaku alat komunikasi untuk menyampaikan pesan yang berkonotasi perasaan (emotif), kedua, berkonotasi sikap (afektif) dan, ketiga, berkonotasi pikiran (penalaran). Atau secara umum dapat dikatakan bahwa fungsi komunikasi bahasa dapat diperinci lebih lanjut menjadi fungsi emotif, afektif dan penalaran. Perkembangan bahasa tentu saja tidak dapat dilepaskan dari sektor-sektor lain yang juga tumbuh dan berkembang. Sekiranya bahasa berkembang terisolasi dari perkembangan sektor-sektor lain maka bahasa mungkin bersifat tidak berfungsi dan atau bahkan kontra produktif (counterproductive). BAB IX PENELITIAN DAN PENULISAN ILMIAH

1. Struktur Penelitian dan Penulisan Ilmiah 1.Pengajuan Masalah      

Latar Belakang Masalah Identifikasi Masalah Pembatasan Masalah Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Kegunaan Penelitian

2.Penyusunan Kerangka Teoritis Dan Pengajuan Hipotesis

  

 

Pengkajian mengenai teori-teori yang akan dipergunakan dalam analisa. Pembahasan mengenai penelitian-penelitian lain yang relevan; Penyusunan kerangka berpikir dalam pengajuan hipotesis dengan mempergunakan premis-premis sebagaimana tercantum dalam butir (1) dan butir (2) dengan mennyatakan secara tersurat postulat, asumsi dan prinsip yang dipergunakan (sekiranya dipergunakan); Perumusan hipotesis

3. Metodologi Penelitian 

   



Tujuan penelitian secara lengkap dan operasional dalam bentuk pernyataan yang mengidentifikasi variabel-variabel dan karakteristik hubungan yang akan ditelit; Tempat dan waktu penelitian dimana akan dilakukan generalisasi mengenai variabel-variabel yang diteliti; Metode penelitian yang ditetapkan berdasarkan tujuan penelitian dan tingkat generalisai yang diharapkan; Teknik pengambilan contoh yang relevan dengan tujuan penelitian, tigkat keumuman dan metode penelitian. Teknik pengumpulan data yang mencakup identifikasi variabel yang akan dikumpulkan, sumber, teknik pengukuran, instrumen dan teknik mendapatkan data. Teknik analisis data yang mencakup langkah-langkah dan teknik analisis yang dipergunakan yang ditetapkan berdasarkan pengajuan hipotesis ( sekiranya mempergunakan statistika maka tulisan hipotesis nol dan hipotesis tandingan; H0 / H1).

4. Hasil Penelitian    

Menyatakan variabel-variabel yang diteliti; Menyatakan teknik analisis data; Mendeskripsikan hasil analisis data; Memberikan penafsiran terhadap kesimpulan analisis data;

5 Ringkasan dan Kesimpulan     

Deskripsi singkat mengenai masalah, krangka teoretis, hipotesis, metodologi dan penemuan penelitian; Kesimpulan penelitian yang merupakan sintesis berdasarkan keseluruhan aspek tersebut di atas; Pembahasan kesimpulan penelitian dengan melakukan perbandingan terhadap penelitian lain dan pengetahuan ilmiah yang relevan; Mengkaji implikasi penelitian; Mengjukan saran

6.Abstrak 7.Daftar Pustaka 8.Riwayat Hidup 9.Usulan Penelitian 10. Lain-lain 11. Penutup 12. Catatan Akhir 9.2 Teknik Penulisan Ilmiah Teknik Penulisan ilmiah mempunyai dua aspek yakni gaya penulisan dalam membuat pernyataan ilmiah serta teknik notasi dalam menyebutkan sumber dari pengetahuan ilmiah yang dipergunakan dalam penulisan. Komunikasi ilmiah harus bersifat jelas dan tepat yang memungkinkan proses penyampaian pesan yag bersifat reproduktif dan impersonal. Bahasa yang dipergunakan harus jelas di mana pesan mengenai obyek yang ingin dikomunikasikan mengandung informasi yang disampaikan sedemikian rupa sehingga si penerima betul-betul mengerti tentang isi pesan yang disampaikan kepadanya. 9.3 Teknik Notasi Ilmiah Tanda catatan kaki diletakan di ujung kalimat yang kita kutip dengan mempergunakan angka arab yang diketik naik setengah spasi. Catatan kaki pada tiap bab diberi nomor urut mulai dari anka 1 sampai habis dan diganti dengan nomor 1 kembali pada bab yang baru. Satu kalimat mungkin terdiri dari beberapa catatan kaki sekiranya kalimat itu terdiri dari beberapa kutipan. Semua kutipan, baik yang dikutup secara langsung maupun secara tidak langsung, Sumbernya kemudian kita sertakan dalam daftar pustaka. BAB X PENUTUP 10.1 Hakikat dan Kegunaan Ilmu Ilmu memiliki fungsi yang bersifat estetik, yang kalau kita konsumsikan dengan baik, memberikan kenikmatan batiniah atau kepuasan jiwa. Jiwa kita tergetar, terharu, tersenyum oleh komunikasi aristik, menyebabkan dunia makna yang tak terjangkau kasat mata. Jiwa kita bertambah kaya, persepsi kita bertambah dewasa, yang selanjutnya akan mengubah sikap dan kelakuan kita. DAFTAR PUSTAKA S. Suriasumantri, Jujun. Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2007

Pengertian FILSAFAT menurut beberapa tokoh adalah sebagai berikut : Plato ( 428 -348 SM ) : Filsafat tidak lain dari pengetahuan tentang segala yang ada.

Aristoteles ( (384 – 322 SM) : Bahwa kewajiban filsafat adalah menyelidiki sebab dan asas segala benda. Dengan demikian filsafat bersifat ilmu umum sekali. Tugas penyelidikan tentang sebab telah dibagi sekarang oleh filsafat dengan ilmu. Cicero ( (106 – 43 SM ) : filsafat adalah sebagai “ibu dari semua seni “( the mother of all the arts“ ia juga mendefinisikan filsafat sebagai ars vitae (seni kehidupan ) Johann Gotlich Fickte (1762-1814 ) : filsafat sebagai Wissenschaftslehre (ilmu dari ilmu-ilmu , yakni ilmu umum, yang jadi dasar segala ilmu. Ilmu membicarakan sesuatu bidang atau jenis kenyataan. Filsafat memperkatakan seluruh bidang dan seluruh jenis ilmu mencari kebenaran dari seluruh kenyataan. Paul Nartorp (1854 – 1924 ) : filsafat sebagai Grunwissenschat (ilmu dasar hendak menentukan kesatuan pengetahuan manusia dengan menunjukan dasar akhir yang sama, yang memikul sekaliannya . Imanuel Kant ( 1724 – 1804 ) : Filsafat adalah ilmu pengetahuan yange menjadi pokok dan pangkal dari segala pengetahuan yang didalamnya tercakup empat persoalan. Apakah yang dapat kita kerjakan ?(jawabannya metafisika ) Apakah yang seharusnya kita kerjakan (jawabannya Etika ) Sampai dimanakah harapan kita ?(jawabannya Agama ) Apakah yang dinamakan manusia ? (jawabannya Antropologi ) Notonegoro : Filsafat menelaah hal-hal yang dijadikan objeknya dari sudut intinya yang mutlak, yang tetap tidak berubah , yang disebut hakekat. Driyakarya : filsafat sebagai perenungan yang sedalam-dalamnya tentang sebab-sebabnya ada dan berbuat, perenungan tentang kenyataan yang sedalam-dalamnya sampai “mengapa yang penghabisan “. Sidi Gazalba : Berfilsafat ialah mencari kebenaran dari kebenaran untuk kebenaran , tentang segala sesuatu yang di masalahkan, dengan berfikir radikal, sistematik dan universal. Harold H. Titus (1979 ) : (1) Filsafat adalah sekumpulan sikap dan kepecayaan terhadap kehidupan dan alam yang biasanya diterima secara tidak kritis. Filsafat adalah suatu proses kritik atau pemikiran terhadap kepercayaan dan sikap yang dijunjung tinggi; (2) Filsafat adalah suatu usaha untuk memperoleh suatu pandangan keseluruhan; (3) Filsafat adalah analisis logis dari

bahasa dan penjelasan tentang arti kata dan pengertian ( konsep ); Filsafat adalah kumpulan masalah yang mendapat perhatian manusia dan yang dicirikan jawabannya oleh para ahli filsafat. Hasbullah Bakry : Ilmu Filsafat adalah ilmu yang menyelidiki segala sesuatu dengan mendalam mengenai Ke-Tuhanan, alam semesta dan manusia sehingga dapat menghasilkan pengetahuan tentang bagaimana sikap manusia itu sebenarnya setelah mencapai pengetahuan itu.

2. PENGERTIAN ILMU

M. IZUDDIN TAUFIQ Ilmu adalah penelusuran data atau informasi melalui pengamatan, pengkajian dan eksperimen, dengan tujuan menetapkan hakikat, landasan dasar ataupun asal usulnya

# THOMAS KUHN Ilmu adalah himpunan aktivitas yang menghasilkan banyak penemuan, bail dalam bentuk penolakan maupun pengembangannya

# Dr. MAURICE BUCAILLE Ilmu adalah kunci untuk mengungkapkan segala hal, baik dalam jangka waktu yang lama maupun sebentar.

# NS. ASMADI Ilmu merupakan sekumpulan pengetahuan yang padat dan proses mengetahui melalui penyelidikan yang sistematis dan terkendali (metode ilmiah)

# POESPOPRODJO Ilmu adalah proses perbaikan diri secara bersinambungan yang meliputi perkembangan teori dan uji empiris

3. Definisi Filsafat Ilmu 1. Robert Ackermann Filsafat ilmu dalam suatu segi adalah sebuah tinjauan kritis tentang pendapat-pendapat ilmiah dewasa ini dengan perbandingn terhadap pendapat-pendapat lampau yang telah dibuktikan atau dalam kerangka ukuran-ukuran yang dikembangkan dari pendapat-pendapat demikian itu, tetapi filsafat ilmu demikian bukan suatu cabang yang bebas dari praktek ilmiah senyatanya. 2. Peter Caws Filsafat ilmu merupakan suatu bagian filsafat yang mencoba berbuat bagi ilmu apa yang filsafat seumumnya melakukan pada seluruh pengalaman manusia. 3. Lewis White Beck Filsafat ilmu mempertanyakan dan menilai metode-metode pemikiran ilmiah serta mencoba menetapkan nilai dan pentingnya usaha ilmiah sebagai suatu keseluruhan. 4. John Macmurray Filsafat ilmu terutama bersangkutan dengan pemeriksaan kritis terhadap pandangan-pandangan umum, prasangka-prasangka alamiah yang terkandung dalam asumsi-asumsi ilmu atau yang berasal dari keasyikan dengan ilmu.

4. Ruang lingkup Bidang garapan Filsafat Ilmu terutama diarahkan pada komponen-komponen yang menjadi tiang penyangga bagi eksistensi ilmu, yaitu ontologi, epistemologi, dan aksiologi. Ontologi ilmu meliputi apa hakikat ilmu itu, apa hakikat kebenaran dan kenyataan yang inheren dengan pengetahuan ilmiah, yang tidak terlepas dari persepsi filsafat tentang apa dan bagaimana (yang) “Ada” itu (being Sein, het zijn). Paham monisme yang terpecah menjadi idealisme atau spiritualisme, Paham dualisme, pluralisme dengan berbagai nuansanya, merupakan paham ontologik yang pada akhimya menentukan pendapat bahkan keyakinan kita masing-masing mengenai apa dan bagaimana (yang) ada sebagaimana manifestasi kebenaran yang kita cari. Epistemologi ilmu meliputi sumber, sarana, dan tatacara mengunakan sarana tersebut untuk mencapai pengetahuan (ilmiah). Perbedaan mengenal pilihan landasan ontologik akan dengan sendirinya mengakibatkan perbedaan dalam menentukan sarana yang akan kita pilih. Akal (Verstand), akal budi (Vernunft) pengalaman, atau komunikasi antara akal dan pengalaman, intuisi, merupakan sarana yang dimaksud dalam epistemologik, sehingga dikenal adanya model-model epistemologik seperti: rasionalisme, empirisme, kritisisme atau rasionalisme kritis, positivisme, fenomenologi dengan berbagai variasinya. Ditunjukkan pula bagaimana kelebihan dan kelemahan sesuatu model epistemologik beserta tolok ukurnya bagi pengetahuan (ilmiah) itu seped teori koherensi, korespondesi, pragmatis, dan teori intersubjektif. Akslologi llmu

meliputi nilal-nilal (values) yang bersifat normatif dalam pemberian makna terhadap kebenaran atau kenyataan sebagaimana kita jumpai dalam kehidupan kita yang menjelajahi berbagai kawasan, seperti kawasan sosial, kawasansimbolik atau pun fisik-material. Lebih dari itu nilai-nilai juga ditunjukkan oleh aksiologi ini sebagai suatu conditio sine qua non yang wajib dipatuhi dalam kegiatan kita, baik dalam melakukan penelitian maupun di dalam menerapkan ilmu. Dalam perkembangannya Filsafat llmu juga mengarahkan pandangannya pada Strategi Pengembangan ilmu, yang menyangkut etik dan heuristik. Bahkan sampal pada dimensi kebudayaan untuk menangkap tidak saja kegunaan atau kemanfaatan ilmu, tetapi juga arti maknanya bagi kehidupan

pelajari juga Perkembangan filsafat ilmu, Penjelasan Ontologi, Epistemologi, dan Aksiologi. http://manusiapinggiran.blogspot.co.id/2013/02/pengertian-filsafat-ilmu-dan-filsafat.html

Manusia selalu berusaha menemukan kebenaran. Banyak cara telah ditempuh untuk memperoleh kebenaran, antara lain dengan menggunakan rasio seperti para rasionalis dan melalui pengalaman atauempiris. Pengalaman-pengalaman yang diperoleh manusia membuahkan prinsip-prinsip yang terkadang melampaui penalaran rasional, kejadian-kejadianyang berlaku di alam itu dapat dimengerti.

Struktur pengetahuan manusia menunjukkan tingkatan-tingkatan dalam hal menangkap kebenaran. Setiap tingkat pengetahuan dalam struktur tersebut menunjukkan tingkat kebenaran yang berbeda.Pengetahuan inderawi merupakan struktur yang terendah. Tingkat pengetahuan yanglebih tinggi adalah pengetahuan rasional dan intuitif. Tingkat yang lebih rendah menangkap kebenaran secara tidak lengkap, tidak terstruktur, dan pada umumnya kabur, khususnya pada pengetahuan inderawi dan naluri. Oleh sebabitulah pengetahuan ini harus dilengkapi dengan pengetahuan yang lebih tinggi.Pada tingkat pengetahuan rasional-ilmiah, manusia melakukan penataan pengetahuannya agar terstruktur dengan jelas.

Metode ilmiah yang dipakai dalam suatu ilmu tergantung dari objek ilmu yang bersangkutan. Macam-macam objek ilmu antara lain fisiko-kimia, mahluk hidup, psikis, sosio politis, humanistis danreligius. Filsafat ilmu memiliki tiga cabang kajian yaitu ontologi,epistemologi dan aksiologi.

Ontologi membahas tentang apa itu realitas. Dalam hubungannya dengan ilmu pengetahuan,filsafat ini membahas tentang apa yang bisa dikategorikan sebagai objek ilmu pengetahuan. Epistemologis membahas masalah metodologi ilmu pengetahuan. Dalam ilmu pengetahuan modern, jalan bagi diperolehnya ilmu pengetahuan adalah metode ilmiah dengan

pilar utamanya rasionalisme dan empirisme. Aksiologi menyangkut tujuan diciptakannya ilmu pengetahuan, mempertimbangkan aspek pragmatis-materialistis. Kerangka filsafat di atas akan memudahkan pemahaman mengenai keterkaitan berbagai ilmu dalam mencari kebenaran. Teori Kebenaran Dalam Perspektif FilsafatIlmu

Dalammenguji suatu kebenaran diperlukan teori-teori ataupun metode-metode yang akanberfungsi sebagai penunjuk jalan bagi jalannya pengujian tersebut. Berikut inibeberapa teori tentang kebenaran dalam perspektif filsafat ilmu:

a)

Teori Korespondensi

Teorikebenaran korespondensi adalah teori yang berpandangan bahwapernyataan-pernyataan adalah benar jika berkorespondensi (berhubungan) terhadapfakta yang ada. Kebenaran atau suatu keadaan dikatakan benar jika adakesesuaian antara arti yang dimaksud oleh suatu pendapat dengan fakta. Suatuproposisi (ungkapan atau keputusan) adalah benar apabila terdapat suatu faktayang sesuai dan menyatakan apa adanya. Teori ini sering diasosiasikan denganteori-teori empiris pengetahuan.

Ujiankebenaran yang di dasarkan atas teori korespondensi paling diterima secara luasoleh kelompok realis. Menurut teori ini, kebenaran adalah kesetiaan kepadarealita obyektif (fidelity to objective reality). Kebenaran adalah persesuaianantara pernyataan tentang fakta dan fakta itu sendiri, atau antara pertimbangan(judgement) dan situasi yang dijadikan pertimbangan itu, serta berusaha untukmelukiskannya, karena kebenaran mempunyai hubungan erat dengan pernyataan ataupemberitaan yang kita lakukan tentang sesuatu (Titus, 1987:237).

Jadi,secara sederhana dapat disimpulkan bahwa berdasarkan teori korespondensi suatupernyataan adalah benar jika materi pengetahuan yang dikandung pernyataan itu berkorespondensi(berhubungan) dan sesuai dengan obyek yang dituju oleh pernyataan tersebut(Suriasumantri, 1990:57). Misalnya jika seorang mahasiswa mengatakan “matahariterbit dari timur” maka pernyataan itu adalah benar sebab pernyataan tersebutbersifat faktual, atau sesuai dengan fakta yang ada bahwa matahari terbit daritimur dan tenggelam di ufuk barat.

Menurutteori korespondensi, ada atau tidaknya keyakinan tidak mempunyai hubunganlangsung terhadap kebenaran atau kekeliruan. Jika sesuatu pertimbangan sesuaidengan fakta, maka pertimbangan ini benar, jika tidak, maka pertimbangan itusalah(Jujun, 1990:237).

b)

Teori Koherensi atau Konsistensi

Teorikebenaran koherensi adalah teori kebenaran yang didasarkan kepada kriteriakoheren atau konsistensi. Pernyataan-pernyataan ini mengikuti atau membawakepada pernyataan yang lain. Berdasarkan teori ini suatu pernyataan dianggapbenar bila pernyataan itu bersifat koheren atau konsisten denganpernyataan-pernyataan sebelumnya yang dianggap benar (Jujun, 1990:55)., artinyapertimbangan adalah benar jika pertimbangan itu bersifat konsisten denganpertimbangan lain yang telah diterima kebenarannya, yaitu yang koheren menurutlogika.

Suatukebenaran tidak hanya terbentuk karena adanya koherensi atau kensistensi antarapernyataan dan realitas saja, akan tetapi juga karena adanya pernyataan yangkonsisten dengan pernyataan sebelumnya. Dengan kata lain suatu proposisidilahirkan untuk menyikapi dan menanggapi proposisi sebelumnya secara konsistenserta adanya interkoneksi dan tidak adanya kontradiksi antara keduanya.

Misalnya,bila kita menganggap bahwa “maksiat adalah perbuatan yang dilarang oleh Allah”adalah suatu pernyataan yang benar, maka pernyataan bahwa “mencuri adalahperbuatan maksiat, maka mencuru dilarang oleh Allah” adalah benar pula, sebabpernyataan kedua adalah konsisten dengan pernyataan yang pertama.

Kelompokidealis, seperti Plato juga filosof-filosof modern seperti Hegel, Bradley danRoyce memperluas prinsip koherensi sehingga meliputi dunia; dengan begitu makatiap-tiap pertimbangan yang benar dantiap-tiap sistem kebenaran yang parsial bersifat terus menerus dengankeseluruhan realitas dan memperolah arti dari keseluruhan tersebut (Titus,1987:239)

TeoriPragmatik

Teoripragmatik dicetuskan oleh Charles S. Peirce (1839-1914) dalam sebuah makalahyang terbit pada tahun 1878 yangberjudul “How to Make Ideals Clear”. Teori inikemudian dikembangkan oleh beberapa ahli filsafat yang kebanyakan adalahberkebangsaan Amerika yang menyebabkan filsafat ini sering dikaitkan denganfilsafat Amerika. Ahli-ahli filasafat ini di antaranya adalah William James(1842-1910), John Dewey (1859-1952), George Hobart Mead (1863-1931) dan C.I.Lewis (Jujun, 1990:57)

Teorikebenaran pragmatis adalah teori yang berpandangan bahwa arti dari ide dibatasioleh referensi pada konsekuensi ilmiah, personal atau sosial. Benar tidaknyasuatu dalil atau teori tergantung kepada peran fungsi dalil atau teori tersebutbagi manusia untuk kehidupannya dalam lingkup ruang dan waktu tertentu. Teoriini juga dikenal dengan teori problem solving, artinya teori yang dengan itudapat memecahkan segala aspek permasalahan.

Kebenaransuatu pernyataan harus bersifat fungsional dalam kehidupan praktis. Menurutteori ini proposisi dikatakan benar sepanjang proposisi itu berlaku ataumemuaskan. Apa yang diartikan dengan benar adalah yang berguna (useful) danyang diartikan salah adalah yang tidak berguna (useless). Bagi para pragmatis,batu ujian kebenaran adalah kegunaan (utility), dapat dikerjakan (workability)dan akibat atau pengaruhnya yang memuaskan (satisfactory consequences). Teoriini tidak mengakui adanya kebenaran yang tetap atau mutlak.

FrancisBacon pernah menyatakan bahwa ilmu pengetahuan harus mencarikeuntungankeuntungan untuk memperkuat kemampuan manusia di bumi. Ilmupengetahuan manusia hanya berarti jika nampak dalam kekuasaan manusia. Dengankata lain ilmu pengetahuan manusia adalah kekuasaan manusia. Hal ini membawajiwa bersifat eksploitatif terhadap alam karena tujuan ilmu adalah mencarimanfaat sebesar mungkin bagi manusia.

d)

Teori Performatif

Teoriini menyatakan bahwa kebenaran diputuskan atau dikemukakan oleh pemegangotoritas tertentu. Contohnya mengenai penetapan 1 Syawal. Sebagian muslim diIndonesia mengikuti fatwa atau keputusan MUI atau pemerintah, sedangkansebagian yang lain mengikuti fatwa ulama tertentu atau organisasi tertentu.Masyarakat menganggap hal yang benar adalah apa-apa yang diputuskan olehpemegang otoritas tertentu walaupun tak jarang keputusan tersebut bertentangandengan bukti-bukti empiris.

Dalamfase hidupnya, manusia kadang kala harus mengikuti kebenaran performatif.Pemegang otoritas yang menjadi rujukan bisa pemerintah, pemimpin agama,pemimpin adat, pemimpin masyarakat, dan sebagainya. Kebenaran performatif dapatmembawa kepada kehidupan sosial yang rukun, kehidupan beragama yang tertib,adat yang stabil dan sebagainya.

Masyarakatyang mengikuti kebenaran performatif tidak terbiasa berpikir kritis danrasional. Mereka kurang inisiatif dan inovatif, karena terbiasa mengikutikebenaran dari pemegang otoritas. Pada beberapa daerah yang masyarakatnya masihsangat patuh pada adat, kebenaran ini seakan-akan kebenaran mutlak. Merekatidak berani melanggar keputusan pemimpin adat dan tidak terbiasa menggunakanrasio untuk mencari kebenaran.

e)

Teori Konsensus

Suatuteori dinyatakan benar jika teori itu berdasarkan pada paradigma atauperspektif tertentu dan ada komunitas ilmuwan yang mengakui atau mendukungparadigma tersebut. Masyarakat sains bisa mencapai konsensus yang kokoh karenaadanya paradigma. Sebagai komitmen kelompok, paradigma merupakan nilai-nilaibersama yang bisa menjadi determinan penting dari perilaku kelompok meskipuntidak semua anggota kelompok menerapkannya dengan cara yang sama.

Paradigmajuga menunjukkan keanekaragaman individual dalam penerapan nilai-nilai bersamayang bisa melayani fungsi-fungsi esensial ilmu pengetahuan. Paradigma berfungsisebagai keputusan yuridiktif yang diterima dalam hukum tak tertulis. Adanyaperdebatan antar paradigma bukan mengenai kemampuan relatif suatu paradigmadalam memecahkan masalah, tetapi paradigma mana yang pada masa mendatang dapatmenjadi pedoman riset untuk memecahkan berbagai masalah secara tuntas. Teori Kebenaran Dalam Perspektif FilsafatIlmu

Dalam menguji suatu kebenaran diperlukan teori-teori ataupun metode-metode yang akan berfungsi sebagai penunjuk jalan bagi jalannya pengujian tersebut. Berikut inibeberapa teori tentang kebenaran dalam perspektif filsafat ilmu:

a)

Teori Korespondensi

Teori kebenaran korespondensi adalah teori yang berpandangan bahwa pernyataan-pernyataan adalah benar jika berkorespondensi (berhubungan) terhadap fakta yang ada. Kebenaran atau suatu keadaan dikatakan benar jika ada kesesuaian antara arti yang dimaksud oleh suatu pendapat dengan fakta. Suatuproposisi (ungkapan atau keputusan) adalah benar apabila terdapat suatu fakta yang sesuai dan menyatakan apa adanya. Teori ini sering diasosiasikan dengan teoriteori empiris pengetahuan.

Ujian kebenaran yang di dasarkan atas teori korespondensi paling diterima secara luasoleh kelompok realis. Menurut teori ini, kebenaran adalah kesetiaan kepada realita obyektif (fidelity to objective reality). Kebenaran adalah persesuaian antara pernyataan tentang fakta dan fakta itu sendiri, atau antara pertimbangan(judgement) dan situasi yang dijadikan pertimbangan itu, serta berusaha untuk melukiskannya, karena kebenaran mempunyai hubungan erat dengan pernyataan atau pemberitaan yang kita lakukan tentang sesuatu (Titus, 1987:237).

Jadi,secara sederhana dapat disimpulkan bahwa berdasarkan teori korespondensi suatu pernyataan adalah benar jika materi pengetahuan yang dikandung pernyataan itu berkorespondensi(berhubungan) dan sesuai dengan obyek yang dituju oleh pernyataan tersebut(Suriasumantri, 1990:57). Misalnya jika seorang mahasiswa mengatakan “matahariterbit dari timur” maka pernyataan itu adalah benar sebab pernyataan tersebutbersifat faktual, atau sesuai dengan fakta yang ada bahwa matahari terbit daritimur dan tenggelam di ufuk barat.

Menurut teori korespondensi, ada atau tidaknya keyakinan tidak mempunyai hubungan langsung terhadap kebenaran atau kekeliruan. Jika sesuatu pertimbangan sesuaidengan fakta, maka pertimbangan ini benar, jika tidak, maka pertimbangan itusalah(Jujun, 1990:237).

b)

Teori Koherensi atau Konsistensi

Teori kebenaran koherensi adalah teori kebenaran yang didasarkan kepada kriteria koheren atau konsistensi. Pernyataan-pernyataan ini mengikuti atau membawakepada pernyataan yang lain. Berdasarkan teori ini suatu pernyataan dianggap benar bila pernyataan itu bersifat koheren atau konsisten dengan pernyataan-pernyataan sebelumnya yang dianggap benar (Jujun, 1990:55).,

artinya pertimbangan adalah benar jika pertimbangan itu bersifat konsisten dengan pertimbangan lain yang telah diterima kebenarannya, yaitu yang koheren menurut logika.

Suatu kebenaran tidak hanya terbentuk karena adanya koherensi atau kensistensi antara pernyataan dan realitas saja, akan tetapi juga karena adanya pernyataan yang konsisten dengan pernyataan sebelumnya. Dengan kata lain suatu proposisi dilahirkan untuk menyikapi dan menanggapi proposisi sebelumnya secara konsisten serta adanya interkoneksi dan tidak adanya kontradiksi antara keduanya.

Misalnya,bila kita menganggap bahwa “maksiat adalah perbuatan yang dilarang oleh Allah”adalah suatu pernyataan yang benar, maka pernyataan bahwa “mencuri adalah perbuatan maksiat, maka mencuru dilarang oleh Allah” adalah benar pula, sebab pernyataan kedua adalah konsisten dengan pernyataan yang pertama.

Kelompok idealis, seperti Plato juga filosof-filosof modern seperti Hegel, Bradley danRoyce memperluas prinsip koherensi sehingga meliputi dunia; dengan begitu makatiap-tiap pertimbangan yang benar dantiap-tiap sistem kebenaran yang parsial bersifat terus menerus dengankeseluruhan realitas dan memperolah arti dari keseluruhan tersebut (Titus,1987:239)

Teori Pragmatik

Teori pragmatik dicetuskan oleh Charles S. Peirce (1839-1914) dalam sebuah makalahyang terbit pada tahun 1878 yangberjudul “How to Make Ideals Clear”. Teori ini kemudian dikembangkan oleh beberapa ahli filsafat yang kebanyakan adalahberkebangsaan Amerika yang menyebabkan filsafat ini sering dikaitkan denganfilsafat Amerika. Ahli-ahli filasafat ini di antaranya adalah William James(1842-1910), John Dewey (1859-1952), George Hobart Mead (1863-1931) dan C.I.Lewis (Jujun, 1990:57)

Teori kebenaran pragmatis adalah teori yang berpandangan bahwa arti dari ide dibatasi oleh referensi pada konsekuensi ilmiah, personal atau sosial. Benar tidaknyasuatu dalil atau teori tergantung kepada peran fungsi dalil atau teori tersebutbagi manusia untuk kehidupannya dalam lingkup ruang dan waktu tertentu. Teoriini juga dikenal dengan teori problem solving, artinya teori yang dengan itu dapat memecahkan segala aspek permasalahan.

Kebenaran suatu pernyataan harus bersifat fungsional dalam kehidupan praktis. Menurut teori ini proposisi dikatakan benar sepanjang proposisi itu berlaku ataumemuaskan. Apa yang diartikan dengan benar adalah yang berguna (useful) danyang diartikan salah adalah yang tidak berguna (useless). Bagi para pragmatis,batu ujian kebenaran adalah kegunaan (utility), dapat dikerjakan (workability)dan akibat atau pengaruhnya yang memuaskan (satisfactory consequences). Teori ini tidak mengakui adanya kebenaran yang tetap atau mutlak.

Francis Bacon pernah menyatakan bahwa ilmu pengetahuan harus mencarikeuntungankeuntungan untuk memperkuat kemampuan manusia di bumi. Ilmu pengetahuan manusia hanya berarti jika nampak dalam kekuasaan manusia. Dengankata lain ilmu pengetahuan manusia adalah kekuasaan manusia. Hal ini membawa jiwa bersifat eksploitatif terhadap alam karena tujuan ilmu adalah mencari manfaat sebesar mungkin bagi manusia.

d)

Teori Performatif

Teori ini menyatakan bahwa kebenaran diputuskan atau dikemukakan oleh pemegang otoritas tertentu. Contohnya mengenai penetapan 1 Syawal. Sebagian muslim diIndonesia mengikuti fatwa atau keputusan MUI atau pemerintah, sedangkansebagian yang lain mengikuti fatwa ulama tertentu atau organisasi tertentu.Masyarakat menganggap hal yang benar adalah apa-apa yang diputuskan oleh pemegang otoritas tertentu walaupun tak jarang keputusan tersebut bertentangandengan bukti-bukti empiris.

Dalam fase hidupnya, manusia kadang kala harus mengikuti kebenaran performatif. Pemegang otoritas yang menjadi rujukan bisa pemerintah, pemimpin agama,pemimpin adat, pemimpin masyarakat, dan sebagainya. Kebenaran performatif dapatmembawa kepada kehidupan sosial yang rukun, kehidupan beragama yang tertib,adat yang stabil dan sebagainya.

Masyarakat yang mengikuti kebenaran performatif tidak terbiasa berpikir kritis danrasional. Mereka kurang inisiatif dan inovatif, karena terbiasa mengikuti kebenaran dari pemegang otoritas. Pada beberapa daerah yang masyarakatnya masih sangat patuh pada adat, kebenaran ini seakan-akan kebenaran mutlak. Mereka tidak berani melanggar keputusan pemimpin adat dan tidak terbiasa menggunakan rasio untuk mencari kebenaran.

e)

Teori Konsensus

Suatuteori dinyatakan benar jika teori itu berdasarkan pada paradigma atau perspektif tertentu dan ada komunitas ilmuwan yang mengakui atau mendukung paradigma tersebut. Masyarakat sains bisa mencapai konsensus yang kokoh karena adanya paradigma. Sebagai komitmen kelompok, paradigma merupakan nilai-nilai bersama yang bisa menjadi determinan penting dari perilaku kelompok meskipun tidak semua anggota kelompok menerapkannya dengan cara yang sama.

Paradigma juga menunjukkan keanekaragaman individual dalam penerapan nilai-nilai bersamayang bisa melayani fungsi-fungsi esensial ilmu pengetahuan. Paradigma berfungsisebagai keputusan yuridiktif yang diterima dalam hukum tak tertulis. Adanya perdebatan antar paradigma bukan mengenai kemampuan relatif suatu paradigmadalam memecahkan masalah, tetapi paradigma mana yang pada masa mendatang dapat menjadi pedoman riset untuk memecahkan berbagai masalah secara tuntas.

Related Documents

Resensi Jujun
June 2020 15
Resensi
July 2020 16
Resensi
November 2019 34
Resensi Novel.docx
August 2019 29
Resensi Bindo.docx
May 2020 17

More Documents from "eliza lesmana"