Refleksi Kasus Ikm.docx

  • Uploaded by: hidayaning Nur Syahbania
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Refleksi Kasus Ikm.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,013
  • Pages: 6
REFLEKSI KASUS STASE ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Dalam Mengikuti Ujian Profesi Kedokteran Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat

Disusun Oleh: Hidayaning Nur Syahbania (13711106) Pembimbing: dr. Nur Aisyah Jamil, M., Sc

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA 2019

Nama Dokter Muda

: Hidayaning Nur Syahbania

Stase

: Ilmu Kesehatan Masyarakat

NIM

: 13711106

Jenis Refleksi

:

a. Sosial Ekonomi b. Ke-Islaman Form Uraian 1. Resume Kasus yang Diambil Bapak B usia 50 tahun adalah salah satu kepala keluarga di dusun Gedog, Desa Ngluwar. Beliau adalah seorang kepala keluarga dengan 3 anak. Pekerjaan beliau dan istri adalah petani. Pendidikan terakhir ia dan istrinya adalah SD. Penghasilan keluarga mereka tidak tetap ±100-200.000. Keluarga bapak B ditemui saat melakukan SMD dan PIS PK kerumah-rumah warga. Berdasarkan hasil survey, Bapak B memiliki kebiasaan merokok didalam rumah, termasuk saat sedang kumpul bersama keluarga. Hal ini telah ia lakukan sejak muda. Tidak hanya Bapak B, kedua anak laki-lakinya yang pertama dan kedua juga merokok. Anaknya yang pertama sudah bekerja, ia telah merokok sejak SMP. Anaknya yang kedua masih SMP dan sudah merokok sejak kelas 6 SD. Kedua perilaku merokok anaknya ini ternyata telah diketahui oleh kedua orang tua nya namun di biarkan begitu saja. Menurut anaknya yang kedua, ia ikut merokok karena diajak teman-temannya, selain itu ia sudah terbiasa dengan kebiasaan merokok ayah dan kakak nya di rumah, meskipun begitu ia tidak pernah merokok di rumah. Istri nya mengatakan bahwa kebiasaan merokok di rumah sudah menjadi hal yang biasa bagi ia maupun anak perempuannya yang masih duduk di kelas 4 SD sebagai perokok pasif. Karena ia memahami bahwa sulit bagi suaminya untuk berhenti merokok. 2. Latar Belakang/ Alasan Ketertarikan Pemilihan Kasus. Indonesia adalalah negara peringkat ketiga pengguna rokok di dunia. Prestasi ini memberikan dampak, bahwa 70% anak di Indonesia menjadi perokok pasif dan

terpapar asap rokok, serta memiliki resiko mengidap beragam penyakit akibat asap rokok. Beberapa penyakit yang bisa terjadi yaitu kanker paru-paru, kanker nasofaring,bronkitis kronis, jantung koroner, atau hipertensi. (Suharyanta, 2018) Berdasarkan suatu penelitian yang dilakukan di Tarok, pada tahun 2012 dari 369 rumah tangga, hanya 68 rumah tangga yag tidak merokok dalam satu kelurahan tersebut. Pada tahun 2013 terjadi peningkatan jumlah perokok dalam rumah, yaaitu dari 397 rumah tangga hanya 79 yang tidak merokok dirumah (83,9%). Hal tersebut membuktikan bahwa jumlah rumah tangga yang merokok dalam rumah masih tinggi. Dan berdasarkan observasi pada ibu dan istri, didapatkan bahwa 4 diantaranya mengaku sulit untuk memberikan edukasi terhadap kepala keluarga atau suami mereka yang sudah merokok sejak lama. (Ediana, 2016) Berdasarkan hasil SMD, perilaku merokok merupakan salah satu dari 10 masalah tertinggi di Desa Ngluwar, Kecamatan Ngluwar, Kabupaten Magelang. Seringkali yang menjadi perokok aktif dalam rumah adalah kepala keluarga atau seorang bapak, sementara beberapa kali ditemui anak remaja juga telah memiliki kebiasaan merokok. 3. Refleksi dari Aspek Sosial Ekonomi Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Suharyanto, perilaku merokok dapat dipengaruhi oleh 3 faktor penting yaitu peran orang tua, teman sebaya, dan tenaga kesehatan. Penelitiannya menunjukkan bahwa ketiga faktor tersebut berhubungan secara signifikan. Peran orang tua memberikan pengaruh besar terhadap perilaku merokok seorang anak, anak remaja yang tinggal bersama keluarga kurang harmonis, kurang memberikan perhatian, memberikan sanksi fisik, atau seorang perokok berat, seorang anak akan memiliki kecenderungan untuk merokok, yaitu sebagai tempat pelampiasan atau karena mencontoh perilaku sang ayah. Begitupula dengan teman sekelompok atau sebaya, seorang remaja senang bermain diluar rumah dengan teman-temannya Pada masa ini remaja akan lebih cenderung menyesuaikan sikap, topik obrolan, minat, gaya penampilan, dan perilaku dengan teman sebaya ketimbang keluarga. Selain itu hal tersebut juga menjadi suatu alasan diterima dalam kelompok (Suharyanta, 2016). Penelitian di Bali, menunjukkan bahwa tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor yang berhubungan dengan kejadian merokok. Dimana pada orang-orang

dengan tingkat pendidikan rendah, yaitu belum tamat SMA atau dibawahnya meningkatkan perilaku merokok 3,57 kali dibandingkan yang berpendidikan tinggi. Hal ini disebabkan oleh minimnya informasi atau hambatan dalam menerima informasi mengenai manfaat dan bahay merokok. (Putra, 2016).

Apabila seseorang merokok, terutama didalam rumah, maka seluruh anggota keluarga sama-sama memiliki peluang yang besar untuk terkena berbagai penyakit akibat merokok seperti kanker, jantung koroner, atau hipertensi, Selain itu, merokok juga memiliki pengaruh terhadap lingkup pergaulan seorang anak yang cenderung negatif seperti mengonsumsi minuman keras, pergi ke kelab malam, atau bahkan menggunakan obat-obatan terlarang (Fauzi, 2017) 4. Refleksi Dari Aspek Keislaman Berdasarkan hal diatas, dapat dipahami bahwa merokok merupakan hal yang tidak baik bagi kesehatan, apalagi jika merokok di dalam rumah, tidak hanya diri sendiri namun orang lain yang menghirup asap rokok juga ikut terkena dampak kesehatan. Selain itu, sangat disayangkan apabila orang tua jtsru menjadi alasan mengapa seorang anak merokok. Didalam islam dijelaskan

Barangsiapa membahayakan orang lain, maka Allâh akan membalas bahaya kepadanya dan barangsiapa menyusahkan atau menyulitkan orang lain, maka Allâh akan menyulitkannya.” Hadits Abû Sa’îd.

Yang artinya: Setiap engkau adalah pemelihara, dan setiap engkau akan dimintai pertanggung jawaban mengenai apa yang menjadi tanggung jawab pemeliharaannya: Seorang pemimpin adalah pemelihara, ia akan dimintai pertanggung jawaban mengenai apa yang menjadi tanggung jawab pemeliharaannya. Seorang laki-laki juga pemelihara dalam keluarganya, ia akan dimintai pertanggung jawaban mengenai apa yang menjadi

tanggung jawab pemeliharaannya. Dan seorang perempuan adalah pemelihara dalam rumah suaminya, ia akan dimintai pertanggung jawaban mengenai apa yang menjadi tanggung jawab pemeliharaannya. [HR. al-Bukhâri] Jadi, penting bagi orang tua untuk memberikan contoh yang baik bagi anak-anak nya dengan tidak merokok atau minimal tidak merokok dirumah atau didepan anak-anak, karena selain menjadi contoh yang buruk juga berdampak buruk bagi kesehatan anak maupun istri dirumah.

DAFTAR PUSTAKA Ediana, D., 2016. Faktor-Faktoryang Berhubungandengan Perilaku Merokokdi dalam rumah di Kelurahan tarok. Jurnal Human Care. 2016. 1(1): 1-10 Fauzi, R., 2017. Sebentar Kok (Sehat Dan Bersih Tanpa Asap Rokok): Sebuah Program Edukasi Dan Advokasi Kawasan Tanpa Rokok Di Desa Bantarwangi. Fakultas Kedokteran dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jakarta.

Putra, I. G., Artini, N. N., Artawan, dan I. W., 2016. Hubungan Karakteristik Dan Tingkat Pengetahuan Mengenai Bahaya Merokok Terhadap Perilaku Merokok Pada Laki-Laki Di Provinsi Bali/ (Analisis Data Sekunder Bali Tobacco Control Initiative Tahun 2014). BIMKMI. 4(10):22-30. Suharyanta, D., Widyaningsih, D., dan Sugiono, 2018. Peran Orang Tua, Tenaga Kesehatan, Dan Teman Sebaya Terhadap Pencegahan Perilaku Merokok Remaja. Jurnal Manajemen Kesehatan Yayasan RS.Dr.Soetomo. 4(1):8-13

Related Documents


More Documents from "Adi Napanggala"