BAGIAN ILMU ANASTESI DAN REANIMASI
REFERAT
FAKULTAS KEDOKTERAN
NOVEMBER 2018
UNIVERSITAS PATTIMURA
ANESTESI LOKAL
DisusunOleh: Lydia A Kainama (2017-84-039)
PEMBIMBING dr. Ony Angkejaya, Sp. An
DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK DI BAGIAN ANASTESI DAN REANIMASI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PATTIMURA AMBON
1
BAB I PENDAHULUAN Kata anestesi berasal dari bahasa Yunani yang berarti keadaan tanpa rasa sakit. Anastesiologi adalah cabang ilmu kedokteran yang mendasari berbagai tindakan yang meliputi pemberian anestesi maupun analgesi, pengawasan keselamatan pasien dioperasi atau tindakan lainnya, bantuan hidup (resusitasi), perawatan intensif pasien gawat, pemberian terapi inhalasi, dan penanggulangan nyeri menahun. Anestesi dibagi menjadi dua kelompok yaitu anestesi lokal dan anestesi umum. Pada anestesi lokal hilangnya rasa sakit tanpa disertai hilang kesadaran, sedangkan pada anestesi umum hilangnya rasa sakit disertai hilang kesadaran.1 Anestetik lokal ialah obat yang menghasilkan blokade konduksi atau blokade lorong natrium pada dinding saraf secara sementara terhadap rangsang transmisisepanjang saraf, jika digunakan pada saraf sentral atau perifer. Anestetik lokal setelahkeluar dari saraf diikuti oleh pulihnya konduksi saraf secara spontan dan lengkaptanpa diikuti oleh kerusakan struktur saraf.1 Banyak persenyawaan lain juga memiliki daya kerja demikian, tetapi efeknyatidak reversibel dan menyebabkan kerusakan permanen terhadap sel-sel saraf.Misalnya, cara mematikan rasa setempat juga dapat dicapai dengan pendinginan yangkuat (freezing anaesthesia) atau melalui keracunan protoplasma (fenol). Semua obatanestetik lokal baru adalah sebagai rekayasa obat lama yang dianggap masihmempunyai kekurangan-kekurangan.1 Kokain adalah obat anestetik pertama yang dibuat dari daun koka dan dibuat pertama kali pada 1884. Penggunaan kokain aman hanya untuk anesthesia topical.Penggunaan secara sistemik akan menyebabkan dampak samping keracunan systemsaraf, sistem kardiovaskular, ketagihan, sehingga dibatasi pembuatannya hanya untuk topical mata, hidung dan tenggorokan.1
2
BAB II ANESTESI LOKAL 2.1
Definisi Anestesi regional atau anestesi lokal merupakan penggunaan obat analgetik lokal untuk
menghambat hantaran saraf sensorik, sehingga impuls nyeri dari suatu bagian tubuh diblokir untuk sementara (reversible). Fungsi motorik dapat terpengaruh sebagian atau seluruhnya dan dalam keadaan penderita tetap sadar.2 Anestesi/analgesi lokal adalah tindakan menghilangkan nyeri/sakit secara lokal tanpa disertai hilangnya kesadaran. Pemberian anestetik lokal dapat dilakukan dengan teknik : 1. Anestesi permukaan, yaitu pengolesan atau penyemprotan analgetik lokal di atas selaput mukosa seperti mata, hidung, atau faring. Contohnya Chlorethyl. 2. Anestesi infiltrasi, yaitu penyuntikan larutan analgetik lokal langsung diarahkan di sekitar tempat lesi, luka atau insisi. Cara infiltrasi yang sering digunakan adalah blokade lingkar dan obat disuntikkan intradermal atau subkutan. 3. Anestesi blok, yaitu penyuntikan analgetika lokal langsung ke saraf utama atau pleksus saraf. Hal ini bervariasi dari blokade pada saraf tunggal, misalnya saraf oksipital dan pleksus brakialis, anestesi spinal, anestesi epidural, dan anestesi kaudal. Pada anestesi spinal, analgetik lokal disuntikkan ke dalam ruang subaraknoid di antara konus medularis dan bagian akhir ruang subaraknoid. Anestesi epidural diperoleh dengan menyuntikkan zat anestetik lokal ke dalam ruang epidural. Pada anestesi kaudal, zat analgetik lokal disuntikkan melalui hiatus sakralis.
3
4. Anestesi regional intravena, yaitu penyuntikkan larutan analgetik lokal intravena. Ekstremitas dieksanguinasi dan diisolasi bagian proksimalnya dari sirkulasi sistemik dengan turniket pneumatik (Bier Block). Paling baik digunakan untuk ekstremitas atas.2
Atau dapat dibagi ke dalam dua kategori, yaitu : 1. Neurological blockade perifer
Topical
Infiltration
Nerve block
IV regional anestesia
2. Neurological blockade sentral
2.2
Anesthesia spinal
Anesthesia epidural
Struktur Anesteis Lokal Anestetik lokal ialah gabungan dari garam larut dalam air dan alkaloid larutdalam lemak
dan terdiri dari bagian kepala cincin aromatik tak jenuh bersifatlipofilik, bagian badan sebagai penghubung terdiri dari cincin hidrokarbon dan bagianekor terdiri dari amino tersier bersifat hidrofilik. Semakin panjang gugus alkoholnya,semakin besar daya kerja anestetiknya, tetapi toksisitasnya juga meningkat.1,2 Pusat mekanisme kerjanya terletak di membran sel. Seperti juga alkohol dan barbital, anestetika lokal menghambat penerusan impuls dengan jalan menurunkan permeabilitas membran sel saraf untuk ion natrium, yang perlu bagi fungsi saraf yanglayak. Hal ini disebabkan
4
adanya persaingan dengan ion-ion kalsium yang berada berdekatan dengan saluran-saluran natrium di membran sel saraf. Pada waktu bersamaan, akibat turunnya laju depolarisasi, ambang kepekaan terhadap rangsangan listrik lambat laun meningkat, sehingga akhirnya terjadi kehilangan rasa setempatsecara reversible.1,2 Diperkirakan bahwa pada proses stabilisasi membran tersebut, ion kalsiummemegang peranan penting, yakni molekul-molekul lipofil besar dan anestetika local mungkin mendesak sebagian ion kalsium di dalam membran sel tanpa mengambil alih fungsinya. Dengan demikian, membran sel menjadi lebih padat dan stabil, sertadapat lebih baik melawan segala sesuatu perubahan mengenai permeabilitasnya.1,2 Di samping itu, anestetika lokal mengganggu fungsi semua organ di mana terjadi konduksi/transmisi dari beberapa impuls. Dengan demikian, anestetika local mempunyai efek yang penting terhadap SSP, ganglia otonom, cabang-cabangneuromuskular, dan semua jaringan otot.1,2
Bagian lipofilik Biasanya terdiri dari cincin aromatic (benzene ring) tak jenuh, misalnya PABA (para-aminobenzoic acid). Bagian ini sangat esensial untuk aktifitas anestesi.1,2
Bagian hidrofilik Biasanya golongan amino tersier (dietil-amin).1,2
5
2.3
Golongan Anestesi lokal
Anestetik lokal dibagi menjadi dua golongan: 1. Golongan ester (-COOC-) Kokain, benzokain (amerikain), ametocaine, prokain (nevocaine), tetrakain(pontocaine), kloroprokain (nesacaine).1,2
2. Golongan amida (-NHCO-) Lidokain (xylocaine, lignocaine), mepivakain (carbocaine), prilokain(citanest), bupivakain (marcaine),
etidokain
(duranest),
dibukain
(nupercaine),ropivakain
(naropin),
levobupivacaine (chirocaine).1,2
Tabel 1. Perbedaan golongan ester dan amida
6
Tabel 2. Perbandingan golongan ester dan amida Lama kerja Klasifikasi
Potensi
Mula kerja
Toksisitas (infiltrasi, menit)
Ester Prokain
1 (rendah)
Cepat
45-60
Rendah
Kloroprokain
3-4 (tinggi)
Sangat cepat
30-45
Sangat rendah
Tetrakain
8-16 (tinggi)
Lambat
60-180
Sedang
Lidokain
1-2 (sedang)
Cepat
60-120
Sedang
Etidokain
4-8 (tinggi)
Lambat
240-480
Sedang
Prilokain
1-8 (rendah)
Lambat
60-120
Sedang
Mepivakain
1-5 (sedang)
Sedang
90-180
Tinggi
Bupivakain
4-8 (tinggi)
Lambat
240-480
Rendah
Ropivakain
4 (tinggi)
Lambat
240-480
Rendah
Levobupivakain
4 (tinggi)
Lambat
240-480
Amida
7
Tabel 3. Penggunaan anestesik local Spinal Topical
Infiltrasi
Blok saraf
ARIV
Epidural intratekal
Ester Prokain
-
+
+
-
-
+
Kloroprokain
-
+
+
-
+
-
Tetrakain
+
-
-
-
-
+
Lidokain
+
+
+
+
+
+
Etidokain
-
+
+
-
+
-
Prilokain
-
+
+
+
+
-
Mepivakain
-
+
+
-
+
-
Bupivakain
-
+
+
-
+
+
Ropivakain
-
+
+
-
+
+
Levobupivakain
-
+
+
-
+
+
Amida
8
2.4
Mekanisme Kerja Obat anestesi local mencegah hantaran dan konduksi impuls saraf. Lokasi utama kerja
obat anestesi local adalah pada membrane sel. Obat anestesi local mencegah konduksi dengan menurunkan atau mencegah peningkatan permeabilitas membrane sel terhadap ion natrium.3 Terdapat 2 teori mkanisme kerja obat anestesi local dalam menghambat kanal natrium. Teori pertama, obat anestesi local berikatan dengan reseptor spesifik di kanal natrium dan ikatan ini mengubah struktur serta fungsi kanal natrium dan menghambat pergerakan ion natrium ke luar sel. Teori ini disebut natrium trap. Teori kedua dikenal sebagai teori ekspansi (expantion), obat anestesi local diabsorbsi pada membrane sel sehingga terjadi pembengkakan membrane dan menyebabkan penyempitan kanal natrium.4,5 Untuk meningkatkan kerja obat, obat harus larut dalam lemak agar dapat berdifusi ke dalam membrane sel saraf dan myelin serabut saraf perifer. Bahan yang larut dalam lemak akan kurang larut dalam air sehingga menyulitkan formulasi obat, oleh karena itu ditambahkan garam hidroldorida yang dapat larut dalam air pada pH 4-7. Formulasi ini mengandung fraksi ion yang seimbang dengan sedikit fraksi bebas dalam larutannya. Setelah disuntikkan, larutan ini menyebabkan pH jaringan meningkat dan menambah fraksi lipofilik non ion yang dapat berdifusi ke dalam membrane sel saraf. Di dalam cairan intrasel pH sedikit lebih asam sehingga gugus aktif obat anestesi local dapat menghambat kanal natrium.5 Obat anestesi local dibedakan dalam awitan, durasi, dan potensinya. Perbedaan ini bergantung pada komposisi kimiawi dan masing-masing, misalnya konstanta disosiasi (pKa), daya larut dalam lemak, dan daya ikat dengan protein. Nilai pKa merupakan konstanta disosiasi asam; pKa menunjukkan kekuatan relative dari gugus amin untuk berdisosiasi.nilai pKa rendah berarti awitan anestesi cepat karena sebagian besar anestesi akan terionisasi menjadi bentuk
9
aktif. Daya larut dalam lemak tinggi berarti anestesi berpotensi tinggi dan mudah berpenetrasi ke dalam membrane sel saraf. Durasi menunjukkan lama ikatan anestesi dengan reseptor kanal natrium.5
2.5
Farmakokinetik Anestesi Lokal Absorpsi Sistemik Secara umum, anestetik lokal dengan penurunan absorbsi sistemik akan memiliki batas
keamanan yang lebih besar pada penggunaan klinik. Laju dan luas absorbsiakan tergantung pada beberapa faktor, dimana yang paling penting adalah lokasiinjeksi, dosis anestetik lokal, dan penambahan epineprin.Jumlah lemak relatif dan vaskularisasi di sekitar lokasi injeksi anestetik lokalakan berinteraksi dengan properti psikokimia anestetik lokal untuk mempengaruhiambilan sistemik.2,6 Secara umum, daerah dengan vaskularisasi yang banyak akanmemiliki ambilan yang cepat dan lengkap dibanding daerah dengan banyak lemak,terlepas dari tipe anestetik lokal. Maka, laju absorbsi dari injeksi anesteti lokal ke berbagai lokasi secara umum menurun sesuai urutan berikut: absorbs intravena > trakeal > intercostal > kaudal > para servikal > epidural > pleksus brakial > skiatik > subkutan.Makin besar dosis total anestetik lokal yang diinjeksikan, makin besar absorbs sistemik dan kadar puncak dalam darah (Cmax). Hubungan ini hampir linear danrelatif tidak terpengaruhi oleh konsentrasi anestetik dan kecepatan injeksi.Umumnya, makin poten agen dengan kelarutan lipid yang lebih besar dan ikatan protein akan menghasilkan absorbsi sistemik dan Cmax yang lebih rendah.2,6
10
2.6 Distribusi Setelah absorbsi sistemik, anestetik lokal secara cepat didistribusikan ke tubuh.Distribusi anestetik lokal akan tergantung pada aliran darah organ, koefisien partisi anestetik lokal antar kompartemen, dan ikatan protein plasma. Organ akhir yang menjadi perhatian utama toksisitas adalah di dalam kardiovaskuler dan dansistem saraf pusat. Keduanya dipertimbangkan sebagai “kelompok kaya pembuluh”dan akan mengalami distribusi anestetik lokal yang cepat. Di samping perfusi darahyang tinggi, kadar darah dan jaringan regional anestetik lokal dalam organorgan iniawalnya tidak berkorelasi dengan kadar darah sistemik karena histeresis. Karenaregional,
bukan
sistemik,
farmakokinetik
mengatur
efek
farmakodinamik
selanjutnya,kadar darah sistemik tidak berkorelasi dengan efek lokal anestetik lokal pada organakhir.2,6
Metabolisme dan Ekskresi Metabolisme golongan ester oleh enzim pseudo-kolinesterase (kolinesterase plasma). Hidrolisa ester sangat cepat dan kemudian metabolit diekskresi melalui urin. Metabolisme golongan amida terutama oleh enzim microsomal di hati. Kecepatan metabolism tergantung kepada spesifikasi obat anestesi local. Metabolismenya lebih lambat dari hidrolisa ester. Metabolit diekskresi lewat urin dan sebagian kecil di ekskresi lewat urin dan sebagian kecil diekskresi dalam bentuk utuh.2,6
2.7
Obat-Obat Anestesi Lokal
Anestesi lokal ideal adalah yang :
11
1. Tidak mengiritasi atau merusak jaringan secara permanen 2. Batas keamanan lebar 3. Mula kerja singkat 4. Masa kerja cukup lama 5. Larut dalam air 6. Stabil dalam larutan, dapat disterilkan tanpa mengalami perubahan 7. Poten dan bersifat sementara (efeknya reversible) 8. Harganya murah.1
a. Lidokain2,4,5,7 Lidokain (lignokain, xylocain) adalah anestetik lokal kuat yang digunakan secara luas dengan pemberian topikal dan suntikan. Efek anestesi terjadi lebih cepat, kuat, lebih lama dan lebih ekstensif dibandingkan daripada yang ditimbulkan oleh prokain pada konsentrasi yang sebanding. Larutan lidokain 0,25-0,5 % dengan atau tanpa adrenalin digunakan untuk anestesi infiltrasi, sedangkan larutan 1-2 % untuk anestesi blok dan topikal. Untuk anestesi permukaan/topikal tersedia lidokain gel 2 %. Sedangkan pada analgesi/anestesi lumbal digunakan larutan lidokain 5 %. Anestetik ini efektif bila digunakan tanpa vasokonstriktor, tapi kecepatan absorpsi dan toksisitasnya bertambah dan masa kerjanya lebih pendek. Lidokain merupakan obat terpilih bagi mereka yang hipersensitif terhadap anestetik lokal golongan ester. Lidokain dapat menimbulkan kantuk. Setelah disuntikkan, obat dengan cepat akan dihidrolisis dalam jaringan tubuh pada pH 7,4-4,5.
12
Lidokain sering digunakan secara suntikan untuk anestesia infiltrasi, blokade saraf, anestesia spinal, anestesia epidural ataupun anestesia kaudal, dan secara setempat untuk anestesia selaput lendir. Pada anestesia infiltrasi biasanya digunakan larutan 0,25-0,50 % dengan atau tanpa epinefrin. Tanpa epinefrin dosis total todak boleh melebihi 200 mg dalam waktu 24 jam, dan dengan epinefrin tidak boleh melebihi 500 mg untuk jangka waktu yang sama. Dalam bidang kedokteran gigi, biasanya digunakan larutan 1-2 % dengan epinefrin; untuk anestesia infiltrasi dengan mulai kerja 5 menit dan masa kerja kira-kira 1 jam dibutuhkan dosis 0,5-1,- mL. Untuk blokade saraf digunakan 1-2 mL. Efek samping lidokain biasanya berkaitan dengan efeknya terhadap SSP, misalnya mengantuk, pusing, parestesia, kedutan otot, gangguan mental, koma, dan bangkitan. Lidokain dosis berlebihan dapat menyebabkan kematian akibat fibrilasi ventrikel, atau oleh henti jantung.
b. Bupivakain2,4,5,7 Struktur mirip dengan lidokain, kecuali gugus yang mengandung amin dan butyl piperidin. Merupakan anestetik lokal yang mempunyai masa kerja yang panjang, dengan efek blockade terhadap sensorik lebih besar daripada motorik. Karena efek ini bupivakain lebih popular digunakan untuk memperpanjang analgesia selama persalinan dan masa pasca pembedahan. Suatu penelitian menunjukkan bahwa bupivakain dapat mengurangi dosis penggunaan morfin dalam mengontrol nyeri pascapembedahan Caesar. Pada dosis efektif yang sebanding, bupivakain lebih kardiotoksik daripada lidokain. Lidokain dan bupivakain, keduanya menghambat saluran Na+ jantung (cardiac Na+ channels) selama sistolik. Namun bupivakain terdisosiasi jauh lebih lambat daripada lidokain selama fase diastolik, sehingga ada fraksi
13
yang cukup besar tetap terhambat pada akhir diastolic. Manifestasi klinik berupa aritmia ventrikuler yang berat dan depresi miokard. Keadaan ini dapat terjadi pada pemberian bupivakain dosis besar. Toksisitas jantung yang disebabkan oleh bupivakain sulit diatasi dan bertambah berat dengan adanya asidosis, hiperkarbia, dan hipoksemia. Ropivakain juga merupakan anestesik lokal yang mempunyai masa kerja panjang, dengan toksisitas terhadap jantung lebih rendah daripada bupivakain pada dosis efektif yang sebanding, namun sedikit kurang kuat dalam menimbulkan anestesia dibandingkan bupivakain. Larutan bupivakain hidroklorida tersedia dalam konsentrasi 0,25-0,5% untuk anestesia infiltrasi dan 0,5% untuk suntikan paravertebral. Tanpa epinefrin, dosis maksimum untuk anestesia infiltrasi adalah sekitar 2 mg/KgBB. Bupivakain digunakan untuk anestesi lokal termasuk infiltrasi, block saraf, epidural, dan anestesi intratekal. Bupivakain sering diberikan melalui injeksi epidural sebelum melakukan arthroplasty panggul total. Juga sering diinjeksikan ke luka pembedahan untuk mengurangi nyeri hingga 20 jam setelah operasi. Terkadang, bupivakain dikombinasikan dengan epinephrine untuk memperlama durasi, dengan fentanil untuk analgesia epidural atau glukosa.Kontraindikasi bupivakain untuk anestesi regional intravena karena resiko dari kesalahan tourniquet dan absorpsi sistemik obat. Dibandingkan dengan obat anestesi lokal lainnya, bupivakain dapat mengakibatkan kardiotoksik. Akan tetapi efek samping akan menjadi jarang bila diberikan dengan benar. Kebanyakan efek samping berhubungan dengan cara pemberian atau efek farmakologis dari anestesi. Tetapi reaksi alergi jarang terjadi.Bupivakain dapat mengganggu konsentrasi plasma darah yang diakibatkan karena efeknya yang mempengaruhi CNS dan kardiovaskuler. Bupivakain dapat mengakibatkan beberapa kematian ketika pasien diberikan
14
anestesi epidural dengan mendadak. Mekanisme kerja bupivakain berikatan dengan bagian intraselular dari kanal sodium dan menutup sodium influks ke dalam sel saraf.
c. Levobupivakain2,4,5,7 Levobupivakain adalah obat anestesi lokal yang mengandung gugus asam amino. Ini merupakan enantiomer-S dari bupivakain. Jika dibandingkan dengan bupivakain, levobupivakain menyebabkan lebih sedikit vasodilatasi dan memiliki duration of action yang lebih panjang. Obat ini memiliki sekitar 13 persen daya potensial (melalui molaritas) lebih daripada golongan bupivakain. Levobupivakain diindikasikan untuk lokal anestesi meliputi infiltrasi, blok nervus oftalmik, anestesi epidural dan intratekal pada orang dewasa serta dapat juga digunakan sebagai analgesia pada anak-anak.Levobupivakain dikontraindikasikan untuk regional anastesia IV (IVRA). Jarang terjadi reaksi efek samping jika pemberian obat ini benar. Beberapa efek samping yang terjadi berhubungan dengan teknik pemberian (dihasilkan pada systemic exposure) atau efek farmakologikal dari anestesi yang diberikan, tetapi reaksi alergi jarang terjadi.Systemic exposure untuk jumlah yang berlebih dari bupivakain terutama dihasilkan di sistem saraf pusat dan efek kardiovaskular. Efek sistem saraf pusat biasanya terjadi pada konsentrasi pembuluh darah yang lebih rendah, sementara efek kardiovaskuler tambahan terdapat pada konsentrasi yang lebih tinggi, sebelumnya kolaps kardiovaskular dapat juga terjadi dengan konsentrasi yang rendah.Efek sistem saraf pusat meliputi eksitasi sistem saraf pusat (gelisah, gatal di sekitar mulut, tinnitus, tremor, pusing, penglihatan kabur, seizure) dan diikuti oleh
15
depresi (perasaan kantuk, kehilangan kesadaran, penurunan pernafasan dan apnea). Efek kardiovaskular meliputi hipotensi, bradikardi, aritmia, dan/atau henti jantung. Kadangkadang dapat terjadi hipoksemia sekunder pada saat penurunan sistem pernafasan.
d. Prokain2,4,5,7 Prokain, obat anestesi sintetik yang pertama kali dibuat, merupakan derivate benzoat yang disintesa pada tahun 1905 (Einhorn) dengan sifat yang tidak begitu toksik dibandingkan kokain. Anestetik lokal dari kelompok ester ini bekerja dengan durasi yang sangat singkat. Dalam tubuh zat ini dengan cepat dan sempurna dihidrolisa oleh kolinesterase menjadi dietilaminoetanol dan PABA (asam para-aminobenzoat), yang mengantagonir daya kerja sulfonamide, sehingga toksisitasnya di dalam vascular (sistemik) dapat minimal. Akan tetapi, resorpsi prokain di kulit buruk, karena itu, prokain hanya digunakan sebagai injeksi dan sering kali bersamaan dengan adrenalin untuk memperpanjang daya kerjanya. Sebagai anestetik lokal, prokain sudah banyak digantikam oleh lidokain dengan efek samping yang lebih ringan. Efek sampingnya yang serius adalah hipertensi, yang kadang-kadang pada dosis rendah sudah dapat mengakibatkan kolaps dan kematian. Efek samping yang harus dipertimbangkan pula adalah reaksi alergi terhadap sediaan kombinasi prokain-penisilin. Berlainan dengan kokain zat ini tidak memberikan adiksi. Reaksi alergi ini dapat juga terjadi karena pemakaian secara berulang preparat prokain bagi tubuh. Dosis : anestesi infiltrasi 0,25-0,5 %, blockade saraf 1-2 %.
e. Tetrakain2,4,5,7
16
Tetrakain (pantokain) adalah obat anestesi lokal yang biasanya digunakan sebagai obat untuk diagnosis atau terapi pembedahan. Akan tetapi, penelitian pada hewan menunjukkan efek samping pada janin (teratogenik atau embriosidal lainnya) dan belum ada penelitian yang terkendali pada wanita atau penelitian pada wanita dan hewan belum tersedia. Obat seharusnya diberikan bila hanya keuntungan potensial memberikan alasan terhadap bahaya potensial pada janin. Selain itu, tetrakain yang potensiasinya lebih tingga dibandingkan dengan dua jenis obat anestesi lokal golongan ester lainnya ini memiliki efek samping berupa rasa seperti tersengat. Namun efek ini tidak membuat tetrakain jarang digunakan, hal ini karena salah satu kelebihannya adalah tidak menyebabkan midriasis. Tetrakain biasanya digunakan untuk anestesi pada pembedahan mata, telinga, hidung, tenggorok, rectum, dan kulit. Salah satu anestesi lokal yang dapat digunakan secara topikal pada mata adalah tetrakain hidroklorida. Untuk pemakaian topikal pada mata digunakan larutan tetrakain hidroklorida 0,5%. Kecepatan anastetik tetrakain hidroklorida 25 detik dengan durasi aksinya selama 15 menit atau lebih.
2.8
Keuntungan dan Kerugian Anestesi Lokal
Keuntungan: 1. Alat minim dan teknik relatif sederhana sehingga biaya relatif lebih murah. 2. Relatif aman untuk pasien yang tidak puasa (operasi emergency, lambung penuh) karena penderita sadar sehingga resiko aspirasi berkurang 3. Tidak ada komplikasi jalan nafas dan respirasi.
17
4. Tidak ada polusi kamar operasi oleh gas anestesi. 5. Perawatan post operasi lebih ringan/murah 6. Kehilangan darah sedikit. 7. Respon autonomic dan endokrin sedikit.menurun.
Kerugian: 1. Tidak semua penderita mau 2. Membutuhkan kerjasama penderita 3. Sulit diterapkan pada anak-anak 4. Tidak semua ahli bedah menyukai anestesi lokal 5. Pasien lebih suka dalam keadaan tidak sadar 6. Tidak praktis jika diperlukan beberapa suntikan 7. Ketakutan bahwa efek obat menghilang ketika pembedahan belum selesai 8. Efek samping sangat berat menyebabkan kematian
2.9
Efek Samping terhadap Sistem Tubuh
Sistem kardiovaskular 1. Depresi automatisasi miokard 2. Depresi kontraktilitas miokard 3. Dilatasi arteriolar 4. Dosis besar dapat menyebabkan disritmia/kolaps sirkulasi.1
Sistem pernapasan
18
Relaksasi otot polos bronkus. Henti napas akibat paralise saraf frenikus, paralise interkostal atau depresi langsung pusat pengaturan napas.1 Sistem Saraf Pusat (SSP) SSP rentan terhadap toksisitas anestetika lokal, dengan tanda-tanda awal parestesia lidah, pusing, kepala terasa ringan, tinnitus, pandangan kabur, agitasi, twitching, depresi pernapasan, tidak sadar, konvulsi, koma. Tambahan adrenalin berisiko kerusakan saraf.1
Imunologi Golongan ester menyebabkan reaksi alergi lebih sering, karena merupakan derivate para-aminobenzoic acid (PABA) yang dikenalk sebagai allergen.1
Sistem musculoskeletal Bersifat miotoksik (bupivakain > lidokain > prokain). Tambahan adrenalin berisiko kerusakan saraf. Regenerasi dalam waktu 3-4 minggu.1
Toksisitas Toksisitas bergantung pada : 1. Jumlah larutan yang disuntikkan 2. Konsentrasi obat 3. Ada tidaknya adrenalin 4. Vaskularisasi tempat suntikan 5. Absorbsi obat 6. Laju destruksi obat
19
7. Hipersensitivitas 8. Usia 9. Keadaan umum 10. Berat badan.1
Toksisitas Lokal Terjadi pada tempat suntikan berupa edema, abses nekrosis dan gangrene. Komplikasi infeksi hampir selalu disebabkan kelalaian tindakan asepsis dan antisepsis. Iskemia jaringan dan nekrosis karena penambahan vasokonstriktor yang disuntikkan pada daerah end arteri.
20
BAB III KESIMPULAN
Anestetik lokal ialah obat yang menghasilkan blokade konduksi atau blokade lorong natrium pada dinding saraf secara sementara terhadap rangsang transmisisepanjang saraf, jika digunakan pada saraf sentral atau perifer. Pada anestesi lokal hilangnya rasa sakit tanpa disertai hilang kesadaran. Obat anestesi local diklasifikasikan menjadi dua golongan, yaitu golongan amida dan ester. Golongan ester dimetabolisme oleh enzim pseudo-kolinesterase (kolinesterase plasma) dan diekskresikan melalui urin, sedangkan golongan amida dimetabolisme oleh enzim microsomal di hati dan diekskresikan melalui urin. Mekanisme kerja obat anestesi local adalah melalui hambatan hantara dan konduksi impuls saraf. Obat anestesi local menghambat kanal natrium dan mencegah depolarisasi membrane sel. Terdapat dua teori tentang cara kerja obat anestesi local dalam menghambat kanl\al natrium, yaitu pertama bekerja melalui reseptor spesifik dan kedua terjadi akibat penyempitan kanal natrium. Efek samping obat anestesi local dapat mempengaruhi beberapa organ, misalnya kardiovaskular, paru, SSP, musculoskeletal, dan alergi.
21
Daftar Pustaka
1. Latief SA, Kartini A, Daclan MR. Petunjuk praktis anestesiologi. Edisi Ketiga. Jakarta: Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif FKUI; 2007.p.97-104. 2. Spencer S.R. Local anesthetics. In: Barash PG, ed. Clincal Anesthesia, 5thEdition. Philadelphia: Lippincott Williams and Wilkins; 2006. 3. Sherwood E, Williams CG, Prough DS. Anesthesiology principles, pain management, and conscious sedation. Dalam: Townsend CM, Beauchamp RD, Evers BM, Mattox KL. Sabiston textbook of surgery. Edisi ke-17. Philadelpia: Saunders; 2004.h.429-30. 4. Whiteside
JB,
Wildsmith
JAW.
Local
anaesthetics.
Diunduh
dari
http://www.rcoa.ac.ulddocs/B2Primary.pdf, pada tanggal 5 Maret 2015. 5. Skinner U. Local anasethetics and their uses. Dalam: Basic surgical skill manual. Hongkong: Mc Graw-Hill; 2000.h.171-84 6. Ezekiel
MR.
Handbook
of
anesthesiology
2004-2005
edition.
Diunduh
dari
http://www.ccspublishing.com/ccs, pada tanggal 5 maret 2015. 7. Catterall W, Mackie K. Local anesthetics. Dalam: Goodman & Gillman’s. Edisi ke-9. Milan: Mc Graw-Hill; 2001.h.367-79.
22
23