Persalinan Preterm
Persalinan Preterm Persalinan preterm merupakan salah satu
penyebab morbiditas dan mortalitas perinatal di seluruh dunia.
Peralinan Preterm Persalinan preterm menyebabkan mortalitas 70% perinatal dan neonatal, dan morbiditas jangka panjang, yang meliputi retardasi mental, serebral palsi, gangguan perkembangan, seizure disorder, kebutaan, hilangnya pendengaran, dan gangguan non neurologis, seperti penyakit paru kronis dan neuropati.
Angka Kejadian Persalinan preterm didefinisikan sebagai persalinan yang terjadi pada usia kehamilan kurang dari 37 minggu, dimana terjadi kontraksi uterus yang teratur yang berhubungan dengan penipisan dan dilatasi serviks.
Angka kejadian persalinan preterm umumnya bervariasi antara 6 – 15% pada seluruh persalinan. Diperkirakan terdapat 12.870 persalinan preterm per 1000 kelahiran di seluruh dunia (9,6%), di USA kejadian persalinan preterm adalah 12 -13%. di Afrika terdapat 4.047 persalinan preterm per 100 kelahiran (11,9%) di Eropa sebesar 466 per 1000 kelahiran (6,2%), di Asia 6.097 per 1000 kelhiran atau 9,1%, dan di Asia Tenggara 6.097 per 1000 kelahiran (11,1%)
Keberhasilan menurunkan angka morbiditas dan mortalitas perinatal yang berhubungan dengan persalinan preterm memerlukan identifikasi faktor resiko. Sehingga diperlukan pemahaman yang lebih baik tentang faktor – faktor resiko psikososial, etiologi, dan mekanisme persalinan preterm
BAB 2 (Defenisi )
Persalinan preterm didefinisikan sebagai persalinan yang terjadi sebelum usia kehamilan 37 minggu atau kurang dari 259 hari sejak hari pertama haid terakhir. Partus prematurus atau persalinan prematur juga diartikan sebagai dimulainya kontraksi uterus yang teratur disertai pendataran dan atau dilatasi serviks serta turunnya bayi pada wanita hamil yang lama kehamilannya kurang dari 37 minggu (kurang dari 259 hari) dari hari pertama haid terakhir.
Epidemiologi Kejadian persalinan preterm tidak merata disetiap wanita
hamil. Dari suatu penelitian didapatkan bahwa kejadian persalinan preterm pada wanita dengan kulit hitam adalah 2 kali lebih banyak dibandingkan ras lain di Amerika Serikat.
Persalinan preterm juga dapat dibagi menurut usia
kehamilan, sekitar 5% persalinan preterm terjadi pada usia kurang dari 28 minggu (extreme prematurity), sekitar 15% terjadi pada usia kehamilan 28-31 minggu (severe prematurity), sekitar 20% pada usia 32-33 minggu (moderate prematurity), dan 60-70% pada usia 34-36 minggu (near term)
Setiap tahun sekitar 4 juta bayi meninggal dalam 4 minggu
pertama kehidupan (periode neonatal). Secara global diperkirakan penyebab langsung kematian neonatal adalah prematuritas (28%), infeksi berat 26%, dan asfiksia 28%. Persalinan preterm spontan paling sering terjadi pada ibu dengan kulit putih, sedangkan ketuban pecah prematur adalah penyebab paling sering terjadinya persalinan preterm pada ibu kulit hitam.
Etiologi dan Patofisiologi Penyebab persalinan preterm untuk semua kasus adalah berbeda – beda.
Preterm, merupakan kelainan proses yang multifaktorial. Kombinasi keadaan obstetrik, sosiodemografi, dan faktor medik memiliki pengaruh terhadap terjadinya persalinan preterm. Kadang hanya resiko tunggal dijumpai seperti distensi berlebih uterus, ketuban pecah dini atau trauma
Faktor-faktor Beberapa faktor resiko terjadinya persalinan preterm adalah
abortus yang mengancam, faktor gaya hidup seperti merokok, pertambahan berat badan ibu yang tidak adekuat, penggunaan narkoba. Faktor maternal lain yang terlibat adalah usia ibu terlalu muda atau terlalu tua, tubuh pendek, kesenjangan ras dan etnik, hiperaktivitas selama kehamilan, faktor genetik, penyakit periodontal, cata lahir, interval antara kehamilan sebelumnya dan saat ini, serta riwayat persalinan preterm pada kehamilan sebelumnya.
Empat penyebab utama untuk kelahiran kurang bulan di Amerika Serikat. yaitu : 1. Persalinan atas indikasi ibu atau janin sehingga persalinan diinduksi atau bayi
dilahirkan dengan persalinan sesar. 2. Persalinan kurang bulan spontan tak terjelaskan dengan selaput ketuban utuh. 3. Ketuban pecah dini preterm (PPROM) idiopatik 4. Kelahiran kembar dan multijanin yang lebih banyak
1. Indikasi Medis dan Obstetris Preeklampsia, distress janin, kecil masa kehamilan, dan solusio plasenta merupakan indikasi paling umum atas intervensi medis yang mengakibatkan persalinan preterm. Penyebab lain yang kurang umum adalah hipertensi kronik, plasenta previa, perdarahan tanpa sebab yang jelas, diabetes, penyakit ginjal, isoimunisasi RH, dan malformasi kongenital.
2. Ketuban Pecah Dini Preterm Didefinisikan sebagai pecahnya ketuban sebelum persalinan dan sebelum usia kehamilan 37 minggu, ketuban pecah dini prematur dapat disebabkan oleh beragam mekanisme patologis termasuk infeksi intraamnion. Faktor lain yang terlibat adalah indeks massa tubuh yang rendah krang dari 19,8, kurang gizi, dan merokok. Wanita dengan riwayat ketuban pecah dini preterm sebelumnya memiliki resiko yang tinggi terjadinya rekurensi pada kehamilan berikutnya. Namun kebanyakan kasus ketuban pecah preterm terjadi tanpa faktor resiko.
3. Persalinan Kurang Bulan Spontan Persalinan kurang bulan spontan dikaitkan dengan beberapa hal, yaitu withdrawal progesteron, inisiasi oksitosin, dan aktivitas desidua. Teori withdrawal progesteron menjelaskan bahwa semakin mendekati proses persalinan sumbu adrenal janin menjadi lebih sensitif terhadap adrenokortikotropik sehingga meningkatkan sekeresi kortisol. Kortisol janin merangsang aktivitas 17-α hidroksidase plasenta sehingga mengurangi sekresi progesteron dan meningkatkan produksi estrogen. Kondisi ini menyebabkan peningkatan pembentukan prostaglandin yang memicu persalinan preterm
4. Infeksi Intra Uterin Infeksi intra uterin merupakan salah satu penyebab terjadinya persalinan preterm. Infeksi bakterial dalam uterus dapat terjadi antara jaringan maternal dan fetal membran (dalam koriodesidual space), dalam fetal membran (amnion dan korion), dalam placenta, dalam cairan amnion, dalam tali pusat. Infeksi pada fetal membran disebut korioamnionitis, infeksi pada tali pusat disebut funisitis, infeksi pada cairan amnion disebut amnionitis. Infeksi jarang terjadi pada kehamilan prematur akhir (34-36 minggu), dan lebih sering terjadi pada usia kehamilan kurang dari 30 minggu