Referat Hnp.docx

  • Uploaded by: Nalda Nalda
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Referat Hnp.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,346
  • Pages: 17
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Anatomi tulang belakang perlu diketahui agar dapat ditentukan elemen yang terganggu pada timbulnya keluhan nyeri punggung bawah. Columna vertebralis adalah pilar utama tubuh dan merupakan struktur fleksibel yang dibentuk oleh vertebrae. Vertebrae dikelompokkan sebagai berikut : a. Cervicales (7) b. Thoracicae (12) c. Lumbales (5) d. Sacroles (5) e. Coccygeae (4) Tulang vertebrae merupakan struktur kompleks yang secara garis besar terbagi atas 2 bagian. Bagian anterior tersusun atas korpus vertebra, diskus intervertebralis (sebagai artikulasi), dan ditopang oleh ligamentum longitudinale anterior yang berfungsi menahan gaya ekstensi dan posterior yang berfungsi menahan gaya fleksi. Ligamentum longitudinale anterior lebih kuat daripada posterior, sehingga prolaps diskus lebih sering kearah posterior. Sedangkan bagian posterior tulang vertebrae tersusun atas pedikel, lamina, kanalis vertebralis, serta prosesus tranversus dan spinosus yang menjadi tempat otot penyokong dan pelindung kolumna vertebrale. Bagian posterior vertebrae antara satu dan lain dihubungkan dengan sendi apofisial (fascet joint).

1

Tulang vertebrae ini dihubungkan satu sama lainnya oleh ligamentum dan tulang rawan. Bagian anterior columna vertebralis terdiri dari corpus vertebrae yang dihubungkan satu sama lain oleh diskus fibrokartilago yang disebut discus intervertebralis dan diperkuat oleh ligamentum longitudinalis anterior dan ligamentum longitudinalis posterior. Diskus invertebralis menyusun seperempat panjang columna vertebralis. Diskus ini paling tebal di daerah cervical dan lumbal, tempat dimana banyak terjadi gerakan columna vertebralis, dan berfungsi sebagai sendi dan shock absorber agar kolumna vertebralis tidak cedera bila terjadi trauma.

Discus intervertebralis terdiri dari dua bagian pokok yaitu nukleus pulposus (gel), dan annulus fibrosus di sekelilingnya. Diskus dipisahkan dari tulang yang di atas dan dibawahnya oleh lempeng tulang rawan hyalin (Hyalin Cartilage Plate). Sifat setengah cair dari nukleus pulposus, memungkinkannya berubah bentuk dan vertebrae dapat menjungkit kedepan dan kebelakang diatas yang lain, seperti pada flexi dan ekstensi columna vertebralis. Anulus fibrosus terdiri atas cincin-cincin fibrosa konsentris yang mengelilingi nukleus pulposus dan berfungsi untuk memungkinkan gerakan antara korpus vertebra (disebabkan oleh struktur spiral dari serabut-serabut), menopang nukleus pulposus dan meredam benturan. Diskus intervertebralis, baik anulus fibrosus maupun nukleus pulposusnya adalah bangunan yang tidak peka nyeri. Bagian yang merupakan bagian peka nyeri adalah: 

Lig. Longitudinale anterior



Lig. Longitudinale posterior



Corpus vertebra dan periosteumnya



Articulatio zygoapophyseal



Lig. Supraspinosum



Fasia dan otot

2

Stabilitas vertebrae tergantung pada integritas korpus vertebra dan diskus intervertebralis serta dua jenis jaringan penyokong yaitu ligamentum (pasif) dan otot (aktif). Untuk menahan beban yang besar terhadap kolumna vertebrale ini stabilitas daerah pinggang sangat bergantung pada gerak kontraksi volunter dan refleks otot-otot sakrospinalis, abdominal, gluteus maksimus, dan hamstring. Dengan bertambahnya usia, kadar air nukleus pulposus menurun dan diganti oleh fibrokartilago. Sehingga pada usia lanjut, diskus ini tipis dan kurang lentur, dan sukar dibedakan dari anulus. Ligamen longitudinalis posterior di bagian L5-S1 sangat lemah, sehingga HNP sering terjadi di bagian postero lateral.

2.2 Definisi HNP (Hernia Nukleus Pulposus) atau Hernia Diskus Intervertebralis atau Ruptur Disc atau Slipped Disc atau Prolapsed Disc yaitu keluarnya nukleus pulposus dari discus melalui robekan annulus fibrosus hingga keluar ke belakang/dorsal menekan medulla spinalis atau mengarah ke dorsolateral menekan radix spinalis sehingga menimbulkan gangguan.

2.3 Epidemiologi HNP paling sering terjadi pada pria dewasa, dengan insiden puncak pada dekade ke-4 dan ke-5. Pada penelitian HNP paling sering dijumpai pada tingkat L4-L5 (titik tumpuan tubuh di L4-L5-S1). HNP lebih banyak terjadi pada individu dengan pekerjaan yang banyak membungkuk dan mengangkat. HNP merupakan salah satu penyebab dari nyeri punggung bawah yang penting. dan merupakan salah satu masalah kesehatan yang utama.

2.4 Patofisiologi a. Proses Degenaratif Diskus intervertebralis tersusun atas jaringan fibrokartilago yang berfungsi sebagai shock absorber, menyebarkan gaya pada kolumna vertebralis dan juga memungkinkan gerakan antar vertebra. Kandungan air diskus berkurang dengan bertambahnya usia (dari 90% pada bayi sampai menjadi 70% pada orang usia lanjut). Selain itu serabut-serabut menjadi kasar dan mengalami hialinisasi yang ikut membantu terjadinya perubahan ke arah herniasi nukleus pulposus melalui anulus dan menekan radiks saraf spinal. Pada umumnya hernia paling mungkin terjadi pada bagian kolumna vertebralis dimana terjadi peralihan dari segmen yang lebih mobil ke yang kurang mobil (perbatasan lumbosakral dan servikotolarak). 3

b. Proses Traumatik Dimulainya degenerasi diskus mempengaruhi mekanika sendi intervertebral, yang dapat menyebabkan degenerasi lebih jauh. Selain degenerasi, gerakan repetitive, seperti fleksi, ekstensi, lateral fleksi, rotasi, dan mengangkat beban dapat memberi tekanan abnormal pada nukleus. Jika tekanan ini cukup besar sampai bisa melukai annulus, nucleus pulposus ini berujung pada herniasi. Trauma akut dapat pula menyebabkan herniasi, seperti mengangkat benda dengan cara yang salah dan jatuh. Jika beban pada discus bertambah, annulus fibrosus tidak kuat menahan nukleus pulposus (gel) akan keluar, akan timbul rasa nyeri oleh karena gel yang berada di canalis vertebralis menekan radiks.

2.5 Klasifikasi Hernia Nukleus Pulposus terbagi dalam 4 grade berdasarkan keadaan herniasinya, dimana ekstrusi dan sequestrasi merupakan hernia yang sesungguhnya, yaitu: 1. Protrusi diskus: Nukleus Pulposus terlihat menonjol ke satu arah tanpa kerusakan annulus fibrosus. 2. Degenerasi diskus: Nukleus Pulposus mengalami kelemahan akibat degenerasi yang berkaitan dengan usia; dan terdapat retakan dan robekan pada annulus. Penonjolan belum terjadi. 3. Prolaps diskus intervertebral: Nukleus berpindah, tetapi masih dalam lingkaran annulus fibrosus. 4. Ekstrusi diskus intervertebral: Nukleus pulposus menembus annulus fibrosus, namun masih berada di dalam diskus, belum menembus ligamentum longitudinalis posterior. 5. Sequestrasi diskus intervertebral: Nukleus pulposus telah menembus annulus fibrosus dan ligamentum longitudinalis posterior, keluar dari diskus ke dalam canalis spinalis.

4

Berdasarkan MRI, klasifikasi HNP dibedakan berdasaran 5 stadium, yaitu:

Nukleus pulposus yang mengalami herniasi ini dapat menekan nervus di dalam medulla spinalis jika menembus dinding diskus (annulus fibrosus), hal ini dapat menyebabkan nyeri, rasa tebal, rasa keram, atau kelemahan. Rasa nyeri dari herniasi ini dapat berupa nyeri mekanik, yang berasal dari diskus dan ligament, inflamasi, nyeri yang berasal dari nucleus pulposus yang ekstrusi menembus annulus dan kontak dengan suplai darah dan nyeri neurogenik yang berasal dari penekanan pada nervus.

5

2.6 Gejala Klinis Manifestasi klinis yang timbul tergantung lokasi lumbal yang terkena. HNP dapat terjadi kesegala arah, tetapi kenyataannya lebih sering hanya pada 2 arah, yang pertama ke arah postero-lateral yang menyebabkan nyeri pinggang, sciatica, dan gejala dan tanda-tanda sesuai dengan radiks dan saraf mana yang terkena. Kedua ke arah postero-sentral menyebabkan nyeri pinggang dan sindroma kauda equina.

Kedua saraf sciatic (N. Ischiadicus) adalah saraf terbesar dan terpanjang pada tubuh. masing-masing hampir sebesar jari. Pada setiap sisi tubuh, saraf sciatic menjalar dari tulang punggung bawah ,di belakang persendian pinggul, turun ke bokong dan dibelakang lutut. Di sana saraf sciatic terbagi dalam beberapa cabang dan terus menuju kaki.Ketika saraf sciatic terjepit, meradang, atau rusak, nyeri sciatica bisa menyebarsepanjang panjang saraf sciatic menuju kaki. Sciatica terjadi sekitar 5% pada orang Ischialgia, yaitu suatu kondisi dimana saraf Ischiadikus yang mempersarafi daerah bokong sampai kaki terjepit. Penyebab terjepitnya saraf ini ada beberapa faktor, yaitu antara lain kontraksi atau radang otot-otot daerah bokong, adanya perkapuran tulang belakang atau adanya Herniasi Nukleus Pulposus (HNP), dan lain sebagainya. Sciatica merupakan nyeri yang terasa sepanjang perjalanan nervus ischiadicus sampai ke tungkai, biasanya mengenai hanya salah satu sisi. Nyeri dirasakan seperti ditusuk jarum, sakit nagging, atau nyeri seperti ditembak. Kekakuan kemungkinan dirasakan pada kaki. Berjalan, berlari, menaiki tangga, dan meluruskan kaki memperburuk nyeri tersebut, yang diringankan dengan menekuk punggung atau duduk. Gejala yang sering ditimbulkan akibat ischialgia adalah nyeri punggung bawah, nyeri daerah bokong, rasa kaku/ tertarik pada punggung bawah. Nyeri yang menjalar atau seperti rasa kesetrum dan dapat disertai baal, yang dirasakan dari bokong menjalar ke daerah paha, betis bahkan sampai kaki, tergantung bagian saraf mana yang terjepit. Rasa nyeri sering 6

ditimbulkan setelah melakukan aktifitas yang berlebihan, terutama banyak membungkukkan badan atau banyak berdiri dan berjalan. Rasa nyeri juga sering diprovokasi karena mengangkat barang yang berat, batuk, bersin akibat bertambahnya tekanan intratekal. Jika dibiarkan maka lama kelamaan akan mengakibatkan kelemahan anggota badan bawah/ tungkai bawah yang disertai dengan mengecilnya otot-otot tungkai bawah dan hilangnya refleks tendon patella (KPR) dan achilles (APR). Bila mengenai konus atau kauda ekuina dapat terjadi gangguan defekasi, miksi dan fungsi seksual. Keadaan ini merupakan kegawatan neurologis yang memerlukan tindakan pembedahan untuk mencegah kerusakan fungsi permanen. Kebiasaan penderita perlu diamati, bila duduk maka lebih nyaman duduk pada sisi yang sehat. 2.7 Faktor Risiko a. Usia Usia merupakan faktor utama terjadinya HNP karena annulus fibrosus lama kelamaan akan hilang elastisitasnya sehingga menjadi kering dan keras, menyebabkan annulus fibrosus mudah berubah bentuk dan ruptur. b. Trauma Terutama trauma yang memberikan stress terhadap columna vertebralis, seperti jatuh. c. Pekerjaan Pekerjaan terutama yang sering mengangkat barang berat dan cara mengangkat barang yang salah, meningkatkan risiko terjadinya HNP d. Gender Pria lebih sering terkena HNP dibandingkan wanita (2:1), hal ini terkait pekerjaan dan aktivitas yang dilakukan pada pria cenderung ke aktifitas fisik yang melibatkan columna vertebralis.

2.8 Diagnosis a. Anamnesa Pada anamnesis dapat ditanyakan hal yang berhubungan dengan nyerinya berupa frekuensi nyeri, dan intervalnya; lokasi nyeri; kualitas dan sifat nyeri; penjalaran nyeri; apa aktivitas yang memprovokasi nyeri; memperberat nyeri; dan meringankan nyeri. Selain nyerinya, tanyakan pula pekerjaan, riwayat trauma, dan riwayat merokok karena merupakan faktor risiko terjadinya HNP. Selain itu penting untuk mencaritahu sifat nyeri di pinggang yang menjalar ke bawah (mulai dari bokong, paha bagian belakang, tungkai 7

bawah bagian atas). Hal ini dikarenakan mengikuti jalannya N. Ischiadicus yang mempersarafi tungkai bagian belakang.  Nyeri mulai dari pantat, menjalar kebagian belakang lutut, kemudian ke tungkai bawah (sifat nyeri radikuler).  Nyeri semakin hebat bila penderita mengejan, batuk, mengangkat barang berat.  Nyeri bertambah bila ditekan antara daerah disebelah L5 – S1 (garis antara dua krista iliaka).  Nyeri Spontan  Sifat nyeri adalah khas, yaitu dari posisi berbaring ke duduk nyeri bertambah hebat, sedangkan bila berbaring nyeri berkurang atau hilang. b. Pemeriksaan Fisik Pada pemeriksaan fisik terlihat gaya jalan yang khas, membungkuk dan miring ke sisi tungkai yang nyeri dengan fleksi di sendi panggul dan lutut, serta kaki yang berjingkat. Motilitas tulang belakang lumbal yang terbatas. Dalam pemeriksaan fisik juga perhatikan daerah yang mengalami spasme dan ketegangan otot, kelemahan otot, atrofi otot, atau perubahan sensasi yang dialami ekstremitas bawah. Perhatikan pula postur dan keadaan umum dan menyuruh pasien untuk fleksi, ekstensi, dan rotasi untuk mengetahui range of motion yang dapat digapai pasien dan untuk mengidentifikasi gerakan yang dapat menimbulkan nyeri. c. Pemeriksaan Neurologi Untuk memastikan bahwa nyeri yang timbul termasuk dalam gangguan saraf. Meliputi pemeriksaan sensoris, motorik, reflex. a. Pemeriksaan sensoris, pada pemeriksaan sensoris ini apakah ada gangguan sensoris, dengan mengetahui dermatom mana yang terkena akan dapat diketahui radiks mana yang terganggu. b. Pemeriksaan motorik, apakah ada tanda paresis, atropi otot. c. Pemeeriksaan reflex, bila ada penurunan atau refleks tendon menghilang, misal APR menurun atau menghilang berarti menunjukkan segmen S1 terganggu d. Tes-tes Khusus 

Faber (patrick) test: Tes untuk mengetahui adanya kelainan di coxae. Pemeriksa meletakkan tungkai bawah yang akan di test dalam posisi fleksi, abduksi, dan external rotasi sehingga kaki pasien berada di atas lutut dari tungkai yang berlawanan. Pemeriksa kemudian menekan tungkai 8

yang dites secara pasif ke arah meja sambil menstabilisasi dengan cara memberikan tekanan pada ileum yang berlawanan dengan tungkai tersebut. Tes ini positif apabila ada nyeri pada punggung atau pada tungkai yang dites, atau tungkai yang dites tetap datar di atas tungkai yang berlawanan. Hal ini dapat mengindikasikan adanya masalah pada coxae. 

Fabir (counter-patrick) test: Tes untuk mengetahui adanya kelainan di articulatio sacroiliaca. Pemeriksa meletakkan tungkai bawah yang akan di test dalam posisi fleksi, abduksi, dan internal rotasi sehingga lutut pasien berada di atas lutut dari tungkai yang berlawanan. Pemeriksa kemudian menekan tungkai yang dites secara pasif ke arah meja sambil menstabilisasi dengan cara memberikan tekanan pada ileum yang berlawanan dengan tungkai tersebut. Tes ini positif apabila ada nyeri pada punggung atau pada tungkai yang dites, atau tungkai yang dites tetap datar di atas tungkai yang berlawanan. Hal ini dapat mengindikasikan adanya masalah pada articulatio sacroiliaca.



Straight Leg Raise (Laseque) Test: Tes untuk mengetaui adanya jebakan nervus ischiadicus. Pasien tidur dalam posisi supinasi dan pemeriksa memfleksikan panggul secara pasif, dengan lutut dari tungkai terekstensi maksimal. Tes ini positif bila timbul rasa nyeri pada saat mengangkat kaki dengan lurus, menandakan ada kompresi dari akar saraf lumbar.

e. Pemeriksaan Penunjang 

Foto Polos X-Ray tidak dapat menggambarkan struktur jaringan lunak secara akurat. Nucleus pulposus tidak dapat ditangkap di X-Ray dan tidak dapat mengkonfirmasikan herniasi diskus maupun jebakan akar saraf. Namun, X-Ray dapat memperlihatkan kelainan pada diskus dengan gambaran penyempitan celah atau perubahan alignment dari vertebra.



Mylogram Pada myelogram dilakukan injeksi kontras bersifat radio-opaque dalam columna spinalis. Kontras masuk dalam columna spinalis sehingga pada X-ray dapat mempertegas batasbatas nervus spinalis. Prosedur ini dapat menimbulkan efek samping sedang hingga berat berupa rasa mual, muntah, dan nyeri kepala, sehingga harus dilakukan d rumah sakit.

9



MRI Merupakan gold standard diagnosis HNP karena dapat melihat struktur columna vertebra dengan jelas dan mengidentifikasi letak herniasi.

MRI dari columna vertebralis nrmal (kiri) dan mengalami herniasi (kanan)



CT-Scan Alternatif dari MRI.



Elektromyografi Untuk melihat konduksi dari nervus, dilakukan untuk mengidentifikasi kerusakan nervus.

2.9 Tatalaksana a. Terapi medikamentosa Pemberian obat alnalgetik dan anti inflamasi non steroid (NSAID) diperlukan untuk jangka waktu pendek disertai dengan penjelasan kemungkinan efek samping dan interaksi obat.Untuk pengobatan simptomatis lainnya, kadang-kadang memerlukan campuran antara obat analgesik, antiinflamasi, OAINS, dan penenang. b. Rehabilitasi medik pada pasien HNP Program Rehabilitasi Medik bagi penderita adalah: 

Terapi Fisik: Diatermi, Elektroterapi, Traksi lumbal, Terapi manipulasi, Exercise.



Terapi Okupasi: Mengajarkan proper body mechanic.



Ortotik Prostetik: Pemberian korset lumbal, alat bantu jalan.



Advise

10

1. Terapi Fisik a. Traksi lumbal Traksi lumbal dilakukan dengan memberikan beban tarikan tertentu, baik secara intermiten maupun kontinyu sepanjang sumbu panjang kolumna vertebralis. Traksi dapat menjamin penderita benar-benar melakukan tirah baring total serta bermanfaat untuk relaksasi otot dan memperbaiki lordosis. Perlu diperhatikan selama traksi tidak boleh ada penambahan lodorse lumbal. Untuk itu kedua sendi paha dan sendi lutut harus dalam keadaan fleksi. Untuk mengurangi lordose ada yang menganjurkan kedua tungkai dinaikkan, dapat dengan bantuan sling (gantungan) atau dengan memberi meja kecil dengan permukaan lunak atau dengan tumpukan bantal. Jika dilakukan dengan benar traksi pelvis dapat menghasilkan efek-efek sebagai berikut: dekompresi pada vertebra, kombinasi ditraksi dan meluncur dari faset sendi, menegangkan struktur ligamentum segmen spinal, melebarkan foramen intervertebralis, meluruskan kurva spinal dan mengulurkan otot-otot spinal. Indikasi traksi pelvis : nyeri punggung bawah oleh karena strain/sprain/spasme otot dan HNP yang perlu perawatan konservatif. Sedangkan kontra-indikasi dari traksi pelvis : infeksi spinal (tbc, osteomielitis), adanya kompresi mielum, osteoporosis, hipertensi maligna dan penyakit jantung koroner, orang tua yang sangat lemah, kehamilan, artritis rematoid. Tipe traksi atau jenis traksi lumbal, yaitu : traksi kontinyu, traksi statik, traksi mekanik terputus-putus, traksi posisional, traksi manual, traksi gravitasional. b. Diatermi Terapi panas diindikasikan untuk efek analgesik, efek anti inflamasi setelah fase akut, dan merupakan terapi fisik sebelum terapi latihan, peregangan atau stimulasi listrik. c. Latihan/ Exercise Direkomendasikan melakukan latihan dengan stres minimal pada punggung seperti jalan kaki, naik sepeda atau berenang. Latihan lain berupa kelenturan dan penguatan. Latihan bertujuan untuk memelihara fleksibilitas fisiologik, kekuatan otot, mobilitas sendi dan jaringan lunak.

11

- Latihan kelenturan

Punggung yang kaku berarti kurang fleksibel akibatnya vertebra lumbosakral tidak sepenuhnya lentur. Keterbatasan ini dapat dirasakan sebagai keluhan “kencang”. Latihan untuk kelenturan punggung adalah dengan membuat posisi meringkuk seperti bayi dari posisi terlentang. Tungkai digunakan sebagai tumpuan tarikan. Untuk menghasilkan posisi knee-chest, panggul diangkat dari lantai sehingga punggung teregang, dilakukan fleksi bertahap punggung bawah bersamaan dengan fleksi leher dan membawa dagu ke dada. Dengan gerakan ini sendi akan mencapai rentang maksimumnya. Latihan ini dilakukan sebanyak 3 kali gerakan, 2 kali sehari. - Latihan penguatan



Latihan pergelangan kaki: Gerakkan pergelangan kaki ke depan dan belakang dari posisi berbaring.



Latihan menggerakkan tumit: Dari posisi berbaring lutut ditekuk dan kembali diluruskan dengan tumit tetap menempel pada lantai (menggeser tumit).



Latihan mengangkat panggul:

Pasien dalam posisi telentang, dengan lutut dan punggung fleksi, kaki bertumpu di lantai. Kemudian punggung ditekankan pada lantai dan panggul diangkat pelan-pelan dari lantai, dibantu dengan tangan yang bertumpu pada lantai. Latihan ini untuk meningkatkan lordosis vertebra lumbal.

12



Latihan berdiri: Berdiri membelakangi dinding dengan jarak 10-20 cm, kemudian punggung menekan dinding dan panggul direnggangkan dari dinding sehingga punggung menekan dinding. Latihan ini untuk memperkuat muskulus kuadriseps.



Latihan peregangan otot hamstring:

Peregangan otot hamstring penting karena otot hamstring yang kencang menyebabkan beban pada vertebra lumbosakral termasuk pada anulus diskus posterior, ligamen dan otot erector spinae. Latihan dilakukan dari posisi duduk, kaki lurus ke depan dan badan dibungkukkan untuk berusaha menyentuh ujung kaki. Latihan ini dapat dilakukan dengan berdiri. 

Latihan berjinjit: Latihan dilakukan dengan berdiri dengan seimbang pada 2 kaki, kemudian berjinjit (mengangkat tumit) dan kembali seperti semula. Gerakan ini dilakukan 10 kali.



Latihan mengangkat kaki: Latihan dilakukan dengan menekuk satu lutut, meluruskan kaki yang lain dan mengangkatnya dalam posisi lurus 10-20 cm dan tahan selama 1-5 detik. Turunkan kaki secara perlahan. Latihan ini diulang 10 kali.

2. Terapi Okupasi Proper body mechanics: Pasien perlu mendapat pengetahuan mengenai sikap tubuh yang baik untuk mencegah terjadinya cedera maupun nyeri. Beberapa prinsip dalam menjaga posisi punggung adalah sebagai berikut: -

Dalam posisi duduk dan berdiri, otot perut ditegangkan, punggung tegak dan lurus. Hal ini akan menjaga kelurusan tulang punggung.

-

Ketika akan turun dari tempat tidur posisi punggung didekatkan ke pinggir tempat tidur. Gunakan tangan dan lengan untuk mengangkat panggul dan berubah ke posisi 13

duduk. Pada saat akan berdiri tumpukan tangan pada paha untuk membantu posisi berdiri. -

Pada posisi tidur gunakan tangan untuk membantu mengangkat dan menggeser posisi panggul.

-

Saat duduk, lengan membantu menyangga badan. Saat akan berdiri badan diangkat dengan bantuan tangan sebagai tumpuan.

-

Saat mengangkat sesuatu dari lantai, posisi lutut ditekuk seperti hendak jongkok, punggung tetap dalam keadaan lurus dengan mengencangkan otot perut. Dengan punggung lurus, beban diangkat dengan cara meluruskan kaki. Beban yang diangkat dengan tangan diletakkan sedekat mungkin dengan dada.

-

Jika hendak berubah posisi, jangan memutar badan. Kepala, punggung dan kaki harus berubah posisi secara bersamaan.

-

Hindari gerakan yang memutar vertebra. Bila perlu, ganti wc jongkok dengan wc duduk sehingga memudahkan gerakan dan tidak membebani punggung saat bangkit. Dengan melakukan latihan setiap hari, atau setidaknya 3-4 kali/minggu secara

teratur maka diperkirakan dalam 6-8 minggu kekuatan akan membaik sebanyak 20-40% dibandingkan saat NPB akut. 3. Ortotik Prostetik - Korset lumbal: Pemakainan korset lumbal tidak mengurangi nyeri pada onset yang akut, tetapi mungkin bermanfaat untuk mengurangi nyeri pada HNP yang kronik.

4. Advise: a) Hindari banyak membungkukkan badan.

-

Hindari sering mengangkat barang-barang berat.

-

Segera

istirahat

jika

telah

merasakan

nyeri

saat

berdiri

atau

berjalan.

Saat duduk lama diusahakan kaki disila bergantian kanan dan kiri atau menggunakan kursi kecil untuk menumpu kedua kaki.

14

-

Saat menyapu atau mengepel lantai pergunakan gagang sapu atau pel yang panjang, sehingga saat menyapu atau mengepel punggung tidak membungkuk.

-

Jika hendak mengambil barang dilantai, usahakan punggung tetap lurus, tapi tekuk kedua lutut untuk menggapai barang tersebut.

-

Lakukan Back Exercise secara rutin, untuk memperkuat otot-otot punggung sehingga mampu menyanggah tulang belakang secara baik dan maksimal.

15

c. Terapi Operatif Terapi operatif pada pasien dilakukan jika: 

Pasien mengalami HNP grade 3 atau 4.



Tidak ada perbaikan lebih baik, masih ada gejala nyeri yang tersisa atau ada gangguan fungsional setelah terapi konservatif diberikan selama 6 sampai 12 minggu.



Terjadinya rekurensi yang sering dari gejala yang dialami pasien menyebabkan keterbatasan fungsional kepada pasien, meskipun terapi konservatif yang diberikan tiap terjadinya rekurensi dapat menurunkan gejala dan memperbaiki fungsi dari pasien.



Terapi yang diberikan kurang terarah dan berjalan dalam waktu lama.

Pilihan terapi operatif yang dapat diberikan adalah: 

Distectomy Pengambilan sebagian diskus intervertabralis.



Percutaneous distectomy Pengambilan sebagian diskus intervertabralis dengan menggunakan jarum secara aspirasi.



Laminotomy/laminectomy/foraminotomy/facetectomy Melakukan dekompresi neuronal dengan mengambil beberapa bagian dari vertebra baik parsial maupun total.



Spinal fusion dan sacroiliac joint fusion: Penggunaan graft pada vertebra sehingga terbentuk koneksi yang rigid diantara vertebra sehingga terjadi stabilitas.

16

DAFTAR PUSTAKA

1. Raj. P.P, M.D., F.I.P.P, A.B.I.P.P. 2008. Intervertebral Disc: Anatomy-PhysiologyPathophysiology-Treatment. 19-21. 2. Shankar H., M.B.B.S., Scarlett A.J. M.D., Abram E. S. M.D. 2009. Anatomy and Pathophysiology of Intervertebral Disc Disease. 67-75. 3. Sidharta, Priguna. Neurologi Klinis Dasar, cetakan ke-14. PT Dian Rakyat. Jakarta. 2009 4. D. Scott Kreiner, MD. 2012. Clinical Guidelines for Diagnosis and Treatment of Lumbar Disc Herniation with Radiculopathy 5. Pierre C. Milette MD, FRCPC. 2000. Classification, Diagnostic Imaging, And Imaging characterization of A Lumbar Herniated Disk. Volume 38, Issue 6. W. B. Saunders Company

17

Related Documents

Referat
May 2020 53
Referat Skizoid.docx
April 2020 17
Referat Carotid.docx
November 2019 20
Referat Faringitis.pptx
December 2019 28
Referat Cont.docx
December 2019 26
Referat Hnp.docx
June 2020 17

More Documents from "Nalda Nalda"

Referat Hnp.docx
June 2020 17
Pneumonia.docx
June 2020 7