Rahma Zahara (10021181722018).docx

  • Uploaded by: Rahma Zahara
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Rahma Zahara (10021181722018).docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,566
  • Pages: 8
NAMA

: RAHMA ZAHARA

NIM

: 10021181722018

MATA KULIAH

: KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3)

PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN (P3K)

1. Definisi Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K) adalah Upaya pertolongan dan perawatan sementara terhadap korban kecelakaan sebelum mendapat pertolongan yang lebih sempurna dari dokter atau paramedik. 2. TUJUAN P3K Tujuan dari P3K adalah : a. Menyelamatkan nyawa atau mencegah kematian 1. Memperhatikan kondisi dan keadaan yang mengancam korban 2. Melaksanakan Resusitasi Jantung dan Paru (RJP) kalau perlu 3. Mencari dan mengatasi pendarahan b. Mencegah cacat yang lebih berat (mencegah kondisi memburuk) 1. Mengadakan diagnose 2. Menangani korban dengan prioritas yang logis 3. Memperhatikan kondisi atau keadaan (penyakit) yang tersembunyi. c. Menunjang penyembuhan 1. Mengurangi rasa sakit dan rasa takut 2. Mencegah infeksi 3. Merencanakan pertolongan medis serta transportasi korban dengan tepat

3. Prinsip-prinsip Pokok P3K (Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan) A. Pelaksanaan P3K, berupa: 

Tindakan yang harus dilakukan segera dan selalu diarahkan untuk penyelamatan hidup, dan



Tindakan yang dapat dilakukan kemudian untuk pencegahan cacat dan menghindari kondisi korban memburuk.

B. Tindakan yang Tak Boleh (Dilarang) dilakukan: 

Tindakan yang akan membahayakan hidup



Tindakan yang memperburuk korban, atau



Tindakan yang dapat menimbulkan cacat di kemudian hari.

C. Rencana Pertolongan harus mempertimbangkan bagaimana 

Mempertahankan hidup korban, (periksa keadaan umum)



Mengurangi penderitaan (perlu diteliti keadaan lokal)



Mencegah pengotoran luka dan penderitaan lebih lanjut



Secepat mungkin mengirim korban kepetugas kesehatan setempat.

D. Urutan tindakan P3K pada umumnya: 

Cari keterangan penyebab kecelakaan



Amankan korban dari tempat berbahaya.



Perhatikan keadaan umum korban.



Lakukan tindakan untuk mengatasi: (1) Gangguan pernafasan, (2) Gangguan Perdarahan (3) Gangguan kesadaran (4) Segera lakukan pertolongan yang lebih sempurna, dengan sarana yang tersedia (5) Apabila korban sadar, langsung beritahukan dan tenangkan korban

4. Teknik-teknik First Aid / P3K (Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan) A. Prioritas dalam P3K 

Urutan tindakan secara umum: -

Cari keterangan penyebab kecelakaan

-

Amankan korban dari tempat berbahaya

-

Perhatikan keadaan umum korban; gangguan pernapasan, pendarahan dan kesadaran.

-

Segera lakukan pertolongan lebih lanjut dengan sarana yang tersedia.

-

Apabila korban sadar, langsung beritahu dan kenalkan. Selain itu ada juga yang dinamakan

prinsip

life

saving,

artinya

kita

melakukan

tindakan

untukmenyelamatkan jiwa korban (gawat darurat) terlebih dahulu, baru kemudian setelah stabil disusultindakan untuk mengatasi masalah kesehatan yang lain. Gawat darurat adalah suatu kondisi dimanakorban dalam keadaan

terancam jiwanya, dan apabila tidak ditolong pada saat itu juga jiwanya tidakbisa terselamatkan.

B. Pembalutan Tujuan dari pembalutan adalah untuk mengurangi resiko kerusakan jaringan yang telah ada sehinggamencegah maut, menguangi rasa sakit, dan mencegah cacat serta infeksi. Kegunaan pembalutan adalah: 

Menutup luka agar tidak terkena cahaya, debu, kotoran, dll.



Melakukan tekanan



Mengurangi atau mencegah pembengkakan



Membatasi pergerakan



Mengikatkan bidai.

Macam-macam pembalutan: a. Pembalutan segitiga atau mitela. Pembalut segitiga dibuat dari kain putih yang tidak berkapur (mori), kelihatan tipis, lemas dan kuat.Bisa dibuat sendiri, dengan cara memotong lurus dari salah satu sudut suatu kain bujur sangkar yangpanjang masing-masing sisinya 90 cm sehingga diperoleh 2 buah pembalut segitiga. b. Pembalut PlesterDigunakan untuk merekatkan kain kassa, balutan penarik (patah tulang, sendi paha/ lutut meradang),fiksasi (tulang iga patah yang tidak menembus kulit), Beuton (alat untuk merekatkan kedua belahpinggir luka agar lekas tertutup). c. Pembalut Pita Gulung. d. Pembalut Cepat.Pembalut ini siap pakai terdiri dari lapisan kassa steril, dan pembalut gulung. Indikasi pembalutan: Menghentikan pendarahan, melindungi bakteri/kuman pada luka, mengurang rasa nyeri. Bentuk dan anggota tubuh yang dibalut: - Bundar, pada kepala -

Bulat panjang tapi lonjong, artinya kecil ke ujung, besar ke pangkal, pada lengan bawah dan betis

-

Bulat panjang hamper sama ujung dengan pangkalnya, pada leher, badan, lengan atas, jari tangan.

-

Tidak karuan bentuknya, pada persendian

C. Pembidaian Bidai adalah alat yang dipakai untuk mempertahankan kedudukan (fiksasi) tulang yang patah.Tujuannya, menghindari gerakan yang berlebihan pada tulang yang patah. Syarat pemasangan bidai: 

Bidai harus melebihi dua persendian yang patah



Bidai harus terbuat dari bahan yang kuat, kaku dan pipih.



Bidai dibungkus agar empuk



Ikatan tidak boleh terlalu kencang karena merusak jaringan tubuh tapi jangan kelonggaran.

Alat-alat bidai: - Papan, bamboo, dahan -

Anggota badan sendiri

-

Karton, majalah, kain

-

Bantal, guling, selimut

D. Pernafasan buatan Sering disebut bantuan hidup dasar (BHD) atau resusitasi jantung paru (RJP) intinya adalah melakukanoksigenasi darurat. Dilakukan pada kecelakaan: a. Tersedak b. Tenggelam c. Sengatan Listrik d. Penderita tak sadar e. Menghirup gas dan atau kurang oksigen f. Serangan jantung usia muda, henti jantung primer tejadi. Fase RJP: A = Airway control (Pengeluasaan jalan napas), B = Breathing support (Ventilasi buatan dan oksigenasi paru darurat) C = Circulation (Pengenalan ada tidaknya denyut nadi).

CPR (Cardiopulmonary resuscitation) atau RJP (Resusitasi Jantung Paru)

1. Definisi Resusitasi jantung paru-paru atau CPR adalah tindakan pertolongan pertama pada orang yang mengalami henti napas karena sebab-sebab tertentu. CPR bertujuan untuk membuka kembali jalan napas yang menyempit atau tertutup sama sekali. 2. Pendekatan 1) Penentuan Tingkat Kesadaran (Respon Korban) Dilakukan dengan menggoyangkan korban.Bila korban menjawab, maka ABC dalam keadaan baik. Dan bila tidak ada respon, maka perlu ditindaki segera. Pada pedoman sebelumnya (tahun 2005) yang dipergunakan adalah ABC : Airway, Breathing dan Chest Compressions, yaitu Membuka jalan napas,Memberi bantuan pernapasan dan Kompresi dada. Pada pedoman yang terbaru (tahun 2010), Kompresi Dada didahulukan dari yang lainnya, baru kemudian Membuka jalan napas dan Memberi bantuan pernapasan. Dengan memulai kompresi dada terlebih dahulu diharapkan akan memompa darah yang masih mengandung oksigen ke otak dan jantung sesegera mungkin,karena beberapa menit setelah terjadinya henti jantung masih terdapat kandungan oksigen di dalam paru – paru dan sirkulasi darah. Kompresi dada dilakukan pada tahap awal selama 30 detik sebelum melakukan pembukaan

jalan

napas

dan

melakukan

pemberian

napas

buatan.

Untuk pada bayi yang baru lahir tetap memakai pedoman ABC, jadi pada bayi yang baru lahir tidak terjadi perubahan. Pedoman CAB hanya berlaku pada bayi, anak dan dewasa. 2) Memanggil bantuan (call for help) Bila petugas hanya seorang diri, jangan memulai RJP sebelum memanggil bantuan. Jika sesuai panduan RJP tahun 2010 Dalam menyelamatkan seseorang yang mengalami henti jantung adalah dengan bertindak dengan segera dan cepat,sehingga tidak perlu dilakukannya lagi suatu penilaian. Segera hubungi ambulan ketika melihat ada korban yang tidak sadarkan diri dan terlihat adanya gangguan pernapasan. Jika dilakukan suatu penilaian bahwa korban masih bernafas atau tidak,itu boleh saja

akan tetapi perlu dipikirkan bahwa dengan melakukan tindakan Look, Listen dan Feel, ini akan menghabiskan waktu yang ada. 3) Posisikan Korban Korban harus dalam keadaan terlentang pada dasar yang keras (lantai, long board).Bila dalam keadaan telungkup, korban dibalikkan. Bila dalam keadaan trauma, pembalikan dilakukan dengan ”Log Roll”. 4) Posisi Penolong Jika korban di lantai, penolong berlutut di sisi kanan korban. 5) Pemeriksaan Sirkulasi -

Pada orang dewasa tidak ada denyut nadi carotis

-

Pada bayi dan anak kecil tidak ada denyut nadi brachialis

-

Tidak ada tanda – tanda sirkulasi

-

Bila ada pulsasi dan korban pernapas, napas buatan dapat dihentikan.Tetapi bila ada pulsasi dan korban tidak bernapas, napas buatan diteruskan.Dan bila tidak ada pulsasi, dilakukan RJP.

3. Teknik-Teknik CPR / Resusitasi Jantung Paru (RJP)  Henti Napas Pernapasan buatan diberikan dengan cara: a. Mouth to Mouth Ventilation Cara langsung sudah tidak dianjurkan karena bahaya infeksi (terutama Hepatitis, HIV) karena itu harus memakai “barrier device” (alat perantara). Dengan cara ini akan dicapai oksigen hanya 18%. 1) Tangan kiri penolong menutup hidung korban dengan cara memijitnya dengan jari telunjuk dan ibu jari, tangan kanan penolong menarik dagu korban keatas. 2) Penolong menarik napas dalam-dalam, kemudian letakkan mulut penolong ke atas

mulut korban sampai menutupi seluruh mulut korban secara pelan-pelan

sambil memperhatikan adanya gerakan dada korban sebagai akibat dari tiupan napas penolong. Gerakan ini menunjukkan bahwa udara yang ditiupkan oleh penolong itu masuk ke dalam paru-paru korban. 3) Setelah itu angkat mulut penolong dan lepaskan jari penolong dari hidung kor ban. Hal ini memberikan kesempatan pada dada korban kembali ke posisi semula.

b. Mouth to Stoma Dapat dilakukan dengan membuat Krikotiroidektomi yang kemudian dihembuskan udara melalui jalan yang telah dibuat melalui prosedur Krikotiroidektomi tadi. c. Mouth to Mask Ventilation Pada cara ini, udara ditiupkan kedalam mulut penderita dengan bantuan face mask. d. Bag Valve Mask Ventilation (Ambu Bag) Dipakai alat yang ada bag dan mask dengan diantaranya ada katup. Untuk mendapatkan penutupan masker yang baik, maka sebaiknya masker dipegang satu petugas sedangkan petugas yang lain memompa. e. Flow restricted Oxygen Powered Ventilation (FROP) Pada ambulans dikenal sebagai “OXY-Viva”. Alat ini secara otomatis akan memberikan oksigen sesuai ukuran aliran (flow) yang diinginkan. Banuan jalan napas dilakukn dengan sebelumnya mengevaluasi jalan napas korban apakah terdapat sumbatan atau tidak. Jika terdapat sumbatan maka hendaknya dibebaskan terlebih dahulu.  Henti Jantung RJP dapat dilakukan oleh satu orang penolong atau dua orang penolong. Lokasi titik tumpu kompresi: 1) 1/3 distal sternum atau 2 jari proksimal Proc. Xiphoideus 2) Jari tengah tangan kanan diletakkan di Proc. Xiphoideus, sedangkan jari telunjuk mengikuti 3) Tempatkan tumit tangan diatas jari telunjuk tersebut 4) Tumit tangan satunya diletakkan diatas tangan yang sudah berada tepat titik pijat jantung 5) Jari-jari tangan dapat dirangkum, namun tidak boleh menyinggung dada korban  Teknik Resusitasi Jantung Paru (Kompresi) 1) Kedua lengan lurus dan tegak lurus pada sternum 2) Tekan kebawah sedalam 4-5 cm -

Tekanan tidak terlalu kuat

-

Tidak menyentak

-

Tidak bergeser / berubah tempat

3) Kompresi ritmik 100 kali/menit (2 pijatan/detik)

4) Fase pijitan dan relaksasi sama (1 : 1) 5) Rasio pijat dan napas 30 : 2 (15 kali kompresi : 2 kali hembusan napas) 6) Setelah empat siklus pijat napas, evaluasi sirkulasi.

Sumber : https://www.academia.edu/29190086/P3K_RJP_dan_Penanganan_Luka?auto=download

Related Documents


More Documents from "RISKI DAMAY"