I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Transportasi merupakan bagian tak terpisah dari sejarah manusia. Bangsa-bangsa terdahulu yang memiliki keunggulan teknologi transportasi menguasai peradaban kuno. Dizaman modern, semakin efisien system transportasi dan logistik nasional, maka semakin besar daya saing ekonomi yang dimiliki negara tersebut. Pengangkutan penumpang dan/atau
barang
diselenggarakan melalui beragam moda transportasi, yaitu moda darat, laut dan udara. Dalam penyelenggaraan sebuah moda transportasi dibutuhkan fasilitas pengelolaan moda transportasi tersebut. Dalam fasilitas tersebut, pengelola dan pengguna diwadahi sesuai dengan aktivitasnya. Pada moda transportasi udara, fasilitas yang dibutuhkan adalah terminal penumpang Bandar udara dalam mewadahi aktivitas pengguna yang berkaitan dengan transportasi udara didalam sebuah Bandar udara dibutuhkan terminal penumpang Bandar udara. Menurut Surat Keputusan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara nomor: SKEP 347-XII-1999 tentang Standar Rancang Bangun dan/atau Rekayasa Fasilitas dan Peralatan Bandar Udara, dinyatakan bahwa bangunan terminal penumpang adalah penghubung utama antara sistem transportasi darat dan sistem transportasi udara yang bertujuan untuk menampung kegiatankegiatan transisi antara akses dari darat ke pesawat udara atau sebaliknya; pemrosesan penumpang datang, berangkat maupun transit dan transfer serta pemindahan penumpang dan bagasi dari dan ke pesawat udara. Sebuah terminal penumpang Bandar udara dibuat sesuai dengan kebutuhan pengguna terminal tersebut. Selain itu, terminal penumpang bandara dapat menjadi sebuah cerminan wilayah dimana terminal tersebut dibangun. Dengan kata lain terminal bandara dibuat bukan sekedar memenuhi
1
kebutuhan
pengguna,
terminal
ini
juga mampu
mencerminkan
dan
memperkenalkan kearifan budaya lokal daerah di Kabupaten Tojo Una-una, Sulawesi Tengah. Terminal penumpang Tanjung Api yang didesain seperti burung Maleo, burung yang banyak ditemukan di Tojo Una-Una itu. Terminal ini memiliki luas 1.000 m2 dan telah dibangun sejak 2014 dan diresmikan pada tahun 2015. Setiap tahun Kebutuhan transportasi udara dari pengunjung yang datang maupun berangkat semakin meningkat. Tahun 2015 jumlah penumpang datang mencapai 766 orang, tahun 2016 mencapai 11.890 orang dan tahun 2017 mencapai 28.092 orang. Berdasarkan data tersebut kebutuhan ruang juga semakin meningkat. Dengan jumlah kebutuhan ruang yang semakin meningkat diperlukan pengembangan fasilitas sesuai dengan jumlah pengguna yang harus diwadahi. Dalam desain pengembangan terminal penumpang Bandar udara, kearifan lokal budaya setempat sebaiknya ditonjolkan, agar pengunjung yang datang dapat mengenal kearifan lokal daerah Bandar udara tersebut dibangun. Pada hakikatnya suatu karya Arsitektur adalah hasil dari usaha manusia untuk menciptakan lingkungan atau tempat untuk ditinggali. Pandangan ilmu Arsitektur dalam persepsi budaya terdapat dua hal pokok yang saling berkaitan yaitu makna dan fungsi dari Arsitektur yang dihasilkan. Berdasarkan hal tersebut, diperlukan sebuah desain bentuk baru serta fasilitas penunjang terminal penumpang Bandar Udara Tanjung Api yang lebih menonjolkan Arsitektur Tradisional Tojo Una-Una. Hal ini bertujuann untuk memperkenalkan kearifan lokal wilayah tersebut.
2
B. Rumusan Masalah Pada sebuah moda transportasi udara dibutuhkan fasilitas berupa terminal penumpang untuk mewadahi kegiatan suatu aktivitas Bandar udara. Berdasarkan data aktivitas penumpang setiap tahunnya meningkat pada Bandar udara tanjung api dibutuhkan pengembangan fasilitas untuk mewadahi aktivitas sesuai dengan jumlah pengguna yang setiap tahunnya bertambah. Terminal penumpang Bandar udara tanjung api di desain menyerupai bentuk burung maleo yang hampir punah di provinsi Sulawesi Tengah sedangkan budaya lokal-pun semakin terlupakan, untuk itu direkomendasikan desain baru yang bertujuan untuk mengangkat kembali budaya lokal daerah tersebut, sehingga warga setempat dan pengunjung yang datang dari berbagai daerah dapat mengenal kearifan lokal Arsitektur pada daerah Kabupaten Tojo-Una-una. Berdasarkan uraian diatas, berikut ini adalah rumusan ide desain menyangkup masalah yang ada : 1. Bagaimana mendesain sebuah fasilitas penunjang kegiatan terminal penumpang Bandar udara sesuai dengan peningkatan jumlah pengunjung ? 2. Bagaimana konsep dan desain bentuk terminal penumpang Bandar udara tanjung api dengan menerapkan kearifan lokal budaya wilayah Tojo unauna ? 3. Bagaimana pengembangan terminal penumpang Bandar udara tanjung api sesuai fungsi, struktur dan estetika ? C. Maksud, Tujuan, dan Sasaran Penelitian 1. Maksud Maksud dari perancangan ini untuk mempertahankan Arsitektur lokal dalam merancang terminal penumpang Bandar udara Tanjung Api.
3
2. Tujuan a. Mendesain terminal penumpang Bandar udara sesuai dengan kebutuhan aktifitas penumpang yang semakin meningkat. b. Mendesain terminal penumpang Bandar udara tanjung api dengan penerapan Arsitektur Tradisional Tojo Una-una. c. Mengembangkan terminal penumpang Bandar udara tanjung api sesuai fungsi, struktur dan estetika. 3. Sasaran a. Menganalisis aktivitas penumpang untuk mengetahui kebutuhan fasilitas ruang terminal penumpang Bandar udara. b. Menganalisis dan menerapkan Arsitektur Tradisional Tojo Una-una serta menyusun konsep desain terminal penumpang Bandar udara. c. Pengembangan Bandar udara yang sesuai fungsi, struktur dan estetika. D. Manfaat Perancangan 1. Akademik Perancangan ini diharapkan dapat memberikan wawasan serta pengetahuan terhadap pembaca tentang perancangan Bandar udara kelas III. 2. Profesi Hasil dari penelitian dan perancangan ini di harapkan dapat memberikan sumbangan bagi pengembangan ilmu teknik. 3. Pemerintah Perancangan dan penelitian ini diharapkan memberi masukan untuk pemerintah Kabupaten Tojo Una-una terhadap pengembangan terminal penumpang Bandar udara tanjung api.
4
4. Masyarakat Hasil dari pengembangan ini diharapkan memberi wawasan kepada masyarakat Tojo Una-una untuk tidak melupakan kearifan lokal Arsitektur tradisional wilayah tersebut yang mulai ditinggalkan. E.
Ruang Lingkup Pembahasan 1. Membahas konsep-konsep perancangan terminal penumpang Bandar udara Tanjung Api 2. Membahas penerapan Arsitektur Tradisional Tojo Una-una dalam perancangan terminal Bandar udara Tanjung Api.
F.
Data Awal 1. Profil Bandar Udara Bandar Udara Tanjung Api adalah salah satu bandara domestik di Indonesia yang berlokasi di Desa Pusungi, Kecamatan Ampana Tete, Kabupaten Tojo Una-Una, Provinsi Sulawesi Tengah. Panjang landasan pacunya mencapai 1,850 meter. Lebar landasan mencapai 30 meter, dengan rencana penambahan lebar sekitar 15 meter. Terminal penumpang yang didesain seperti burung Maleo, burung yang banyak ditemukan di Tojo Una-Una itu, memiliki luas 1.000 m2 dan telah diresmikan sejak 2014 dan mulai beroperasi pada tahun 2015. Tabel 1 : Profil Bandar Udara Tanjung Api Alamat
Pusungi, Ampana Tete, Kabupaten Tojo Una-Una, Sulawesi Tengah 94683
Klasifikasi
Umum, Terminal Bandar Udara Pengumpan
Pengelolah
Angkasa pura
Luas Terminal
1.000 m2
Jadwal Penerbangan
Setiap Hari
5
Ampana-Luwuk Ampana-Palu Layanan Rute
Ampana-Gorontalo Ampana-Makassar Ampana-Manado
Maskapai
Aviastar, Wings Air, Lion Air
Sumber : Pusat Statistik Bandar Udara Tojo Una-Una, Februari 2019
2. Data Aktivitas Data di bawah ini adalah data aktivitas penerbangan dan aktivitas penumpang di Bandar Udara Tanjung Api yang diperoleh dari Statistik Perhubungan Provinsi Sulawesi Tengah tahun 2017. a.
Jumlah Aktivitas Penumpang Tabel 2 : Jumlah Aktivitas Penumpang tahun 2015-2017
Tahun Aktivitas 2015
2016
2017
Datang
766
11.890
28.092
Berangkat
859
11.160
32.388
sumber : Statistik Perhubungan Provinsi Sulawesi Tengah, 2019
b. Jumlah Frekuensi Penerbangan Tabel 3 : Jumlah Frekuensi Penerbangan Tahun 2015-2017
Tahun Aktivitas 2015
2016
2017
Datang
135
620
726
Berangkat
135
620
726
Sumber : Statistik Perhubungan Provinsi Sulawesi Tengah, 2019
6
3. Proyeksi Aktivitas Penumpang Data di atas merupakan acuan penulis dalam memperkirakan jumlah pengguna terminal penumpang Bandar Udara Tanjung Api. Untuk memperkirakan jumlah pengguna, penulis menggunakan rumus proyeksi model geometri. Berikut ini rumus yang digunakan penulis : π
π’ππ’π βΆ ππ‘ = ππ ( 1 + π )π‘ Keterangan : ππ‘ = π½π’πππβ π¦πππ ππππππ¦πππ π ππ = π·ππ‘π π΄π€ππ π = πΏπππ’ ππππ‘π’πππ’βππ % π‘
= ππππ‘π’ (ππβπ’π) Sebelum menghitung jumlah penumpang yang datang dan berangkat
sepuluh tahun yang akan datang, perlu dihitung terlebih dahulu laju pertumbuhan. Berikut rumus yang digunakan untuk menghitung laju pertumbuhan : π = πππ‘ππππ
1 ππ‘ log ( ) β 1 π‘ ππ
a. Proyeksi Aktifitas Penumpang 1) Proyeksi penumpang datang sepuluh tahun ke depan. Laju pertumbuhan penumpang π = πππ‘ππππ
1 ππ‘ log ( ) β 1 π‘ ππ
ππ‘ = 28.092 ππ = 766 π‘ = 2017 β 2015 = 2 π‘πβπ’π
7
π = πππ‘ππππ
1 ππ‘ log ( ) β 1 π‘ ππ
π = πππ‘ππππ
1 28.092 log ( )β1 2 766
π = πππ‘ππππ 0,5 (log 28.092 β log 766) β 1 π = πππ‘ππππ 0,5 (4,44858266 β 2,88422877) β 1 π = 3,16227766 (1,56435389) β 1 π = 4,946921359 β 1 π = 3,946921359 % π = 3,95 %
Laju pertumbuhan pada jumlah penumpang datang sebesar 3,95%. Berikut ini adalah perhitungan penumpang datang sepuluh tahun ke depan : ππ = 28092 π = 3,95 % π‘ = 10 π‘πβπ’π ππ‘ = ππ ( 1 + π )π‘ ππ‘ = 28.092 (1 + 3,95 %)10 ππ‘ = 28.092 (1 + 0,0395)10 ππ‘ = 28.092 (1,0395)10 ππ‘ = 28.092 (1,473143103) ππ‘ = 41.383,53604 πππππ ππ‘ = 41.383 πππππ
8
2) Proyeksi penumpang berangkat sepuluh tahun ke depan Laju pertumbuhan penumpang π = πππ‘ππππ
1 ππ‘ log ( ) β 1 π‘ ππ
ππ‘ = 32.388 ππ = 859 π‘ = 2017 β 2015 = 2 π‘πβπ’π
π = πππ‘ππππ
1 ππ‘ log ( ) β 1 π‘ ππ
π = πππ‘ππππ
1 32.388 log ( )β1 2 859
π = πππ‘ππππ 0,5 (log 32.388 β log 859) β 1 π = πππ‘ππππ 0,5 (4,510384131 β 2,93393164) β 1 π = 3,16227766 (1,576390967) β 1 π = 4,984985938 β 1 π = 3,984985938 % π = 3,98 % Laju pertumbuhan pada jumlah penumpang berangkat sebesar 3,98 %. Berikut ini adalah perhitungan penumpang berangkat sepuluh tahun ke depan : ππ = 32.388 π = 3,98 % π‘ = 10 π‘πβπ’π
9
ππ‘ = ππ ( 1 + π )π‘ ππ‘ = 32.388 (1 + 3,98 %)10 ππ‘ = 32.388 (1 + 0,0398)10 ππ‘ = 32.388 (1,0398)10 ππ‘ = 32.388 (1,477400123) ππ‘ = 47.850 πππππ
4. Kondisi Eksisting a. Kondisi eksisting ruang luar bandar udara tanjung api yang masih belum tertata dan perlu di olah kembali agar penggunaan lahan pada Bandar udara dapat dimaksimalkan. Untuk itu diperlukan rekomendasi desain ruang luar Bandar udara.
gambar 1 : Kondisi Eksisting Terminal Bandara Tanjung Api sumber : Data Lapangan, Februari 2019
b. Terdapat tugu api pada ruang luar Bandar udara menyimbolkan wisata alam tanjung api yang berada di teluk tomini Kabupaten Tojo Una-una, nama Bandar udara Tanjung Api diresmikan oleh pemerintah setempat dan mengadopsi dari nama wisata alam tanjung api.
10
gambar 2 : Tugu Terminal Bandara Tanjung Api sumber : Data Lapangan, Februari 2019
c. Jalur akses masuk terminal Bandar udara Tanjung Api yang perlu ditata kembali untuk jalur pejalan kaki, untuk itu sebaiknya jalur untuk pejalan kaki direkomendasikan agar sirkulasi pengunjung menjadi tertata.
gambar 3 : Jalur Akses Masuk Terminal Bandara Tanjung Api sumber : Data Lapangan, Februari 2019
d. Kondisi eksisting ruang tunggu pada terminal penumpang Bandar udara tanjung api cukup baik untuk mewadahi aktivitas pengunjung.
11
gambar 4 : Ruang Tunggu Terminal Penumpang sumber : Data Lapangan, Februari 2019
e. Ruang
pengambilan
bagasi,
diruangan
ini
penumpang
mengambil bagasi.
gambar 5 : Ruang Pengambilan Bagasi sumber : Data Lapangan, Februari 2019
f. Bentuk terminal penumpang Bandar udara tanjung api mengadopsi bentuk dari burung maleo yang pada zaman dahulu banyak terdapat di wilayah Kabupaten Tojo Una-una.
gambar 6 : Bentuk Terminal Bandar Udara Tanjung Api sumber : Data Lapangan, Februari 2019
12
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Bentuk Dalam Arsitektur Beberapa bentuk dalam Arsitektur : 1) Suatu perwujudan dari organisasi ruang yang merupakan hasil dari suatu proses pemikiran. Proses ini didasarkan atas pertimbangan fungsi dan usaha pernyataan diri / ekspresi (Hugo Haring). 2) Wujud dari penyelesaian akhir dari konstruksi yang pengertiannya sama (Mies van der Rohe). 3) Suatu keseluruhan dari fungsi-fungsi bekerja secara bersamaan yang hasilnya merupakan susunan benda (Benyamin Hendler). 4) Hasil dipenuhi syarat-syarat kokoh, guna, dan indah (Vitruvius). B. Ciri-ciri visual bentuk menurut Ching (1996:50,51) adalah : 1) Wujud yaitu ciri-ciri pokok yang menunjukkan bentuk yang merupakan hasil konfigurasi tertentu dari permukaan-permukaan dan sisi-sisi suatu bentuk. 2) Dimensi yaitu panjang, lebar, dan tinggi. Dimensi-dimensi ini menentukan proporsinya, sedangkan skala ditentukan oleh perbandingan ukuran relatifnya terhadap bentuk-bentuk lain disekelilingnya. 3) Warna yaitu corak, intensitas dan nada pada permukaan suatu bentuk, merupakan atribut yang paling menyolok yang membedakan suatu bentuk terhadap lingkungannya. Warna juga mempengaruhi bobot visual suatu bentuk. 4) Tekstur yaitu karakter permukaan suatu bentuk,tekstur mempengaruhi baik perasaan kita pada waktu menyentuh maupun kualitas pemantulan cahaya menimpa permuka Man bentuk tersebut. 5) Posisi yaitu letak relative suatu bentuk terhadap suatu lingkungan atau medan visual.
13
6) Orientasi yaitu posisi relative suatu bentuk terhadap bidang dasar, arah mata angin, atau terhadap pandangan seseorang yang melihatnya. 7) Inersia visual yaitu derajat konsentrasi dan stabilitas suatu bentuk, inersia suatu bentuk tergantung pada geometrid an orientasi relatifnya terhadap bidang dasar dan garis pandangan kita. Semua ciri-ciri visual bentuk diatas pada
kenyataannya
dipengaruhi
oleh
keadaan
bagaimana
kita
memandangnya seperti perspektif/sudut pandang kita, jarak kita terhadap bentuk tersebut, keadaan pencahayaan, lingkungan visual yang mengelilingi benda tersebut. C. Terminal Penumpang Bandar Udara Menurut Surat Keputusan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara nomor: SKEP 347-XII-1999 tentang Standar Rancang Bangun dan/atau Rekayasa Fasilitas dan Peralatan Bandar Udara, dinyatakan bahwa bangunan terminal penumpang adalah penghubung utama antara sistem transportasi darat dan sistem transportasi udara yang bertujuan untuk menampung kegiatan kegiatan transisi antara akses dari darat ke pesawat udara atau sebaliknya, pemrosesan penumpang datang, berangkat maupun transit dan transfer serta pemindahan penumpang dan bagasi dari dan ke pesawat udara. Suatu terminal bandar udara merupakan sebuah bangunan di bandar udara dimana penumpang berpindah antara transportasi darat dan fasilitas yang membolehkan mereka menaiki dan meninggalkan pesawat. Aktivitas penumpang di dalam terminal yaitu ; membeli tiket, menitipkan bagasinya, dan diperiksa pihak keamanan. Bangunan yang menyediakan akses ke pesawat (melalui gerbang) disebut "concourse". Tetapi, sebutan "terminal" dan "concourse" kadang-kadang digunakan berganti-ganti, tergantung konfigurasi bandara. Bandara kecil memiliki sebuah terminal sementara bandara besar memiliki beberapa terminal dan/atau concourse. Pada sebuah bandara kecil,
14
bangunan terminal tunggal melayani semua fungsi sebuah terminal dan concourse. Beberapa bandara besar memiliki terminal yang terhubung dengan banyak concourse melalui jalan setapak, jembatan layang, atau terowongan bawah tanah seperti Bandar Udara Internasional Denver. Beberapa bandara besar memiliki lebih dari satu terminal, masing-masing dengan satu concourse atau lebih (seperti Bandar Udara La Guardia New York). Bandar udara besar lainnya memiliki terminal ganda dimana masing-masing telah termasuk fungsi sebuah concourse (seperti Bandar Udara Internasional Dallas/Fort Worth). Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa terminal penumpang bandar udara adalah prasarana transportasi di kawasan lapangan terbang di daratan dan/atau perairan dengan batas-batas tertentu yang digunakan sebagai tempat pesawat udara mendarat dan lepas landas, naik turun penumpang, bongkar muat barang dan/atau pos, dan tempat perpindahan intra dan antarmoda transportasi, yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan dan keamanan penerbangan, serta fasilitas pokok dan fasilitas penunjang lainnya sebagai tempat perpindahan antar moda transportasi. D. Komponen Terminal Penumpang Bandar Udara Dalam buku Robert Horonjeff, Perencanaan dan Perancangan Bandar Udara, system terminal penumpang terdiri dari tiga komponen utama, komponen komponen tersebut adalah: 1. Akses masuk (Access Interface): Dimana perpindahan mode penumpang dari akses perjalanan ke komponen pemerosesan penumpang. Kegiatan dalam komponen ini: a. Sirkulasi b. Parkir c. Aktifitas bongkar muat
15
2. Pemrosesan (Processing): Dimana proses penumpang mempersiapkan untuk memulai, mengakhiri, atau melanjutkan perjalanan udara. Aktifitas utama di komponen ini mencakup: a. Tiket b. check-in bagasi c. Pengambilan bagasi d. Penyerahan nomor kursi e. Layanan inspeksi (CIQ) f. Keamanan 3.
Pertemuan dengan pesawat (flight interface): Dimana perpindahan penumpang dari komponen pemrosesan ke pesawat. Aktifitas yang terjadi disini mencakup: a. Pengumpulan penumpang b. Pengangkutan dari dan menuju pesawat c. Bongkar muat bagasi (outbound baggage)
E.
Fungsi Terminal Bandar Udara Bangunan terminal penumpang merupakan salah satu fasilitas pelayanan dalam suatu Bandar udara yang mempunya fungsi antara lain : 1.
Fungsi Operasional Kegiatan pelayanan penumpang dan barang dari dari dan ke moda transportasi dan udara yang termasuk dalam fungsi operasional antara lain : a. Pertukaran Moda Perjalanan udara merupakan perjalanan kelanjutan dari berbagai moda, mencakup akses perjalanan darat dan perjalanan udara. Sehingga dalam rangka pertukaran moda tersebut penumpang melakukan pergerakan di kawasan terminal penumpang.
16
b. Pelayanan Penumpang Yaitu proses pelayanan penumpang pesawat udara antara lain layanan tiket, pendaftaran penumpang dan bagasi, memisahkan bagasi dari penumpang dan kemudian mempertemukannya kembali. Fungsi ini terjadi dalam kawasan terminal penumpang. c. Pertukaran Tipe Pergerakan Yaitu proses perpindahan penumpang dan atau barang/ bagasi dari dan ke pesawat. 2.
Fungsi Komersial Bagian atau ruang tertentu di dalam terminal penumpang yang dapat disewakan, antara lain untuk restoran, toko, ruang pamer, iklan, pos giro, telepon, ban dan asuransi, biro wisata dan lain β lain.
3.
Fungsi Administrasi Bagian atau ruang tertentu di dalam terminal penumpang yang diperuntukkan bagi kegiatan manajemen terminal.
F.
Klasifikasi Terminal Bandar Udara Dalam Undang-undang no.1 tahun 2009 tentang penerbangan menyebutkan 6 jenis bandar udara, yaitu : 1.
Bandar Udara Umum adalah Bandar udara yang digunakan untuk melayani kepentingan umum.
2.
Bandar Udara Khusus adalah Bandar udara yang hanya digunakan untuk melayani kepentingan sendiri untuk menunjang kegiatan usaha pokoknya.
3.
Bandar udara Domestik adalah Bandar udara yang ditetapkan sebagai Bandar udara yang melayani rute penerbangan dalam negeri.
4.
Bandar udara Internasional adalah bandar udara yang ditetapkan sebagai Bandar udara yang melayani rute penerbangan dalam negeri dan rute penerbangan dari dan ke luar negeri.
17
5.
Bandar Udara Pengumpul (hub) adalah Bandar udara yang mempunyai cakupan pelayanan yang luas dari berbagai bandar udara yang melayani penumpang dan/atau kargo dalam jumlah besar dan mempengaruhi perkembangan ekonomi secara nasional atau berbagai provinsi.
6.
Bandar Udara Pengumpan (spoke) adalah bandar udara yang mempunyai cakupan pelayanan dan mempengaruhi perkembangan ekonomi terbatas.
G. Aktivitas Terminal Bandar Udara Terdapat macam-macam kegiatan yang ada pada Terminal Bandar udara. Kegiatan-kegiatan tersebut dapat dibagi menjadi 2 berdasarkan jenisjenis terminal. Aktivitas pada terminal penumpang dibagi menjadi 2 yaitu : 1.
Terminal Penumpang Umum Kegiatan yang terjadi pada terminal penumpang menyangkut kegiatan kegiatan operasional, komersial dan administrasi bagi pelayanan penumpang, baik dengan penerbangan berjadwal maupun tidak berjadwal.
2.
Terminal penumpang khusus Terminal penumpang yang diperuntukan bagi penumpang umum dengan pelayanan khusus dan hanya dimanfaatkan pada waktu-waktu tertentu antara lain : a. Terminal haji yaitu terminal penumpang yang diperuntukan bagi kegiatan pelayanan jemaah haji dan barang bawaannya. Dalam pemrosesan penumpang berangkat, maka pemeriksaan calon haji dan bagasi kabinnya sesuai dengan persyaratan keselamatan operasi penerbangan harus dilakukan pemeriksaan security oleh petugas di asrama atau karantina haji, sedangkan pemeriksaan dokumen dilakukan oleh terminal penumpang.
18
b. Terminal VIP yaitu terminal penumpang yang diperuntukan bagi kegiatan pelayanan tertentu sebagai pejabat tinggi negara dan tamu negara. Pemeriksaan dilakukan seperti pemeriksaan pada penumpang umum. Perencanaan bangunan terminal VIP dapat terpisah atau menyatu dengan bangunan terminal penumpang umum. c. Terminal TKI (Tenaga Kerja Indonesia) yaitu terminal penumpang yang diperuntukan bagi kegiatan pelayanan TKI (Tenaga Kerja Indonesia) dan barang bawaannya. Pemeriksaan dilakukan seperti pemeriksaan pada penumpang umum. Perencanaan bangunan terminal TKI dapat terpisah atau menyatu dengan bangunan terminal penumpang umum. H. Perencanaan Fasilitas Bagi Pengguna Terminal Bandar Udara 1. Lobby check-in Lobby Check-in merupakan area penting dalam sebuah terminal Bandar udara karena merupakan tempat berlangsungnya kegiatan seperti pengecakan tiket dan penyimpanan bagasi menuju pesawat. Agar kegiatan di area check-in ini berjalan lancar, konter check-in yang disediakan harus disesuaikan dengan kapasitas penumpang Bandar udara agar tidak menimbulkan kemacetan bagi para penumpang. Syarat atau ketentuan konter check-in dalam sebuah terminal bandar udara ditentukan oleh beberapa hal antara lain : a. Jumlah maskapai penerbangan b. Lama waktu yang digunakan penumpang untuk sampai ke dalam terminal c. Jumlah jam sibuk enplaning (naik ke pesawat) O & D passenggers d. Lama waktu rata-rata untuk melayani pneumpang dan target menunggu maksimal
19
e. Persentase penumpang yang menggunakan lobi tiket atau check-in counter terhadap lokasi atau fasilitas lain. 2. Area Pemeriksaan Area Pemeriksaan merupakan area dimana terjadi aktivitas pemeriksaan terhadap penumpang maupun barang yang dibawa oleh penumpang guna menjaga keamanan terminal bandara maupun mencegah terjadinya penyelundupan barang-barang seperti narkoba dan sebagainya. Pemeriksaan ini menggunakan alat-alat keamanan khusus, dan biasanya pemeriksaan terjadi dua kali yaitu pada saat sebelum penumpang memasuki area lobi konter check-in dan yang kedua adalah sebelum penumpang memasuki ruang tunggu (holdroom). Berikut ini beberapa jenis alat yang digunakan untuk screening passenger, diantaranya : a. X-ray untuk tas bawaan b. Walk-thru Metal Detector (WTMD) c. Daerah pemeriksaan lebih lanjut bagi yang terindikasi setelah melewati WTMD d. Explosive Traec Detector (ETD) 3. Hall keberangkatan Hall Keberangkatan merupakan area yang ada disepanjang jalan menuju ruang tunggu (Holdroom). Area digunakan para penumpang untuk melakukan kegiatan-kegiatan seperti makan di tenant, membeli souvenir atau bersantai menunggu pesawat. Terdapat fasilitas pada Hall keberangkatan agar penumpang merasa aman dan nyaman berada di area Hall keberangkatan, fasilitas ini diantaranya : a. Area Sirkulasi Penumpang b. Eskalator dan elevator
20
c. Tenant (toko makan, toko buku atau toko souvenir 4. Ruang Tunggu Keberangkatan (Gate Holdroom) Ruang tunggu Keberangkatan merupakan ruangan yang ada di sebuah terminal bandar udara. Ruang tunggu merupakan fasilitas yang ada di terminal bandar udara yang berfungsi sebagai area bagi para penumpang untuk menunggu pesawat. Terdapat beberapa fasilitas yang ada di ruang tunggu untuk menunjang kegiatan para penumpang selama berada di ruang tunggu seperti area duduk bagi penumpang, kamar mandi, kantin, dan tenant. 5. Area Pengambilan Bagasi Area
pengambilan
bagasi
merupakan
area
atau
tempat
pengambilan barang oleh penumpang di area kedatangan penumpang (Arrival). 6. Hall Kedatangan Area Kedatangan merupakan area terakhir yang dilalui para penumpang setelah sampai ke kota tujuan. Area ini juga merupakan area pengecekan barang oleh petugas bandara terhadap bagasi yang telah diambil oleh penumpang di area sebelumnya yaitu area pengambilan bagasi. I.
Dasar-Dasar Perencanaan Terminal Bandar Udara Menurut Standar Nasional Indonesia (SNI) tentang dasar-dasar persyaratan perencanaan bangunan terminal penumpang, dalam menerapkan persyaratan keselamatan operasi penerbangan, bangunan terminal dibagi dalam tiga kelompok ruangan, yaitu : 1. Ruangan Umum Ruangan yang berfungsi untuk menampung kegiatan umum, baik penumpang, pengunjung maupun karyawan (petugas) bandara. Untuk
21
memasuki ruangan ini tidak perlu melalui pemeriksaan keselamatan operasi penerbangan. Perencanaan fasilitas umum ini bergantung pada kebutuhan ruang dan kapasitas penumpang dengan memperhatikan : a.
Fasilitas-fasilitas seperti toilet harus direncanakan berdasarkan kebutuhan minimum.
b. Harus dipertimbangkan fasilitas khusus, misalnya untuk orang cacat c.
Aksesbilitas dan akomodasi bagi setiap fasilitas tersebut direncanakan semaksimal
mungkin
dengan
memudahkan
pencapaian
bagi
penumpang dan pengunjung. d. Ruangan ini dilengkapi dengan ruang konsesi meliputi bank, salon, kafetaria, money changger, P3K, informasi, gift shop, asuransi, kios Koran/majalah, toko obat, nursery, kantor pos, wartel, restoran dan lain-lain. 2. Ruangan Semi Steril Ruangan yang digunakan untuk pelayanan penumpang seperti proses pendaftaran penumpang dan bagasi atau check-in ; proses pengambilan bagasi bagi penumpang datang dan proses penumpang transit atau transfer. Penumpang yang akan memasuki ruangan ini harus melalui pemeriksaan petugas keselamatan operasi penerbangan. Di dalam ruangan ini masih diperbolehkan adanya ruang konsesi. 3. Ruangan Steril Ruangan yang disediakan bagi penumpang yang akan naik ke pesawat udara.
Untuk
memasuki
ruangan
ini
penumpang
harus
melalui
pemerikasaan yang cermat dari petugas keselamatan operasi penerbangan. Di dalam ruangan ini tidak diperbolehkan ada ruang konsesi. Dalam
merancang
bangunan
terminal
penumpang
harus
memperhatikan faktor keamanan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di
22
dalam keselamatan operasi penerbangan. Pengelompokkan ruang di dalam bangunan terminal penumpang ini dijelaskan dalam gambar berikut.
gambar 7 : Tata Ruang Terminal Bandara sumber : Standar Nasional Indonesia (SNI), Februari 2019
J.
Tinjauan Tentang Tata Ruang Dalam Terminal Bandar Udara 1. Studi Tentang Tata Letak Terminal Bandar Udara Tata letak terminal penumpang dipengaruhi berdasarakan besaran luas total area terminal penumpang. Hal ini mempengaruhi penempatan atau peletakkan ruang-ruang. Berikut ini bentuk ruang pada terminal penumpang sesuai dengan besaran luas total area terminal penumpang.
23
a. Tata Letak Terminal Penumpang 120 M2
gambar 8 : Tata Letak Terminal Penumpang 120 m2 sumber : Standar Nasional Indonesia (SNI), Februari 2019
b. Tata Letak Terminal Penumpang 240 M2
gambar 9 : Tata Letak Terminal Penumpang 240 M2 sumber : Standar Nasional Indonesia (SNI), Februari 2019
24
c. Tata Letak Terminal Penumpang 600 M2
gambar 10 : Tata Letak Terminal Penumpang 600 M2 sumber : Standar Nasional Indonesia (SNI), Februari 2019
2. Studi Tentang Sirkulasi Terminal Bandar Udara Sirkulasi sangat berperan penting dalam efisiensi aktivitas dan operasional pada sebuah bandar udara karena sirkulasi merupakan jalan yang mengarahkan alur aktivitas penumpang, pengelola dan barang. Kesalahan dan ketidakjelasan perancangan sirkulasi dalam sebuah terminal bandar udara dapat berakibat fatal karena dapat mengakibatkan terjadinya kepadatan penumpang dan ketidaknyamanan penumpang. Secara umum sirkulasi dalam terminal bandar udara terbagi menjadi 2 bagian yaitu sirkulasi penumpang dan barang. Namun terdapat sirkulasi yang harus diperhatikan terkait sirkulasi pengelola, karyawan dan pengunjung bandar udara.
25
gambar 11 : Skema Sirkulasi Penumpang dan Bagasi sumber : Joseph de Chiara. Februari 2019
a.
Sirkulasi Penumpang Secara umum sirkulasi penumpang dibagi menjadi 3 yaitu sirkulasi penumpang berangkat, sirkulasi penumpang datang dan penumpang kedatangan (transit). 1) Sirkulasi keberangkatan dan kedatangan Sirkulasi pada bangunan terminal penumpang secara garis besar dibedakan menjadi sirkulasi keberangkatan dan sirkulasi kedatangan. Kedua sirkulasi tersebut memiliki alur yang berlawanan sehingga pemisahan keduanya mutlak dilakukan untuk menghindari cross circulation antara penumpang yang akan berangkat dengan penumpang yang datang (Horonjeff dan McKelvey, 2010:423; Kazda dan Caves, 2007:247). Alur sirkulasi
26
keberangkatan dan kedatangan dapat dilihat pada gambar berikut.
gambar 12 : Alur Sirkulasi Pada Terminal Penumpang sumber : Joseph de Chiara. Februari 2019
2) Sirkulasi penumpang kedatangan Penumpang yang datang dan turun dari pesawat mulai dari bagian steril ke bagian semi steril menuju bagian publik, atau ke bagian steril (untuk penumpang transit). Sirkulasi penumpang keberangkatan di bagi menjadi 2 yaitu sirkulasi kedatangan penumpang domestik dan sirkulasi kedatangan penumpang internasional. 3) Sirkulasi penumpang kedatangan (transit) Pesawat Terbang
Menuju Ruang Transit
Ruang Tunggu
Gambar 13 : Skema Sirkulasi Jalur Transit sumber : The Airport Passenger Terminal, Walter Hart. Februari 2019
27
b. Sirkulasi Pengelola Sirkulasi pengelola merupakan sirkulasi yang diperuntukan untuk memudahkan pengelola beraktivitas dan bekerja dalam melayani penumpang bandar udara. Ruang Operasional
Ruang Administrasi
Area Parkir gambar 14 : Skema Sirkulasi Pengelola Terminal sumber : The Airport Passenger Terminal, Walter Hart. Februari 2019
c. Sirkulasi Karyawan Maskapai Penerbangan Ruang Operasional
Ruang Administrasi
Bagasi
Area Parkir
Bagasi
gambar 15 : Skema Jalur Sirkulasi Karyawan Maskapai Penerbangan sumber : The Airport Passenger Terminal, Walter Hart. Februari 2019
d. Sirkulasi Pengunjung atau Pengantar Area Parkir
Cubs Area
Hall
Anjungan gambar 16 : Skema Jalur Sirkulasi Pengunjung atau Pengantar sumber : The Airport Passenger Terminal, Walter Hart. Februari 2019
28
K. Tinjauan Khusus Arsitektur Tradisional Tojo Una-una Arsitektur Tradisional adalah suatu unsur kebudayaan yang tumbuh dan berkembang bersamaan dengan pertumbuhan suatu suku bangsa. Oleh sebab itu rumah dan Arsitektur Tradisional merupakan salah satu identitas dari suatu pendukung kebudayaan. Pada prinsipnya rumah dan arsitektur tradisional terkandung secara terpadu wujud ideal, wujud social dan wujud material suatu kebudayaan. Karena wujud-wujud kebudayaan itu dihayati dan diamalkan, maka lahirlah rasa bangga dan rasa cinta terhadap rumah dan arsitektur tradisional itu sendiri. Proses pergeseran kebudayaan di Indonesia, khususnya di pedesaan menyebabkan bergesernya pula wujud-wujud kebudayaan yang terkandung dalam arsitektur tradisional. Hal ini disebabkan karena perkembangan teknologi dan zaman yang mengakibatkan bergesernya suatu kebudayaan termasuk arsitektur tradisional. Perkembangan kebudayaan arsitektur tradisional diwilayah Sulawesi tengah khususnya diwilayah tojo Una-una juga mengalami pergeseranpergeseran yang diakibatkan oleh adanya pengaruh dari perkembangan teknologi. Kerajaan Tojo dibangun oleh seorang raja yang bernama Pilewiti dari kerajaan Bone Sulawesi Selatan. Kerajaan Tojo biasa juga disebut Bone Caβdi (Bone kecil), sedangkan Bone besar adalah Bone yang ada di Sulawesi Selatan. Nama asli dari pilewiti adalah Andi Ahmad Lacuku, disebut pilewiti karena telapak kakinya menghadap keatas. Raja Pilewiti memiliki latar belakang cerita yang panjang. Pilewiti lahir pada tahun 1677 di Bone Sulawesi Selatan. Dikisahkan bahwa di tahun 17491775 kerajaan Ternate melakukan invansi di Daratan Tojo dan menghancurkan markas suku To Bau di Lipu Kamudo, sehingga terjadi konflik suku-suku etnis
29
Bareβe didaratan tojo untuk memperebutkan kekuasaan. Penduduk Daratan Tojo pada waktu itu, gempar karena kedatangan seorang pemuda tampan yang tidak diketahui asal usulnya, sehingga mereka menjuluki To Lamoa dan mereka memanggilnya dengan nama Talamoa. Dalam bahasa BareβE nya To Lamoa terjemahannya orang dari Langit atau orang yang tidak diketahui asal usulnya. Ternyata Ta Lamoa (Talamoa) turun dari langit untuk menyelesaikan konflik Suku-Suku Etnis BareβE yang ada di Daratan Tojo, tetapi ternyata Ta Lamoa tidak mampu untuk menyelesaikan konflik tersebut, dan kemudian Ta Lamoa yang juga merupakan kepala suku BareβE dari Mawomba mendapatkan firasat untuk mencari orang yang bernama Pileviti di Kerajaan Bone yang ciri-ciri Pileviti tersebut Kedua Telapak Kakinya Menghadap Langit. Sesampainya Di Kerajaan Bone, Ta Lamoa kemudian menghadap Raja Bone La Temmassonge dan menyampaikan maksud kedatangannya Ke Kerajaan Bone untuk mencari orang yang bernama Pileviti yang ternyata Sepupu dari La Temmasonge Raja Bone yang Pileviti tersebut sedang menangkap ikan di Parigi dan karena sudah malam hari, untuk menguji kesaktian Ta Lamoa, Ta Lamoa di hadiahi Raja Bone untuk tidur sekamar dengan tujuh bidadari yang telah ditunjuk oleh Raja Bone. βTempat tidur Ta Lamoa diatas tikar yang terbuat dari pandan hutan dan dilapisi daun pisang mudaβ Tempat tidur Ta Lamoa diatas tikar yang terbuat dari pandan hutan dan dilapisi daun pisang muda. Ketujuh dayang-dayang cantik itu sangat terkejut ketika menyaksikan ternyata Ta Lamoa memiliki kesaktian luar biasa. Ia tidur dengan tubuh melayang sejengkal diatas alas tempat tidur, sehingga daun pisang muda tidak kusut atau robek. Keesokan harinya Raja Bone menanyakan pada pelayan istana yang ditugaskan tidur sekamar dengan Ta Lamoa. Mereka menceritakan bahwa Ta Lamoa pada saat tidur, tubuhnya melayang, sehingga tidak menyentuh daun
30
pisang. Mendengar laporan pelayannya, Raja Bone mulai percaya ternyata Ta Lamoa bukan manusia biasa tapi manusia sakti dan dari golongan bangsawan. Raja Bone sangat mengagumi kehebatan Ta Lamoa, ia meminta kepada Ta Lamoa sebelum kembali ke Daratan Tojo untuk menjemput sepupunya Pileviti ( Pilewiti ) di Pombalowo Parigi guna menjadi Raja di Kerajaan Tojo, Ta Lamoa pun menancapkan sejenis pedang saktinya di depan dan dibelakang halaman istana Raja Bone sebagai tanda mata, Setelah itu dicabut terpancarlah air. Hingga kini mata air itu masih mengalir dan digunakan oleh keturunan Raja Bone. Dan Dihadapan para pembesar dan rakyat kerajaan Bone, Raja Bone La Temmassonge mengumumkan bahwa Pileviti menjadi Raja di Kerajaan Tojo dan menyerahkan 2 biji pohon lontar serta 2 biji kurma untuk ditanam di halaman kerajaan Tojo dan sejak itu Kerajaan Tojo disebut juga Bone Caddi atau Bone Kecil. Sesampainya Ta Lamoa di Parigi, dan menyampaikan ke Raja Parigi yaitu Magau Djanggo, dan ini menurut catatan A.C Kruyt akan keluar secara kronologis, karena Magau DjanggΓ³ memerintah di Parigi pada paruh kedua abad ke-18, ketika O. I. Compagnie memiliki benteng di Parigi. Menurut Lariwu, Magau Djanggo, bagaimanapun, belum pernah mendengar tentang Pileviti, tapi satu, seorang budak mengatakan kepadanya, bahwa seseorang yang seperti ciriciri Pileviti tinggal di Pombalowo.
Ta Lamoa melanjutkan penelitiannya sendiri, dan Meskipun pakaian buruk yang dipakai Pileviti, Ta Lamoa mengenali Pileviti, bagaimanapun, sebagai seseorang yang sangat beruntung. Pileviti dengan keras kepala membantah bahwa dia bukan orang yang dicari Ta Lamoa, karena Pileviti lebih menyukai pengasingannya. Tapi saat sisa rombongan dari Kerajaan Bone datang dan Pileviti diakui sebagai sepupu Raja Bone, dia tidak bisa lagi menyangkal.
31
Saat Magau Djanggo mendengar pria berpakaian buruk itu Sebenarnya Pileviti, Magau Djanggo meminta maaf kepada Pileviti karena sudah membiarkan seorang sepupu raja bone di wilayah kerajaan parigi. Berdasarkan Oral History, bahwa setelah kedatangan pilewiti dan mendamaikan konflik suku etnis di Tojo maka Pilewiti langsung menanam pohon lontar yang dibawa oleh Talamoa dari kerajaan Bone.
Tahun 1770, Andi Ahmad Lacuku (Pilewiti) ditetapkan sebagai raja di kerajaan Tojo. Maka sejak itulah dianggap sebagai awal berdirinya kerajaan Tojo. Pusat kerajaan Tojo berada di Taleboi, istananya berbentuk rumah panggung mengikuti Arsitektur rumah adat yang ada di Sulawesi Selatan dan diberi nama Bone kaβdi atau Bone kecil.
.
.
32
gambar 17 : Rumah Tradisional Tojo Una-Una
Salah satu bentuk rumah tradisional suku Taa wana yang ada di wilayah Tojo Una-una sebagai salah satu sisa-sisa peninggalan masyarakat Tojo Una-una sebelum menganal teknologi rumah modern. Pada umumnya rumah tradisional ini berbentuk panggung, dibawah panggung itu sendiri digunakan sebagai tempat ternak hewan, dan disamping rumah terdapat ruang untuk tempat penyimpanan alat-alat kerja dan semacamnya.
L.
Studi Kasus Bandar udara di wilayah Kabupaten Banyuwangi pada awalnya diinisiasi oleh Bupati Purnomo Sidik menggunakan yang terletak di Afdeling Sidomukti dan Afdeling Muktisari di Kecamatan Glenmore bekas landasan pacu pesawat capung yang digunakan untuk menyemprot pestisida ke hama wereng yang dibangun pada masa Bupati Djoko Supaat Slamet pada dekade 1970-an. Pembangunan selanjutnya dilanjutkan pada masa kepemimpinan Bupati Samsul Hadi. Lahan di Kecamatan Glenmore ini ternyata tidak layak untuk bandar udara karena topografi wilayah yang bergunung-gunung. Kemudian, melalui keputusan menteri (Kepmen) nomor 49 tahun 2003, ditentukan lahan untuk pembangunan bandara berada di wilayah Desa 33
Blimbingsari yang pada saat itu masih menjadi bagian dari Kecamatan Rogojampidengan koordinat geografis 08 18' 42.70" Lintang Selatan dan 114 20' 16.30" Bujur Timur. Pada tahun 2015, Pemerintah mulai membangun terminal baru yang lebih besar. Pembangunan terminal baru ini memanfaatkan dana APBD Provinsi Jawa Timur senilai Rp 22,5 miliar dan APBD Kabupaten Banyuwangi senilai Rp 10,5 miliar. Anggaran ini dipergunakan untuk pembangunan terminal, aksesori, elektrikal, musala dan area parkir. Terminal ini mengusung konsep hijau dan ramah lingkungan. Hal ini ditandai dengan penghawaan udara yang alami, penanaman tanaman di atap terminal, konservasi air dan sunroof untuk pencahayaan alami di siang hari. Selain itu terminal baru ini mengadopsi bentuk rumah adat Suku Osing. Terminal yang didesain oleh Andra Matin ini diresmikan pada 2017.
Tabel 4 : Profil Bandar Udara Blimbingsari, Banyuwangi
Alamat
Bandar Udara Desa Blimbingsari, Kel. Blimbing Sari, Kec. Rogojampi, Kab. Banyuwangi, Jawa Timur, 68462
Klasifikasi
Umum, Terminal Bandar Udara Pengumpan
Pengelolah
Angkasa pura
Luas Terminal
-
Jadwal Penerbangan
Setiap Hari Blimbingsari - Abdurahman Saleh,Malang
Layanan Rute
Blimbingsari - I Gusti Ngurah Rai,Bali Blimbingsari β Noto Hadinegoro,Kab.Jember
34
Blimbingsari β Bali Baru, Kab.Buleleng Blimbingsari β Trunojoyo,Kab.Sumenap Maskapai
Nam Air, Berlin Air, Citylink, Garuda Indonesia
Sumber : Direktorat Jendral Perhubungan Udara, 2019
d. Kondisi Eksisting
gambar 18 : Bandar Udara Banyuwangi sumber : Google, idntimes.com, 2019
gambar 19 : Bandar Udara Banyuwangi sumber : Google, detik.com, 2019
35
gambar 20 : Rumah Adat Suku Osing sumber : Google, Rumah Adat Osing Banyuwangi, 2019
Terminal baru ini mengadopsi bentuk rumah adat Suku Osing. Tujuan dari mengambil bentuk bangunan rumah adat Suku Osing agar pengunjung yang berada di terminal ini dapat mengenal kearifan lokal budaya masyarakat banyuwangi, selain itu juga untuk menunjukan bahwa Indonesia mempunyai beragam suku dan budaya serta ciri khas rumah adat di daerah masing-masing.
III. METODE PENELITIAN A.
Jenis Penelitian Pendekatan penelitian kualitatif sering disebut dengan naturalistic inquiry (inkuiri alamiah). Apapun macam, cara atau corak analisis data kualitatif suatu penelitian, perbuatan awal yang senyatanya dilakukan adalah membaca fenomena. Setiap data kualitatif mempunyai karakteristiuknya sendiri. Data kualitatif berada secara tersirat di dalam sumber datanya. Sumber data kualitatif adalah catatan hasil observasi, transkrip interviu mendalam (depth interview), dan dokumen-dokumen terkait berupa tulisan ataupun gambar. 36
Karakteristik Penelitian Kualitatif : 1. Setting/latar alamiah atau wajar dengan konteks utuh (holistik). 2. Instrumen penelitian berupa manusia (human instrument). 3. Metode pengumpulan data observasi sebagai metode utama. 4. Analisis data secara induktif. 5. Proses lebih berperanan penting daripada hasil. 6. Penelitian dibatasi oleh fokus. 7. Desain penelitian bersifat sementara. 8. Laporan bernada studi kasus. 9. Interpretasi ideografik. B. Gambaran Umum Kabupaten Tojo Una-una Secara astronomis, Kabupaten Tojo Una-Una yang merupakan salah satu kabupaten/kota di Provinsi Sulawesi Tengah terletak antara 0O 06β 56β β 2O 01β 41β LS dan 121O 05β 25β β 123O 06β 17β BT. Berdasarkan posisi geografisnya, Kabupaten Tojo Una-Una memiliki batas bagian utara dengan Provinsi Gorontalo, sedangkan bagian selatan berbatasan dengan Kabupaten Morowali. Sementara itu, pada bagian timur Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Banggai dan bagian barat dengan Kabupaten Poso. Kabupaten Tojo Una-Una adalah Kabupaten yang terdiri dari 12 kecamatan dimana 6 kecamatan berada dalam Pulau Sulawesi sementara 6 kecamatan lainnya berbentuk kepulauan diluar Pulau Sulawesi. Kecamatan yang berada di Pulau Sulawesi yaitu Ampana Kota, Ampana Tete, Ratolindo, Ulubongka, Tojo, Tojo Barat. Sedangkan yang ada dalam kepulauan adalah Una-una, Togean, Batudaka, Walea Kepulauan, Talatako, Walea Besar. C.
Gambaran Umum Kecamatan Ampana Tete
37
Secara astronomis, Kecamatan Ampana Tete terletak pada 1o 15β Lintang Selatan dan 121o 75β Bujur Timur terletak pada jalur jalan Trans Provinsi Sulawesi Tengah jalur Poso β Luwuk antara Kilometer 160 β 197 sepanjang 37 Km. Berdasarkan posisi geografisnya, Kecamatan Ampana Tete memiliki batas bagian Utara Laut Toluk Tomini, sedangkan bagian selatan bebatasan dengan Kabupaten Morowali. Sementara itu pada bagian timur Kecamatan Ampana Tete bebatasan dengan Kabupaten Banggai dan bagian barat dengan Kecamatan Ratolindo. D.
Lokasi Penelitian Pelaksanaan kegiatan penelitian berada di Kecamatan Ampana Tete, Kabupaten Tojo Una-una, Provinsi Sulawesi Tengah. Dimana lokasi tersebut telah ditetapkan oleh pemerintah kab. Tojo Una-una sebagai lokasi Bandar udara tanjung api.
gambar 21 : Peta Lokasi Penelitian sumber : Google Earth. Februari 2019
38
E.
Jenis dan Sumber Data Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. 1. Data primer Data primer merupakan data yang diperoleh langsung melalui observasi lapangan. Data-data yang diperoleh dari observasi antara lain : a.
Data makro yang berupa kondisi eksisting tapak, luas tapak, akses tapak, orientasi tapak, view, orientasi matahari dan angin, vegetasi, sirkulasi, akses tapak, dan kebisingan pada tapak.
b.
Data mikro meliputi kebutuhan dan aktifitas pengguna, sirkulasi dalam bangunan maupun pengunjung Bandar udara. Tabel 5 : Data Primer
Data Yang
Teknik
Dibutuhkan
Pengumpulan Data
Data Makro : Kondisi
Observasi lapangan,
eksisting tapak / site
wawancara
Jenis Data
Data Mikro : Kebutuhan, aktivitas Data Primer
pengguna dan pengunjung
Observasi lapangan, wawancara, analisis sumber data
Data kondisi bangunan terminal penumpang Bandar
Wawancara
udara Sumber : Analisis Penulis, 2019
2. Data sekunder 39
Data sekunder merupakan data pelengkap yang diperboleh berdasarkan data yang dihimpun dari instansi-instansi yang terkait. Kebutuhan data terkait dengan judul yang diangkat, dan referensi-referensi berupa buku, majalah, artikel, internet dan sumber-sumber yang dapat mendukung penelitian. Teknik wawancara dilakukan dengan melakukan wawancara langsung dengan instansi yang terkait untuk memperoleh informasi yang berkaitan dengan objek penelitian dan melengkapi data yang diperlukan. Tabel 6 : Data Sekunder
Jenis Data
Data Yang Dibutuhkan Data Iklim Kabupaten Tojo Una-una
Sumber Data Badan pusat statistik Kabupaten Tojo Una-una Observasi lapangan,
Data Sekunder
Data Arsitektur
wawancara, buku
Tradisional Tojo Una-una
sejarah tojo unauna
Referensi Perencanaan Terminal Penumpang
Studi literatur
Bandar Udara Sumber : Analisis Penulis, 2019
F.
Metode Pengumpulan Data Dalam penelitian ini metode yang digunakan dalam mengumpulkan data adalah : 1. Studi Observasi Merupakan pengamatan langsung di lokasi dan objek penelitian dengan bantuan perekaman gambar. Pengamatan yang dilakukan berupa 40
pengamatan terhadap kondisi eksisting lokasi yang dipilih. Pengamatan ini bertujuan untuk : a) Mengidentifikasi kondisi fisik lokasi b) Mengetahui potensi lingkungan sekitar lokasi yang berpengaruh terhadap bangunan serta dukungan terhadap aktifitas yang terjadi. 2. Studi literature Merupakan bahan tambahan yang berasal dari buku, peraturan-peraturan dan undang-undang, atau tulisan dari media online. G. Teknik Analisis Data Proses analisis yaitu data dan informasi yang telah dikumpulkan di olah dengan memberikan gambaran umum mengenai kondisi lokasi penelitian. Beberapa penyajian pendukung menggunakan gambar/foto atau peta. Hal ini merupakan dasar bagi perancangan bangunan terminal Bandar udara. Setelah mendapat hasil analisis, dilakukan penerapan pada perancangan terminal Bandar udara berdasarkan hasil studi lapangan dan studi pustaka. 1.
Analisis makro, berupa kondisi eksisting tapak yang meliputi batas-batas tapak, luas tapak, vegetasi, orientasi matahari dan angina, sirkulasi dan akses tapak.
2.
Analisis mikro meliputi analisis pelaku, aktifitas dan kebutuhan ruang, besaran ruang, fungsi dan bentuk bangunan, utilitas dan penerapan struktur, serta pemilihan bahan bangunan yang akan digunakan. tabel 7 : Teknik Analisis Data
No 1
Data yang Diambil
Analisis data
Hasil analisis
Data Makro
41
Penentuan batas-batas dan
a. Batas-batas tapak
pengolahan tapak Penentuan penempatan
b. Luas tapak Observasi 3. Kondisi vegetasi
bangunan Jenis vegetasi pada tapak Penentuan penempatan zonasi
4. Orientasi tapak
dalam tapak
5. Orientasi matahari dan
Tata ruang luar
tapak
Mendapatkan potensi view yang
6. View
menarik untuk fasad bangunan Observasi
7. Sirkulasi dan akses site
Penentuan letak pintu utama, jalur pedestrian, parker kendaraan
8. Kebisingan 2
Penentuan penempatan ruang Data Mikro Kebutuhan fasilitas-fasilitas yang
Kebutuhan dan aktifitas
dibutuhkan bagi penumpang dan
pengguna bangunan Studi Bentuk dan penampilan bangunan
literatur
pengunjung Terwujudnya desain terminal penumpang Bandar udara tanjung api dengan penerapan Arsitektur Lokal
Sumber : Analisis Penulis, 2019
42
H. Alur Pikir Penelitian Latar Belakang Sebuah terminal bandara dibuat bukan sekedar memenuhi kebutuhan pengguna, terminal ini juga mampu mencerminkan dan memperkenalkan kearifan budaya lokal daerah di Kabupaten Tojo Una-una, Sulawesi Tengah.
Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep dan desain terminal penumpang Bandar udara tanjung api dengan menerapkan kearifan lokal budaya wilayah Tojo una-una ? 2. Bagaimana pengembangan terminal penumpang Bandar udara tanjung api sesuai fungsi, struktur dan estetika ?
Desain Terminal Penumpang Bandar Udara Tanjung Api
Pengumpulan Data
Tinjauan Pustaka
1) Data Primer 2) Data Sekunder
-Klasifikasi terminal Bandar udara -Sejarah Tojo Una-una
Analisis
-Budaya Tojo Una-una
Kesimpulan
-Bentuk rumah tradisional Tojo Una-una
Konsep -Makro
-Mikro -Struktur Design Dan Maket -Landscape -Bentuk
43
DAFTAR PUSTAKA
Architecture: Form,1pace, & OrderThird EdtllonFrancis D.K. Ching,2008,Erlangga Badan Pusat Statistik (BPS) 2018, Kecamatan Ampana Tete Dalam Angka Badan Pusat Statistik (BPS) 2018, Kabupaten Tojo Una-una Dalam Angka Badan Standar Nasional. (SNI) 03-7064-2004 Tentang Terminal Penumpang Bandar Udara Departemen Perhubungan Direktorat Jendral Perhubungan Udara, Peraturan Direktur Jendral Perhubungan Udara Nomor : SKEP/77/VI/2005,Persyaratan Teknis Pengoperasian Fasilitas Teknik Bandar Udara. Kepmen No.2 Tahun 2010 Tentang Ketahanan Bandar Udara Nasional Pasal 17 Ayat 2 Tentang Fasilitas Pokok Bandar Udara. Perpustakaan Nasional : Sejarah Tojo Una-Una, Yogyakarta, Ombak, 2006 Sakti Adji Adisasmita, 2012, Penerbangan Dan Bandar Udara Surat
Keputusan
Direktur
Jendral
Perhubungan
Udara
NO.SKEP/347/XXI/1999, Tentang βStandar Rancang Bangunan dan Fasilitas Bandar Udaraβ Departemen Perhubungan, Tahun 1999
44
Menurut Salimβs Ninth Collegiate English-Indonesia Dictionary (2000) Walter Hart, The Airport Passenger Time Server For Building Types, Joseph De Chiara
45