Proposal Praktik Kerja Lapangan 4.docx

  • Uploaded by: Fauziah
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Proposal Praktik Kerja Lapangan 4.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 5,008
  • Pages: 29
PROPOSAL PRAKTIK KERJA LAPANGAN

BUDIDAYA BENIH SUMBER VARITAS UNGGUL BARU (VUB) PADI DI BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN (BPTP) YOGYAKARTA

Oleh : Fauziah Br Daulay NPM 1510401020

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS TIDAR 2018

i

PROPOSAL PRAKTIK KERJA LAPANGAN

BUDIDAYA BENIH SUMBER VARITAS UNGGUL BARU (VUB) PADI DI BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN (BPTP) YOGYAKARTA

Oleh : Fauziah Br Daulay NPM 1510401020

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memenuhi Tugas pada Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Tidar

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS TIDAR 2018

ii

PROPOSAL PRAKTIK KERJA LAPANGAN

BUDIDAYA BENIH SUMBER VARITAS UNGGUL BARU (VUB) PADI DI BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN (BPTP) YOGYAKARTA

Oleh : Fauziah Br Daulay NPM 1510401020

Diterima dan disetujui Tanggal: ……………..

Mengetahui Dekan,

Pembimbing,

Ir. Gembong Haryono, M.P. NIP 19571112 198703 1 002

Ir. Murti Astiningrum, M.P. NIDN 0623106001

iii

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN SAMPUL ....................................................................................... i HALAMAN JUDUL .......................................................................................... ii LEMBAR PENGESAHAN ...............................................................................iii DAFTAR ISI ...................................................................................................... iv DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... v BAB 1 PENDAHULUAN .................................................................................. 1 1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1 1.2 Permasalahan ..................................................................................... 2 1.3 Tujuan Praktik Kerja Lapangan ........................................................ 2 1.4 Manfaat Praktik Kerja Lapangan ...................................................... 2 1.5 Ruang Lingkup ................................................................................. 2 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 3 2.1 Padi (Oryza sativa, L.) ..................................................................... 3 2.2 Sistem Budidaya Tanaman Padi. ....................................................... 8 2.2 Benih Varitas Unggul ...................................................................... 17 BAB 3 METODE PRAKTIK KERJA LAPANGAN ....................................... 19 3.1 Tempat Dan Waktu ......................................................................... 19 3.2 Materi Praktik Kerja Lapangan ....................................................... 19 3.3 Metode Praktik Kerja Lapangan...................................................... 19 3.4 Metode Pengumpulan Data ............................................................. 19 3.5 Rencana Pelaksanaan ..................................................................... 20 DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 21 LAMPIRAN-LAMPIRAN................................................................................ 23

iv

DAFTAR GAMBAR

Gambar

Judul

Halaman

1 Sistem Jajar Legowo 2:1 ......................................................................... 13 2 Sistem Jajar Legowo 4:1 tipe 1. .............................................................. 13 3 Sistem Jajar Legowo 4:1 tipe 2. .............................................................. 14

v

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Tanaman padi merupakan tanaman pangan yang berasal dari benua Asia dan Afrika Barat. Tanaman padi dikenal dengan nama latin Oryza sativa, L., berdasarkan penelitian lebih lanjut tanaman ini berasal dari hasil perkawinan silang antara Oryza spontanea dan Oryza officinalis. Tanaman padi merupakan tanaman pangan yang tergolong kedalam keluarga Graminae (Poaceae) yang dimanfaatkan sebagai sumber karbohidrat. Pada saat ini budidaya tanaman padi banyak dilakukan di wilayahwilayah iklim hangat dan curah hujan yang tinggi. Indonesia merupakan salah satu negara yang memproduksi tanaman padi dengan tujuan pemenuhan sumber pangan. Food and Agriculture Organization of the United Nation tahun 2014 menyebutkan Indonesia termasuk kedalam lima produsen beras terbesar dunia dengan jumlah volume produksi 70.600.000 ton beras (Anonim, 2014a). Produksi beras di Indonesia terus mengalami peningkatan hingga tahun 2017. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik tentang produksi padi menurut provinsi, produksi beras pada tahun 2015 sebesar 75.397.767 ton, 2016 sebesar 79.354.767 ton dan pada tahun 2017 produksi padi sebesar 81.382.451 ton (Anonim, 2017b). Dalam memenuhi persediaan cadangan pangan dalam negeri pemerintah Indonesia terus melakukan impor sepanjang Januari- Oktober 2017 sebesar 256,56 ribu ton dengan nilai US$ 119,78 juta. Namun, jumlah tersebut jauh lebih rendah dibanding impor periode (JanuariDesember) 2016 seberat 1,28 juta ton dengan nilai US$ 531,84 juta, hal ini didukung oleh rencana pencapaian pemerintah (Anonim, 2017a). Pemerintah

Indonesia

terus

berusaha

untuk

dapat

mencapai

swasembada beras dan menjadi ekspotir beras dengan melakukan beberapa cara, salah satunya mendorong petani meningkatkan produksi dengan

1

penggunaan teknologi, menyediakan subsidi pupuk dan penggunaan varitas unggul baru (VUB). Penggunaan benih VUB berkonstribusi cukup besar dalam peningkatan produksi tanaman padi nasional. Varitas unggul merupakan salah satu teknologi inovatif yang handal untuk meningkatkan produktivitas padi, dalam peningkatan potensi atau daya hasil tanaman serta toleransi atau ketahanan tanaman terhadap cekaman biotik dan abiotik (Sembiring, 2007). 1.2 Permasalahan Produksi beras di Indonesia mengalami peningkatan hingga tahun 2017 dengan total sebesar 81.382.451 ton, untuk dapat memenuhi kebutuhan cadangan pangan dan mencapai swasembada beras maka perlu dilakukan peningkatan produksi padi dengan menggunakan varitas unggul baru (VUB). 1.3 Tujuan Praktik Kerja Lapangan 1

Sebagai syarat untuk memenuhi kurikulum Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanin Universitas Tidar

2

Mengetahui budidaya benih padi sumber Varitas Unggul Baru (VUB) di Balai Pengkajian Teknologi (BPTP) Yogyakarta.

1.4 Manfaat Praktik Kerja Lapangan 1

Memperoleh informasi dan pengetahuan mengenai budidaya benih padi sumber varitas unggul baru

2

Memahami jenis-jenis benih sumber varitas unggul baru (VUB) padi

3

Memahami permasalahan di lapangan mengenai budidaya benih sumber varitas unggul baru (VUB) padi

1.5 Ruang Lingkup Unit Pengelola Sumber Benih di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Yogyakarta.

2

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Padi (Oryza sativa, L.) Padi merupakan salah satu tanaman pangan yang awalnya berasal dari benua Asia dan Afrika Barat. Padi saat ini merupakan hasil persilangan antara Oryza officinalis dan Oryza spontanea. Dalam perkembangannya tanaman padi yang dapat tumbuh baik di daerah tropis ialah jenis Indica, sedangkan jenis Japonica lebih banyak diusahakan di daerah sub tropis. Tanaman padi (Oryza sativa, L.) merupakan salah satu tanaman pangan yang dikonsumsi oleh sebagian besar penduduk Indonesia. Lahan tanaman padi pada mulanya di tempatkan di lahan yang tinggi dan berterasteras namun pada saat sekarang padi telah banyak diusahakan di daerah dataran rendah (Hasanah, 2007). 1 Taksonomi tanaman padi Sistematika tanaman padi yaitu : Kingdom

: Plantae

Subkingdom : Tracheobionta Super Divisi

: Spermatophyta

Divisi

: Magnoliophyta

Kelas

: Liliopsida

Ordo

: Poales

Famili

: Graminae

Spesies

: Oryza sativa, L. (Herawati, 2012)

2 Morfologi tanaman padi Tanaman padi merupakan tanaman yang berumur pendek, yaitu kurang dari setahun dan berproduksi sekali. Tanaman yang telah tumbuh dan menghasilkan buah padi tidak dapat tumbuh seperti semula lagi. Tanaman padi dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu :

3

a

Bagian vegetatif Akar

tanaman

perkecambahan

benih.

padi

mulai

Akar

yang

tumbuh berasal

melalui dari

benih

proses yang

berkecambah berupa akar pokok. Setelah 5-6 hari akan tumbuh akar serabut (Hasanah, 2007). Padi memiliki batang yang beruas-ruas. Ruas-ruas itu merupakan bubung kosong. Pada kedua bubung kosong itu bubungnya ditutup oleh buku. Rangkaian ruas memiliki panjang yang berbedabeda. Ruas batang bawah pada tanaman padi lebih pendek, sedangkan semakin ke atas ruasnya akan semakin panjang. Batang pada tanaman padi baru akan muncul pada ketiak daun yang mulanya akan tumbuh kuncup dan setelah itu akan berkembang menjadi batang baru (Hasanah, 2007). Pertumbuhan batang padi akan merumpun. Setiap rumpun terdapat satu batang tunggal atau batang utama yang mempunyai 6 mata atau sukma. Sukma 1, 3, dan 5 disebelah kanan, sukma 2, 4, dan 6 di sebelah kiri. Sukma yang timbul dari setiap tunas disebut tunas orde pertama. Tunas tersebut tumbuhnya didahului tunas yang tumbuh dari sukma pertama, kemudian sukma kedua disusul oleh tunas yang tumbuh dari sukma ketiga dan seterusnya sampai tunas terakhir yaitu tunas ke enam pada batang tunggal. Tunas yang tumbuh dari orde pertama disebut tunas orde kedua, biasanya tunas yang timbul dari tunas orde pertama menghasilkan tunas orde kedua yaitu tunas orde pertama yang paling bawah pada batang utama. Pembentukan tunas dari orde ketiga biasanya tidak terjadi karena tidak mempunyai ruang hidup dalam kesesakan di himpit oleh tunas orde pertama dan orde kedua (Herawati, 2012). Anakan tanaman padi akan tumbuh secara merumpun dan tumbuh di dasar batang. Pembentukan anakan terjadi secara tersusun, yaitu anakan pertama, kedua, ketiga, dan seterusnya (Hasanah, 2007).

4

Daun tanaman padi mempunyai ciri khas tersendiri yaitu mempunyai sisik dan daun telinga, dengan demikian tanaman padi dibedakan menjadi tanaman jenis rumput yang lain (Hasanah, 2007). Bagian-bagian daun padi, yaitu: a) helaian daun, terletak pada batang padi serta bentuknya memanjang seperti pita. ukuran panjang dan lebarnya tergantung pada varitas tanaman padi yang ditanam. b) pelepah daun, merupakan bagian daun yang menyelubungi batang dan berfungsi untuk memberi dukungan pada bagian ruas yang jaringannya lunak. c) lidah daun, terletak pada perbatasan antara helai daun dan upih. panjang lidah daun berbeda-beda tergantung pada varitasnya. fungsi lidah daun yaitu mencegah masuknya air hujan diantara batang dan pelepah daun, sehingga mencegah infeksi penyakit sebab media air memudahkan penyebaran patogen (Herawati, 2012). b

Bagian generatif Malai adalah sekumpulan bunga padi dan keluar dari buku yang paling atas. Bulir-bulir padi terletak pada cabang pertama dan kedua serta sumbu utamanya adalah ruas buku yang terakhir pada batang. Panjang malai tergantung pada varitas yang ditanam. Panjang malai dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu malai pendek kurang dari 20 cm, malai sedang 20 - 30 cm dan malai panjang lebih dari 30 cm, jumlah cabang berkisar 15 - 20 buah yang terendah 7 buah cabang dan yang terbanyak mencapai 30 buah cabang (Hasanah, 2007). Buah padi adalah buah telanjang, yaitu mempunyai perhiasan bunga dan mempunyai dua jenis kelamin dengan bakal buah yang diatas, mempunyai benang sari 6 buah, tangkai sarinya pendek dan tipis, tangkai sari besar dan mempunyai dua kandung serbuk. Putik

5

mempunyai dua tangkai putik dengan dua buah kepala putik yang berbentuk malai dan berwarna putih atau ungu (Herawati, 2012). 3 Syarat tumbuh tanaman padi Iklim sangat mempengaruhi pertumbuhan tanaman, termasuk padi. Tanaman padi sangat cocok di daerah yang mempunyai iklim yang berhawa panas dan banyak mengandung uap air. Keadaan iklim ini meliputi curah hujan, temperatur, ketinggian tempat, sinar matahari, angin, dan musim (Hasanah, 2007). Tanaman padi membutuhkan curah hujan yang baik, rata-rata 200 mm/bulan atau lebih dengan distribusi selama 4 bulan. Curah hujan yang dikehendaki pertahun sekitar 1.500 - 2.000 mm. Tanaman padi dapat tumbuh baik pada suhu 23 ºC ke atas. Pengaruh suhu di Indonesia tidak terasa, sebab suhunya hampir konstan sepanjang tahun. Ketinggian tempat yang cocok untuk tanaman padi adalah daerah antara 0-650 m di atas permukaan laut. Tanaman padi memerlukan penyinaran matahari penuh tanpa naungan. Sinar matahari diperlukan untuk berlangsungnya fotosintesis, terutama pada saat tanaman berbunga sampai proses pemasakan buah. Selain itu, angin juga berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman padi yaitu dalam penyerbukan dan pembuahan. Angin mempunyai pengaruh positif dan negatif terhadap tanaman padi (Herawati, 2012). 4 Fase pertumbuhan padi Fase pertumbuhan tanaman padi diklasifikasikan sebagai berikut : a Vegetatif (awal pertumbuhan sampai pembentukan malai) b Reproduktif (pembentukan malai sampai pembungaan) c Pematangan (pembungaan sampai gabah matang). Fase vegetatif meliputi

pertumbuhan tanaman dari mulai

berkecambah sampai dengan inisiasi primordia malai, fase reproduktif dimulai dari inisiasi primordia malai sampai berbunga (heading) dan pemasakan dimulai dari berbunga sampai masak panen, sehingga varitas berumur 120 hari yang ditanam di daerah tropik akan mengalami fase

6

vegetatif selama 60 hari, fase reproduktif 30 hari, dan fase pemasakan 30 hari. Stadia reproduktif ditandai dengan memanjangnya ruas teratas pada batang, yang sebelumnya tertumpuk rapat dekat permukaan tanah. Di samping itu, stadia reproduktif juga ditandai dengan berkurangnya jumlah anakan, munculnya daun bendera, bunting dan pembungaan (heading). Inisiasi primordia malai biasanya dimulai 30 hari sebelum heading. Stadia inisiasi ini hampir bersamaan dengan memanjangnya ruas-ruas yang terus berlanjut sampai berbunga. Stadia reproduktif disebut juga stadia pemanjangan ruas-ruas. Pembungaan (heading) adalah stadia keluarnya malai, sedangkan antesis segera mulai setelah heading. Maka, heading diartikan sama dengan antesis ditinjau dari segi hari kalender. Dalam suatu komunitas tanaman, fase pembungaan memerlukan waktu selama 10-14 hari, karena terdapat perbedaan laju perkembangan antar tanaman maupun antar anakan. Apabila 50% bunga telah keluar maka pertanaman tersebut dianggap dalam fase pembungaan (Arafah, 2009). Menurut Arafah (2009), fase atau stadia pematangan pada tanaman padi terbagi menjadi empat, yaitu : a

Stadia masak susu, ditandai dengan tanaman padi masih berwarna hijau, tetapi malai-malainya sudah terkulai, ruas batang bawah kelihatan kuning, gabah bila dipijit dengan kuku keluar cairan seperti susu.

b

Stadia masak kuning ditandai dengan hampir seluruh tanaman tampak kuning, hanya buku-buku sebelah atas yang masih hijau, isi gabah sudah keras, tetapi mudah pecah dengan kuku.

c

Stadia masak penuh ditandai dengan buku-buku sebelah atas berwarna kuning, sedang batang-batang mulai kering, isi gabah sukar dipecahkan, pada varitas-varitas yang mudah rontok, stadia ini belum terjadi kerontokan.

7

d

Stadia masak mati ditandai dengan isi gabah keras dan kering, varitas yang mudah rontok pada stadia ini sudah mulai rontok. Stadia masak mati terjadi setelah ± 6 hari setelah masak penuh.

5 Manfaat dan kandungan padi (beras) Masyarakat Indonesia mengkonsumsi beras sebagai sumber energi dengan kandungan karbohidrat yang tinggi. Berdasarkan data Direktorat Gizi Departemen Kesehatan RI dalam 100 gram bahan beras mengandung 78,9 gram karbohidrat dengan kandungan energi sebesar 360 kkal. Beras (nasi) juga mengandung beberapa komponen lain seperti zat besi, protein, vitamin, kalsium, forfor, serta mengandung lemak sebesar 0,7 gram. Tabel 1. Komposisi Gizi dalam 100 gram bahan Beras Komponen Kandungan Energi (Kal) 360 Protein (g) 6,8 Lemak (g) 0,7 Karbohidrat (g) 78,9 Kalsium (mg) 6 Fosfor (mg) 140 Besi (mg) 0,8 Vitamin A (SI) 0 Vitamin B1 (mg) 0,12 Vitamin C (mg) 0 Air (g) 13 Sumber : Direktorat Gizi Departemen Kesehatan RI 2.2 Sistem Budidaya Tanaman Padi Budidaya tanaman padi di Indonesia dapat dilakukan dengan beberapa sistem tanam, yaitu : 1 Budidaya secara konvensional Kegiatan pembudidayaan tanaman padi dimulai dari persemaian, persiapan dan pengolahan lahan sawah, penanaman, pemeliharaan, panen dan pasca panen. a Persemaian Kegiatan persemaian diawali dengan merendam benih padi selama 12 jam, selanjutnya benih padi ditiriskan dan diletakan pada goni yang berpori, benih disimpan selama 1 - 2 hari. Selanjutya benih

8

yang telah berkecambah disemai pada lahan yang telah diolah sempurna, bersih dari rumput, belukar, sisa-sisa tanaman, kayu, batu, atau lainnya dan telah diberi pupuk. Takaran pupuk untuk setiap meter persegi persemaian: 10 gram urea + 10 gram TSP (atau) 14 gram SP 36) + 10 gram KCl (Ihsan, 2018). b Pengolahan Tanah Pengolahan tanah dapat dilakukan dengan traktor atau ternak, menggunakan bajak singkal dengan kedalaman olah > 20cm. Tunggul jerami, gulma, dan bahan organik yang telah dikomposkan dibenamkan ke dalam tanah, bersamaan dengan pengolahan tanah pertama. Pembajakan

biasanya

dilakukan

dua

kali

lalu

diikuti

penggaruan/penggelebekan untuk perataan lahan dan pelumpuran (Ihsan, 2018). c Penanaman Budidaya tanaman padi perlu memperhatikan umur bibit semai. Umur bibit semai padi dapat mempengaruhi banyak tidaknya anakan setelah padi ditanam. Semakin tua umur bibit semai maka semakin sedikit jumlah anakan yang produktif, namun dalam tinggi tanaman padi tidak begitu berpengaruh. Semakin lama umur bibit semai maka hasil padi tersebut akan menurun. Umur bibit yang baik untuk tanaman padi sawah adalah 15 - 20 hari setelah semai, pada umur bibit ini mampu memberikan hasil padi yang paling tinggi dibandingkan dengan umur bibit padi yang berumur 25 hari setelah semai (Atman, 2009). d Pemeliharaan Dalam pemeliharaan tanaman padi ada beberapa hal yang harus dilakukan diantaranya : penyulaman dan penyiangan, pengairan, pemupukan, serta pengendalian hama dan penyakit. Penyiangan dapat dilakukan dua kali yaitu pada umur 3 minggu setelah tanam dan penyiangan kedua umur 6 minggu setelah tanam, dilakukan dengan beberapa cara yaitu, dicabut dengan tangan, kemudian dipendam di

9

dalam tanah, menggunakan alat siang (gasrok) dan menggunakan herbisida. Pemupukan tanaman, takaran pupuk untuk setiap lokasi berbeda, tergantung pada keadaan lahannya. Pemberian pupuk diberikan secara merata pada seluruh bagian tanaman terutama daunnya, dengan jarak waktu setiap 15 HST, 30 HST, 45HST, 65HST, 75 HST. e Panen tanaman padi Panen dilakukan jika sebagian besar gabah (90%) sudah berwarna kuning dan malainya menunduk. Alat yang digunakan untuk panen adalah sabit bergerigi atau ketam. Setelah dipanen padi harus segera dirontokan (paling lambat 1 hari) dan saat merontok menggunakan alas (tikar atau terpal). Kehilangan hasil pada saat panen dapat dihindari dengan panen tepat waktu (Ihsan, 2018). 2 System of Rice Intensification (SRI) System of Rice Intensification (SRI) adalah salah satu inovasi metode budidaya padi dengan konsep dasar : a

pindah tanam satu bibit per lubang, pada usia sangat muda (7 - 14 hari setelah semai) dengan jarak tanam longgar (30 cm x 30 cm),

b

pemberian air irigasi terputus-putus tanpa penggenangan di petak sawah (Anonim, 2008).

Keunggulan Metode SRI : a

Tanaman hemat air, selama pertumbuhan dari mulai tanam sampai panen pemberian air maksimum 2 cm paling baik macak-macak sekitar 5 mm dan ada periode pengeringan sampai tanah retak (irigasi terputus).

b

Hemat biaya, hanya butuh benih 5 kg/ha, tidak butuh biaya pencabutan bibit, tidak butuh biaya pindah bibit, tenaga tanam berkurang, dan lain-lain.

c

Hemat waktu ditanam bibit muda 5 - 12 hari setelah semai, dan waktu panen akan lebih awal.

d

Produksi meningkat di beberapa tempat meneapai 11 ton/ha.

10

e

Ramah lingkungan, tidak menggunaan bahan kimia dan digantikan dengan mempergunakan pupuk organik (kompos, kandang dan Mikrooragisme Lokal), begitu juga penggunaan pestisida.

Teknis budidaya sistem SRI a Pengolahan tanah dan pembuatan parit Pengolahan lahan untuk media tumbuh pada metode SRI dilakukan seperti pengolahan lahan pada metode konvensional. Pada petak SRI perlu dibuat parit keliling dan melintang petak untuk membuang kelebihan air. b Persemaian benih Benih direndam dengan menggunakan air biasa selama 24 sampai 48 jam, Benih yang telah direndam kemudian diangkat dan dimasukkan ke dalam karung yang berpori-pori dan kemudian disimpan di tempat yang lembab. Persemaian dengan metode SRI, dilakukan dengan mempergunakan nare atau tampah atau besek atau juga di hamparan

sawah,

hal

ini

dimaksudkan

untuk

mempermudah

penanaman. c Penanaman Pada metode SRI bibit yang ditanam berusia kurang dari 12 hari setelah semai. Bibit padi ditanam tunggal atau satu bibit perlubang , penanaman harus dangkal dengan kedalaman 1 - 1,5 cm serta perakaran saat penanaman seperti huruf l dengan kondisi tanah sawah saat menanaman tidak tergenang air. d Pemupukan Pemberian pupuk pada SRI diarahkan kepada perbaikan kesehatan tanah dan penambahan unsur hara yang berkurang setelah dilakukan pemanenan. Kebutuhan pupuk organik pertama setelah menggunakan sistem konvensional adalah 10 ton per hektar dan dapat diberikan sampai 2 musim taman. Setelah kelihatan kondisi tanah membaik maka pupuk organik bisa berkurang disesuaikan dengan

11

kebutuhan. Pemberian pupuk organik dilakukan pada tahap pengolahan tanah kedua agar pupuk bisa menyatu dengan tanah. e Pemeliharaan Sistem tanam metode SRI tidak membutuhkan genangan air yang terus menerus, cukup dengan kondisi tanah yang basah. Pada umur 10 hari dilakukan penyiangan. Setelah dilakukan penyiangan tanaman tidak digenangi. Pada saat tanaman berbunga, tanaman digenang dan setelah padi matang susu tanaman tidak digenangi kembali sampai panen. Pengendalian hama dan penyakit pada SRI tidak menggunakan bahan kimia, tetapi dilakukan pencengahan dan apabila terjadi gangguan hama/penyakit digunakan pestisida nabati dan atau digunakan pengendalian secara fisik dan mekanik. f Panen Panen

dilakukan

setelah

tanaman

tua

ditandai

dengan

menguningnya bulir secara merata. Bulir padi juga tidak akan berair apabila dicoba untuk digigit. Panen dengan metode SRI biasanya lebih awal dibandingkan dengan metode biasa, dihitung dari mulai persemaian (Anonim, 2008). 3 Sistem budidaya jajar legowo Sistem budidaya jajar legowo merupakan salah satu komponen Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) yang bertujuan untuk meningkatkan produksi padi dengan pengaturan jarak tanam dengan jajar legowo. Sistem tanam jajar legowo di lahan sawah bisa dilakukan dengan berbagai tipe, yaitu legowo 2:1, 3:1, 4:1. 5:1, 6:1 dan lain-lain. Namun hasil berbagai penelitian menunjukan legowo 4:1 dan 2:1 memberikan hasil gabah yang tinggi dan kualitas gabah yang baik.

12

a

Legowo 2:1 Sistem tanam legowo 2:1 akan menghasilkan jumlah populasi tanaman per hektar sebanyak 213.300 rumpun.

Gambar 1. Sistem tanam jajar legowo 2:1 b

Legowo 4:1 tipe 1 Sistem tanam legowo 4:1 tipe 1, pada pola ini keseluruhan baris mendapat tanaman sisipan. Pola ini cocok diterapkan pada kondisi lahan yang kurang subur. Dengan pola ini, populasi tanaman mencapai 256.000 rumpun/ha.

Gambar 2. Sistem tanam jajar legowo 4:1 tipe 1 c

Legowo 4:1 tipe 2 Sistem tanam legowo 4:1 tipe 2 pada tipe ini hanya memberikan tambahan tanaman sisipan pada kedua barisan tanaman pinggir. Populasi tanaman 192.712 rumpun/ha.

13

Gambar 3. Sistem tanam jajar legowo 4:1 tipe 2 Keuntungan tanam Jajar Legowo a Semua bagian tanaman berada pada bagian pinggir sehingga sinar matahari lebih banyak menyinari tanaman. b Tanaman relatif aman dari gangguan tikus dan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) lainnya, karena lebih terbuka. c Menekan serangan penyakit karena rendahnya kelembaban. d Populasi tanaman bertambah 30%. e Pemupukan lebih efisien. f Pengendalian hama penyakit dan gulma lebih mudah dilakukan (Anonim, 2017d). 4 Sistem budidaya jajar legowo super Teknologi Jajar Legowo Super adalah teknologi budidaya terpadu padi sawah irigasi berbasis tanam jajar legowo 2 : 1. Penerapan penting dalam jarwo super yaitu : penggunaan varitas unggul, biodekomposer, pupuk hayati, pengendalian OPT menggunakan pestisida nabati dan pestisida anorganik berdasarkan ambang kendali, serta penggunaan alat dan mesin pertanian, khususnya untuk tanam (jarwo transplanter) dan panen (combine harvester) (Anonim, 2016). Teknis budidaya Teknis budidaya jajar legowo super yaitu : a Persemaian Persemaian dianjurkan menggunakan sistem dapog karena bibit ditanam menggunakan alat tanam transplanter. Persemaian dengan 14

sistem dapog dilakukan seperti persemaian pada umumnya, kemudian benih disebar pada media dalam kotak dapog berukuran 18 cm x 56 cm dengan jumlah benih sekitar 100 - 125 gram/kotak. b Penyiapan lahan Kegiatan utama dari penyiapan lahan adalah pelumpuran tanah hingga kedalaman lumpur minimal 25 cm, pembersihan lahan dari gulma, pengaturan pengairan, perbaikan struktur tanah, dan peningkatan ketersediaan hara bagi tanaman. Pada tanah yang sudah terolah dengan baik, penanaman bibit lebih mudah dan pertumbuhannya menjadi optimal. c Aplikasi pupuk organik Sumber pupuk organik terdiri dari jerami segar dan pupuk kandang. Pemberian pupuk kandang yang sudah matang dengan takaran 1 – 2 ton/ha dilakukan sebelum pengolahan tanah pertama atau bersamaan dengan pengolahan tanah kedua. d Aplikasi biodekomposer Biodekomposer adalah komponen teknologi perombak bahan organik, diaplikasikan 2 - 4 kg/ha untuk mendekomposisi 2 - 4 ton jerami segar yang dicampur secara merata dengan 400 liter air bersih, dan disiramkan merata, pada saat aplikasi ini tanah dibiarkan dalam kondisi lembab dan tidak tergenang minimal 7 hari. Biodekomposer MDec mampu mempercepat pengomposan jerami secara insitu dari 2 bulan menjadi 3 - 4 minggu. e Tanam Penanaman dapat menggunakan mesin tanam jarwo transplanter atau secara manual. Kondisi air pada saat tanam macak-macak. Penanaman secara manual dilakukan dengan bantuan caplak. Pada saat bibit berumur 14 - 17 hari setelah semai (HSS), atau tanaman sudah tumbuh dengan tinggi 10 - 15 cm dan memiliki 2 - 3 helai daun, bibit dari persemaian dapog ditanam ke sawah.

15

Apabila terjadi kehilangan rumpun tanaman akibat serangan OPT maupun faktor lain, maka dilakukan penyulaman untuk mempertahankan populasi. Penyulaman harus selesai 2 minggu setelah tanam (MST), atau sebelum pemupukan dasar. f Pemeliharaan Dalam pemeliharaan tanaman padi ada beberapa hal yang harus dilakukan diantaranya : penyulaman dan penyiangan, pengairan, pemupukan, serta pengendalian hama dan penyakit. g Pemupukan Pupuk Phonska diaplikasikan 100% pada saat tanam dan pupuk urea masing-masing 1/3 pada umur 7 - 10 HST, 1/3 bagian pada umur 25 - 30 HST, dan 1/3 bagian pada umur 40 - 45 HST. Pemupukan dilakukan tiga kali yaitu 1/3 pada umur 7 - 10 HST, 1/3 bagian pada umur 25 - 30 HST, dan 1/3 bagian pada umur 40 - 45 HST. Selain dengan pupuk kimia juga dapat diaplikasikan pupuk kandang yang telah matang sempurna dengan dosis 2 t/ha. h Pengendalian hama dan penyakit terpadu Pengendalian hama dan penyakit diutamakan dengan tanam serempak, penggunaan varitas tahan, pengendalian hayati, biopestisida, fisik dan mekanis, feromon, dan mempertahankan populasi musuh alami. Penggunaan insektisida kimia selektif adalah cara terakhir jika komponen pengendalian lain tidak mampu mengendalikan hama penyakit. i Panen Panen dilakukan pada saat tanaman matang fisiologis yang dapat diamati secara visual pada hamparan sawah, yaitu 90 - 95% bulir telah menguning atau kadar air gabah berkisar 22 - 27%. Padi yang dipanen pada kondisi tersebut menghasilkan gabah berkualitas baik dan rendemen giling yang tinggi.

16

2.3 Benih Varitas Unggul Varitas unggul merupakan salah satu komponen utama teknologi yang mampu meningkatkan produktivitas padi. Pemerintah telah melepas beberapa varitas unggul padi, sehingga petani dapat memilih varitas yang sesuai dengan teknik budidaya dan kondisi lingkungan setempat. Ketersediaan berbagai alternatif pilihan varitas unggul pada suatu wilayah akan berdampak terhadap stabilitas produksi sebagai representasi dari keunggulan adaptasi dan ketahanan terhadap cekaman biotik dan abiotik di wilayah tersebut. Benih bermutu adalah benih dengan tingkat kemurnian dan vigor yang tinggi. Benih varitas unggul berperan tidak hanya sebagai pengantar teknologi tetapi juga menentukan potensi hasil yang bisa dicapai, kualitas gabah yang akan dihasilkan, dan efisiensi produksi. Penggunaan benih bersertifikat atau benih dengan vigor tinggi menghasilkan bibit yang sehat dengan perakaran lebih banyak, sehingga pertumbuhan tanaman lebih cepat dan merata (Anonim, 2016). Varitas unggul baru merupakan salah satu teknologi inovatif yang handal untuk meningkatkan produktivitas padi, baik melalui peningkatan potensi atau daya hasil tanaman serta ketahanan tanaman terhadap cekaman biotik dan abiotik (Sembiring, 2007). Penelitian dan pengembangan varitas unggul baru dimulai sejak tahun 1943 hingga saat ini. Sampai tahun 2017 telah dilepas dan terus dikembangkan sebanyak 87 varitas unggul baru (Anonim, 2017c) Berdasarkan dinamika masalah dan kendala produksi serta tuntuan konsumen, varitas-varitas unggul tersebut dikelompokkan menjadi dua, yaitu varitas yang diperuntukan untuk peningkatan produktivitas yang melebihi ambang potensi hasil (Varitas Unggul Hibrida dan Varitas Unggul Tipe Baru) dan varitas unggul spesifik (VUS) yang diperuntukkan bagi pencapaian stabilitas hasil (tahan/toleran cekaman biotik atau abiotik), dan peningkatan kualitas hasil (mutu rasa dan mutu gizi) serta berumur genjah (Sembiring, 2007).

17

Penggunaan benih varitas unggul berkontribusi cukup besar dalam peningkatan produksi tanaman padi nasional. Dalam mendukung peningkatan dan persebaran benih VUB, budidaya padi terus dikembangkan yang nantinya sebagai benih sumber varitas unggul baru. Benih sumber menempati posisi strategis dalam industri perbenihan nasional. Perbenihan formal telah menghasilkan benih padi bersertifikat sudah dapat memasok sekitar 62% dari kebutuhan benih total. Fungsi benih sebagai pembawa inovasi teknologi (delivery mechanism), maka benih sampai ke tangan petani harus bermutu dalam arti varitasnya asli (authentic, true-to-variety) dan murni agar mencerminkan sifat unggul dari varitas yang diwakilinya, bersih dan sehat, hidup (viable) serta memiliki vigor yang tinggi sehingga dapat tumbuh baik di lapangan. Prosedur produksi benih sumber pada Unit Pengelola Benih Sumber untuk mendukung program P2BN (perbenihan nasional dan percepatan diseminasi) bekerja sama dengan petani produsen benih. Pengawasan mutu benih melalui sertifikasi oleh Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih (BPSB). Kegiatan produksi dilakukan melalui dua pendekatan yaitu: 1

Produksi benih sumber untuk mendukung diseminasi VUB sebanyak 5 varitas (Inpari 23 Bantul, Inpari 24 Gabusan, Inpogo 8, Inpari 10 dan Inpari 19.

2

Kegiatan produksi mendukung perbenihan nasional sejumlah 13 varitas (Cimalaya Muncul, Ack Sibundong, Cisadani, Lusi, Ketanggo, Gilirang, Membramo, Mekongga, Cigelis, Cimelati, Ciherang, Logawa dan IR 64. Hasil produksi benih sumber mendukung perbenihan nasional

sejumlah 13 varitas dihasilkan benih kelas FS dan SS sebanyak 1.496 kg. Produksi benih sumber percepatan diseminasi VUB sejumlah

5 varitas

dihasilkan benih 8.922 kg. Produksi benih sumber varitas Inpago 8 kurang berhasil karena banyak CPL (> 17 %), kurang homogen sehingga diperlukan rouging berat. Inpago 8 yang memiliki bentuk tanaman tinggi daun lebat serta berserakan cenderung mudah roboh (75 %) dan disukai hama burung (Anonim, 2014b).

18

BAB 3 METODE PRAKTIK KERJA LAPANGAN

3.1 Tempat Dan Waktu Praktik Kerja Lapangan (PKL) tentang Budidaya Produksi Benih Sumber Varitas Unggul Baru (VUB) selama 30 hari kerja di Unit Pengelola Benih Sumber Balai Pengkajian Teknologi (BPTP) Yogyakarta. Pelaksanaan kegiatan praktik kerja lapangan pada Bulan Juli sampai Agustus 2017 dengan 5 hari kerja dalam satu minggu. 3.2 Materi Praktik Kerja Lapangan Materi praktik kerja lapangan terdiri dari materi umum dan materi khusus. Materi secara umum meliputi pengenalan struktur organisasi dan kegiatan di Unit Pengelola Benih Sumber BPTP Yogyakarta, sedangkan materi khusus adalah kegiatan produksi benih sumber varitas unggul baru (VUB) di Unit Pengelola Benih Sumber BPTP Yogyakarta . 3.3 Metode Praktik Kerja Lapangan Metode yang akan digunakan dalam Praktik kerja lapangan ini adalah : 1 Partisipasi aktif, yaitu ikut serta secara langsung dalam kegiatan Produksi benih sumber varitas unggul baru (VUB), 2 Observasi, yaitu pengamatan visual mengenai cara produksi benih sumber varitas unggul baru (VUB), 3 Wawancara, yaitu mengajukan pertanyaan kepada koordinator dan berbagai pihak yang terkait di Unit Pengelola Benih Sumber BPTP Yogyakarta. 3.4 Metode Pengumpulan Data 1

Pengumpulan data secara langsung a

Observasi, yaitu pengumpulan data dengan pengamatan, peninjauan, dan praktek secara langsung di lapangan.

19

b

Wawancara, yaitu pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan secara langsung kepada pihak yang terkait di Unit Pengelola Benih Sumber BPTP Yogyakarta.

2

Pengumpulan data secara tidak langsung Studi pustaka, yaitu pengumpulan data dengan cara membaca dan menelaah buku maupun referensi yang terkait dengan produksi benih sumber varitas unggul baru (VUB) padi.

3.5 Rencana Pelaksanaan Pelaksanaan kegiatan praktik kerja lapangan dijadwalkan pada Bulan Juli sampai Agustus 2017 dengan 5 hari kerja dalam satu minggu. Keseluruhan kegiatan pelaksanaan praktik kerja lapangan dilaksanakan selama 5 bulan yaitu mulai dari observasi lokasi, pembuatan proposal, pelaksanaan, pengambilan data, analisis masalah, dan penyusunan laporan akhir serta ujian. Jadwal pelaksanaan praktik kerja lapangan disajikan dalam tabel berikut : No Jenis Kegiatan 1 Observasi lokasi PKL 2 Pembuatan Proposal 3 Pelaksanaan PKL Penyusunan laporan 4 Ujian PKL

1

dan

20

Bulan 2 3 4

Keterangan 5

Daftar Pustaka

Anonim. 2008. SRI-System of Rice Intencification. Pusat Pelatihan Kewirausahaan Sampoerna. Pasuruan. _____. 2014a. Food and Agriculture Organization of the United Nations Regional Office for Asia and the Pacific - Statiscal Year Book 2014. Bangkok. http://www.fao.org/3/a-i3590e.pdf (Diakses pada 24 Februari 2018) ______. 2014b. Laporan Tahunan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Yogyakarta tahun 2013. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian. Yogyakarta ______. 2016. Petunjuk Teknis Budidaya Padi Jajar Legowo Super. Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Kementrian Pertanian. ______. 2017a. Berapa Impor Beras Indonesia 2017?. https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2017/12/07/berapa-imporberas-indonesia-2017 (Diakses pada 22 Februari 2018) ______. 2017b. Produktivitas Padi1) Menurut Provinsi, 2013 – 2017. Badan Pusat Statistik. http://www.pertanian.go.id/Data5tahun/TPARAM%20II%202017(pdf)/20-ProdPadi.pdf (Diakses pada 24 Februari 2018) ______. 2017c. Deskripsi Varitas Unggul Baru Padi. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian Pertanian. Sukamandi, Jawa Barat. ______. 2017d. Tanam Jajar Legowo. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian. Kalimantan Barat. Arafah. 2009. Pengelolaan dan Pemanfaatan Padi Sawah. Bumi Aksara. Bogor. Atman. 2009. Respon Padi Sawah Batang Lembang Terhadap Umur Bibit. Jurnal Ilmiah Tambua. 8 (2): 239-242 Hasanah, Ina. 2007. Bercocok Tanam Padi. Azka Mulia Media. Jakarta. Herawati, W.D. 2012. Budidaya Padi. Javalitera. Yogyakarta. Ihsan. 2018. Budidaya Tanaman Padi. https://www.petanihebat.com/budidayatanaman-padi/ (Diakses pada 27 Maret 2018) Sembiring, Hasil. 2007. Kebijakan Penelitian dan Rangkuman Hasil Penelitian BB Padi dalam Mendukung Peningkatan Produksi Beras Nasional. Balai

21

Besar Penelitian Tanaman Padi. www.litbang.pertanian.go.id/special/padi/bbpadi_2008_p2bn1_03.pdf (Diunduh pada 24 Februari 2018)

22

LAMPIRAN 1

A. Masalah Umum 1. Dimana lokasi Balai Pengkajian Tekonologi Pertanian? 2. Kegiatan apa saja yang dilakukan di Balai Pengkajian Tekonologi Pertanian? 3. Bagaimana sejarah singkat, latar belakang, fungsi serta peranan Balai Pengkajian Tekonologi Pertanian? 4. Bagaimana latar belakang Balai Pengkajian Tekonologi Pertanian? 5. Bagaimana fungsi dan peranan Balai Pengkajian Tekonologi Pertanian? 6. Bagaimana struktur organisasi di Balai Pengkajian Tekonologi Pertanian? 7. Bagaimana ketenagakerjaan di Balai Pengkajian Tekonologi Pertanian?

23

LAMPIRAN 2

B. Masalah Khusus 1.

Apa tujuan perbanyakan benih VUB (Varietas Unggul Baru) pada tanaman padi?

2.

Apa yang dimaksud dengan VUB (Varietas Unggul Baru)?

3.

Bagaimana cara perbanyakan benih VUB (Varietas Unggul Baru) pada tanaman padi?

4.

Apa kelebihan dan kekurangan VUB (Varietas Unggul Baru) pada tanaman padi?

5.

Mengapa diperlukan benih padi VUB (Varietas Unggul Baru)?

6.

Sistem budidaya apa yang digunakan pada produksi benih VUB (Varietas Unggul Baru) pada tanaman padi?

7.

Apa saja alat dan bahan yang digunakan dalam produksi benih VUB (Varietas Unggul Baru) pada tanaman padi?

24

Related Documents


More Documents from "ressy krisbella"