PRAKTEK LAPANGAN BLOK 2.5 AGEN LINGKUNGAN DAN SANITASI DI RUMAH PEMOTONGAN HEWAN TAMBAKSARI
DISUSUN OLEH : Dessy Oktaliana
G1A016006
Abdul Aziz Asyhari
G1A016056
Alifia Weni Bhamatika
G1A016063
Nudar Fataha
G1A016066
Fadhly Nino Putra
G1A016072
Azkia Muthia R
G1A016086
Aulia Qurota Ayun
G1A016100
Amalia Almas
G1A016107
Aprilia Giska D
G1A016114
KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS KEDOKTERAN JURUSAN KEDOKTERAN UMUM PURWOKERTO 2017
LEMBAR PENGESAHAN
PRAKTEK LAPANGAN BLOK 2.5 AGEN LINGKUNGAN DAN SANITASI DI RUMAH PPEMOTONGAN HEWAN TAMBAK SARI
Diajukan sebagai tugas praktek lapangan pada Blok 2.5 Jurusan Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman
Disetujui dan disahkan Pada tanggal..............
Pembimbing Praktek Lapangan
ttd (dr. Miko Ferine, M.Med.Ed.) NIP......................
PENDAHULUAN
I.
LATAR BELAKANG Praktek lapangan merupakan salah satu cara untuk menilai kondisi lingkungan suatu tempat. Kegiatan ini bertujuan agar kami dapat mengaplikasikan materi-materi yang telah kami terima sebelumnya, sehingga dari berbagai teori yang kami dapat kami bisa melihat kenyataan yang ada di lingkungan. Dalam praktek lapangan ini, kami mendapat tugas untuk menilai sanitasi lingkungan di Rumah Pemotongan Hewan Tambaksari, Kembaran, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah 53182. Rumah Potong Hewan yang selanjutnya disebut dengan RPH adalah suatu bangunan atau kompleks bangunan dengan desain dan syarat tertentu yang digunakan sebagai tempat memotong hewan bagi konsumsi masyarakat umum. (Peraturan Menteri RI No.13/Permentan/OT.140/1/2010). Rumah potong hewan yang berada di Bantarwuni merupakan tempat yang di gunakan untuk menyembelih hewan potong dan menyelesaikan penyembelihan tersebut untuk kepentingan umum, yang prosesnya disesuaikan dengan peraturan-peraturan daerah ( perda ) setempat serta dibawah pengawasan petugas pemerintah daerah setempat. Tetapi banyak orang atau pihak swasta yang menitipkan hewanya untuk di proses oleh pihak RPH dan setelah itu diambil lagi oleh pihak yang menitipkanya. Rumah Potong Hewan (RPH) adalah suatu bangunan atau komplek bangunan dengan desain dan konstruksi khusus yang memenuhi persyaratan teknis dan higienis tertentu serta digunakan sebagai tempat pemotongan hewan (Permeneg Lingkungan Hidup, 2011).
Rumah Potong Hewan yang telah dibangun di daerah desa bantarwuni ini merupakan beberapa dari RPH yang ada di Kota Purwokerto dan tempatnya cukup strategis untuk syarat tempat pemotongan hewan, sehingga keberadaannya sangat dibutuhkan oleh masyarakat dalam pengelolaan dan penyediaan daging yang aman, sehat, utuh dan halal bagi kebutuhan penduduk sekitarnya. Rumah Potong Hewan sebagai tempat usaha pemotongan hewan dalam penyediaan daging sehat seharusnya memperhatikan faktor-faktor yang berhubungan dengan sanitasi baik dalam lingkungan RPH maupun lingkungan disekitarnya. Selain menghasilkan daging RPH juga menghasilkan produk samping yang masih bisa dimanfaatkan dan limbah. Lingkungan sehat yakni lingkungan yang tidak menimbulkan agen dan nyaman serta aman bagi mahkluk hidup disekitarnya. Apabila lingkungan ini tidak sehat, maka akan menimbulkan sakit. Lingkungan yang tidak sehat ini, akan menjadi agen penyakit
dan
sangat
berperan
dalam
penyebaran
agen
lingkungan. Agen yang diidentifikasi di RPH Bantarwuni ini, bisa berupa agen biologis dan lingkungan. Manusia juga bisa menjadi agen lingkungan
karena
dapat
menimbulkan
penyakit
atau
mempengaruhi perjalanan suatu penyakit. Begitu pula hanya dengan agen lingkungan. Contoh dari beberapa agen lingkungan ialah agen biologis seperti virus, bakteri, jamur, parasit dan sebagainya; agen fisik seperti kelembapan, cahaya, suhu, trauma mekanik. Pengembangan dan pemahaman kami mengenai agen-agen di RPH akan kami ulas sesuai dengan teori dan materi yang ada. Mulai dari ha-hal yang sudah ideal dan yang masih perlu dibenahi lagi.
II.
TUJUAN A. Tujuan Umum Mahasiswa dapat mengetahui dan mengidentifikasi macammacam agen yang terdapat di Rumah Pemotongan Hewan Tambaksari serta pengaruhnya terhadap kesehatan manusia dan lingkungan sekitar. B. Tujuan Khusus Untuk melatih mahasiswa melakukan kerjasama serta komunikasi secara langsung dengan masyarakat umum khususnya dengan tenaga pelayanan umum.
III.
MANFAAT Manfaat dari pelaksanaan praktek lapangan bagi : 1. Mahasiswa a. Mahasiswa dapat berlatih menganalisis situasi kesehatan di tempat pelayanan umum. b. Mahasiswa
memperoleh
pengalamaman
dalam
mengaplikasikan ilmu yang diperoleh selama kuliah di tempat pelayanan umum. 2. Institusi a. Fakultas
Kedokteran
Universitas
Soedirman
dapat
berkerja sama dengan pihak dari tempat pelayanan umum dan menambahkan jumlah materi dalam hal sanitasi untuk bahan pembelajaran yang bersangkutan dengan materi blok ini. b. Fakultas
Kedokteran
Universitas
Negeri
Jenderal
Soedirman dapat menjadikan hasil praktek lapangan blok 2.5 digunakan sebagai bahan evaluasi pada blok 2.5 dan untuk lebih meningkatkan wawasan dan pengetahuan para mahasiswa pada praktek lapangan blok selanjutnya. 3. Tempat praktek lapangan
a. Rumah Pemotongan Hewan dapat mengetahui lebih lanjut kekurangan sarana dan prasarana yang terkait dengan sanitasi di tempat pelayanan umum. b. Rumah
Pemotongan
Hewan
dapat
mengetahui
kekurangannya dan apat dijadikan sebagai bahan evaluasi untuk rencana program pembangunan selanjutnya apabila terdapat keadaan yang tidak sesuai dengan standar kesehatan lingkungan. 4. Masyarakat Masyarakat dapat menerima pelayanan dengan baik dan menerima olahan daging yang berdasarkan ketentuan standar sanitasi
di
tempat
pelayanan
umum
masyarakat untuk hidup sehat dan bersih.
dan
mengajak
ISI
I.
GAMBARAN UMUM Rumah Pemotongan Hewan (RPH) adalah kompleks bangunan dengan desain dan konstruksi khusus yang memenuhi persyaratan teknis dan higienis tertentu serta digunakan sebagai tempat memotong hewan potong selain unggas bagi konsumsi masyarakat (SNI 01 -6159 –1999). RPH
yang diamati
bertempat
di
Desa
Tambaksari,
Kecamatan Kembaran, Kabupaten Banyumas, Purwokerto. RPH Tambaksari hanya menerima sapi dan kerbau. RPH Tambaksari tidak menerima babi dan kambing karena ada tempat pemotongan tersendiri untuk babi dan kambing. RPH Tambaksari terlihat sedikit gersang karena tidak terdapat pohon rindang, hanya ada banyak rerumputan liar. RPH Tambaksari memiliki beberapa fasilitas, yakni: satu rumah jaga, aula, gedung utama, tempat pengolahan limbah cair, tempat penampungan limbah padat, dan rumah penyambutan untuk absen petugas. Rumah jaga ditinggali oleh penjaga petugas beserta keluarganya. Aula dipakai apabila ada pertemuan maupun rapat. Sementara itu gedung utama yang terletak di sebelah dalam lingkungan
RPH
dipakai
untuk
pemotongan,
kandang
penampung, proses pengulitan, tempat pembersihan jeroan hijau dan jeroan merah. Jeroan hijau merupakan jeroan yang tersusun atas system pencernaan sementara jeroan merah tersusun atas paru, hati, limpa dan lain-lain. Dari pemotongan daging dihasilkan limbah cair dan limbah padat. Limbah padat, kotoran hewan ternak, ditumpuk oleh pihak RPH Tambaksari di tempat tersendiri untuk dijadikan pupuk kompos kering yang tidak memiliki bau menyengat. Sementara limbah cair pengolahannya sudah baik karena terdapat alat untuk
memfiltrasi limbah cair tersebut menjadi nontoksik dan menghilangkan bau. Limbah cair yang terdapat, darah, sudah diolah dengan sangat baik, darah akan difiltrasi hingga tidak berbau dan berwarna. Pengolahan limbah cair juga sudah sesuai dengan IPAL. Untuk proses pemotongan hewan, sebelumnya dilakukan pemeriksaan oleh dokter hewan yang bertugas. Setelah itu hewan yang lolos dalam pemeriksaan satu persatu akan masuk ke dalam alat
pemotongan
hewan.
Dalam
penyembelihan
atau
pemotongannya para pegawai memakai sarung tangan, sepatu boots, dan peralatan lain sebagai proteksi dari agen patogen yang ada pada hewan ternak. Area unloading sapi sudah sesuai dengan kriteria, tinggi area sesuai dengan tinggi kendaraan. Kandang istirahat sapi dan kandang betina produktif terpisah dan sudah sesuai kriteria. Area penurunan karkas, kmusholla, ruang istirahat karyawan, kamar mandi dan wc, dan deboning room sudah memenuhi kriteria. Chilling room, incinerator,, ruang pengemasan, blast freezer, cold storage, dan laboratorium tidak terdapat di RPH Tambaksari.
II.
SANITASI
Menurut WHO, sanitasi adalah upaya pengendalian semua faktor lingkungan fisik manusia, yang mungkin menimbulkan atau dapat menimbulkan hal-hal yang merugikan, bagi perkembangan fisik, kesehatan, dan daya tahan hidup manusia. Sedangkan menurut (Rauf,2013) sanitasi berasal dari bahasa Latin, artinya sehat. Dalam konteks industri pangan, sanitasi adalah penciptaan dan pemeliharaan kondisi-kondisi higenis dan sehat. Persyaratan RPH secara umum adalah tempat atau bangunan khusus untuk pemotongan hewan yang dilengkapi dengan atap,
lantai dan dinding, memiliki tempat atau kandang untuk menampung hewan untuk di istirahatkan dan dilakukan pemeriksaan ante-mortemsebelum pemotongan dan syarat lainnya adalah memiliki persediaan air bersih yang cukup, cahaya yang cukup, meja atau alat penggantung daging agar daging tidak bersentuhan dengan lantai. Untuk menampung limbah hasil pemotongan diperlukan saluran pembuangan yang cukup baik, sehingga lantai tidak digenangi air buangan atau air bekas cucian. Acuan RPH dan tata cara pemotongan yang baik dan halal di Indonesia saat ini adalah Standar Nasional Indonesia (SNI) 01-6159-1999 tentang rumah pemotongan hewan berisi beberapa persyaratan yang berkaitan dengan RPH termasuk persyaratan lokasi, sarana, bangunan dan tata letak sehingga keberadaan RPH tidak menimbulkan gangguan berupa polusi udara dan limbah buangan yang dihasilkan tidak mengganggu masyarakat. No.
Sanitasi
Kriteria
Hasi
Keterangan
l
agen
1. 1 1.Tidak bertentangan dengan rencana 1.
umum tata ruang dan rencana detail tata ruang wilayah 2.Tidak berada di daerah rawan banjir, tercemar LOKASI
asap,
bau,
debu,
dan
kontaminan lain 3. Letak lebih rendah dari pemukiman
4. Akses air bersih cukup
Identifikasi
RPH memiliki
5. Tidak berada dekat industri logam
batas
dan kimia
(tembok untuk
membatasi 6. Lahan luas
wilayahnya)
Luas lahan yang dipakai 2ha RPH babi terletak di
7. Terpisah dari RPH babi atau
mersi
dibatasi pagar tembok min 3 m
SARAN
1.Jalan baik, cukup sumber air min
PENDU
1000 L/ekor/hari dan tenaga listrik
plester dan
KUNG
cukup
tidak
2. Jalan di
berlobang
2. Fasilitas penanganan limbah padat
dan cair
Terdapat fasilitas penangan limbah cair dan padat ditempat yang berbeda
BANGUN AN 3.
UTAMA
1. Searah dengan alur proses
Agen Biologi
Pemotongan
: Bakteri,
2. Terpisah daerah bersih dan kotor
3.Area dan fasilitas pemeriksaan post-
X
mortem
Jamur, Tidak ada area khusus pemeriksaan postmortem
Parasit
4. Lampu berpelindung 540 lux
-
Tetapi
area pemeriksaan postmortem
pencahayaan
dan 220 lux pemotongan
cukup terang
5. Dinding dalam warna terang,
tinggi 3 m, bahan kedap air, tidak mudah korosif, tidak toksik, tahan terhadap benturan keras, mudah dibersihkan, dan didesinfeksi 6. Rata, tidak ada celah/lubang
7. Lantai terbuat dari bahan kedap
Lingkungan
air, tidak mudah korosif, tidak licin,
didalam
tidak toksik, mudah dibersihkan dan
bangunan
didesinfeksi dan landai ke arah saluran
utama
pembuangan
berlumut dan
8. Permukaan lantai rata, tidak ada
banyak
celah/lubang 9.Lubang ke saluran
sarang laba
laba
pembuangan dilengkapi penyaring 10. Sudut pertemuan dinding dan
memungkink X
Sudut
an ada
lantai , dinding dan lantai
pertemuan
beberapa
lengkung
dinding dan
bakteri
lantai tidak
maupun vius
lengkung
hidup.
11. Pengeluaran darah dapat
Tertampung 12. Langit langit terang, kedap air,
mudah dibersihkan, kuat, tidak mengelupas, tidak ada lubang 13. Ventilasi dan jendela dilengkapi kasa
Tidak X
terdapat kasa pada ventilasi
dan jendela 14. Konstruksi bangunan dapat
mencegah vector
15. Pertukaran udara baik
16, Kusen pintu tidak terbuat dari
kayu, dari bahan tidak mudah korosif, kedap air, tahan benturan, mudah dibersihkan, didesinfeksi, bagian bawah dapat menahan tikus masuk 17. Kusen pintu dan jendela rata
1. Fasilitas menurunkan ternak
2.Ketinggian disesuaikan dengan
4.
AREA PENURU NAN /
Kendaraan 3.Lantai tidak licin
Lantai plester
UNLOAD
dan tidak
ING SAPI
licin sehingga memudahkan hewan untuk turun dari kendaraan pengangkut 4.Memenuhi aspek kesejahteraan Hewan
5.
KANDAN G
1.Berjarak 10 m dari bangunan
utama
Batas antara bangunan
ISTIRAH
utama dengan
AT
kandang istirahat terlihat jelas 2. Daya tampung 1,5 kali rata
-rata jumlah pemotongan hewan Sehari 3. Ventilasi dan penerangan baik
4. Ada tempat air minum dengan
dasar landau 5. Lantai terbuat dari bahan yang
kuat, kedap air, tidak licin, landau ke arah saluran pembuangan, mudah dibersihkan dan didesinfeksi 6. Desain pembuangan dibuat
agar lancer 7. Atap terbuat dari bahan tidak
toksik dan melindungi dari panas dan hujan 8. Jalur penggiringan hewan
dilengkapi pagar yang kuat dengan lebar cukup satu ekor sapi 9. Tidak ada kontras cahaya pada jalur penggiringan
6.
KANDAN 1.Dapat G PENAMP UNG
terpisah
ataubagian
dari
kandang penampungan dengan batas
jelas 2.
Sama
dengan
TERNAK
penampungan
BETINA
3. Dilengkapi kandang jepit
kandang
PRODUK TIF 7.
KANDAN 1.Letak terjauh G ISOLASI
2. Ventilasi dan pencahayaan baik
3. Ada tempat air minum dengan dasar landai 4. Lantai terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, tidak licin, landai ke arah saluran
pembuangan,
Lantai tempat
mudah
pemotongan dibuat dari
dibersihkan dan didesinfeksi
plester yang kedap air
5. Desain saluran pembuangan dibuat
agar lancar 6. Atap terbuat dari bahan tidak toksik
dan melindungi dari panas dan hujan
Atap terbuat dari alumunium dan tidak toksik
8.
RUANG PENDING IN / PELAYU AN/ CHILING
1. Terletak di daerah bersih 2.Besar tergantung jumlah karkas, jarak karkas 10 cm, karkas dengan dinding 30cm, karkas dengan lantai 50 cm, jarak antara baris
TIDAK ADA RUANG PENDINGIN DI RPH Karena disana hanya
ROOM
1m
sebagai tempat
3.Warna terang, tinggi 3 m,bahan
pemotongan,
kedap air, tidak mudah korosif,
ketika hewan
tidak toksik,tahan terhadap benturan keras,
sudah di
mudah dibersihkan dan
potong
didesinfeksi
langsung di
4.Lantai terbuat dari bahan kedap
distribusikan
air, tidak mudah korosif, tidak
ke penjual.
licin, landai ke arah saluran pembuangan, mudah dibersihkan dan didesinfeksi 5. Sudut pertemuan dinding dan lantai , dinding dan dinding lengkung 6. Langit langit terang, kedap air, mudah dibersihkan, kuat, tidak mengelupas, tidak ada lubang 7. Pencahayaan 220 luX 8. Tidak ada aliran air atau limbah cair dari ruangan lain 9. Terdapat alat penggantung Karkas 10. Fasilitas pendingin -4 C sampai +4 C, kelembaban relatif 85-90% dengan kecepatan udara 1-4 m per detik 11. Suhu bagian dalam daging maks +8 C
12. Suhu bagian dalam jeroan maks +4 C 9.
AREA PENURU NAN
1.Minimalisasi kontaminasi karkas
2.
Tinggi
lantai
sesuai
tinggi
kendaraan
KARKAS/ 3. Fasilitas pengendalian serangga
LOADIN G KARKAS 10.
KANTOR
1.Ventilasi dan penerangan baik
ADMINIS 2. Luas sesuai jumlah karyawan, ada TRASI DAN DOKTER
ruang pertemuan 3. Terpisah ruang dokter hewan dan
ruang administrasi
HEWAN 11.
MUSHOL 1.Ventilasi dan penerangan baik
A
Ventilasi sangat banyak
2. Luas sesuai jumlah karyawan, ada
ruang pertemuan 3. Mudah dibersihkan dan dirawat 12.
RUANG ISTIRAH AT KARYA WAN
1. Ventilasi dan penerangan baik 2. Letak di bagian masuk karyawan atau pengunjung 3. Dilengkapi lemari untuk menyimpan barang 4. Locker untuk pekerja ruang kotor dan bersih terpisah
-
-
Karena rumah dinas / ruang
peristirahatan dikuci saat kami melakukan pengamatan 13.
KAMAR
1. Ventilasi dan penerangan baik
MANDI
2. Daerah kotor dan bersih sendiri2
X
DAN WC
Agen Fisik: Kamar mandi
Infeksi yang
tidak
berasal dari
dipisahkan antara daerah bersih dan kotor 3. Septic tank terpisah dengan
karena pemakaian
bersama.
korosif, tidak toksik, tahan
Agen Biologi
terhadap benturan keras, mudah
: Bakteri,
dibersihkan dan didesinfeksi 5. Jumlah minimal 1 unit untuk 25
manusia
kamar mandi
saluran limbah pemotongan 4. Bahan kedap air, tidak mudah
tangan
Virus, Jamur
Karyawan
Jumlah kamar mandi ada 4 dengan jumlah karyawan 5
14.
PEMUSN AHAN
1.Dekat kandang isolasi
2. Memusnahkan tanpa mencemari
BANGKA lingkungan
X
Memang
Agen Biologi
tidak ada
: Bakteri,
INCENER
tulang dari
Virus yang
ATOR
hewan yang
dapat
tersisa, hanya
menyebar
I/
terdapat sisa
melalui
dari tanduk
vector
hewan yang di buang begitu saja. Tidak ada perawatan dan pengelolaan khusus terhadap sisa tanduk hewan tersebut. 3. Mudah diawasi dan dirawat
X
PENANG
1. Kapasitas sesuai limbah yang
ANAN
dihasilkan
LIMBAH
2. Mudah diawasi, mudah dirawat,
Agen biologis:
bakteri
tidak menimbulkan bau 3. Sesuai rekomendasi UKL
RUMAH
1. Masing-masing dipintu masuk dan
X
JAGA
dan pintu keluar
Agen sosial: interaksi
2. Ventilasi dan pencahayaan baik
3. Atap dari bahan yang kuat, tidak
toksik, dan terlindung dari panas 4. Memenuhi syarat keamanan dan
keselamatan kerja RUANG
1. Desain dan kontruksi mudah
X
PELEPAS
dibersihkan dan didesinfeksi
AN
2. Ventilasi dan pencahayaan baik
DAGING/
3. Dapat mencegah masuknya
Agen fisik: benturan
DEMONI
serangga
NG
4. Lantai kedap air, tidak mudah
ROOM
korosif, tidak toksik, tahan terhadap
DAN
benturan keras, mudah dibersihkan
PEMOTO
5. Sudut pertemuan dinding dan lantai,
NGAN/C
dinding dan dinding lengkung
UTTING
6. Langit-langit terang, kedap air,
ROOM
mudah dibersihkan, kuat, tidak
X
mengelupas, tida ada lubang
7. Kusen pintu tidak terbuat dari kayu, dari bahan tidak mudah korosif, kedap air, tahan benturan, mudah dibersihkan, didesinfeksi 8. Kusen pintu dan jendela rata
9. Suhu ruangan <= 15 C
X
RUANG
1. Sama dengan ruang pelepasan dan
Tida
Tidak
PENGEM
pembagian/pemotongan
k
terdapat
ada
tempat
ASAN
pengemasan RUANG
1. Kapaitas sesuai jumlah produk
Tida
Karena di rph
PEMBEK
2. Desain kontruksi sama dengan
k
hanya tempat
UAN
ruang pelepasan dan
ada
sebagai
CEPAT/B
pembagian/pemotongan
pemotongan
LAST
3. Tidak ada aliran limbah yang
saja
FREEZER masuk 4. Alat pendingin dengan kipas -18 C dengan kecepatanudara 2 m per detik RUANG
1. Kapasitas sesuai jumlah produk
Tida
PENYIMP 2. Desain kontruksi sama dengan
k
ANAN
ada
ruang pelepasan dan
-
BEKU/
pembagian/pemotongan
COLD
3. Tidak ada aliran limbah yang masuk
STORAG
4. Fasilitas pendingin +4 C, -8 C atau -
E
18 C 5. Dilengkapi termometer dan display suhu
LABORA
1. Letak dekat kantor dokter hewan
TORIUM
2. Permukaan dinding halus, kedap air, k mudah dibersihkan, dan didesinfeksi
Tida
-
ada
3. Intensitas cahaya 540 lux 4. Alat pendingin ruangan 5. Alat pemadam kebakaran, alarm, P3K 6. Ruang penyimpanan sampel, peralatan dan medis 7. Sarana cuci tangan
PERALA
1. Bahan tidak korosif dan mudah
TAN
dibersihkan dan didesinfeksi
biologis:
2. Alat yang langsung berhubungan
bakteri
dengan daging tidak toksik dan bukan
dari bahan kayu 3. Bahan logam tidak mudah berkarat
Agen
Agen fisik: benturan
dan korosif , kuat, tidak mudah dibersihkan dan didesinfeksi 4. Pelumas harus food grade
X
5. Sarana cuci tangan tidak kontak
tangan, sabun cair, pengering, tissue, tempat sampah
KELENG
6. Peralatan tersedia cukup
1. Fiksasi hewan restraining box
Agen fisik:
KAPAN
2. Penempatan hewan sebelum
BANGUN
disembelih cradle
AN
3. Penggerek karkas koist
UTAMA
4. Rel dan alat penggantung
5. Pemeriksaan post mortem : meja
karat
dan penggantung 6. Alat pembersih dan desinfeksi
7. Timbangan
X
KELENG
1. Meja stainless steel, talenan bahan
X
KAPAN
polivinyl, mesin gergaji carcas,
biologis:
RUANG
pengiris daging, penggiling daging,
bakteri
PELEPAS
pisau trimming dan cutting, sterilisasi
AN
pisau, metal detector
KARYA
1. Harus sehat dan di periksa
WAN
kesehatannya min 1x setahun
DAN
2. Mendapat pelatihan higiene dan
PERUSA
sanitaso
HAAN
3. Terpisah daerah kotor dan bersih
4. Pengawasan kesehatan
5. Pemeriksaan antemortem dan post
Agen
mortem 6. Ada tenaga dokter hewan
7. Alat pelindung diri
8. Pisau
KENDAR
1. Box tertutup dilengkapi pendingin
Tida
Karena jarak
AAN
alat penggantung
k
rph ke pasar
ada
dekat
PENGAN GKUT
III. SANITASI Perilaku hidup bersih dan sehat merupakan cerminan pola hidup keluarga yang senantiasa memperhatikan dan menjaga kesehatan seluruh anggota keluarga. Menurut peraturan Menteri Kesehatan RI No 2269 tahun 2011 tentang Pedoman Pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat, PHBS adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran, yang menjadikan seseorang, keluarga, kelompok atau masyarakat mampu menolong dirinya sendiri (mandiri) di keseharan dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakat. Dengan demikian, PHBS mencakup berbagai perilaku yang harus dilakukan dalam rangka mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya (Depkes ,2011). Perilaku Hidup Bersih dan Sehat 2010 atau PHBS 2010 adalah keadaan dimana individu-individu dalam rumah tangga (keluarga) masyarakat Indonesia telah melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dalam rangka (Depkes, 2011) : 1. Mencegah timbulnya penyakit dan masalah-masalah kesehatan lain 2. Menanggulangi penyakit dan masalah-masalah kesehatan lain, dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan 3. Memanfaatkan pelayanan kesehatan 4. Mengembangkan
dan
menyelenggarakan
upaya
kesehatan
bersumber masyarakat. Penyediaan daging di Indonesia dipasok dari pemotongan hewan di dalam negeri (lokal) dan impor (pemasukan) daging dari luar negeri. Seiring dengan peningkatan penduduk di Indonesia, konsumsi daging di Indonesia pada lima tahun terakhir (2008-2013) terus meningkat, dengan rata-rata peningkatan rata-rata konsumsi daging sebesar 15,0% per tahun.
Dilihat dari mata rantai penyediaan daging di Indonesia, maka salah satu tahapan terpenting adalah penyembelihan hewan di RPH. Rumah pemotongan hewan (RPH) adalah kompleks bangunan dengan disain dan konstruksi khusus yang memenuhi persyaratatn teknis dan higiene tertentu, yang digunakan sebagai tempat memotong hewan potong selain unggas bagi konsumsi masyarakat. Peraturan perundangan yang berkaitan persyaratan RPH di Indonesia telah diatur dalam
Surat
Keputusan
Menteri
Pertanian
Nomor
555/Kpts/TN.240/9/1986 tentang Syarat-Syarat Rumah Pemotongan Hewan dan Usaha Pemotongan Hewan (Kementan,2012). Penerapan higiene untuk personal di RPH mencakup kesehatan dan kebersihan diri, perilaku/kebiasaan bersih, serta peningkatan pengetahuan/pemahaman dan kepedulian melalui program pendidikan dan pelatihan yang terprogram dan berkesinambungan. Setiap pegawai yang menangani langsung daging harus sehat dan bersih. Higiene personal yang buruk merupakan salah satu sumber pencemaran terhadap daging. Lokasi, desain, konstruksi, tata letak (lay out) dan fasilitas bangunan RPH mempengaruhi kondisi higiene dan sanitasi. Lokasi RPH perlu dipertimbangkan dengan seksama dan terencana, sehingga RPH dan proses penyembelihan tidak dicemari dan mencemari lingkungan sekitarnya. Bahan-bahan konstruksi RPH umumnya harus kuat, kedap air (tidak dari bahan kayu), mudah perawatan, serta mudah dibersihkan dan didisinfeksi. Fasilitas utama yang dimiliki RPH antara lain sumber air, listrik, jalan, dan instalasi pengolah limbah. Air yang memenuhi persyaratan air bersih harus selalu tersedia di RPH, yaitu 1000 liter untuk setiap ekor sapi/kerbau per hari atau 450 liter untuk setiap ekor babi per hari. Intensitas cahaya pada ruang-ruang untuk pemeriksaan (inspeksi), khususnya pada tempat pemeriksaan kesehatan hewan (pemeriksaan antemortem) dan pemeriksaan daging (pemeriksaan postmortem) minimum 540 luks,
sehingga pemeriksa dapat mendeteksi dan membedakan perubahan warna yang kecil pada hewan dan daging. Seluruh peralatan yang digunakan untuk daging harus kuat, tidak mudah berkarat, tidak bereaksi dengan zat-zat yang terkandung dalam daging,
mudah
dirawat,
serta
mudah
dibersihkan
dan
didisinfeksi. Peralatan yang memiliki sudut dan atau terbuat dari kayu tidak dapat digunakan untuk daging. Proses
penanganan
hewan
sebelum,
sesaat
dan
setelah
penyembelihan perlu memperhatikan aspek halal, higiene dan sanitasi, serta kesejahteraan hewan. Sebelum penyembelihan, hewan sebaiknya diistirahatkan minimum selama 12 jam dan dipuasakan (tetapi tetap diberikan minum). Kesehatan hewan harus diperiksa oleh dokter hewan atau tenaga paramedis yang dilatih dan di bawah pengawasan dokter hewan maksimum 24 jam sebelum penyembelihan. Hanya hewan yang sehat dapat disembelih. Penyembelihan hewan harus memperhatikan syariat agama Islam (halal) dan ditangani dengan baik, hewan tidak menderita dan disakiti sebelum mati (kesejahteraan hewan).Penerapan sistem rantai dingin (cold chain system) pada penanganan daging selanjutnya sangat perlu untuk menghambat pertumbuhan mikroorganisme dan proses autolisis daging oleh enzimenzim dalam daging. Sistem rantai dingin adalah penerapan suhu dingin selama peyimpanan daging. Daging sebaiknya tidak disimpan pada suhu lebih dari 4 oC dengan harapan suhu bagian dalam daging tetap terjaga di bawah 4 oC untuk daging segar atau suhu –18 oC untuk daging beku, (Kementan,2011).
IV.
PEMBAHASAN Dari hasil observasi, kami menemukan beberapa sarana dan prasarana yang tidak tersedia pada rumah pemotongan hewan seperti:
1. Bangunan Utama a. Sudut pertemuan dinding dan lantai Sudut pertemuan dinding dan lantai pada rumah pemotongan hewan adalah 90º sehingga tidak lengkung dan belum memenuhi kriteria. Sudut pertemuan dinding dan lantai lengkung di maksudkan agar air yang ada pada dinding dapat langsung mengalir ke lantai dan langsung di buang. Dengan begitu area pertemuan dinding dan lantai menjadi lebih mudah kering dan tidak mudah lembab. b. Ventilasi dan jendela Ventilasi dan jendela pada bangunan ini tidak di lengkapi kasa. Akan tetapi, sudah di lengkapi penyedot lalat didalamnya sehingga lalat yang masuk ke dalam bangunan utama dapat teratasi dengan baik. 2. Ruang pendingin Ruang pendingan di rumah pemotongan hewan
tidak
tersedia karena pada RPH ini hanya mengutamakan pada pemotongan hewan. Setelah hewan di potong, daging langsung di distribusikan kepada para penjual sehingga tidak memerlukan ruang pendinginan. 3. Kamar mandi dan wc Kamar mandi dan WC tidak dipisahkan antara daerah bersih dan kotor sehingga dapat di temukan agen fisik yang berasal dari tangan manusia karena pemakaian kamar mandi yang bersamaan 4. Pemusnahan bangkai Tempat pemusnahan bangkai tidak tersedia karena tidak pernah ada bangkai yang dimusnahkan pada rumah pemotongan hewan ini.
5. Rumah jaga Rumah jaga pada RPH ini hanya terdapat pada pintu masuk saja sehingga tingkat keamanan kurang dan menyulitkan komunikasi antara petugas RPH dan petugas yang mensuplay hewan ternak. 6. Ruang pelepasan daging a. Desain dan konstruksi Desain dan konstruksi ruang pelepasan daging tidak mudah di bersihkan dan didesinfektan karena beberapa bagian konstruksi bangunan terbuat dari bahan yang sulit dibersihkan dan tidak kedap air ssehingga darah ternak menempel pada dinding. b. Suhu ruangan Suhu ruangan dalam ruang pelepasan daging tidak kurang dari 15º sehingga terasa panas dan pengap. Terasa panas dan pengap disebabkan oleh ventilsi yang minim sehingga pertukaran udara tidak baik. 7. Ruang pengemasan Tidak
tersedia
ruang
pengemasan
pada
rumah
pemotongan hewan ini karena sapi yang telah di potong langsung di distribusikan kepada penjual daging sehingga tidak memerlukan pengemasan. 8. Ruang pembekuan Tidak
tersedia
ruang
pembekuan
pada
rumah
pemotongan hewan ini karena sapi yang telah di potong langsung di distribusikan kepada penjual daging sehingga tidak di bekukan terlebih dahulu. 9. Ruang penyimpanan beku Tidak tersedia ruang penyimpanan beku pada rumah pemotongan hewan ini karena sapi yang telah di potong
langsung di distribusikan kepada penjual daging sehingga tidak perlu disimpan pada ruang penyimpanan beku. 10. Laboratorium Tidak tersedia laboratorium pada rumah pemotongan hewan ini. Akan tetapi, apabila ingin meneliti sesuatu cukup dengan membawa sampel ke laboratorium yang letaknya tidak jauh dari rumah pemotongan hewan. 11. Peralatan Tidak tersedia pelumas pada rumah pemotongan hewan ini karena tidak di perlukan dalam proses pemotongan. 12. Kelengkapan bangunan utama Tidak tersedia timbangan pada rumah pemotongan hewan ini sehingga tidak dapat diukur dengan pasti berapa berat hewan ternak tersebut. 13. Kelengkapan ruang pelepasan Tidak tersedia meja stainless dan talenan pada rumah pemotongan hewan ini karena tidak digunakan pada proses pemotongan. 14. Kendaraan pengangkut Tidak tersedia kendaraan pengangkut karena jarak antara tempat pemotongan dan penjual dekat sehingga tidak memerlukan kendaraan pengangkut untuk mengangkut daging yang telah dipotong.
PENUTUP I.
KESIMPULAN 1. Penataan ruang Rumah Pemotongan Hewan Tambak Sari sesuai komoditi, sifat, dan klasifikasi. 2. Bangunan utama terdiri dari beberapa bangunan yang letaknya sudah sesuai dengan alur proses pemotongan. konstruksi bangunannya dapat mencegah vektor dinding dan lantainya sesuai dengan kriteria dari list yang diberikan rumah pemotongan hewan. 3. Ruang penanganan limbah sesuai dengan kriteria dan rekomendasi UKL sehingga limbah dapat tersalurkan dengan baik. 4. Desain dan konstruksi tidak mudah dibersihkan dan di desinfeksi karena lantainya semen bukan keramik sehingga keadaan di dalamnya lembab. 5. Masih ada beberapa fasilitas yang tidak memadai seperti alat pembunuh serangga yang tidak bekerja. yang dapat menjadi vektor. 6. Kurang nya fasilitas seperti laboratorium yang digunakan untuk mengetahui apakah sapi dalam keadaan sehat, karena petugas hanya memeriksa seadanya untuk keadaan sapi.
II.
SARAN 1. Sebaiknya dibangun laboratorium agar pengecekan sapi tidak seadanya dan dapat memastikan sapi dalam keadaan sehat. 2. Sebaiknya dilakukan pemeriksaan setiap 3 bulan sekali untuk memeriksa apakah alat alat seperti pembunuh serangga, saluran air, dan alat pembuang limbah dapat bekerja baik. 3. Sebaiknya dilakukan pembersihan setiap 1 bulan sekali karena di tempat tersebut banyak sarang serangga dan lumut lumut yang berada di tempat pemotongan hewan.
DAFTAR PUSTAKA Chandra B. 2007. Pengantar Kesehatan lingkungan. Jakarta: EGC Departemen Kesehatan RI. 2011. Pedoman Pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. Jakarta: Departemen Kesehatan Depkes RI, 2011. Buku Saku Rumah Tangga Sehat dengan PHBS, Pusat Promosi Kesehatan. Jakarta: Departemen Kesehatan. Direktorat
Jenderal
Bina
Pertanian. 2011. Buku
Produksi Statistik
Peternakan
Departemen
Peternakan
Tahun
2011. Jakarta: Departemen Pertanian. Kementerian Pertanian RI. 2012. Program Penyelenggaraan Penyediaan Daging dan RPH di indonesia . Jakarta : departemen kesehatan Kesmavet, Manual. 2013. Pedoman Pembinaan Kesmavet. Direktorat Bina Kesehatan Hewan Direktorat Jendral Peternakan Departemen Pertanian: Jakarta. Seputra, H.Nuraini, H.Priyanto, R.Salundik.2015.Kajian teknis Operasional dan Lingkungan Rumah
potong Hewan Taliwang Kabupaten
Sumbawa Barat. Jurnal Ilmu produksi dan Teknologi Hasil Peternakan. Vol.03 (2):89-94