MINI PROJECT Gambaran Status Gizi Pada Lanjut Usia di Wilayah Kerja Puskesmas Jagong Jeget Kabupaten Aceh Tengah Oleh : dr. Aprido
Pembimbing : dr. Hubbul Walidaini
Pendahuluan Lanjut usia (lansia) merupakan proses ilmiah yang pasti akan dialami oleh semua orang yang dikaruniai usia panjang
Lansia ≥ 60 tahun
• • • • •
Lansia akan mengalami perubahan seiring bertambahnya usia, yaitu perubahan struktur dan fungsi tubuh
• Sistem Saraf, Pernapasan, Endokrin, Kardiovaskular, Muskuloskletal, dan Gastrointestinal • Penelitian Herry (2008) menjelaskan bahwa perubahan pada sistem gastrointestinal dapat menyebabkan permasalah gizi yang khas pada lansia
Masalah kurang gizi pada lansia disebabkan berbagai faktor yaitu :
• • • • • • •
WHO mengelompokkan menjadi 4 : a. Usia 45-59 tahun (middle age) b. Usia 60-74 tahun (elderly) c. Usia 75-90 tahun (old) d. Usia >90 tahun (very old)
Selera makan rendah Gangguan gigi geligi Disfagia Gangguan fungsi indra penciuman dan pengecapan Infeksi Kurangnya pengetahuan asupan makanan yang baik Depresi, dll…
Masalah gizi yang terjadi pada lansia berupa gizi kurang atau gizi lebih. Lansia di Indonesia yang tinggal didaerah perkotaan dan dipedesaan dalam keadaan kurang gizi adalah 3,4%, BB kurang 28,3%, BB lebih 6,7% dan BB ideal 42,4%
Rumusan Masalah • Bagaimanakah gambaran status gizi pada lanjut usia di wilayah kerja Puskesmas Jagong Jeget Kabupaten Aceh Tengah ?
Tujuan Umum • Untuk mengetahui gambaran status gizi pada lanjut usia di wilayah kerja Puskesmas Jagong Jeget Kabupaten Aceh Tengah
Tujuan Khusus • Untuk mengetahui karakteristik lansia (usia, jenis kelamin, suku dan kebiasaan merokok) di Puskesmas Jagong Jeget Kabupaten Aceh Tengah. • Untuk mengetahui status gizi lansia berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT) di Puskesmas Jagong Jeget Kabupaten Aceh Tengah. • Untuk mengetahui status gizi lansia berdasarkan Skor dari penilaian Mini Nutritional Assesment (MNA) di Puskesmas Jagong Jeget Kabupaten Aceh Tengah.
Manfaat Penelitian • Puskesmas • Sebagai bahan masukan dan informasi tentang status gizi lansia di wilayah kerja Puskesmas Jagong sehingga selanjutnya pihak Puskesmas dapat memberikan edukasi dan sosialisasi untuk pemenuhan nutrisi yang tepat bagi lansia. • Peneliti • Menambah wawasan dan pengalaman peneliti sendiri tentang bagaimana status gizi lansia di wilayah kerja Puskesmas Jagong Jeget secara khusus dan masyarakat Jagong secara umum.
Tinjauan Pustaka A.Definisi Lanjut Usia Menurut World Health Organization (WHO), lansia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun ke atas. WHO mengelompokkan menjadi 4 : 1. Middle Age 2. Elderly 3. Old 4. Very Old
B.Perubahan-Perubahan Yang Terjadi Pada Lansia Meliputi : 1. Perubahan Fisik 2. Perubahan Sosial 3. Perubahan Psikologis
1. Perubahan Fisik Sistem Kardiovaskular • Katup jantung menebal dan kaku • Kemampuan memompa darah menurun • Elastisitas pembuluh darah menurun • Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer sehingga TD meningkat
Sistem Respirasi
• Kekuatan otot-otot pernapasan menurun dan kaku • Elastisitas paru menurun • Kapasitas residu meningkat sehingga menarik nafas lebih berat • Kemampuan batuk menurun Sistem Muskuloskletal • Osteoporosis (tulang rapuh) • Kifosis (badan membungkuk) • Atrofi otot-otot (pengecilan)
Sistem Indra (Mata) • Respon terhadap sinar menurun • Akomodasi menurun • Lapangan pandang menurun
Sistem Indra (Telinga) • Membran timpani atrofi sehingga terjadi gangguan pendengaran
Sistem Gastrointestinal • Esofagus melebar • Asam lambung menurun • Peristaltik menurun sehingga daya absorbsi juga menurun 2. Perubahan Sosial • Perubahan peran dimana lansia mengalami kesepian ketika ditinggal pasangannya • Dirumah terus menerus akan membuat lansia cepat pikun • Berkurang aktivitas sosialnya akibat penurunan aktivitas
3. Perubahan Psikologis • Ingatan jangka pendek • Frustasi • Kesepian • Takut menghadapi kematian • Depresi • Kecemasan
C.Kebutuhan zat gizi pada Lansia Meliputi : 1. Kalori 2. Karbohidrat 3. Protein 4. Lemak D.Masalah gizi pada lansia
1. Obesitas Proses metabolisme yang menurun pada lansia bila tidak diimbangi dengan peningkatan aktivitas fisik atau penurunan jumlah makanan, maka kalori yang berlebihan akan diubah menjadi lemak yang mengakibatkan kegemukan 2. Malnutrisi Kekurangan gizi pada lansia ditandai dengan penurunan berat badan akibat kurangnya nafsu makan sehingga pemenuhan kalori yang dibutuhkan tidak tercukupi
Faktor-faktor yang menyebabkan kurangnya gizi pada lansia : 1. Keterbatasan ekonomi keluarga 2. Penyakit-penyakit kronis 3. Pengaruh psikologis 4. Hilangnya gigi 5. Kesalahan dalam pola makan 6. Kurangnya pengetahuan tentang gizi
E.Pengukuran status gizi lansia
Antropometri Berat Badan Tinggi Badan Berat Badan (kg) IMT =
Tinggi Badan (m)² Gizi Kurang Gizi Normal Gizi Lebih
< 18,5 kg / m² 18,5 – 25 kg / m² > 25 kg / m²
Depkes RI
Kategori status gizi lansia berdasarkan Indeks Massa Tubuh menurut WHO
Kategori
Gizi Kurang
Kekurangan
IMT
berat < 17,0
badan tingkat berat
Kekurangan
berat 17,0 – 18,5
badan tingkat berat > 18,5 – 25,0
Gizi Normal Gizi Lebih
Kelebihan berat badan > 25,0 – 27,0 tingkat ringan Kelebihan berat badan > 27,0
tingkat berat
Mini Nutritional Assesment (MNA) Mini Nutritional Assesment (MNA) adalah alat pengkajan skrining nutrisi yang paling cocok untuk lansia karena dapat cepat dan mudah untuk digunakan dan secara efektif dapat merefleksikan keadaan status gizi pada lansia.
Short (6 pertanyaan)
Full (12 pertanyaan)
• ≥12 : Normal/tidak berisiko, tidak membutuhkan pengkajian lebih lanjut • ≤11 : Mungkin malnutrisi, membutuhkan pengkajian lebih lanjut
• Indikasi nilai malnutrisi • ≥ 24: Nutrisi baik • 17-23,5: Risiko malnutrisi • < 17: Malnutrisi
MNA (18 pertanyaan)
Metode Penelitian Jenis dan Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan menggunakan metode pendekatan waktu cross sectional.
Waktu dan Tempat Penelitian Pengambilan data dilaksanakan pada bulan November sampai 2018. Penelitian ini dilakukan di Poli Umum Puskesmas Jagong Jeget.
Populasi Penelitian Semua pasien berumur diatas sama dengan 60 tahun yang berada di wilayah kerja Puskesmas Jagong Jeget.
Sampel Penelitian Semua pasien berumur diatas sama dengan 60 tahun yang berada di wilayah kerja Puskesmas Jagong Jeget yang datang berobat pada waktu yang telah ditentukan.
Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan pada layanan pengobatan di Poli Umum Puskesmas Jagong pada bulan November 2018. Pada penelitian ini, jenis data yang dikumpulkan adalah data primer yaitu data yang diperoleh dari hasil pengukuran antropometri dan formulir Mini Nutritional Assesment (MNA)
Alur Penelitian Pengukuran Antropometri
Mewawancarai Sampel (MNA)
Memeriksa Kelengkepan Data
Hasil Penelitian Distribusi Frekuensi Berdasarkan Usia Berdasarkan hasil penelitian didapatkan frekuensi usia dari pasien-pasien yang datang berobat ke Poli Umum Puskesmas Jagong Jeget adalah Elderly (60-74 tahun) berjumlah 43 pasien (95,6%), Old (75-90 tahun) berjumlah 2 pasien (4,4%), Very Old (>90 tahun) berjumlah 0 pasien Kelompok Usia
Frekuensi
Persentase (%)
Elderly (60-74 tahun)
43
95,6 %
Old (75-90 tahun)
2
4,4 %
Very Old (>90 tahun)
0
0 %
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Kelamin Berdasarkan hasil penelitian didapatkan frekuensi jenis kelamin dari pasien-pasien yang datang berobat ke Poli Umum Puskesmas Jagong Jeget adalah berjenis kelamin laki-laki berjumlah 25 pasien (55,6%) dan berjenis kelamin perempuan berjumlah 20 pasien (44,4%) Jenis Kelamin
Frekuensi
Persentase (%)
Laki-laki
25
55,6 %
Perempuan
20
44,4 %
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Suku Berdasarkan hasil penelitian didapatkan frekuensi suku dari pasien-pasien yang datang berobat ke Poli Umum Puskesmas Jagong Jeget adalah suku Aceh berjumlah 2 pasien (4,4%), suku Gayo berjumlah 13 pasien (28,9%), suku Jawa berjumlah 30 pasien (66,7%)
Suku
Frekuensi
Persentase (%)
Aceh
2
4,4 %
Gayo
13
28,9 %
Jawa
30
66,7 %
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kebiasaan Merokok Berdasarkan hasil penelitian didapatkan frekuensi kebiasaan merokok dari pasien-pasien yang datang berobat ke Poli Umum Puskesmas Jagong Jeget adalah laki-laki yang merokok berjumlah 17 pasien (37,8%), perempuan yang merokok berjumlah 0 pasien (0%) dan laki-laki yang tidak merokok berjumlah 8 pasein (17,8%), perempuan yang tidak merokok berjumlah 20 orang (44,4%). Kebiasaan Merokok
Jenis
Ya
Tidak
Kelamin Frekuensi
Persentase
Frekuensi
(%)
Persentase
(%)
Laki-laki
17
37,8 %
8
17,8 %
Perempuan
0
0%
20
44,4 %
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Status Gizi Menggunakan IMT Berdasarkan hasil penelitian didapatkan frekuensi status gizi berdasarkan Indeks Masa Tubuh (IMT) dari pasien-pasien yang datang berobat ke Poli Umum Puskesmas Jagong Jeget adalah gizi lebih berjumlah 5 pasien (11,1%), gizi normal berjumlah 34 pasien (75,6%), gizi kurang berjumlah 6 pasien (13,3%) Indeks Masa Tubuh (IMT)
Frekuensi
Persentase (%)
Gizi Lebih (>25)
5
11,1 %
Gizi Normal (18,5-25)
34
75,6 %
Gizi Kurang (<18,5)
6
13,3 %
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Status Gizi Menggunakan MNA Berdasarkan hasil penelitian didapatkan frekuensi status gizi berdasarkan Mini Nutritional Assesment (MNA) dari pasien-pasien yang datang berobat ke Poli Umum Puskesmas Jagong Jeget adalah kriteria normal dan tidak membutuhkan pengkajian lebih lanjut berjumlah 16 pasien (35,6%) dan kriteria mungkin malnutrisi dan membutuhkan pengkajian lebih lanjut berjumlah 29 pasien yang dibagi menjadi 3 kategori yaitu nutrisi baik berjumlah 4 pasien (8,9%), risiko malnutrisi berjumlah 19 pasien (42,2%), malnutrisi berjumlah 6 pasien (13,3%). Hasil Skrining MNA (Short)
Hasil Pengkajian MNA (Full)
Frekuensi
Persentase (%)
Normal dan tidak
Normal
16
35,6 %
Nutrisi baik
4
8,9 %
Risiko Malnutrisi
19
42,2 %
Malnutrisi
6
13,3 %
membutuhkan pengkajian lebih lanjut Mungkin malnutrisi dan membutuhkan pengkajian lebih lanjut
Pembahasan Hasil penelitian ini, kriteria normal dan tidak membutuhkan pengkajian lebih lanjut berjumlah 16 pasien (35,6%) dan kriteria mungkin malnutrisi dan membutuhkan pengkajian lebih lanjut berjumlah 29 pasien yang dibagi menjadi 3 kategori yaitu nutrisi baik berjumlah 4 pasien (8,9%), risiko malnutrisi berjumlah 19 pasien (42,2%), malnutrisi berjumlah 6 pasien (13,3%). Berdasarkan penelitian tersebut lebih banyak lansia yang berisiko malnutrisi dibandingkan dengan lansia yang malnutrisi atau lansia yang memiliki nutrisi baik. Hal ini sejalan dengan penelitian Oktariyani (2012), yang hasil pengkajian MNA dilanjutkan pada 75 lansia yang mengalami kemungkinan dan membutuhkan pengkajian lebih lanjut berdasarkann skrining MNA. Dari hasil pengkajian lebih lanjut pada 75 lansia didapatkan data bahwa 53 lansia (70,7%) mengalami risiko malnutrisi, 21 lansia (28%) mengalami malnutrisi sedangkan hanya 1 lansia (1,3%) yang memiliki nutrisi baik. Hasil tersebut menunjukkan lansia yang memiliki risiko malnutrisi lebih banyak daripada lansia yang malnutrisi dan lansia yang memiliki nutrisi baik.
Penutup Kesimpulan Penentuan status gizi menggunakan IMT didapatkan data bahwa gizi lebih berjumlah 5 pasien (11,1%), gizi normal berjumlah 34 pasien (75,6%), gizi kurang berjumlah 6 pasien (13,3%). Hal ini menunjukkan bahwa masalah gizi yang lebih besar yang diteliti pada lansia di Poli Umum Puskesmas Jagong Jeget adalah masalah gizi kurang dibandingkan masalah gizi lebih. Penentuan status gizi menggunakan Mini Nutritional Assesment (MNA) didapatkan data bahwa kriteria normal dan tidak membutuhkan pengkajian lebih lanjut berjumlah 16 pasien (35,6%) dan kriteria mungkin malnutrisi dan membutuhkan pengkajian lebih lanjut berjumlah 29 pasien yang dibagi menjadi 3 kategori yaitu nutrisi baik berjumlah 4 pasien (8,9%), risiko malnutrisi berjumlah 19 pasien (42,2%), malnutrisi berjumlah 6 pasien (13,3%). Hal ini menunjukkan bahwa lansia yang diteliti di Poli Umum Puskesmas Jagong Jeget pada bulan November 2018 berada dalam risiko malnutrisi.
Saran 1. Sebaiknya diadakan pengukuran dan pencatatan status gizi berdasarkan IMT secara berkala untuk mengetahui status gizi lansia. 2. Sebaiknya diadakan skrining dan pengkajian lebih lanjut menggunakan MNA secara berkala jika lansia memiliki status gizi kurang berdasarkan IMT untuk mengetahui apakah lansia mengalami malnutrisi atau tidak. 3. Diharapkan lansia diberikan informasi terkait pengetahuan dan kesadaran tentang pemenuhan nutrisi bagi para lansia agar dapat mengetahui pentingnya mengkonsumsi makanan yang bergizi dan asupan cairan yang cukup bagi tubuh.