FIELD LAB KETERAMPILAN PENANGGULANGAN TUBERKULOSIS PUSKESMAS WURYANTORO
KELOMPOK A6
AFIFAH HUSNUN FATHIMAH AZHARI HASNA LATHIFAH DHIMAZ DHANDY P DWIANA KARTIKAWATI FELINA JOZA SAVITRI INTAN ARDYLA M LUTHFI PRIMADANI KUSUMA M YUSUF HABIBI NAUFAL AMINUR RAHMAN NI PUTU DIAN APRIANDARY SEKAR AYU KUSUMONINGTYAS WISNU SKUNDA MAHENDRA
G0015009 G0015037 G0015057 G0015065 G0015087 G0015113 G0015141 G0015145 G0015185 G0015187 G0015211 G0015233
TUJUAN PEMBELAJARAN Setelah melakukan kegiatan laboratorium lapangan,diharapkan mahasiswa mampu : Menjelaskan standar diagnostik TB yang mengacu International Standards for Tuberculosis Care (ISTC) Menjelaskan penatalaksanaan TB yang mengacu International Standards for Tuberculosis Care (ISTC) Mendemonstrasikan cara penemuan suspek dan kasus TB dengan strategi DOTS.
Mendemonstrasikan cara pencatatan dan pelaporan kasus TB dengan strategi DOTS. Melakukan perhitungan angka keberhasilan pengobatan kasus TB. Mendemonstrasikan cara monitoring dan evaluasi pengobatan kasus TB dangan strategi DOTS.
KEGIATAN LAPANGAN
TAHAP KOORDINASI LAPANGAN I LAPANGAN II TAHAP KOORDINASI LAPORAN LAPANGAN III
SUSPEK TB
o suspek ditentukan dengan keluhan utama berupa batuk produktif selama 2-3 minggu atau lebih secara terus-menerus o gejala tambahan lain yang sering dijumpai berupa batuk berdarah, sesak nafas, nafsu makan menurun, berat badan menurun, badan lemah, rasa tidak enak badan (malaise), berkeringat pada malam hari walaupun tanpa kegiatan, dan demam meriang lebih dari 1 bulan.
SUSPEK TB: MEKANISME BATUK
Fase Inspirasi
Fase Kompresi
Fase Ekspirasi
•inspirasi singkat dan cepat dari sejumlah besar udara •Volume udara yang diinspirasi sangat bervariasi jumlahnya, antara 200 sampai 3500 ml di atas kapasitas residu fungsional
•glotis akan tertutup selama 0,2 detik, tekanan di paru dan abdomen akan meningkat •merupakan ciri khas batuk, yang membedakannya dengan manuver ekspirasi paksa lain karena akan menghasilkan tenaga yang berbeda
•secara aktif glotis akan terbuka •Udara akan keluar dan menggetarkan jaringan saluran napas serta udara yang ada
PENJARINGAN SUSPEK
Penemuan pasien TB dilakukan secara intensif pada kelompok populasi terdampak TB dan populasi rentan. Upaya penemuan secara intensif harus didukung dengan kegiatan promosi yang aktif, sehingga semua terduga TB dapat ditemukan secara dini. Penjaringan terduga pasien TB dilakukan di fasilitas kesehatan; didukung dengan promosi secara aktif oleh petugas kesehatan bersama masyarakat. Pelibatan semua fasilitas kesehatan dimaksudkan untuk mempercepat penemuan dan mengurangi keterlambatan pengobatan.
PENJARINGAN SUSPEK Penemuan secara aktif dapat dilakukan terhadap:
Kelompok khusus yang rentan atau beresiko tinggi sakit TB seperti pada pasien dengan HIV, Diabetes Mellitus dan malnutrisi. Kelompok yang rentan karena berada di lingkungan yang beresiko tinggi terhadap terjadinya penularan TB, seperti : Lapas/Rutan, tempat penampungan pengungsi, daerah kumuh, tempat kerja, asrama, dan panti jompo.
Anak dibawah umur lima tahun yang kontak dengan pasien TB. Kontak erat dengan pasien TB dan pasien TB resisten obat.
PENJARINGAN SUSPEK o Penerapan manajemen tatalaksana terpadu bagi pasien dengan gejala dan tanda yang sama dengan gejala TB, seperti pendekatan praktis kesehatan paru (Practical Approach to Lung health = PAL), manajemen terpadu balita sakit (MTBS), manajemen terpadu dewasa sakit (MTDS) akan membantu meningkatkan penemuan pasien TB di fasilitas kesehatan, mengurangi terjadinya misopportunity dan sekaligus dapat meningkatkan mutu layanan. o Tahap awal penemuan dilakukan dengan menjaring mereka yang memiliki gejala: 1) Gejala utama pasien TB paru adalah batuk berdahak selama 2 minggu atau lebih. Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak bercampur darah, batuk darah, sesak nafas, badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan menurun, malaise, berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisi, demam meriang lebih dari satu bulan. 2) Gejala-gejala tersebut diatas dapat dijumpai pula pada penyakit paru selain TB, seperti bronkiektasis, bronkitis kronis, asma, kanker paru, dan lain-lain. Mengingat prevalensi TB di Indonesia saat ini masih sangat tinggi, maka setiap orang yang datang ke fasilitas layanan kesehatan dengan gejala tersebut diatas, dianggap sebagai seorang terduga pasien TB, dan perlu dilakukan pemeriksaan dahak secara mikroskopis langsung.
ALUR PENCATATAN DAN PELAPORAN KASUS TB
FORMULIR TB NASIONAL TB 1. Kartu pengobatan TB
TB 2. Kartu identitas penderita TB 3. Register TB kabupaten TB 4. Register Laboratorium TB TB 5. Formulir permohonan laboratorium TB untuk pemeriksaan dahak TB 6. Daftar tersangka penderita (suspek) yang diperiksa dahak SPS TB 7. Laporan Triwulan Penemuan Penderita Baru dan Kambuh TB 8. Laporan Triwulan Hasil Pengobatan Penderita TB Paru yang terdaftar 12 – 15 bulan lalu TB 9. Formulir rujukan/pindah penderita TB 10. Formulir hasil akhir pengobatan dari penderita TB pindahan
TB 11. Laporan Triwulan Hasil Pemeriksaan Dahak Akhir Tahap Intensif untuk penderita terdaftar 3 - 6 bulan lalu TB 12. Formulir Pengiriman Sediaan Untuk Cross Check TB 13. Laporan Penerimaan dan Pemakaian OAT di kabupaten
ALUR ADMINISTRASI TB PUSKESMAS WURYANTORO
Pasien datang
Mendaftar di bagian BP
Pasien diber TB 02
Dokter melakukan anamnesis
Apabila hasil lab (+) pengelola mengisi TB 01
Apabila terdiagnosis TB
Pengelola mengisi SITT dan TB 03
Isi form TB 05
Diberikan kepada pengelola TB puskesmas
Periksa dahak
TB 04: registrasi TB 06: Daftar suspek diperiksa
PEMERIKSAAN FISIK DAN LABORATORIUM
PEMERIKSAAN FISIK
Kelainan paru pada umumnya terletak di daerah lobus superior terutama daerah apeks dan segmen posterior (S1 dan S2) , serta daerah apeks lobus inferior (S6). Pada pemeriksaan jasmani dapat ditemukan antara lain suara napas bronkial, amforik, suara napas melemah, ronki basah, tanda-tanda penarikan paru, diafragma dan mediastinum.
PEMERIKSAAN BAKTERIOLOGIK
Cara pengambilan dahak 3 kali (SPS): Sewaktu / spot (dahak sewaktu saat kunjungan) Pagi ( keesokan harinya ) Sewaktu / spot ( pada saat mengantarkan dahak pagi) atau setiap pagi 3 hari berturutturut.
PEMERIKSAAN BAKTERIOLOGIK
Interpretasi pemeriksaan mikroskopis dibaca dengan skala IUATLD (rekomendasi WHO) : Tidak ditemukan BTA dalam 100 lapang pandang, disebut negatif Ditemukan 1-9 BTA dalam 100 lapang pandang, ditulis jumlah kuman yang ditemukan Ditemukan 10-99 BTA dalam 100 lapang pandang disebut + (1+) Ditemukan 1-10 BTA dalam 1 lapang pandang, disebut ++ (2+)
PEMERIKSAAN RADIOLOGIK
Gambaran radiologi yang dicurigai sebagai lesi TB aktif :
Bayangan berawan / nodular di segmen apikal dan posterior lobus atas paru dan segmen superior lobus bawah Kaviti, terutama lebih dari satu, dikelilingi oleh bayangan opak berawan atau nodular Bayangan bercak milier
Efusi pleura unilateral (umumnya) atau bilateral (jarang)
ALUR DIAGNOSIS TB DEWASA DAN ANAK
PENGOBATAN TB
Tahap awal Pada tahap awal pasien mendapat obat setiap hari dan perlu diawasi secara langsung untuk mencegah terjadinya kekebalan obat. Bila pengobatan tahap awal tersebut diberikan secara tepat, biasanya pasien menular menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu.
Sebagian besar pasien TB BTA positif menjadi BTA negatif (konversi) dalam 2 bulan. Tahap lanjutan Pada tahap lanjutan pasien mendapat jenis obat lebih sedikit, namun dalam jangka waktu yang lebih lama. Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persister sehingga mencegah terjadinya kekambuhan.
JENIS OBAT ANTI TUBERKULOSIS (OAT)
Isoniasid / INH (H) Bersifat bakterisid, dapat membunuh 90% populasi kuman dalam beberapa hari pertama pengobatan. Obat ini sangat efektif terhadap kuman yang sedang berkembang.
Dosis harian yang dianjurkan 5 mg/kg BB, sedangkan untuk pengobatan tahap lanjutan 3 kali seminggu diberikan dengan dosis 10 mg/kg BB. Efek samping pada anak: hepatitis, neuritis perifer, hipersensitivitas
Rifampisin (R) Bersifat bakterisid, dapat membunuh kuman persister yang tidak dapat dibunuh oleh Isoniasid.
Dosis 10 mg/kg BB diberikan sama untuk pengobatan harian maupun tahap lanjutan 3 kali seminggu. Efek samping pada anak: gastrointestinal, reaksi kulit, hepatitis, trombositopenia, peningkatan enzim hati, cairan tubuh berwarna oranye kemerahan
Pirazinamid (Z) Bersifat bakterisid, dapat membunuh kuman yang berada dalam sel dengan suasana asam.
Dosis harian yang dianjurkan 25 mg/kg BB, sedangkan untuk pengobatan tahap lanjutan 3 kali seminggu diberikan dengan dosis 35 mg/kg BB. Efek samping pada anak: toksisitas hati, artralgia, gastrointestinal
JENIS OBAT ANTI TUBERKULOSIS (OAT)
Streptomisin (S) Bersifat bakterisid. Pasien berumur sampai 60 tahun dosisnya 0,75 g/hari, sedangkan untuk berumur 60 tahun atau lebih diberikan 0,50 g/hari. Efek samping pada anak: neuritis optik, ketajaman mata berkurang, buta warna merah-hijau, penyempitan lapang pandang, hipersensitivitas, gastrointestinal
Etambutol (E) Bersifat sebagai bakteriostatik. Dosis harian yang dianjurkan 15 mg/kg BB sedangkan untuk pengobatan tahap lanjutan 3 kali seminggu digunakan dosis 30 mg/kg BB. Efek samping pada anak: ototoksik, nefrotoksik
Paduan pengobatan standar yang direkomendasikan WHO Paduan OAT
Kategori Diagnosis
Pasien TB
TB
I
Tahap awal (harian atau 3 x seminggu)a
TB paru kasus baru
TB paru BTA negatif kasus baru dengan lesi luas
TB berat + HIV atau TB ekstraparu berat
2 HRZE b
Tahap lanjutan (harian
atau
3
seminggu) a
4H3R3 atau 4 HR c
TB paru BTA positif dengan pengobatan terdahulu : II
Kasus kambuh
Kasus putus berobat
Kasus gagal d
2 HRZES/ 1 HRZE
TB paru BTA negatif kasus baru (selain kategori 1) III
TB ekstraparu ringan
5 H3R3E3 atau 5 HRE 4H3R3 atau
2 HRZE e
4 HR atau 6 H3E3 atau 6 HE c
Kasus kronik atau MDR (BTA masih positif setelah pengobatan IV
ulang yang diawasi) f
x
PADUAN OAT YANG DIGUNAKAN DI INDONESIA Paduan pengobatan KDT yang digunakan oleh Program Nasional Penanggulangan TB di Indonesia: Kategori 1 : 2(HRZE)/4(HR)3. Kategori 2 : 2(HRZE)S/(HRZE)/5(HR)3E3. Kategori Anak* : 2(HRZ)/4(HR)
Di samping ketiga kategori ini, ada paduan obat sisipan (HRZE).
Paket Kombipak
Terdiri dari obat lepas yang dikemas dalam satu blister harian, yaitu Isoniasid, Rifampisin, Pirazinamid dan Etambutol. Paduan OAT ini masih disediakan program untuk mengatasi pasien yang mengalami efek samping OAT KDT.
Paduan OAT ini disediakan dalam bentuk paket, dengan tujuan untuk memudahkan pemberian obat dan menjamin kelangsungan (kontinuitas) pengobatan sampai selesai. Satu (1) paket untuk satu (1) pasien dalam satu (1) masa pengobatan.
OAT KDT
OAT KDT adalah obat dalam bentuk kaplet dan tablet yang isinya terdiri dari kombinasi beberapa jenis obat dengan dosis tertentu.
Dibandingkan dengan bentuk obat yang tidak dikombinasi atau bentuk lepas, OAT KDT mempunyai beberapa keuntungan dalam pengobatan TB, yaitu: Dosis obat dapat disesuaikan dengan berat badan sehingga menjamin efektifitas obat dan mengurangi efek samping. Mencegah penggunaan obat tunggal sehingga menurunkan risiko terjadi resistensi obat ganda dan mengurangi kesalahan penulisan resep. Jumlah tablet yang ditelan jauh lebih sedikit sehingga pemberian obat menjadi sederhana dan meningkatkan kepatuhan pasien.
DOSIS KATEGORI I OAT Berat Badan
Tahap Awal tiap hari (56 dosis)
Tahap Lanjutan 3 kali seminggu selama 16 minggu (48 dosis)
30 – 37 kg
2 kaplet 4KDT
2 tablet 2KDT
38 – 54 kg
3 kaplet 4KDT
3 tablet 2KDT
55 – 70 kg
4 kaplet 4KDT
4 tablet 2KDT
≥ 71 kg
5 kaplet 4KDT
5 tablet 2KDT
DOSIS KATEGORI II OAT Berat Badan
Tahap Awal tiap hari 56 dosis
Tahap Awal tiap hari 28 dosis
Tahap Lanjutan 3 kali seminggu selama 20 minggu (60 dosis)
30–37 kg
2 kaplet 4KDT + 500 mg Streptomisin inj.
2 kaplet 4KDT
2 tab 2KDT + 2 tab Etambutol
38–54 kg
3 kaplet 4KDT + 750 mg Streptomisin inj.
3 kaplet 4KDT
3 tab 2KDT + 3 tab Etambutol
55–70 kg
4 kaplet 4KDT + 1000 mg Streptomisin inj.
4 kaplet 4KDT
4 tab 2KDT + 4 tab Etambutol
≥ 71 kg
5 kaplet 4KDT + 1000mg Streptomisin inj.
5 kaplet 4KDT
5 tab 2KDT + 5 tab Etambutol
DOSIS ANAK
DOSIS ANAK KOMBIPAK
2 bulan tiap hari
4 bulan tiap hari
RHZ (75/50/150 mg)
RH (75/50 mg)
5-9
1 tablet
1 tablet
Berat Badan (kg)
BB
BB
BB
< 10 kg
10 - 19 kg
20 - 33 kg
10-14
2 tablet
2 tablet
Isoniasid
50 mg
100 mg
200 mg
15-19
3 tablet
3 tablet
Rifampicin
75 mg
150 mg
300 mg
20-32
4 tablet
4 tablet
Pirasinami
150 mg
300 mg
600 mg
Jenis Obat
d
DOSIS ANAK KDT
TATALAKSANA TB ANAK Diagnosis TB dengan pemeriksaan selengkap mungkin (Skor ≥6 sebagai entry point)
Beri OAT 2 bulan terapi, dievaluasi
Ada perbaikan klinis
Terapi TB diteruskan sampai 6 bulan
Tidak ada perbaikan klinis
Terapi TB diteruskan sambil mencari penyebabnya
Untuk RS fasilitas terbatas, rujuk ke RS dengan fasilitas lebih lengkap
INDIKATOR DALAM PROGRAM PENANGANAN TB
Angka Penjaringan Suspek 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑢𝑠𝑝𝑒𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑖𝑘𝑠𝑎 𝑥 100.000 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘 157 𝑥 100.000 35.000 = 448,57
Proporsi Pasien TB BTA Positif diantara Suspek 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑇𝐵 𝐵𝑇𝐴 𝑝𝑜𝑠𝑖𝑡𝑖𝑓 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑚𝑢𝑘𝑎𝑛 𝑥 100% 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑠𝑢𝑠𝑝𝑒𝑘 𝑇𝐵 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑖𝑘𝑠𝑎 6 𝑥 100% 157 = 3,82 %
Angka konversi adalah prosentase pasien baru TB 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑇𝐵 𝐵𝑇𝐴 𝑝𝑜𝑠𝑖𝑡𝑖𝑓 (𝑏𝑎𝑟𝑢 + 𝑘𝑎𝑚𝑏𝑢ℎ) 𝑥 100% 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑇𝐵 (𝑠𝑒𝑚𝑢𝑎 𝑡𝑖𝑝𝑒) 6 𝑥 100% 10 = 60 %
Proporsi Pasien TB anak diseluruh pasien TB 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑇𝐵 𝑎𝑛𝑎𝑘 15 𝑡ℎ𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑚𝑢𝑘𝑎𝑛 𝑥 100% 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑇𝐵 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑐𝑎𝑡𝑎𝑡 1 𝑥 100% 10 = 10 %
Angka Penemuan Kasus 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑇𝐵 𝐵𝑇𝐴 𝑝𝑜𝑠𝑖𝑡𝑖𝑓 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑙𝑎𝑝𝑜𝑟𝑘𝑎𝑛 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑇𝐵. 07 𝑥 10 𝑃𝑒𝑟𝑘𝑖𝑟𝑎𝑎𝑛 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑏𝑎𝑟𝑢 𝑇𝐵 𝐵𝑇𝐴 𝑝𝑜𝑠𝑖𝑡𝑖𝑓 6 𝑥 100% 20 = 30 %
Angka Notifikasi kasus 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑇𝐵 (𝑠𝑒𝑚𝑢𝑎 𝑡𝑖𝑝𝑒)𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑙𝑎𝑝𝑜𝑟𝑘𝑎𝑛 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑇𝐵. 07 𝑥 100% 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘
Angka Konversi 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑇𝐵 𝑝𝑎𝑟𝑢 𝐵𝑇𝐴 𝑝𝑜𝑠𝑖𝑡𝑖𝑓 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑘𝑜𝑛𝑣𝑒𝑟𝑠𝑖 𝑥 100% 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑏𝑎𝑟𝑢 𝑇𝐵 𝑝𝑎𝑟𝑢 𝐵𝑇𝐴 𝑝𝑜𝑠𝑖𝑡𝑖𝑓 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑜𝑏𝑎𝑡𝑖 7 𝑥 100% 9 = 77,8 %
Angka kesembuhan 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑇𝐵 𝑏𝑎𝑟𝑢 𝐵𝑇𝐴 𝑝𝑜𝑠𝑖𝑡𝑖𝑓 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑠𝑒𝑚𝑏𝑢ℎ 𝑥 100% 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑏𝑎𝑟𝑢 𝑇𝐵 𝑝𝑎𝑟𝑢 𝐵𝑇𝐴 𝑝𝑜𝑠𝑖𝑡𝑖𝑓 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑜𝑏𝑎𝑡𝑖 6 𝑥 100% 9 = 66,7 %
Angka Keberhasilan Pengobatan 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑏𝑎𝑟𝑢 𝑇𝐵 𝐵𝑇𝐴 𝑝𝑜𝑠𝑖𝑡𝑖𝑓 (𝑠𝑒𝑚𝑏𝑢ℎ + 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑜𝑏𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑙𝑒𝑛𝑔𝑘𝑎𝑝) 𝑥1 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑏𝑎𝑟𝑢 𝑇𝐵 𝐵𝑇𝐴 𝑝𝑜𝑠𝑖𝑡𝑖𝑓 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑜𝑏𝑎𝑡𝑖 6 9
𝑥 100%
= 66,7 %
Nama
: Bapak Wagiman
Umur
: 60 tahun
Pekerjaan
: Petani
BMI
: Berat badan 54kg (3bulan lalu). Berat badan 64kg (30 Oktober 2016)
Riwayat Gula : 450 (sebelum pulang ke Wuryantoro). Sekarang 280. Baru-baru ini didapatkan peningkatan gula darah diatas normal (bapaknya lupa berapa) dan sering mengalami sesak napas. Namun sekarang Bapak Wagiman sudah melakukan diet lebih baik untuk mengurangi kadar gula dengan memakan nasi sisa kemarin yang notabene kadar gula dan karbohidrat yang ada di nasi sudah tidak terlalu banyak. Agar lebih terasa enak saat makan, beliau mencampur nasi sisa kemarin dengan kuah sayur. Berdasarkan keturunan, tidak didapatkan riwayat gula pada orangtua Bapak Wagiman ataupun ke anak dan cucunya. Keluhan utama yang dirasakan oleh beliau yaitu batuk terus-terusan selama 3 minggu lebih. Kira-kira sejak Oktober sudah batuk, namun merasa berat mulai dua minggu yang lalu kira-kira minggu kedua bulan Oktober. Batuk disertai dengan dahak berwarna kuning coklat kental. Nafsu makan menurun sejak batuk dirasa memberat. Kemudian beliau datang ke Puskesmas Wuryantoro lalu diambil sampel dahak. Dan ternyata beliau masuk ke dalam jaringan suspek TB.
Didapatkan riwayat merokok sejak remaja. Sering melinting rokok sendiri dan langsung menghisapnya. Namun semenjak masuk usia tua sudah mulai berhenti. Faktor yang memperberat adalah ketika Bapak Wagiman melakukan pekerjaannya dalam mencangkul, semakin batuk ketika digunakan bekerja. Batuk menjadi lebih ringan jika Bapak Wagiman tidur ataupun duduk. Sebelum pasien terjaring menjadi suspek TB (sebelum diobati) Bapak Wagiman memiliki keluhan lain yaitu mudah berkeringat di malam hari dan sering gelisah. Setelah terjaring suspek TB, beliau segera diberi Obat antiTB oleh puskesmas Wuryantoro. Tidak ketinggalan dengan Pengawas Menelan Obat (Bapak Purnomo) yang selalu mengawasi dan menjadwal waktunya minum obat dan ganti jadwal tahap minum obat TB. Awal minum obat, Bapak Wagiman merasa deg-degan, mual, dan muntah, namun bisa diimbangi dengan banyak minum air putih. Hingga sekarang, bapak Wagiman tidak pernah putus berobat. Tanggal 30 Oktober ketika kami melakukan Field Lapangan, merupakan waktu pergantian obat Bapak Wagiman dari tahap intensif ke tahap lanjutan.
SIMPULAN Dari rangkaian kegiatan Field Lab yang telah kami lakukan, secara keseluruhan kegiatan berjalan dengan baik. Koordinasi antara kelompok dan tenaga kesehatan di puskesmas wuryantoro sudah sangat baik. Untuk kegiatan visitasi di kediaman pasien TB yaitu bapak Wagiman, kami dapat menyimpulkan pengobatan yang diberikan kepada beliau cukup berhasil. Kmenurut kami metode pengobatan yang dilakukan oleh puskesmas Wuryantoro sangat baik. Yatu, dengan menekankan interaksi langsung dengan penderita TB dan pendekatan secara kekeluargaan saat pengobatan.
Kemudian dari hasil indicator dalam program penanganan TB, semua indicator masih dibawah angka standar yang ditentukan. Namun belum tentu pelayanan kesehatan di puskesmas Wuryantoro yang kurang. Kemungkinan lain kurangnya kesadaran warga untuk memeriksakan diri saat mengalami batuk tak kunjung sembuh. Selain itu banyak tahap pengobatan yang dijalani pasien belum selesai ketika data untuk memperoleh indicator ini didapat. Kemudian masih tersisa 2 bulan lagi bagi puskesmas Wuryantoro untuk mencapai target.
SARAN 1. Memperbanyak jumlah kader kesehatan untuk memberikan penyuluhan pencegahan infeksi TB dan penyebaran TB 2. Memberikan masker gratis kepada warga di wilayah dengan prevalensi TB yang tinggi 3. Memanfaatkan saran media social untuk memberi penyuluhan maupun pelayanan kesehatan yang bersifat promotif kepada masyarakat
4. Memperketat, memperluas area, dan lebih proaktif dalam proses penjaringan suspek 5. Berkolaborasi dengan elemen masyarakat dalam program P2M TB seperti, karang taruna, ketua RT/RW, ibu-ibu PKK, dan orang yang disegani di kalangan masyarakat.
TERIMA KASIH