Ppk Rm.docx

  • Uploaded by: asti
  • 0
  • 0
  • August 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Ppk Rm.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,880
  • Pages: 16
PANDUAN PRAKTEK KLINIS ( PPK ) TATA LAKSANA KASUS RSUD KELAS B MAJALAYA RSUD KELAS B MAJALAYA

STROKE PENGERTIAN ( Definisi )

Stroke adalah kumpulan gejala kelainan neurologis lokal yang timbul mendadak akibat gangguan peredaran darah di otak yang disebabkan penyakit atau kelainan yang juga merupakan faktor risiko. Gejala tersebut dapat disertai atau tidak disertai gangguan kesadaran dan manifestasi klinis tergantung lokasi lesi neuroanatomis

ANAMNESIS

-

PEMERIKSAAN FISIK

Diperlukan pemerkasaan neurologis yang menyeluruh. Pemeriksaan ini meliputi: 1. Pemeriksaan kesadaran dengan Glasgow Coma scale 2. Evaluasi status mental dengan minimental state evaluation 3. Uji fungsi kognisi dengan Rancho Los Amigos Cognitive Scale 4. Pemeriksaan Saraf kranial 5. Pemeriksaan sensibilitas superfisial dan dalam, propioseptif, diskriminasi 2 titik, monofilamen tes. 6. Pemeriksaan lingkup gerak sendi 7. Pemeriksaan kekuatan dan tonus otot 8. Pemeriksaan kordinasi motorik 9. Uji keseimbangan statis dan dinamis 10. Uji fungsi lokomotor 11. Pemeriksaan refleks fisiologis/reflek tendon dalam 12. Pemeriksaan repleks patologis (Babinski,dll) 13. Uji fungsi komunikasi 14. Uji fungsi menelan 15. Uji fungsi berkemih 16. Uji fungsi defekasi 17. Uji kemampuan fungsional dan perawatan diri 18. Uji pola jalan

KRITERIA DIAGNOSIS

-

DIAGNOSIS KERJA

Stroke

DIAGNOSIS BANDING

-

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Laboratorium yang sesuai

TATA LAKSANA : Tindakan Operatif Tindakan Konservatif Lama Perawatan

1. Rehabilitasi Rehabilitasi stroke adalah pengelolaan medis dan rehabilitasi komprehensif terhadap disabilitas yang diakibatkan stroke melalui pendekatan neurorehabilitasi. Program rehabilitasi perlu disusun sesuai dengan tingkat keparahan akibat serangan stroke. Rehabilitasi stroke fase akut dilaksanakan selama pasien dirawat inap. Pada kondisi medis dan neurologis stabil (fase subakut), pasien bisa dilakukan rehabilitasi rawat inap maupun rawat jalan/ home care. Sedangkan fase kronik/lanjut rehabilitasi dilakukan dengan rawat jalan. Program rehabilitasi multidisiplin secara komprehensif dimulai dari fase akut secara inter maupun intra disiplin dengan spesialis lain. 2. Latihan Program latihan fisik bertujuan untuk meningkatkan kapasitas fungsi dengan penekanan pada peningkatan kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari (ADL). Instruksi mengenai teknik-teknik kompensasi dan edukasi yang dibutuhkan pasien diajarkan juga terhadap keluarga atau caregiver penting untuk mempersiapkan kembalinya pasien ke rumah. Bukti-bukti menunjukan bahwa terapi fisik bermanfaat terhadap reorganisasi korteks pasca stroke, yang diiringi dengan perbaikan pada kontrol motorik dan kapasitas fungsinya. 3. Disfagia Penanganan disfagia neurogenik tergantung pada fasenya, meliputi penggunaan selang nasogastrik, modifikasi diet (mis; cairan kental, makanan dihaluskan), dan terapi menelan (mis; penggunaan tehnik kompensasi seperti mengangkat dagu saat menelan). 4. Komunikasi Gangguan komunikasi bisa berupa afasia, disartria, dan lain-lain. Tindakan rehabilitasi diberikan sesuai dengan penilaian kelainan yang terdapat pada pasien. 5. Kognisi Stroke seringkali mempengaruhi kemampuan kognisi pasien. Perubahan dalam memori, perhatian, insight, dan kemampuan penyelesaian masalah sering ditemukan pada pasien dengan stroke. Penentuan tingkatan dari gangguan kognisi dapat ditentukan dengan Ranchoo Los Amigos Scale dan minimental. Edukasi dan latihan keluarga merupakan komponen penting dalam rehabilitasi kognitif. Pengenalan dan penatalaksanaan depresi paska stroke merupakan hal yang sangat penting, karena depresidapat menyebabkan penurunan kognitif paska stroke. 6. Ortotis Ortotis dapat membantu kegiatan mobilisasi penderita stroke. Ortosis dapat membantu kompensasi pada gangguan dorsofleksi

pergelangan kaki, mengontrol pergerakan kaki, spastisitas dan stabilisasi sendi lutut. 7. Bantuan Ambulasi dan Kursi Roda Adanya hemiparesis pada penderita stroke menyebabkan banyak penderita srtoke membutuhkan alat bantu untuk ambulasi, seperti tongkat, tongkat kaki empat,hemi-walker, atau pada beberapa kasus dapat menggunakan walker konvensional. Pada kondisi yang berat kursi roda dibutuhkan untuk ambulasi pasien. Pada penderita stroke one-side arm wheelchair berguna karena dapat mengontrol kedua roda hanya dari satu sisi. 8. Subluksasi Bahu Subluksasi bahu umum terjadi pada kasus hemiplegia pasca stroke. Menopang lengan dengan menggunakan penopang lengan (arm board) dan penggunaan shoulder sling/cuff dapat mencegah dan memperbaiki subluksasi tersebut. Pada nyeri bahu Stimulasi listrik bermanfaat untuk mengurangi nyeri bahu. 9. Evaluasi untuk dapat bekerja kembali. Evaluasi dilakukan terhadap kemampuan fungsional yang masih dimiliki dan ditingkatkan kemampuannya untuk dapat melakukan pekerjaan seperti sebelum terkena stroke dengan atau tanpa alat bantu 10. Alat Bantu Adaptif Alat bantu adaptif merupakan alat bantu yang bentuk dan fungsinya disesuaikan untuk meningkatkan kemampuan fungsi seorang penderita stroke untuk mampu melakukan aktifitas yang diperlukan. EDUKASI ( Hospital Health Promotion )

-

PROGNOSIS

Ad Vitam : dubia ad bonam / malam Ad Sanationam : dubia ad bonam / malam Ad Fungsionam : dubia ad bonam / malam

TINGKAT EVIDENS

I / II / III / IV

TINGKAT REKOMENDASI

A/B/C

PENELAAH KRITIS

-

INDIKATOR

-

KEPUSTAKAAN

1. Pengembangan Konsep Nasional Penagggulangan Stroke, Depkes,2001. 2. Standar Operasional Prosedur, Depkes, 2002. 3. Konsensus Nasional Rehabilitasi Stroke (PERDOSRI), 2004. 4. Konsesnsus Nasional Pengelolaan Stroke di Indonesia, PERDOSSI, 1999. 5. Bradstater ME. Important Practical Issue in Rehabilitation of the Stroke Patient.In: Stroke Rehabilitation, Williams and Wilkins. 1987.p 90-101. 6. Stein J. Stroke. In: Frontera WR, editor. Essentials of Physical Medicine and Rehabilitation, 2nd ed. Saunders Elsevier. Philadelphia ; 2008 .p 887-91

PANDUAN PRAKTEK KLINIS ( PPK ) TATA LAKSANA KASUS RSUD KELAS B MAJALAYA RSUD KELAS B MAJALAYA

LOW BACK PAIN PENGERTIAN ( Definisi )

ANAMNESIS

PEMERIKSAAN FISIK

Nyeri yang dirasakan di daerah punggung bagian bawah yaitu di antara iga terbawah sampai lipatan gluteal. Epidemiologi 1. 60-90 % insiden dalam seluruh hidup 2. 5% insiden tahunan 3. Insiden pada pria sama dengan wanita 4. Pada usia 60 th: wanita lebih banyak dari pria 5. Pada sekitar 50% - 80% orang dewasa yang bekerjaterjadi LBP tiap tahunnya. 1. Lokasi 2. Karakter nyeri 3. Tingkat keparahan 4. Waktu: onset, durasi, frekuensi 5. Faktor pemicu 6. Pekerjaan 7. Aktivitas sehari-hari 1. Observasi - Postur: anterior, posterior, lateral - Deformitas tulang belakang - Kulit: psoriasis, atau penyakit vaskular yang menimbulkan nyeri - Pola jalan 2. Palpasi - Tulang - Otot: trigger point,spasme,tonus 3. Gerakan - ROM spine: forward flexion, extension, side banding, rotasi - Ekstremitas 4. Tes Neurologi; - MMT: miotom L1-S1 - Reflex - Keseimbangan dan koordinasi 5. Low Back Maneuver: - SLR - Kernig test - Pelvic rock test - Gaensien sign - Patrick-Contra Patrick

KRITERIA DIAGNOSIS

-

DIAGNOSIS KERJA

Low Back Pain

DIAGNOSIS BANDING

1. Neurofisiologi - Elektromiografi (EMG), - Needle EMG dan H-refleks - Somatosensory Evoked Potensial (SEP) 2. Radiologik - Foto Polos - Mielografi, Mielo-CT, CT-Scan, MRI - Diskografi 3. Laboratorium - LED,DL,UL

PEMERIKSAAN PENUNJANG

TATA LAKSANA : Tindakan Operatif Tindakan Konservatif Lama Perawatan

EDUKASI ( Hospital Health Promotion )

Program Manajemen konservatif Nyeri Punggung Bawah 1. Edukasi Pasien, konseling (fisik, okupasi, vokasional,psikososial) 2. Terapi obat: parasetamol, OAINS, muscle relaxant dan anti depresan 3. Terapi suntikan: 1% xylocaine, kortikosteroid  trigger point injection 4. Modalitas fisik: cold packs (48 jam pertama), hot packs, ultrasound,TENS 5. Orthosis: LSO bila perlu 6. Aktifitas fisik terkontrol, tirah baring lama 7. Terapi latihan - Peregangan lumbal & panggul + Rom exercise(+ heat/cold modalities) - Penguatan ekstensor trunkus + panggul - Latihan stabilisasi lumbal 8. Okupasi: body mechanics dan posture training 9. Manual medicine: manipulasi untuk mengurangi spasme -

PROGNOSIS

Ad Vitam : ad bonam Ad Sanationam : dubia ad bonam / malam Ad Fungsionam : dubia ad bonam / malam

TINGKAT EVIDENS

I / II / III / IV

TINGKAT REKOMENDASI

A/B/C

PENELAAH KRITIS

-

INDIKATOR

-

KEPUSTAKAAN

1. Abd OE. Low back Sprain. In : Frontera WR, Silver Jk, Rizzo TD (eds) Essentials of Physical Medicine and Rehabilitation, second edition. Saunders publishing, philadephia; 2008:247-52 2. Barr KP, Harrast MA. Low Back Pain. In: Braddom RL (ed). Physical Medicine and Rehabilitation, fourth edition, Elsevier Saunders publishing, Philadelphia; 2011: 871-912

PANDUAN PRAKTEK KLINIS ( PPK ) TATA LAKSANA KASUS RSUD KELAS B MAJALAYA RSUD KELAS B MAJALAYA

BELL’S PALSY PENGERTIAN ( Definisi )

Bell’s palsy adalah facial paralisis karena disfungsi dari nervus fasialis perifer yang menyebabkan kelumpuhan otot-otot wajah. Dapat disebabkan oleh inflamasi yang menyebabkan edema nervus fasialis. Suatu proses non-supuratif, non-neoplasmatik, nondegeneratif primer pada bagian nervus fasialis di foramen stilomastoideus atau sedikit proksimal dari foramen tersebut, yang akut dan sembuh sendiri tanpa pengobatan.

ANAMNESIS

KRITERIA DIAGNOSIS

1. Rasa nyeri 2. Gangguan atau kehilangan pengecapan. 3. Riwayat pekerjaan dan adakah aktivitas yang dilakukan pada malam hari diruangan terbuka atau di luar ruangan. 4. Riwayat penyakit yang pernah dialami oleh penderita seperti infeksi saluran pernafasan, otitis, herfes, dan lain-lain. Pemeriksaan neurologis pada paresis N.VI tipe perifer yaitu gerakan volunter dari: 1. Mengerutkan dahi 2. Memejamkan mata 3. Mengembangkan cuping hidung 4. Tersenyum 5. Bersiul 6. Mengencangkan kedua bibir -

DIAGNOSIS KERJA

Bell’s Palsy

DIAGNOSIS BANDING

1. Tumor pada serebelopontin angle yang menekan saraf fasialis 2. Kerusakan saraf wajah karena infeksi virus (misal sindroma Ramsay Hunt) 3. Infeksi telinga tengah atau sinus mastoideus 4. Patah tulang pada dasar tengkorak Untuk mengeklusikan bell’s palsy dari diferential diagnosis diatas dapat ditentukan dari riwayat perjalanan penyakit, hasil pemeriksaan Rontgen, CT-scan, MRI dan elektrofisiologi.

PEMERIKSAAN FISIK

PEMERIKSAAN PENUNJANG

TATA LAKSANA : Tindakan Operatif Tindakan Konservatif Lama Perawatan

 

Terapi medikamentosa oral (golongan kortikosteroid) Terapi non medikamentosa:  Untuk mengurangi nyeri pemberian modalitas panas pada sisi wajah yang terkena. Pemanasan superfisial dengan infra red, pemanasan dalam berupa Shortwave Diathermy atau Microwave Diathermy dengan memperhatikan indikasi dan kontraindikasi  Latihan reedukasi otot-otot wajah. Latihan gerak volunter otot wajah dan massage wajah diberikan setelah fase akut. Latihan berupa mengangkat alis tahan 5 detik, mengerutkan dahi, menutup mata dan mengangkat sudut mulut, tersenyum, bersiul / meniup (dilakukan di depan kaca untuk feedback dengan konsentrasi penuh).  Pemberian modalitas listrik untuk mencegah atrofi dan memperkuat otot Tujuan pemberian stimulasi listrik yaitu menstimulasi otot untuk mencegah / memperlambat terjadi atrofi sambil menunggu proses regenerasi dan memperkuat otot yang masih lemah. Misalnya dengan faradisasi yang tujuannya adalah untuk menstimulasi otot, reedukasi dari aksi otot, melatih fungsi otot, meningkatkan sirkulasi, meregangkan serta mencegah perlengketan. Diberikan 2minggu setelah onset.

Program rumah  Kompres hangat daerah sisi wajah yang sakit selama 20 menit bila sudah melewati stadium akut  Massage wajah yang sakit ke arah atas dengan menggunakan tangan dari sisi wajah yang sehat.  Latihan tiup lilin, berkumur, makan dengan mengunyah disisi yang sakit, minum dengan sedotan, mengunyah permen karet Perawatan mata  Beri obat tetes mata (golongan artifial tears) 3x sehari  Memakai kacamata gelap sewaktu bepergian siang hari.  Biasakan menutup kelopak mata secara pasif sebelum tidur EDUKASI ( Hospital Health Promotion )

-

PROGNOSIS

Prognosis bell’s palsy baik.

TINGKAT EVIDENS

I / II / III / IV

TINGKAT REKOMENDASI

A/B/C

PENELAAH KRITIS

-

INDIKATOR

-

KEPUSTAKAAN

1. Sidharta P.Bell’s Palsy. Dalam Tata Pemeriksaan Klinis dalam Neurologi. Edisi ke-2. astoasmoro s, Trihono PP, Pujiadi A, Tridjaja B, Mulya GD. Dian Rakyat Jakarta; 2007 2. Dilingham TR. Electrodiagnostic Medicine II: Clinical Evaluation and Findings . In: Braddom RLet al. Physical Medicine and Rehabilitation. 4th ed. Elsevier Saunders. Philadelphia ; 2011. P.209 3. Committee of Physical Therapy Protocols Office of Physical Therapy Affairs Ministry of Health –Physical Therapy Management facial Nerve Paralysis. Kuwait; 2007. 4. Teixeira LJ. Physical therapy for Bell’s palsy(idiophatic facial paralysis). The Cochrane Collaboration. Published by JohnWiley & Sons, Ltd. 2008

PANDUAN PRAKTEK KLINIS ( PPK ) TATA LAKSANA KASUS RSUD KELAS B MAJALAYA RSUD KELAS B MAJALAYA

CEREBRAL PALSY PENGERTIAN ( Definisi )

Cerebral palsy (CP) adalah kelainan gerak dan postur yang disebabkan oleh suatu penyakit atau cedera yang bersifat non progresif pada otak yang imatur.

ANAMNESIS

1. Disfungsi motoric halus dan kasar 2. Gangguan gerak, transfer, ambulasi 3. Gangguan AKS : makan, minum, berpakaian,toileting, berhias 4. Gangguan komunikasi 5. Gangguan psikososial dan vokasional

PEMERIKSAAN FISIK

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.

Keterlambatan tahapan perkembangan Gerak dan postur berupa spastik atau diskinetik Pola jalan (crouch gait) Evaluasi pendengaran Evaluasi penglihatan Pemeriksaan tonus dan spastisitas Reflek primitive yang menetap Evaluasi nervus kranialis Evaluasi komunikasi

KRITERIA DIAGNOSIS

-

DIAGNOSIS KERJA

Cerebral Palsy

DIAGNOSIS BANDING

-

PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. 2. 3. 4. 5. 6.

TATA LAKSANA : Tindakan Operatif Tindakan Konservatif Lama Perawatan

1.

2.

3.

4.

5. 6. 7.

8.

EDUKASI ( Hospital Health Promotion )

Evaluasi kognitif Radiologi Konvensional BERA CT Scan MRI Laboratorium darah untuk mencari penyebab seperti infeksi TORCH, gangguan metabolic dan kelainan genetik Edukasi Edukasi keluarga dan lingkungan mengenai penanganan dalam hal interaksi keluarga dengan penderita(bayi/anak), serta lingkungan yang sesuai untuk anak tersebut. Terapi disfungsi motoric - Kombinasi berbagai bentuk teknik fasilitasi dengan latihan aktifitas motorik fungsional sesuai tahap perkembangan mulai dari kontrol kepala hingga berjalan untuk motoric kasar - Stimulasi gerakan dan keterampilan tangan sesuai tahapan perkembangan yang sudah/belum dicapai - Metode: inhibisi, fasilitasi, stimulasi Casting / Splint dan Ortosis/Ortotik dan Prostetik - Resting atau night splint, untuk memelihara ROM, misalnya pada ankle (mencegah plantar fleksi) dan pada pergelangan tangan atau jari tangan untuk stabilitasi - AFO(Ankle Foot Orthosis), untuk control spastik equinus dan hiperekstensi lutut saat “stane phase” - Hip abduction orthosis, untuk mencegah kontraktur adductor panggul dan dipasang juga pada pasca operasi adductor panggul. Tatalaksana gangguan wicara - Stimulasi bahasa - Stimulasi sesuai tingkat perkembangan - Stimulasi pembendaharaan kata-kata Manajemen feeding dan drooling serta gangguan menelan Terapi psikososial dan edukasional Medikamentosa dengan obat antispastisitas - Baclofen - Injeksi botox Operasi Dilakukan oleh ahli bedah orthopedic pada kondisi: Terjadi deformitas kontraktur yang mengganggu aktivitas vokasional dan perawatan diri

Menekankan pada manajemen di rumah dalam hal interaksi keluarga dengan penderita (bayi/anak), serta lingkungan yang sesuai untuk anak tersebut

PROGNOSIS

Ad Vitam : ad bonam Ad Sanationam : dubia ad bonam / malam Ad Fungsionam : dubia ad bonam / malam

TINGKAT EVIDENS

I / II / III / IV

A/B/C

TINGKAT REKOMENDASI PENELAAH KRITIS

-

INDIKATOR

-

KEPUSTAKAAN

1. Mattews DJ, Wilson P.Cerebral Palsy. In: Molnar GE (ed) Pediatic Rehabilitation 3rd ed. Philadelphia. Hanley and Belfus Inc. 1999:193-213 2. Bleck EE. Orthopedic Management in cerebral Palsy. Philadelphia. Stanford University School of Medicine. Mac Keith Press, 1987:6-10 3. Erhardt Rp. Cerebral Palsy. In: Hopkins HL, Smith HD(ed) Willard and Spackman’s Occupational Therapy 8th ed. Philadelphia. JB Lippincott Company, 0993:430-443 4. Werner, David. Disabled Village Children 2nd ed. Palo Alto. The Hesperian Foundation, 1998.

PANDUAN PRAKTEK KLINIS ( PPK ) TATA LAKSANA KASUS RSUD KELAS B MAJALAYA RSUD KELAS B MAJALAYA

PENGERTIAN ( Definisi )

OSTEOARTRITIS (OA) Osteoartritis merupakan bentuk artritis kronik yang paling sering terjadi dan ditandai dengan adanya degenerasi kartilage artikular dimana semua komponen kartilage hancur. Osteoartritis merupakan penyakit degeneratif sendi yang dapat menyebabkan disabilitas kronik. Saat ini, osteoartritis umum terjadi pada pasien setengah baya dan paling sering mengakibatkan disabilitas pada pasien usia lanjut di atas 65 tahun. 1. 2. 3. 4.

ANAMNESIS

PEMERIKSAAN FISIK

Nyeri Kekakuan di pagi hari kurang dari 30 menit Berkurangnya lingkup gerak Bengkak

Pemeriksaan sendi  Inspeksi dan Palpasi - Pembesaran/penonjolan tulang - Misalignment - Tanda-tanda inflamasi - Suhu kulit lebih hangat dibandingkan daerah sekitarnya - Pembengkakan jaringan lunak - Efusi sendi  Uji LGS - Berkurangnya ruang lingkup sendi - Locking saat LGS - Krepitus - Nyeri Pemeriksaan neuromuskular  Inspeksi dan Palpasi - Atrofi otot periartikular - Kelemahan otot periartikular  

KRITERIA DIAGNOSIS

-

Kekuatan otot ekstensor lutut o Dilakukan dengan meminta pasien berdiri dari tempat duduknya dengan satu kaki Uji Trendelenburg o Kelemahan pada otot abduktor panggul

DIAGNOSIS KERJA

-

DIAGNOSIS BANDING

-

PEMERIKSAAN PENUNJANG



 

TATA LAKSANA : Tindakan Operatif Tindakan Konservatif Lama Perawatan

EDUKASI ( Hospital Health Promotion )

Foto Rontgen untuk konfirmasi diagnosis - Penipisan ruang sendi yang asimetris - Osteofit pada margin sendi - Sklerosis kortikal - Pembentukan kista subkondral MRI untuk menyingkirkan osteonekrosis awal jika OA tidak terlihat pada foto rontgen pada kasus nyeri sendi Analisa cairan sendi - Untuk menyingkirkan penyakit deposisi kristal (seperti gout, pseudogout), artritis inflamatorik, atau artritis infeksiosa - Hitung leukosit biasanya <2000 sel/mm3 - Jika eritrosit meningkat tinggi, curiga polimyalgia reumatika, penyakit inflamatorik lainnya, keganasan, atau infeksi yang tidak jelas penyebabnya 1. NSAID (termasuk COX-2 inhibitor) 2. Analgetik 3. Fisioterapi - Program pelenturan (stretching) dan latihan LGS yang diawali dengan terapi panas akan sangat membantu - Pemberian ice packs (terapi dingin) sesudah exercise dapat mengurangi nyeri - Edukasi dalam penggunaan terapi dingin dan panas - Latihan gaya berjalan dan transfer - Latihan kekuatan otot - Exercise aerobik dan resistan, kekuatan secara dinamik dan statik - Penggunaa alat bantu untuk ambulasi 4. Terapi Okupasi - Latihan untuk tehnik konservasi energi - Latihan AKS - Latihan penggunaan alat bantu untuk makan, berhias, berpakaian, dan aktifitas sehari-hari lainnya 5. Intervensi ortotik - penggunaan sepatu yang menyelaraskan tinggi kaki - Bracing, taping, dll 6. Injeksi asam hialuronat intra-artikular setiap minggu selama 3-5 minggu, dan dapat diulang sebanyak 2-4 kali setiap tahun 7. Tindakan bedah: Konsultasi kepada dokter spesialis ortopedi untuk risiko dan keuntungan dari pembedahan

Pencegahan osteoartritis ditujukan untuk mengurangi/menghindari trauma pada sendi yang bersifat repetitif.  

Menjaga berat badan ideal Olah raga teratur yang tidak membebani sendi, seperti berenang, bersepeda statis, tai chi

  

PROGNOSIS

Lindungi sendi: postur tubuh seimbang dan gerak mekanik tubuh yang sesuai Hindari stress berlebihan dan repetitif pada sendi Hindari cedera pada sendi Ad Vitam : ad bonam Ad Sanationam : dubia ad bonam / malam Ad Fungsionam : dubia ad bonam / malam

TINGKAT EVIDENS

I / II / III / IV

TINGKAT REKOMENDASI PENELAAH KRITIS

A/B/C -

INDIKATOR

-

KEPUSTAKAAN

1. Wilkins AN, Phillips EM. Osteoarthritis. In: Frontera WR, Silver JK, Rizzo TD. Essentials of Physical Medicine and Rehabilitation. Muskuloskeletal Disorders, Pain, and Rehabilitation. 2nd ed. Philadelphia: Saunders 2008. p745-53 2. Stitik TP, Foye PM, Stiskal D, Nakser RR. Chapter 32. Osteoarthritis. In: Delisa JA, Gans BM, Walsh NE, Bockenek WL, Fronteral WR, Geiringer SR. Physical Medicine & Rehabilitation: Principles and Practice. 4th ed. Lippincott Williams & Wilkins 2005. 3. Shiel WC, Stoppler MC. Osteoarthritis (OA or Degenerative Arthritis). MedicineNet.com 2011; November 18:. [Available at http://www.medicinenet.com/osteoarthritis.htm]. 4. Eustice C. 6 Tips for Osteoarthritis Prevention. About.com Guide 2010; November 20:. [Available at http://osteoarthritis.about.com/od/jointprotection/a/OA_prevention.h tm].

Related Documents

Ppk
May 2020 30
Ppk
June 2020 19
Ppk Dbd.docx
December 2019 29
Ppk Paru.docx
July 2020 6
Ppk Ppok.docx
May 2020 27
Ppk Anestesi.docx
July 2020 10

More Documents from "dini apriliani"