Ppk Paru.docx

  • Uploaded by: Anonymous lSrbnG
  • 0
  • 0
  • July 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Ppk Paru.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 8,359
  • Pages: 62
No. ICD-X: J.851 1.

Nama penyakit / diagnosis

:

Abses Paru Abses paru adalah peradangan di jaringan paru yang disertai pembentukan rongga yang berisi nanah

2.

Kriteria diagnosis

:





Demam tinggi, batuk-batuk, mula-mula jumlah dahak sedikit. Bila rongga abses berhubungan dengan bronkus yang agak besar maka isi abses dibatukkan keluar dalam jumlah banyak, berupa nanah, kadang-kadang disertai hemoptisis. Seringkali dahak berbau busuk atau bercampur darah Pemeriksaan jasmani: foto toraks menunjukkan rongga berisi udara dan cairan dalam paru dengan air fluid level

3.

Diagnosis diferensial

:

  

Empiema Bula terinfeksi Kanker paru

4.

Pemeriksaan penunjang 4.1. Umum

:

 

Foto toraks PA & lateral Laboratorium darah: leukosit, LED meninggi Sediaan apus sputum pulasan gram, biakan dan uji resistensi terhadap kuman mikroorganisme

4.2. Khusus

:

  

Bronkoskopi Tomogram atau CT Scanning toraks

5.

Konsultasi

:

 

Dokter Spesialis Paru Dokter Spesialis Bedah Toraks bila perlu tindakan pembedahan

6.

Perawatan rumah sakit

:

Rawat inap

7.

Terapi : Umum: 7.1. Terapi nonmedikamentosa :

7.2. Terapi medikamentosa

:

 

Istirahat Fisioterapi bila sputum banyak



Penisilin injeksi 2 x 1,2 juta unit & Kloramfenikol 4 x 500 mg sampai rongga abses menutup ( 2 minggu) Metrodinazol 3 x 500 mg, bila dahak berbau busuk (infeksi kuman anaerob) Obat pilhan lain: amoksisilin + asam klavulanat 3 x 1 g selama 3 – 5 hari, dilanjutkan 3 x 500 mg sampai rongga abses menutup

 

7.3. Terapi khusus

:

 

8.

Standar rumah sakit

:



Cuci bronkus (bronchial toilet) atau bila abses berhubungan dengan bronkus besar Reseksi paru bila terapi antibiotika gagal



Rumah sakit tipe C / D bila tidak begitu berat Rumah sakit tipe B / A, bila perlu tindakan operasi Batuk darah masif Sepsis Infeksi jamur Pembentukan fungus ball

Penyulit (komplikasi)

:

   

10. Informed consent (tertulis)

:

Perlu, bila akan dilakukan tindakan

11. Standar tenaga

:

 

12. Lama perawatan

:

Tergantung perjalanan penyakit

13. Masa pemulihan

:

Tergantung perjalanan penyakit

14. Output

:

 

15. PA

:

-

16. Autopsi / risalah rapat

:

-

9.

Dokter umum bila gejala ringan Dokter Spesialis Paru

Sembuh sempurna Rongga abses tersisa

17. Bidang terkait

:

  

18. Fasilitas khusus

:

Kamar bedah (bila perlu tindakan)

Bedah Toraks Rehabilitasi Medik Mikrobiologi

1.

Nama penyakit / diagnosis

:

2.

Kriteria diagnosis

:

No. ICD-X: J.80 Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS) Adalah gagal napas akut yang ditandai dengan hipoksemia berat dan edema paru nonkardiogenik, akibat inflamasi akut, peningkatan permeability kapiler dan mengurangnya compliance paru. Etiologi pneumonia bakteri, virus, Pneumocystis carinii, legionela dan TB milier, aspirasi isi lambung (syndrom Mendelson), terhirup etilen glikol atau hidrokarbon, near drowning, renjatan traumatik atau hemoragik, emboli lemak atau cairan amnion, kontusio paru, trauma nontoraks, cedera kepala, peningkatan tekanan intrakranial, pankreatitis, kelebihan dosis heroin, metadon, propoksifen atau barbiturat atau terhirup parakuat. Banyak lagi keadaan lain yang dianggap sebagai penyebab seperti terhirup asap, penggunaan oksigen berkonsentrasi tinggi pada bantuan ventilasi lama, uremia, operasi pintas kardiopulmoner, DIC, transfusi darah masif, sindrom Goodpasture dll.    

Adanya faktor penyebab (telah diuraikan di atas) Gambaran infiltrat merata di kedua paru pada foto toraks Tekanan baji kapiler paru < 12 mmHg PaO2 (dari Analisis Gas Darah Arteri -AGDA) 50 mmHg atau kurang dengan penggunaan oksigen fraksi 60%

Catatan: Gejala klinis tidak khas seperti batuk, sesak (takipnea), takikardia, ronki di kedua paru. 3.

Diagnosis diferensial

4.

Pemeriksaan penunjang

:

Edema paru kardiogenik

4.1. Umum

:

 

4.2. Khusus

:

-

5.

Konsultasi

:

Dokter spesialis paru

6.

Perawatan rumah sakit

:

Harus dirawat di rumah sakit

7.

Terapi : Umum: 7.1. Terapi nonmedikamentosa :

Foto toraks AGDA

 

Oksigen Cairan infus

7.2. Terapi medikamentosa

:



Mengobati faktor penyebab

7.3. Terapi khusus

:



Menggunakan ventilator mekanik (dengan PEEP) yang dilengkapi dengan terapi NO (nitrogen oksida) dengan posisi “prone”

8.

Standar rumah sakit

:

Tipe B

9.

Penyulit (komplikasi) : 7.1. Terapi nonmedikamentosa :

  

Gagal napas Sepsis Payah jantung

10. Informed consent (tertulis)

:

Diperlukan terutama karena sewaktu-waktu diperlukan bantuan ventilator mekanik

11. Standar tenaga

:

Dokter Spesialis Paru

12. Lama perawatan

:

Sampai keadaan klinis, AGDA dan foto toraks menjadi tenang

13. Masa pemulihan

:

2 – 4 minggu

14. Output

:

Dubia

15. PA

:

Umumnya tidak diperlukan

16. Autopsi / risalah rapat

:

-

17. Bidang terkait

:

  

Radiologi Anestesi Penyakit Dalam

18. Fasilitas khusus

:

  

Kardiologi Neurologi Bedah

 

ICU ICCU

No. ICD-X: J.45 1.

Nama penyakit / diagnosis

:

Asma Bronkiale

2.

Kriteria diagnosis

:



3.



Riwayat serangan sesak napas disertai mengi daan atau batuk-batuk berulang dengan atau tanpa dahak akibat faktor pencetus dan dapat hilang dengan atau tanpa pengobatan Pada pemeriksaan jasmani dijumpai ekspirasi memanjang dengan atau tanpa mengi (wheezing). Pada serangan dapat ditemukan penggunaan otot bantu napas yang berlebihan

Klasifikasi diagnosis

:

   

Asma intermiten Asma persisten Asma persisten sedang Asma persisten berat

Diagnosis diferensial

:



Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) Pneumotoraks Asma kardiale Bronkitis kronik Payah jantung kiri

    4.

Pemeriksaan penunjang 4.1. Umum

:





Laboratorium - darah rutin - kadar eosinofil total - kadar IgE Foto toraks untuk menyingkirkan penyakit lain

4.2. Khusus

:

  

Spirometri Uji bronkodilator Uji provokasi bronkus bila diperlukan (gejala tidak khas)

5.

Konsultasi

:



Dokter spesialis paru

6.

Perawatan rumah sakit

:



Rawat jalan bila serangan asma ringan Rawat inap bila serangan asma berat



7.

Terapi : Terapi jangka panjang 7.1. Terapi nonmedikamentosa :

   

7.2. Terapi medikamentosa

:

    

Terapi pada serangan akut Menurut beratnya serangan 7.3. Terapi nonmedikamentosa :

7.4. Terapi medikamentosa

:

Oksigen Terapi cairan (infus)



Bronkodilator - Adrenalin subkutan - Terbutalin i.m - Aminofilin i.v Bronkodilator inhalasi (2 agonis, ipratropium bromide) dengan: - Nebulisasi - Inhaler + spacer Kortikosteroid sistemik: i.v, i.m, oral Antibiotika, mukolitik, ekspektoran atas indikasi



Standar rumah sakit

:

9.

Penyulit (komplikasi) 9.1. Karena penyakit

: :

9.2. Karena tindakan

:

Antiinflamasi - Steroid inhaler - Steroid oral dosis rendah Teofilin lepas lambat 2 agonis lepas lambat Anti leukotrien: kromolin Obat lain: antibiotika, mukolitik, ekspektoran atas indikasi

 



8.

Avoidance (menghilangkan faktor pencetus) Fisioterapi Senam asma Pendidikan dan penyuluhan kesehatan



Tipe D atau Puskesmas dengan fasiliti perawatan

   

Sinusitis Emfisema subkutis Pneumotoraks Gagal napas

 

Infeksi Pneumomediastinum

10. Informed consent (tertulis)

:

Perlu bila gagal napas dan membutuhkan pemasangan mesin bantu napas (ventilator mekanik)

11. Standar tenaga

:

Dokter Umum

12. Lama perawatan

:

 1 minggu

13. Masa pemulihan

:

Dapat langsung bekerja (0 – 5 hari)

14. Output

:

  

15. PA

:

-

16. Autopsi / risalah rapat

:

-

17. Bidang terkait

:

  

18. Fasilitas khusus

:

ICU dengan ventilator mekanik bila disertai gagal napas

Cepat membaik Perbaikan bertahap Meninggal

Alergi THT Rehabilitasi Medik

No. ICD-X: J.20 1.

Nama penyakit / diagnosis

:

Bronkitis Akut Ialah proses radang akut pada saluran bawah. Tidak dijumpai kelainan radiologi. Penyebab tersering adalah virus. Bila berlangsung lebih dari 5 – 7 hari dan terjadi perubahan warna sputum perlu dipikirkan infeksi bakteri.

2.

Kriteria diagnosis

:

Demam, batuk-batuk (dari batuk kering sampai berdahak), kadangkadang disertai sesak napas dan disertai nyeri dada

3.

Diagnosis diferensial

:

  

4.

Pemeriksaan penunjang 4.1. Umum

:

 



Infeksi akut saluran bagian atas Bronkopneumonia TB paru

napas

Foto toraks PA dan lateral Laboratorium rutin darah - Hitung leukosit mungkin meninggi - Pada hitung jenis, terdapat dominasi sel leukosit PMN Sputum mikoroorganisme atas indikasi

4.2. Khusus

:

Sesuai komplikasi

5.

Konsultasi

:

Dokter Spesialis Paru

6.

Perawatan rumah sakit

:

Rawat jalan

7.

Terapi : Umum: 7.1. Terapi nonmedikamentosa :

  

Istirahat O2 Hidrasi (terapi cairan)

7.2. Terapi medikamentosa

:

   

Mukolitik Ekspektoran Antitusif bila perlu Antibiotika bila perlu

7.3. Terapi khusus

:



Terapi inhalasi bila perlu



Sesuai komplikasi

8.

Standar rumah sakit

:

Tipe D

9.

Penyulit (komplikasi) 9.1. Karena penyakit

:

   

9.2. Karena tindakan

:

-

10. Informed consent (tertulis)

:

Tidak perlu

11. Standar tenaga

:

Dokter Umum

12. Lama perawatan

:

Tidak perlu rawat

13. Masa pemulihan

:

1 minggu

14. Output

:

 

15. PA

:

-

16. Autopsi / risalah rapat

:

-

17. Bidang terkait

:

 

18. Fasilitas khusus

:

-

Pneumonia Abses paru Empiema Septikemia

Sembuh total Komplikasi

Radiologi Mikrobiologi

No. ICD-X: J.47 1.

Nama penyakit / diagnosis

:

Bronkiektasis Ialah penyakit paru yang ditandai oleh dilatasi yang disertai destruksi dinding bronkus yang kronik dan menetap. Keadaan ini dapat terjadi akibat kelainan kongenital, infeksi menahun dan berulang, faktor mekanik, maupun gangguan saraf perifer otot-otot bronkus.

2.

Kriteria diagnosis

:





Kelainan anatomic berupa pelebaran bronkus yang dapat terlihat pada bronkografi atau CT scanning toraks dan kadang-kadang dari foto toraks biasa Gejala klinis dapat tidaak ditemukan atau berupa batuk produktif atau batuk darah. Pada keadaan lanjut dapat disertai sesak napas Batuk pada perubahan posisi



3.

Diagnosis diferensial

:

  

Fibrosis TB paru Bronkitis kronik

4.

Pemeriksaan penunjang 4.1. Umum

:

 

Foto toraks PA & lateral Laboratorium rutin darah: hitung leukosit meninggi MO sputum



4.2. Khusus

:

  



5.

Konsultasi

:

Bronkografi CT scanning toraks Pengambilan bahan untuk biakan & uji resistensi mikoorganisme penyebab: aspirasi transtorakal, bronkoskopi dengan sikat kateter terlindung ganda atau kateter balon Foto sinus paranalisis jika dicurihai ada sinusitis

Dokter Spesialis Paru

6.

Perawatan rumah sakit

:

7.

Terapi : Umum: 7.1. Terapi nonmedikamentosa :

Rawat inap pada bronkiektasis terinfeksi berulang atau hemoptisis

 



7.2. Terapi medikamentosa

:

   

8.

Oksigen Fisioterapi - postural drainage bila dahaak amat banyak - Breathing Exercises - Coughing Exercise Cuci bronkus atau bronchial toilet, bila produksi sputum amat banyak Antibiotika bila ada infeksi Mukolitik ekspektorans bila perlu Bronkodilator bila ada obstruksi Koagulan bila batuk darah

7.3. Terapi khusus

:

Pembedahan: lobektomi atau pneumo-nektomi bila kelainan unilateral disertai keluhan infeksi berulang atau batuk darah

Standar rumah sakit

:

 

Tope C & D atau Puskesmas untuk kasus-kasus ringan Tipe B atau A bila membutuhkan tindakan bedah Sepsis Hemoptisis masif Gagal napas

Penyulit (komplikasi)

:

  

10. Informed consent (tertulis)

:

Perlu bila ada diagnostik invasif

11. Standar tenaga

:

Dokter Umum untuk kasus ringan

12. Lama perawatan

:

1 – 2 minggu

13. Masa pemulihan

:

1 minggu

14. Output

:



9.

  

Lesi ireversibel, tak daapat sembuh Bebas gejala Komplikasi Gagal napas



Kematian

15. PA

:

-

16. Autopsi / risalah rapat

:

Bila memungkinkan

17. Bidang terkait

:

   

18. Fasilitas khusus

:

OK bila dilakukan tindakan bedah ICU bila memerlukan ventilator mekanik

Mikrobiologi Rehabilitasi Medik Bedah Toraks THT

No. ICD-X: J.81 1.

Nama penyakit / diagnosis

:

Edema Paru

2.

Kriteria diagnosis

:







Klinis biasanya pasien dalam posisi duduk sedikit membungkuk ke depan, sesak hebat, dapat disertai dengan sianosis, berkeringat dingin, batuk dengan sputum berwarna kemerahan Pada auskultasi didapatkan ronki basah kasar pada lebih dari setengah lapangan paru, wheezing, gallop protodiastolik, bunyi jantung dua pulmonal mengeras Pada foto toraks didapatkan hilus melebar, densiti meningkat, disertai garis Kerley ABC

3.

Diagnosis diferensial

:

        

ARDS Emboli paru Pneumonia Pneumotoraks Asma akut PPOK eksaserbasi akut Tumor mediastinum Tumor paru Efusi pleura

4.

Pemeriksaan penunjang 4.1. Umum

:

   

Foto toraks AGDA EKG Enzim kardiak

4.2. Khusus

:



Tekanan baji kapiler pulmoner (PCWP) Rasio total edema alveolarserum (Tpc / Tpc) Perbedaan tekanan osmotic kapiler tekanan baji kapiler pulmoner (COP-PCWP)

 

5.

Konsultasi

:

Dokter Spesialis Paru

6.

Perawatan rumah sakit

:

Setiap penderita dengan dugaan edema paru harus segera dirawat

7.

Terapi : Umum: 7.1. Terapi nonmedikamentosa :

 

Oksigen Infus cairan

7.2. Terapi medikamentosa

:



Bergantung pada penyebab / penyakit yang mendasari

7.3. Terapi khusus

:





Ventilator mekanik dengan atau tanpa PEEP1 pada hipoksia berat, asidosis atau tidaak berhasil dengan terapi oksigen CPAP

:



Rumah Sakit tipe B

Penyulit (komplikasi) 9.1. Karena penyakit 9.2. Karena tindakan berkurang 10. Informed consent (tertulis)

: : :

 Gagal napas Cairan intravaskular berlebih atau

:

Perlu terutama bila akan dilakukan pemasangan ventilator mekanik

11. Standar tenaga

:

Dokter Spesialis Paru

12. Lama perawatan

:

Tergantung penyebab

13. Masa pemulihan

:

1 – 2 minggu

14. Output

:

 

15. PA

:

-

16. Autopsi / risalah rapat

:

-

17. Bidang terkait

:

18. Fasilitas khusus

:

 Radiologi  Anestesi  Kardiologi  Penyakit Dalam ICU ICCU

8.

Standar rumah sakit

9.

Sembuh Meninggal

No. ICD-X: J.90 1.

Nama penyakit / diagnosis

:

Efusi Pleura

2.

Kriteria diagnosis

:

Terdapatnya cairan dalam rongga pleura yang dapat disebabkan oleh:  Tuberkulosis  Infeksi nontuberkulosis  Keganasan primer / metastasis  Reaksi radang ikutan proses lain Gejala klinis yang sering dijumpai adalah sesak napas, batuk-batuk, dada sisi yang sakit lebih cembung dan tertinggal pada pernapasan, suara napas menghilang, pekak dan perkusi.

3.

Diagnosis diferensial

:

  

Pleuropneumonia Schwarte (penebalan pleura) Atelektasis

4.

Pemeriksaan penunjang 4.1. Umum

:



Foto toraks PA dan lateral (sesuai letak cairan) Analisis cairan pleura: kimia, hitung sel Mikrobiologi Sitologi

  

5.

4.2. Khusus

:

  

Konsultasi

:

Dokter Spesialis Paru

:

Bila ciaran banyak dan produksi

6. Perawatan rumah sakit cepat 7.

Terapi : Umum: 7.1. Terapi nonmedikamentosa : 7.2. Terapi medikamentosa

:

Punksi dan biopsi pleura Torakoskopi (atas indikasi) Bila dicurigai keganasan, pemeriksaan yang sesuai dugaan

Sesuai dengan penyebab efusi pleura. Bila penyebab belum diketahui, dapat dipertimbangkan

pengobatan anti tuberkulosis, terutama pada usia dewasa muda. 7.3. Terapi khusus

:

Punksi cairan pleura dan bila cairan cukup banyak dilakukan pemasangan WSD

8.

Standar rumah sakit

:

 

Tipe D Pasien yang menggunakan WSD harus dirawat di rumah sakit tipe C / B dengan dokter spesialis paru

9.

Penyulit (komplikasi) 9.1. Karena penyakit

:   

Empiema Penekanan paru dan organorgan di mediastinum Schwarte (penebalan pleura)

 

Pneumotoraks Perdarahan

9.2. Karena tindakan

10. Informed consent (tertulis)

:

Perlu untuk tindakan diagnostik dan terapi invasif

11. Standar tenaga

:

Dokter Umum

12. Lama perawatan dan penyebab

:

1 minggu, tergantung diagnosis

13. Masa pemulihan

:

1 minggu

14. Output

:

  

15. PA

:

Biopsi pleura

16. Autopsi / risalah rapat

:

Bila mungkin

17. Bidang terkait

:

  

18. Fasilitas khusus

:

Torakoskopi

Sembuh total Sembuh parsial Komplikasi (tergantung diagnosis & penyebab)

Radiologi Patologi klinik Patologi anatomi

No. ICD-X: I.26 1.

Nama penyakit / diagnosis

:

Emboli Paru

2.

Kriteria diagnosis

:

Emboli paru muncul bila trombus vena terlebas dan terbawa dalam sirkulasi arteri pulmoner, tersangkut dan menyumbat sebagian / total aliran darah di pohon arteri pulmoner

3.

Diagnosis diferensial

:





 



   



Penyakit-penyakit jantung (angina, infark miokard perikarditis, aneurisma aorta disekan, gagal jantung, stenosis mitral, tamponade jantung) Penyakit-penyakit paru (pneumonia, pleuritis, pneumotoraks, asma, PPOK, penyakit paru interstitial, ARDS, aspirasi) Penyakit-penyakit esofagus (spasme, ruptur esofagus) Penyakit mediastinum (mediastinitis, pneumomediastinum, hematom mediastinum) Proses-proses abdominal (pankreatitis, abses subfrenik, ruptur hati, perforasi ulkus, iskemi / distensi usus) Penyakit-penyakit ginjal (batu ginjal, pielonefris infark ginjal) Penyakit-penyakit sistemik (syok, anemia, sepsis) Dispnea psikogen Penyakit-penyakit neuromuscular (abnormalitas susunan syaraf pusat, neuropati yang melibatkan otot-otot pernapasan, miopati yang melibatkan otot-otot pernapasan) {enyakit-penyakit muskuloskeletal (patah tulang iga, patah tulang sternum, kostokondritis, spasme otot, kolaps vertebral akut)

4. Pemeriksaan penunjang 4.1. Umum

:

   

4.2. Khusus

:

      

Laboratorium: leukosit, serum LDH, enzym transaminase, bilirubin Foto toraks EKG AGDA Scanning ventilasi perfusi Dopler Angiografi pulmoner Impedance plethysmography (IPG) Venografi Ekokardiografi Transesofageal (TEE) Helikal CT Scanning

5.

Konsultasi

:

Dokter Spesialis Paru

6.

Perawatan rumah sakit

:

Rawat inap, setiap penderita dengan dugaan emboli paru harus segera dirawat.

7.

Terapi : Emboli submasif 7.1. Terapi nonmedikamentosa :

 

Istirahat Oksigen

7.2. Terapi medikamentosa

:

Infus heparin 7 – dilanjutkan Walfarin oral

7.3. Terapi khusus

:

-

Emboli submasif berulang 7.1. Terapi nonmedikamentosa :

 

10

hari

masih

ada

Istirahat Oksigen

7.2. Terapi medikamentosa

:

Antikoagulasi trombus

7.3. Terapi khusus

:

Mencegah emboli septik dengan cara vena cavae plication, clipping dan ligasi

Emboli masif 7.1. Terapi nonmedikamentosa :

 

bila

Oksigen dengan aliran tinggi Infus

7.2. Terapi medikamentosa

:

 

Heparin bolus Terapi trombolitik

7.3. Terapi khusus

:



Embolektomi

8.

Standar rumah sakit

:

Rumah Sakit tipe B, sebaiknya tipe A

9.

Penyulit (komplikasi) 9.1. Karena penyakit

:   

9.2. Karena tindakan

Infark paru Hemoptisis masif ARDS

-

10. Informed consent (tertulis)

:

Perlu terutama bila akan dilakukan tindakan diagnostik invasif dan terapi agresif

11. Standar tenaga

:

 

12. Lama perawatan

:

Tergantung penyebab

13. Masa pemulihan

:

2 minggu

14. Output

:

  

15. PA

:

-

16. Autopsi / risalah rapat

:

-

17. Bidang terkait

:

    

Radiologi (Radionuklear) Anestesi Kardiologi Penyakit Dalam Ahli Bedah kardiovaskuler

18. Fasilitas khusus

:

  

Kamar bedah ICU ICCU

Dojter Spesialis Paru Dokter Spesialis Jantung Pembuluh Darah

Sembuh Sembuh parsial Meninggal

No. ICD-X: J.86 1.

Nama penyakit / diagnosis

:

Empiema

2.

Kriteria diagnosis

:

 

Didapatkan pus pada punksi pleura Gejala klinis yang sering didapatkan adalah demam, sesak napas, batuk-batuk. Dada sisi yang sakit lebih cembung, tertinggal pada pernapasan dan suara napas menghilang.

3.

Diagnosis diferensial

:

  

Pleuritis eksudativa Pleuropneumonia Abses paru

4.

Pemeriksaan penunjang 4.1. Umum

:

 

Foto toraks PA dan lateral Laboratorium - sediaan apus cairan pleura dengan * pulasan gram * bakteriologi + BTA - biakan kuman dan uji resistensi untuk kuman TB dan kuman non TB - bila diduga kuman anaerob sebagai penyebab gunakan medium transport BHI (Brain Heart Infusion) - pemeriksaan parasitologi amuba

4.2. Khusus

:

 

Punksi pleura Torakoskopi atas indikasi

5.

Konsultasi

:

Dokter Spesialis Paru

6.

Perawatan rumah sakit

:

Rawat inap agar pengembangan paru dapat diupayakan lebih cepat dan semaksimal mungkin

7.

Terapi : Umum: 7.1. Terapi nonmedikamentosa :



Istirahat

7.2. Terapi medikamentosa



Awal terapi bersifat empirik

:



Antibiotika sesuai hasil uji resistensi

7.3. Terapi khusus

:

 

WSD Bedah bila konservatif gagal

8.

Standar rumah sakit

:

 

Rumah sakit tipe D Rujukan pada rumah sakit tipe C / B dengan spesialis paru

9.

Penyulit (komplikasi) 9.1. Karena penyakit

:  

Septikemia Fistula

 

Perdarahan Piopneumotoraks

9.2. Karena tindakan

10. Informed consent (tertulis)

:

Perlu untuk tindakan memasang WSD atau tindakan bedah

11. Standar tenaga

:





Dokter umum: bila empiema sedikit dan belum membutuhkan pemasangan WSD Dokter spesialis paru: bila perlu pemasangan WSD, bila timbul penyulit dan akan bekerjasama dengan Ahli Bedah Toraks, bila perlu tindakan bedah (dekortikasi)

12. Lama perawatan

:

2 – 4 minggu

13. Masa pemulihan

:

1 – 2 minggu

14. Output

:

  

15. PA

:

Perlu untuk tindakan diagnostik dan terapi invasif

16. Autopsi / risalah rapat

:

Bila mungkin

17. Bidang terkait

:

   

Sembuh total Sembuh parsial Komplikasi

Radiologi Bedah toraks Mikrobiologi Parasitologi

18. Fasilitas khusus

:

Torakoskopi No. ICD-X: J.96

1.

Nama penyakit / diagnosis

:

Gagal Napas Gagal napas ialah ketidakmampuan sistem respirasi dalam mempertahankan homeostasis oksigen dan karbondioksida secara adekuat.

2.

Kriteria diagnosis

:

Sesak napas (apnea atau dispnea berat), gelisah, dapat sampai sianosis. Ditemukannya murmur, gallop dan derik menunjukkan kemungkinan adanya gagal jantung, bising mengi mungkin pada suatu krisis asma, ronki disertai sputum yang banyak dan demam mungkin ada infeksi paru, gejala neurologik mungkin pada stroke atau miastenia gravis. Gambaran hasil AGDA menunjukkan rendah, PaO2 di bawah 50 mmHg, PaCO2 di atas 50 mmHg waktu bernapas dalam udara kamar. 



Etiologi Gagal napas tipe I Saluran napas dan parenkim paru: - infeksi (virus, bakteri, jamur parasit dll) - trauma (kontusio paru, laserasi paru) - lain-lain (neoplasma, narkotika, akibat payah jantung, ARDS, emboli paru, atelektasis, perdarahan alveolar, volume overload) Gagal napas tipe II - susunan saraf pusat a. obat-obat (sedativa, hipnotika, anestesi umum, racun) b. gangguan metabolik (hiponatremia, hipokalemia, hipoksemia, pemberian

c. d. e. f. g.

karbohidrat berlebihan, alkalosis, hiperglikemia, hipotiroidisme) neoplasma infeksi (meningitis, ensefalitis, abses) peningkatan tekanan intrakanial hipoventilasi lain-lain

3.

Diagnosis diferensial

4.

Pemeriksaan penunjang

:

   

-

Saraf dan otot a. trauma (cedera mudulaspinalis, cedera diafragma) b. obat-obat (neuromuscular blocking agents, aminoglikosida) c. metabolic (hipokalemia, hipomagnesemia, hipofosfaatemia) d. neoplasma e. lain-lain (penyakit motor neuron, meastenia gravis, multiple sclerosis, distrofi otot, Guillain-Barre syndrome)

-

Saluran napas atas a. Tissue enlargement (hiperplasia tonsil dan adenoid, neoplasma, polip, goiter) b. Infeksi (epiglotitis, laringotrakeititis c. Trauma d. Lain-lain (obstructive sleep apnea, kelumpuhan pita suaraa bilateral, edemalaring, trakeomalasia, arthritis krikoaritenoid)

-

Dada a. trauma (fraktur iga, flail chest, burn eschar) b. faktor lain (kifoskoliosis, skleroderma, spondalitis, pneumotoraks, efusi pleura, fibrotoraks, posisi telentang, obesitas, asitesis, nyeri)

Pneumotoraks Asma akut berat Infark miokard akut Pneumonia

4.1. Umum

:

   

AGDA Foto toraks EKG Sputum gram

4.2. Khusus

:



AGDA serial

5.

Konsultasi

:



Dokter Spesialis Paru

6.

Perawatan rumah sakit

:

Harus dirawat di rumah sakit

7.

Terapi : Umum: 7.1. Terapi nonmedikamentosa :

 

Terapi oksigen Fisioterapi

7.2. Terapi medikamentosa

:

      

Bronkodilator Antibiotik Steroid Kardiotonika Cairan infus Terapi nutrisi Menangani faktor predisposisi / penyebab

7.3. Terapi khusus

:

 

Ventilator mekanik Bronkoskopi (untuk bronchial toilet)

8.

Standar rumah sakit

:

Rumah Sakit tipe B

9.

Penyulit (komplikasi) 9.1. Karena penyakit 9.2. Karena tindakan

:

10. Informed consent (tertulis) mekanik

:

Perlu karena pemakaian ventilator

11. Standar tenaga

:

 

 Gagal jantung Akibat pemakaian pipa trakea dan ventilator mekanik  Trauma intubasi  Gangguan hemodinamik  Pneumonia nosokomial  Barotrauma (pneumotoraks, pneumomediastinum)  Kesulitan penyapihan dari ventilator mekanik

Dokter Spesialis Paru Dokter Spesialis Anestesi / ICU

12. Lama perawatan

:

Sampai klinik dan AGDA stabil dan foto toraks menjadi tenang.

13. Masa pemulihan

:

2 – 4 minggu

14. Output

:

Meragukan, tergantung faktor etiologik, cepatnya penanganan kegawatan dan respons terhadap pengobatan.

15. PA

:

-

16. Autopsi / risalah rapat

:

-

17. Bidang terkait

:

    

18. Fasilitas khusus

:

ICU dengan ventilator mekanik.

Radiologi Laboratorium Anestesi Kardiologi Fisioterapi

No. ICD-X: C.34 1.

Nama penyakit / diagnosis

:

Kanker Paru

2.

Kriteria diagnosis

:

Ditemukan sel atau jaringan tumor ganas berasal dari bronkus / paru. Pada stadium dini seringkali tanpa gejala. Pada stadium lebih laanjut mungkin didapatkan gejala batuk / batuk darah, nyeri dada, sesak napas, sindrom vena kava superior, sindrom pleksus brakial anoreksia, penurunan berat badan.

3.

Diagnosis diferensial

:

 TB paru  Tumor mediastinum  Abses paru  Tuberkuloma  Pneumonia Karena keluhan dan temuan amat mirip dengan TB paru atau pneumonia, didiagnosis seringkali terlambat, setelah pengobatan untuk TB / pneumonia gagal. Hal ini amat sering terjadi pada orangorang tua dan BTA sputum (-).

4.

Pemeriksaan penunjang 4.1. Umum

:

 

4.2. Khusus

:

   

  

Foto toraks PA dan lateral (sesuai letak lesi) Sitologi sputum Sitologi sekret bronkopulmoner Bronkoskopi, biopsi bronkus, transbronchial lung biopsy (TBLB) Biopsi aspirasi transtorakal (BATT) dengan jarum halus (fine needle-aspiration biopsy) Punksi pleural + biopsi pleura + pemeriksaan sitologi, histopatologi (bila ada efusi pleura Biopsi aspirasi / ekstirpasi kelenjar getah bening supraklavikula Tomogram atau CT Scanning toraks Torakotomi eksplorasi bila semua upaya diagnostik tidak

menghasilkan kepastian jenis histologi 5.

Konsultasi

:

Dokter Spesialis Paru

6.

Perawatan rumah sakit

:

 



7.

Terapi (tergantung jenis histologis, derajat / stage dan tampilan)

Rawat inap biasa untuk mempercepat diagnosis Rawat inap segera bila didapatkan penyulit, misalnya sindrom vena kava superior, obstruksi saluran napas besar atau efusi pleura masif Rawat inap untuk pemberian kemoterapi

:  



Untuk jenis histologis, dipakai klasifikasi menurut WHO Untuk penderajatan (staging) digunakan pembagian menurut sistem TNM yang disepakati oleh UICC & AJCC tahun 1997 Untuk tampilan (performance status) dipakai pembagian menurut skala Karnofsky atau WHO

Kanker Paru Jenis Karsinoma Bukan Sel Kecil (KPKBSK):  Derajat IA & B Reseksi paru (lobektomi) dan diseksi kelenjar getah being toraks kemoterapi bila mungkin. 

Derajat IIA & B - reseksi (lobektomi / pneumonektomi) - diseksi kelenjar getah bening toraks - dilanjutkan dengan radioterapi - kemoterapi bila mungkin



Derajat IIIA - reseksi paru - diseksi kelenjar getah bening yang mungkin



dilanjutkan radioterapi dan kemoterapi

Derajat IV - umumnya simptomatik / perawatan paliatif dan bebas nyeri - kemoterapi bila masih mungkin

Catatan: Termasuk KPKBSK ialah karsinoma skuamosa, adenokarsinoma dan karsinoma sel besar. Kanker Paru Jenis Karsinoma Sel Kecil: Pengobatan primer adalah kemoterapi dikombinasi dengan radioterapi 8.

Standar rumah sakit

:

 

9.

Penyulit (komplikasi) 9.1. Karena penyakit

:        

9.2. Karena tindakan

10. Informed consent (tertulis)

Diagnostik dan terapi paliatif definitive: rumah sakit tipe B dengan dokter spesialis paru Perawatn paliatif dan bebas nyeri: rumah sakit semua tipe

:

11. Standar tenaga : 11.1. Diagnostik + pengobatan definitif

Sindrom vena kava superior Gawat napas (penekanan bronkus besar) Batuk darah Infeksi sekunder Nyeri akibat metastasis Hiperkalsemia Berbagai gangguan hormonal Tergantung dilakukan

tindakan

yang

Perlu untuk semua tindakan diagnostik invasif dan terapi.

 

Dokter Spesialis Paru Dokter Spesialis Radioterapi



Dokter Spesialis Bedah Toraks

11.2. Pengobatan paliatif bebas nyeri 

Dokter umum dan spesialis lain terkait

11.2. Bila diperluka pembedahan

12. Lama perawatan diberikan

:

Tergantung derajat dan terapi yang

13. Masa pemulihan

:

Tergantung perjalanan penyakit

14. Output

:

Tahan hidup sampai lima tahun dengan / tanpa gejala penyakit:  Sembuh parsial  Komplikasi  meninggal

15. PA yang tepat

:

Mutlak perlu untuk pengobatan

16. Autopsi / risalah rapat

:

Sangat dianjurkan

17. Bidang terkait

:

     

18. Fasilitas khusus Perhatian khusus

:

Kamar bedah toraks Untuk diagnosis yang lebih dini, setaip penderita dengan gejalagejala pernapasan, umur  50 tahun, perokok berat, BTA sputum (-), dengan dugaan tuberkulosis atau pneumonia berulang, harus dicurigai menderita kanker paru, bila respons klinik pengobatan tidak memadai setelah 1 – 2 minggu. Pada kasus-kasus seperti ini, pemeriksaan yang menjurus ke arah kanker paru harus dilaksanakan.

Bedah toraks Patologi anatomi Laboratorium klinik Radioterapi Penyakit dalam Rehabilitasi medik

No. ICD-X: C.34 Nodul Paru Soliter Ialah lesi radiologik berbentuk bulat soliter dikelilingi oleh jaringan paru yang normal.

1.

Nama penyakit / diagnosis

:

2.

Kriteria diagnosis

:

 

Gambaran radiologik Dapat dengan atau tanpa gejala klinis seperti batukbatuk, batuk berdarah

3.

Diagnosis diferensial

:



Tumor paru (jinak maupun ganas) Tuberkuloma Pneumonia eosinofilik Sindrome loeffler Hemangioma Mikosis paru

     4.

Pemeriksaan penunjang 4.1. Umum

:



  4.2. Khusus

:

   

Laboratorium - darah rutin: Hb, leuko, LED, hitung jenis, eosinofil total - feses: rutin + telur cacing - serologi: jamur Foto toraks PA dan lateral Uji Mantoux CT Scanning toraks Bronkoskopi + biopsi transbronkial (TBLB) TTB (biopsi transtorakal) dengan tuntunan fluoroskopi atau CT Scanning toraks Torakotomi bila diagnosis pasti tidak dapat ditegakkan

5.

Konsultasi

:

Dokter Spesialis Paru

6.

Perawatan rumah sakit

:

Rawat jalan Catatan: bila rawat inap diagnostik

lebih cepat 7. Terapi : Umum: 7.1. Terapi nonmedikamentosa : 7.2. Terapi medikamentosa

:

 

Simptomatik Terapi sesuai dengan penyakit

7.3. Terapi bedah

:

Sesuai indikasi

8.

Standar rumah sakit

:

Tipe B atau C

9.

Penyulit (komplikasi) 9.1. Karena penyakit

: Batuk darah  Kanker, penyakit memburuk  Mikosis, infeksi sistemik

9.2. Karena tindakan

Batuk darah, pneumotoraks

10. Informed consent (tertulis)

:

11. Standar tenaga

:

Perlu, karena banyak dilakukan tindakan invasif Dokter Spesialis Paru

12. Lama perawatan

:

 

Tanpa pembedahan, 10 – 14 hari Dengan pembedahan 20 hari

13. Masa pemulihan

:

Dengan pembedahan 7 hari

14. Output

:

 

15. PA

:

Diperlukan untuk diagnostik pasti

16. Autopsi / risalah rapat

:

Dianjurkan

17. Bidang terkait

:

   

18. Fasilitas khusus

:

Kamar bedah toraks, bila dilakukan tindakan bedah

19. Pencegahan

:

Untuk penemuan kasus yang lebih dini, setiap penderita dengan gejala-gejala pernapasan, umur  50 tahun, perokok berat, sputum BTA (-), dengan dugaan tuberkulosis atau pneumonia berulang, harus dicurigai menderita kanker paru, bila respon klinik pada awal pengobatan tidak memadai. Pada kasus-kasus seperti ini, pemeriksaan yang menjurus kepada kanker paru harus dilaksanakan

Bukan kanker: sembuh Kanker: kekambuhan, penyebaran penyakit

Anestesi Bedah toraks Laboratorium Patologi Klinik Mikologi

1.

Nama penyakit / diagnosis

:

2.

Kriteria diagnosis

:

No. ICD-X: J 17.2 Penyakit Jamur Paru Penyakit jamur paru adalah infeksi paru yang disebabkan oleh jamur, baik infeksi primer maupun infeksi sekunder. Tidak ada gejala yang khas, gejala dapat berupa:  Batuk-batuk  Batuk darah berulang  Demam  Mungkin timbul sesak napas Faktor predisposisi:  Penderita diabetes melitus  Penderita yang mendapat antibiotika atau steroid untuk jangka waktu yang lama  Penderita yang mendapat sitostatika  Penderita dengan defisiensi imunologis

3.

Diagnosis diferensial

:

  

Pneumonia karena sebab lain Tuberkulosis paru Tumor paru

4.

Pemeriksaan penunjang 4.1. Umum

:

 

Foto toraks Mikroskopik dan biakan jamur dari sputum, bilasan bronkus, biopsi paru Serologi jamur

 4.2. Khusus

:

  

Bronkoskopi, bilasan bronkus, TBLB Tomogram atau CT Scanning toraks dengan kontras

5.

Konsultasi

:

Dokter Spesialis Paru

6.

Perawatan rumah sakit

:

Rawat inap untuk pasien dengan batuk darah, atau keadaan umum buruk

7.

Terapi

:

Umum: 7.1. Terapi nonmedikamentosa :

 

Istirahat Fisioterapi (atas indikasi)

7.2. Terapi medikamentosa

:

Tergantung jenis jamur, umumnya dipakai obat golongan ketokonazol, itrakonazol atau flukonazol. Kadang-kadang perlu amfoterisin B.

7.3. Terapi khusus

:

Bila ada fungus ball disertai batuk darah biasanya perlu pembedahan (reseksi paru)

8.

Standar rumah sakit

:

 

Rumah sakit tipe C Rumah sakit tipe B/A bila diperlukan tindakan bedah

9.

Penyulit (komplikasi) 9.1. Karena penyakit

:  

Batuk darah Sepsis

9.2. Karena tindakan

-

10. Informed consent (tertulis)

:

Perlu, bila perlu tindakan invasif

11. Standar tenaga

:

Dokter Umum, Dokter Spesialis Paru

12. Lama perawatan

:

Tergantung perjalanan penyakit

13. Masa pemulihan

:

tergantung perjalanan penyakit

14. Output

:

 

15. PA

:

Perlu, bila dilakukan reseksi paru

16. Autopsi / risalah rapat

:



Sembuh Sembuh parsial



Masih ada batuk darah berulang Bila diagnosis pasti belum dapat ditegakkan Radiologi Bedah toraks Parasitologi Mikologi

17. Bidang terkait

:

   

18. Fasilitas khusus

:

Bronkoskopi

1.

Nama penyakit / diagnosis

:

2.

Kriteria diagnosis

:

No. ICD-X: J.60-64, J.66 Penyakit Paru Kerja Penyakit paru akibat kerja meliputi antara lain:  Pneumokoniosis pekerja tambang batu bara (J60)  Asbestosis (J61)  Silikosis (J62)  Pneumokoniosis lain (J63-J64)  Bisinosis (J66)  





Riwayat pekerjaan / paparan yang akurat dan terinci Keluhan tergantung berat ringannya penyakit, mulai dari batuk, sesak napas, penurunan berat badan sampai pada kecacatan yang menetap Pemeriksaan faal paru tergantung berat ringannya penyakit, mulai dari yang ringan reversible sampai pada yang berat dan irreversible Gambaran radiologi tergantung berat-ringannya penyakit, dinilai berdasarkan klasifikasi ILO tentang gambaran radiologis pneumokoniosis

3.

Diagnosis diferensial

:

Dapat berupa berbagai kelainan paru seperti:  Bronkitis kronik  Asma bronkial  Penyakit paru interstitial lain

4.

Pemeriksaan penunjang 4.1. Umum

:

 

Foto toraks Uji faal paru

4.2. Khusus

:

 

Uj provokasi bronkus CT Scanning toraks

5.

Konsultasi

:

Dokter Spesialis Paru

6.

Perawatan rumah sakit

:

Pada kasus berat dan atau dengan kasus-kasus komplikasi kardiopulmoner dan komplikasi lain

7.

Terapi

:

Penanganan pada dasarnya meliputi penanganan keluhan paru sesuai dengan kelainan yang ada, termasuk penanganan kardiopulmoner dan komplikasi lainnya Catatan:  Pemeriksaan kesehatan berkala termasuk pemeriksaan fungsi paru memegang peranan utama untuk deteksi sedini mungkin dan mencegah kecacatan tetap  Prinsip-prinsip kesehatan kerja perlu selalu ditaati

8.

Standar rumah sakit

:

Rumah sakit tipe B / C

9.

Penyulit (komplikasi) 9.1. Karena penyakit

:    

9.2. Karena tindakan

Korpulmonale Gangguan paru dan pernapasan yang menetap Mesote;ioma dan kanker paru pada paparan debu asbes Tuberkulosis paru pada paparan debu silika

-

10. Informed consent (tertulis)

:

Diperlukan pada tindakan-tindakan khusus

11. Standar tenaga

:

 

Dokter Spesialis Paru, untuk penanganan khusus di bidang masalah paru Dokter Kesehatan kerja untuk penanganan umum dan lingkungan kerja

12. Lama perawatan

:

Tergantung berat penyakit dan respons terhadap pengobatan

13. Masa pemulihan

:

Tergantung berat penyakit dan respons terhadap pengobatan

14. Output

:

  

Sembuh Kelainan menetap Pada keadaan yang berat (komplikasi) dapat terjadi kematian

15. PA

:

-

16. Autopsi / risalah rapat

:

-

17. Bidang terkait

:

 

18. Fasilitas khusus

:

Laboratorium khusus analisis material

Radiologi Kesehatan kerja

No. ICD-X: A 15.6 Pleuritis Eksudativa TB Pleuritis eksudativa TB adalah peradangan pleura disertai terbentuknya cairan eksudat yang disebabkan oleh infeksi tuberkulosis.

1.

Nama penyakit / diagnosis

:

2.

Kriteria diagnosis

:

Batuk-batuk, demam, nyeri dada sisi yang sakit, sesak napas. Hemitoraks sisi yang sakit lebih cembung, pergerakan tertinggal pada pernapasan, perkusi pekak / redup, suara napas melemah, mediastinum terdorong ke sisi yang sehat

3.

Diagnosis diferensial

:

   

Empiema Asbes paru Efusi pleura ganas Tumor paru

4.

Pemeriksaan penunjang 4.1. Umum

:

 

Foto toraks PA dan lateral Foto toraks lateral dekubitus bila cairan sedikit Uji tuberkulin

 4.2. Khusus

:

  

Punksi pleura untuk pemeriksaan cairan pleura: uji rivalta (+) Hitung jenis sel, sel mononuclear dominan, kadar glukosa rendah, BTA Biopsi pleura: ditemukan tuberkel & radang kronik

5.

Konsultasi

:

Dokter Spesialis Paru

6.

Perawatan rumah sakit

:

Umumnya berobat jalan. Rawat inap bila penderita sesak napas

7.

Terapi : Umum: 7.1. Terapi nonmedikamentosa : 7.2. Terapi medikamentosa

:



-

Sama dengan terapi tuberkulosis paru, ditambah dengan prednison 4

x 10mg, kemudian dosis diturunkan tiap 5 – 7 hari

7.3. Terapi khusus

:

Punksi pleura semaksimal mungkin baik pada pasien sesak napas maupun tanpa sesak napas

8.

Standar rumah sakit

:

Rumah Sakit tipe C dengan fasilitas dokter spesialis paru dan memiliki CT-Scanning toraks

9.

Penyulit (komplikasi)

:

 

Infeksi berlanjut empiema Fistula bronkopleural

menjadi

10. Informed consent (tertulis)

:

Bila akan melakukan tindakan invasif

11. Standar tenaga

:

 

12. Lama perawatan

:

Sampai gejala toksik pasien hilang

13. Masa pemulihan

:

2 – 4 minggu

14. Output

:

Biasanya sembuh baik, bila berobat dengan teratur

15. PA

:

Perlu

16. Autopsi / risalah rapat

:

-

17. Bidang terkait

:

  

18. Fasilitas khusus

:

-

Dokter umum Sokter Spesialis Paru

Radiologi Mikrobiologi Patologi Anatami

No. ICD-X: J.18 1.

Nama penyakit / diagnosis

:

Pneumonia ialah infeksi akut pada parenkim paru yang dapat disebabkan oleh bakteri, virus maupun parasit.

2.

Kriteria diagnosis

:

Demam, batuk-batuk (dari kering sampai berdahak), sesak napas yang semakin memberat dan kadang-kadang disertai nyeri dada dan batuk darah.

3.

Diagnosis diferensial

:

   

Tumor paru TB paru Mikosis paru Efusi pleura (bila lesi terletak di lobus bawah paru)

4.

Pemeriksaan penunjang 4.1. Umum

:

 

Foto toraks PA dan lateral Laboratorium rutin darah - jumlah leukosit meninggi - pada hitung jenis terdapat dominasi sel leukosit PMN Pemeriksaan bakteriologik sputum



4.2. Khusus

:

Pemeriksaan mikroorganisme dan resistensi dari:  Sputum  Aspirat transtrakea  Aspirat transtorakal  Bilasan bronkus

5.

Konsultasi

:

Dokter Spesialis Paru

6.

Perawatan rumah sakit

:

Rawat inap, terutama pada penderita yang secar nyata membutuhkan O2, atau mengalami komplikasi, terlihat dari frekuensi napas > 20x/m dan dangkal, demam tinggi (>380), dehidrasi, septikemia

7.

Terapi : Umum: 7.1. Terapi nonmedikamentosa :

  

Istirahat O2 Hidrasi (terapi cairan)

7.2. Terapi medikamentosa

:

   

7.3. Terapi khusus

:

  

8.

Standar rumah sakit

:

9.

Penyulit (komplikasi) 9.1. Karena penyakit

:

9.2. Karena tindakan

Awal terapi bersifat empirik Antibiotika sesuai hasil bakteriologik Mukolitik Ekspektoran Pengisapan lendir bila perlu dengan bronkoskop Bronchial toilet bila terdapat: - retensi sputum - atelektasis Ventilator mekanik bila terjadi gagal napas

 

Rumah Sakit tipe D Rumah Sakit tipe C/B dengan spesialis paru khususnya pada kasus yang mengalami komplikasi atau tanda-tanda gagal napas

    

Abses paru Empiema Atelektasis Septikemia Gagal napas

  

Perdarahan Empiema Septikemia

10. Informed consent (tertulis)

:

Perlu, bila diperlukan tindakan diagnostik invasif atau pemasangan ventilator mekanik

11. Standar tenaga

:

 

12. Lama perawatan

:

1 – 2 minggu

13. Masa pemulihan

:

 1 minggu

14. Output

:



Dokter umum Dokter Spesialis Paru, khususnya pada pasien dengan penyulit atau terdapatnya tanda-tanda gagal napas

Sembuh total

 

Komplikasi Meninggal

15. PA

:

-

16. Autopsi / risalah rapat

:

-

17. Bidang terkait

:

  

18. Fasilitas khusus

:

ICU bila terjadi gagal napas

Radiologi Patologi Klinik Mikrobiologi

No. ICD-X: J.93 1.

Nama penyakit / diagnosis

:

Pneumotoraks Ialah adanya udara bebas di dalam rongga pleura antara dinding dada dan paru yang disebabkan oleh trauma dada, penyakit paru, atau yang terjadi secara spontan. Kadang-kadang terjadi pada wanita akibat endometriosis (yang terjadi bersamaan saat haid)

2.

Kriteria diagnosis

:

Pada foto toraks terlihat udara dalam rongga dada dan kolaps paru yang dibatasi oleh bayangan pleura visceral. Sesak napas daan atau nyeri dada yang terjadi mendadak dan semakin memberat. Pada pneumotoraks tekan (ventil pneumotoraks) sesak napas semakin lama semakin hebat, nadi lebih cepat, gelisah, keringat dingin dan sianosis

3.

Diagnosis diferensial

:

   

Emfisema Asma bronkial IMA (infark miokard akut) Emboli paru

4.

Pemeriksaan penunjang 4.1. Umum

:



Foto toraks PA Kadang-kadang diperlukan foto dalam ekspirasi maksimal bila dicurigai pneumotoraks ringan atau foto lateral bila diduga disertai efusi pleura

4.2. Khusus

:



Bronkoskopi

5.

Konsultasi

:

Dokter Spesialis Paru

6.

Perawatan rumah sakit

:

Setiap pasien pneumotoraks harus dirawat terutama bila disertai dengan keluhan:  Seak napas  Luas pneumotoraks > 10%

7.

Terapi : Umum: 7.1. Terapi nonmedikamentosa :



Pemasangan “mini WSD”

 

Oksigen Fisioterapi

7.2. Terapi medikamentosa

:

Jika disebabkan oleh TB paru diperlukan obat-obat anti tuberkulosis (OAT)

7.3. Terapi khusus

:

   

8.

Standar rumah sakit

:

9.

Penyulit (komplikasi) 9.1. Karena penyakit

:

Rumah Sakit Tipe C dan D bila gejala lebih ringan dan kalau paru kolaps sebagian kecil ( 10%). Rumah Sakit tipe B dengan dokter spesialis paru untuk tindakan khusus    

9.2. Karena tindakan

Pemasangan WSD IPPB Jika pneumotoraks berulang pleurodesis dengan zat kimia atau pleurodesis secara bedah Torakoskopi untuk pemasangan cleps



Emfisema subkutis Efusi pleura Empiema Pada pneumotoraks tekan dapat terjadi torsi jantung dan pembuluh darah besar Gagal napas

   

Emfisema subkutis Edema paru Perdarahan Empiema

10. Informed consent (tertulis)

:

Perlu terutama bila akan dilakukan tindakan pemasangan WSD dan atau pembedahan

11. Standar tenaga

:

Dokter umum terutama dalam keadaan akut sampai pemasangan “mini WSD” atau pemasangan WSD. Dokter Spesialis Paru atau Dokter Bedah

12. Lama perawatan

:

Sampai paru mengembang sempurna dan tidak terjadi lagi pneumotoraks

13. Masa pemulihan

:

 1 minggu

14. Output

:

   

Sembuh total Sembuh parsial tanpa keluhan tetapi pengembangan paru tidak sempurna Komplikasi Meninggal

15. PA

:

-

16. Autopsi / risalah rapat

:

Bila mungkin

17. Bidang terkait

:

  

Bedah toraks Anestesi Rehabilitasi medik

18. Fasilitas khusus

:

 

OK ICU

1.

Nama penyakit / diagnosis

:

2.

Kriteria diagnosis

:

No. ICD-X: J 44.8 Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) Ialah kelompok penyakit paru kronik yang tidak diketahui etiologinya, yang mengakibatkan obstruksi jalan napas yang irreversible dan ditandai dengan peningkatan tahanan aliran udara di saluran napas. …… 



Bronkitis kronik Batuk-batuk produktif 3 bulan dalam setahun minimal 2 tahun berturut-turut, mungkin tidak disertai kelainan pemeriksaan jasmani atau ditemukan ronki basah di kedua paru Emfisema Sesak napas menetap dengan progresif. Pada pemeriksaan fisik, dada cembung, hipersonor, suara napas melemah, mungkin terdengar mengi

3.

Diagnosis diferensial

:

  

Asma bronkial Bronkiektasis Sindroma obstruksi pasca tuberkulosis (SOPT)

4.

Pemeriksaan penunjang 4.1. Umum

:

 

Foto toraks PA dan lateral AGDA

4.2. Khusus

:

   

Spirometri Uji bronkodilator Alfa-1 anti tripsin DLCO

5.

Konsultasi

:

Dokter spesialis jantung bila terjadi komplikasi kardiovaskuler

6.

Perawatan rumah sakit

:

Rawat inap pada eksaserbasi akut

7.

Terapi Jangka panjang:

:

7.1. Terapi nonmedikamentosa :

    

7.2. Terapi medikamentosa

:

    

Pada eksaserbasi akut

:

 

     8.

Standar rumah sakit

:

9.

Penyulit (komplikasi) 9.1. Karena penyakit

:

Bronkodilator aminofilin atau teofilin dan beta 2 agonis Mukolitik dan ekspektoran Antibiotika atas indikasi Natrium kromolin Kortikosteroid inhalasi / oral bila ada respons perbaikan FEV1 > 20% Oksigen dengan aliran rendah Bronkodilator inhalasi beta 2 agonis dengan: - nebulisasi - inhaler + “spacer” Bronkodilator aminofilin I.V Mukolitik inhalasi (asetilsistein) diberikan bersama bronkodilator inhalasi Inspiratory positive pressure breathing (IPPB) Antibiotika atas indikasi Kortikosteroid

Rumah sakit tipe D  

9.2. Karena tindakan

Domiciliary oxygen therapy dengan aliran rendah +- 15 jam/hari bila PaO2 < 55 mmHg Fisioterapi - latihan relaksasi - latihan bernapas Rehabilitasi psikis Rehabilitasi pekerjaan Pendidikan kesehatan kepada keluarganya

Kor pulmonale Gagal napas

Intoksikasi

10. Informed consent (tertulis)

:

Perlu

11. Standar tenaga

:

Dokter umum

12. Lama perawatan

:

2 – 4 minggu

13. Masa pemulihan

:

2 minggu

14. Output

:



 15. PA

:

-

16. Autopsi / risalah rapat

:

-

17. Bidang terkait

:

 

18. Fasilitas khusus

:

ICU

19. Pencegahan

:





Sembuh parsial, penyakit bersifat progresif, menjadi lebih berat walaupun eksaserbasi sudah diatasi Meninggal

Anestesi Kardiologi

Menghindari faktor-faktor seperti polusi udara, rokok, pekerjaan tertentu, infeksi adalah sangat penting Menegakkan diagnosis sedini mungkin terutama menentukan ada tidaknya obstruksi saluran napas agar dapat diberikan pengobatan maksimal dan mengembalikan / memelihara fungsi paru yang normal

No. ICD-X: Y.21 1.

Nama penyakit / diagnosis

:

Tenggelam

2.

Kriteria diagnosis

:

Keadaan akut dengan riwayat tenggelam dalam air tawar, laut atau air es

3.

Diagnosis diferensial

:

-

4.

Pemeriksaan penunjang 4.1. Umum

:

   

4.2. Khusus

:

   

Laboratorium: hemoglobin, hematokrit, uji hemolisis, elektrolit AGDA EKG EEG Tekanan darah Alveolar arterial oxygen gradient CVP Swan Ganz Catheter

5.

Konsultasi

:

Dokter Spesialis Paru

6.

Perawatan rumah sakit

:

Rawat inap, setiap penderita dengan tenggelam harus segera dirawat

7.

Terapi : Pengobatan segera: 7.1. Terapi nonmedikamentosa :

   

7.2. Terapi medikamentosa

:

   

7.3. Terapi khusus

:



Resusitasi kardiopulmoner (RKP) Oksigen Infus Pemasanan bila suhu < 28300C (cairan infus dihangatkan, selimut) Aminofilin atau beta 2 agonis bila didapatkan bronkospasme Koreksi asidosis metabolik Antibiotika atas indikasi Kortikosteroid dosis rendah 5 mg/Kg/24 jam dibagi 6 dosis Menggunakan ventilator mekanik bila hipoksemia berat

8.

Standar rumah sakit

:

9.

Penyulit (komplikasi) 9.1. Karena penyakit

:

Rumah Sakit tipe B atau C  …  



Infeksi Hipoksemia karena aspirasi, edema paru Fibrilasi ventrikel (tenggelam di air tawar) Gangguan fungsi ginjal (albuminuria, hemoglobulinuria, anuria) Gangguan syaraf: koma lama



Patah tulang iga

 

9.2. Karena tindakan 10. Informed consent (tertulis)

:

Perlu terutama bila akan dilakukan tindakan ventilator mekanik

11. Standar tenaga

:

Dokter Umum, Dokter Spesialis Paru

12. Lama perawatan

:

1 – 2 minggu

13. Masa pemulihan

:

 1 minggu

14. Output

:

  

15. PA

:

-

16. Autopsi / risalah rapat

:

-

17. Bidang terkait

:

  

18. Fasilitas khusus

:

ICU

Sembuh baik bila tanpa aspirasi cairan dan RKP segera Sembuh parsial Meninggal

Anestesi Penyakit Dalam Neurologi

No. ICD-X: A.15 Tuberkulosis Paru Ialah penyakit infeksi di paru yang bersifat kronik dan menular disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis

1.

Nama penyakit / diagnosis

:

2.

Kriteria diagnosis

:

Gejala klinis yang dianggap (+) adalah batuk ringan (dengan atau tanpa dahak) sampai berat atau batuk darah, gejala seperti flu yang hilang timbul dan semakin sering serta demam terutama senja hari. Foto toraks dianggap (+) bila menggambarkan corakan yang bersifat multiform yaitu bercak berawan (infiltrat), mungkin disertai bercak kapur, garis fibrotik dengan atau tanpa kaviti

3.

Diagnosis diferensial

:

 Bronkopneumonia  Bronkiektasis  Mikosis (infeksi jamur)  Tumor paru Penyakit ini perlu diwaspadai pada kasus yang termasuk risiko tinggi untuk kanker paru yakni umur 40 – 50 tahun, laki-laki, perokok berat, BTA sputum (-) tidak menampakkan respons klinik yang memadai pada awal pemeriksaan

4.

Pemeriksaan penunjang 4.1. Umum

:

  



Foto toraks PA (dan lateral, terutama bila lesi terletak di lapangan tengah) BTA sputum langsung Biakan M.tuberculosis dan uji resistensi - jumlah leukosit mungkin normal atau sedikit meninggi - LED > 30 mm/jam - Hitung jenis, biasanya dominasi limfosit - HB rendah pada kasus yang sudah lama Uji Mantoux bila perlu

4.2. Khusus

:

Pada kasus-kasus yang masih meragukan:  Bilasan bronkus untuk pemeriksaan kuman tuberkulosis (sediaan langsung, biakan). Pada anak biasanya dipakai bilasan lambung  Pemeriksaan serologi  PCR Ada beberapa teknik baru untuk biakan kuman tuberkulosis seperti BACTEC, Mycodot

5.

Konsultasi

:

Dokter Spesialis Paru

6.

Perawatan rumah sakit

:

 

7.

Terapi : Umum: 7.1. Terapi nonmedikamentosa :

7.2. Terapi medikamentosa

:

 

Pada prinsipnya pasien TB paru dapat berobat jalan Indikasi rawat: - batuk darah masif - pneumotoraks - keadaan umum lemah - sesak napas - komplikasi lain

Perbaikan gizi Pendidikan kesehatan

OAT (Obat Anti Tuberkulosis) Paduan yang dianjurkan:  2RHZE/4R3H3 atau 2RHZE / 4RH (6 bulan)  Pengobatan sesuai kultur resistensi kuman M.Tb Pedoman pengobatan menurut PPPDPI

8.

Standar rumah sakit

:

9.

Penyulit (komplikasi) 9.1. Karena penyakit

:

Rumah Sakit tipe D, tipe B bila diperlukan tindakan bedah    

Penyebaran milier TB ekstrapulmoner Destroyed lung / lobe Batuk darah masif / berulang

9.2. Karena tindakan

Catatan: Pada pengobatan TB paru, pemantauan respons klinik pada awal penyakit amat penting. Usia  50, sputum BTA (-), perokok berat, sebagian dilakukan pemeriksaan diagnostik ke arah kanker paru:  Sitologi sputum  Bronkoskopi  TTB  CT Scanning toraks dengan kontras Hal ini perlu diperhatikan, karena amat sering ditemukan kasus yang diduga TB, ternyata belakangan terbukti kanker paru dengan demikian diagnosis terlambat

10. Informed consent (tertulis)

:

Perlu ada indikasi

11. Standar tenaga

:

Dokter Umum

12. Lama perawatan

:

 

13. Masa pemulihan

:

Bila tanpa penyulit dapat bekerja biasa

14. Output

:

   

15. PA

:

Jika dilakukan tindakan bedah

16. Autopsi / risalah rapat

:

-

17. Bidang terkait

:

  

18. Fasilitas khusus

:

Kamar bedah toraks, bila perlu tindakan bedah

Umumnya tidak perlu dirawat Hemoptisis tidak masif: 7 – 14 hari

Sembuh total Sembuh parsial Komplikasi Meninggal

Radiologi Mikrobiologi Bedah toraks

1.

Nama penyakit / diagnosis

:

2.

Kriteria diagnosis

:

No. ICD-X: D.38.3 Tumor Mediastinum Ialah ditemukan massa dalam mediastinum pada foto toraks. Gejala klinik kadang-kadang tidak ada. Bila ukuran tumor besar atau tumor ganas dapat timbul keluhan sesak napas, nyeri dada, sindrom vena kava superior Tumor mediastinum mencakup berbagai kelainan yang bersifat “space occupying” seperti:  Neoplasma jinak, misalnya teratoma, timoma, neurofibroma  Neoplasma ganas primer / metastasis: limfoma malignum, metastasis kanker lain, karsinomatosa, sarcoma  Aneurima aorta, struma retrosternal  Kelainan kongenital: kista bronkogen  Mediastinitis, limfadenitis tuberkulosa Timoma kadang-kadang disertai miastenia gravis.

3.

Diagnosis diferensial

:

Kanker paru primer

4.

Pemeriksaan penunjang 4.1. Umum

:



Foto toraks PA & lateral

4.2. Khusus

:

 

Bronkoskopi Biopsi aspirasi transtorakal, sitologi (bila mungkin) Tomogram atau CT Scanning toraks Esofagogram, BMR, Scanning tiroid EMG bila ada miastenia gravis Torakotomi, biopsi, pemeriksaan histopatologi

    

5.

Konsultasi

:

 

Dokter Spesialis Paru Dokter Spesialis Radiologi

 :

Dokter Ahli Bedah Toraks

6.

Perawatan rumah sakit

Perlu

7.

Terapi : Umum: 7.1. Terapi nonmedikamentosa :



-

7.2. Terapi medikamentosa

:



Kemoterapi bila perlu sesuai jenis tumor

7.3. Terapi khusus

:



Ekspirasi tumor bila memungkinkan, kecuali limfoma malignum Radioterapi untuk tumor-tumor yang radiosensitif



8.

Standar rumah sakit

:

9.

Penyulit (komplikasi) 9.1. Karena penyakit

:

Rumah sakit kelas B dengan dokter spesialis paru atau dokter spesialis bedah toraks     

9.2. Karena tindakan

Sindrom vena cava superior Disfagia Miastenia gravis Kelumpuhan diafragma Gagal napas

Biopsi aspirasi perdarahan

transtorakal:

10. Informed consent (tertulis)

:

Perlu

11. Standar tenaga

:

Dokter Spesialis Paru

12. Lama perawatan

:

2 – 4 minggu

13. Masa pemulihan

:

1 – 2 minggu pasca bedah

14. Output

:

   

15. PA

:

-

16. Autopsi / risalah rapat

:

Sangat dianjurkan

17. Bidang terkait

:



Sembuh total Sembuh parsial Komplikasi Meninggal

Bedah toraks

    18. Fasilitas khusus

:

PA Radioterapi Penyakit Dalam Neurologi

Radioterapi, Kamar bedah toraks

1.

Nama penyakit / diagnosis

:

No. ICD-X: Z.00 – Z.13 Pemeriksaan Kesehatan (Medical Check-up)

2.

Indikasi

:

 

3.

Diagnosis diferensial

:

-

4.

Pemeriksaan penunjang Anamnesis

:

    



Pemeriksaan kesehatan berkala Pemeriksaan prasyarat bekerja

Keluhan yang ada Riwayat penyakit paru yang pernah diderita atau yang masih diderita saat ini Riwayat penyakit lainnya yang pernah atau masih diderita Riwayat kebiasaan pribadi: merokok, minuman keras Riwayat pekerjaan: jenis pekerjaan, lama bekerja, zat terpajan, keluhan akibat pekerjaan Riwayat lingkungan: tempat tinggal, tempat bekerja

5.

Konsultasi

:

Dokter Spesialis Paru

6.

Perawatan fisik / jasmani

:

Bisa tidak ditemukan kelainan

7.

Pemeriksaan penunjang

:

 



Rontgen toraks PA jika perlu lateral Uji faal paru Catatan: Selain pemeriksaan umum dapat dilakukan uji faal paru yang bersifat khusus sesuai kebutuhan. Pemeriksaan lain jika ditemukan kelainan - Dahak *BTA 3 hari berturut-turut dengan biakan dan uji resistensi bila perlu *Pulasan gram (pada dugaan infeksi bakterial) *Jamur (pada dugaan infeksi jamur, namun harus

-

-

8.

Output

:







dikonfirmasi dengan pemeriksaan lain) *Sitologi (pada kecurigaan keganasan paru dan saluran napas) Radiologi lain (seperti fluoroskopi, USG, CT Scanning toraks dll) Pemeriksaan lain yang dianggap terkait langsung dengan kelainan di paru

Tidak ditemukan gangguan atau penyakit pada saluran napas dan paru, pasien dapat bekerja biasa dan melakukan semua aktivitas Ditemukan gangguan atau penyakit pada saluran napas dan paru, pasien dapat bekerja dan melakukan aktivitas dengan pembatasan Ditemukan gangguan atau penyakit pada saluran napas dan paru, pasien dianjurkan untuk tidak bekerja atau beraktivitas untuk sementara waktu atau seterusnyas

Related Documents

Ppk
May 2020 30
Ppk
June 2020 19
Ppk Dbd.docx
December 2019 29
Ppk Paru.docx
July 2020 6
Ppk Ppok.docx
May 2020 27
Ppk Anestesi.docx
July 2020 10

More Documents from "dini apriliani"