Ppk Anestesi.docx

  • Uploaded by: dini apriliani
  • 0
  • 0
  • July 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Ppk Anestesi.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 4,317
  • Pages: 28
PANDUAN PERSIAPAN SEBELUM TINDAKAN ANESTESI ( PRA ANESTESI)

TUJUAN : Memenuhi kebutuhan fasilitas sarana dan peralatan anestesi yang esensial untuk menjamin keselamatan pasien dan tenaga anestesi selama memberikan tindakan anestesi. RUANG LINGKUP : Melakukan pemeriksaan terhadap ketersediaan sarana dan peralatan anestesi yang esensial tiap sebelum memberikan tindakan anestesi PROSEDUR : Sebelum meberikan tindakan anestesi, dokter anestesi dan perawat anestesi harus melakukan pemeriksaan terhadap sarana yang dibutuhkan dan memastikannya berfungsi dengan baik, yaitu : 1. Mesin anestesi 1) Untuk setiap kamar operasi, minimal harus ada satu unit mesin anestesi yang dapat digunakan, untuk pemberian oksigen dan juga gas anestesi 2) Vaporizer yang tersedia harus terkalibrasi dan terisi dengan gas anestesi yang dibutuhan sesuai dengan kondisi pasien 3) Siapkan sirkuit pernapasan dan reservoir bag dengan ukuran yang sesuai dengan pasien 4) Pasien mesin sudah terhubung dengan gas medis yang sesuai (O2, N2O, air), dan pastikan gas yang tersedia mengalir dengan baik kedalam mesin 5) Pastikan CO2 absorber masih dalam kondisi baik 6) Lakukan pengecekkan terhadap fungsi mesin, pastikan tindak ada kebocoran pada sirkuit pernapasan, periksa kerja flow meter, katup inspirasi atau ekspirasi apakah berfungsi dengan baik, katup APL (adjustable pressure limit), reservoir bag, CO2 absorber canister harus dipastikan dan berfungsi dengan baik 7) Periksa apakah ada kebocoran gas atau uap dalam sirkuit mesin

2. Peralatan anestesi yang harus tersedia disetiap kamar operasi 1) Alat penghisap (suction unit) khusus untuk anestesi dengan kateter yang berukuran sesuai, pastikan alat penghisap berfungsi dengan baik 2) Alat – alat monitoring 

Stetoskop



Alat ukur tekanan darah non invasive



EKG



Pulse oximetry



Thermometer



Alat pemantau tekanan darah invasive(untuk operasi tertentu)

3) Alat – alat untuk manajemen jalan nafas dan kelengkapannya : 

Sungkup muka dengan beberapa ukuran (face mask)



Pipa orofaring/ nasofaring, LMA atau ETT dengan berbagai ukuran, dan alat bantu jalan nafas lainnya



Laringoskop dengan berbagai ukuran



Stilet



Spuit balon



Forcep magill



Plester



Jelly pelican untuk ett



Stetoskop



Konektor pipa ett dengan mesin

4) Alat untuk akses intravena 

Torniquete



Kanul intravena dengan ukuran yang sesuai, transfuse set dan cairan yang dibutuhkan

5) Peralalatan untuk melakukan regional anestesi/block periver (bila pasien direncanakan untuk dilakukan tindakan regional anestesi/block periver) 6) Peralatan yang harus tersedia bila dibutuhkan sewaktu-waktu :



Peralatan untuk menanggulangi kesulitan intubasi yang telah diperkirakan sebelumnya (missal : bougie/stilet, LMA, fiber optic)



Defibrillator jantung



Penghangat pasien

7) Obat – obat anestesi Obat – obatan untuk trias anestesi yang dibutuhkan sesuai dengan keadaan pasien Obat – obat untuk menanggulangi keadaan emergency : 

Anafilaksis



Aritmia jantung



Henti jantung



Oedem paru



Hipotensi



Hipertensi



Bronkospasme



Depresi nafas



Hipo/hiperglikemi



Koagulopati

Obat-obatan emergency yang harus tersedia : 

Oksigen



Adrenalin



Sulfas atropine



Epedrin



Aminofilin



Antiaritmia (lidokain, amiodaron)



Diuretic



Inotropic



Vasopressor (norepineprin)



Obat hipotensi (nitrogliserin/nitroprusid)



Anti konvulsan (diazepam, thiopental)



Antidotum (nalokson, antikolinesterase)



Cairan kristaloid dan koloid (sesuai yang dibutuhkan)

3. Persiapan pasien 1) Identifikasi pasien 2) Lakukan kembali pemeriksaan ulang terhadap kondisi terakhir pasien 3) Lakukan pengecekan terhadap ketersediaan transfusi (pada pasien sebelumnya diperkirakan memerlukan transfusi) 4) Lakukan pemeriksaan terhadap kelengkapan dokumen (status pasien, surat izin tindakan operasi, surat izin tindakan anestesi) 5) Pasien hanya boleh dimasukan kedalam kamar operasi apabila sudah dipastikan semua persiapan alat atau mesin, obat, dan kelengkapan dokumen sudah dilakukan dengan baik PEMERIKSAAN PENUNJANG : 

Lab darah : Hemoglobin, leukosit, hemtokrit, trombosit,



EKG



Foto thorak

UNIT TERKAIT Dokter spesialis anestesi, perawat anestesi dan depo farmasi

PANDUAN MANAJEMEN SELAMA ANESTESI MONITORING UMUM SELAMA ANESTESI

TUJUAN : Mendeteksi perubahan klinis yang terjadi pada pasien yang sedang menjalani pembiusan, sehingga dapat diberikan intervensi dengan cepat bila diperlukan. RUANG LINGKUP : Pemantauan oksigenasi, ventilasi, sirkulasi, suhu dan perfusi jaringan PROSEDUR : Montoring harus dilakukan secara terus menerus selama pemberian anestesi. Harus selalu dilakukan evaluasi terhadap : 1. Oksigenasi Pemantauan oksigenasi jaringan dilakukan secara kontinyu Tujuan : memastikan kadar oksigen yang adekuat dalam darah selama pemberian anestesi Metode : 

Pengamatan visual dengan menilai warna dengan pencahayaan pasien yang adekuat.



Penalian oksigenasi secara kuantitatif dengan pulse oksimetri dengan target SpO2 ≥ 94% dengan udara ruangan

2. Ventilasi Pemantauan jalan nafas dan ventilasi dilakukan secara kontinyu Tujuan : untuk memastikan jalan nafas dan ventilasi pasien yang adekuat selama pemberian anestesi. Metode : 

Tanda –a tanda klinis kecukupan ventilasi, antara lain : pengembangan dada yang adekuat, pengamatan garakan kembang kempis kantung pernafasan, dan auskultasi bunyi nafas(precordial stetoskop pada pediatrik).



Secara kuantitatif : kebutuhan volume tidal (8cc/kgbb), laju respirasi 12-14 x/menit untuk mencapai volume semenit 100 cc/kgbb.

3. Sirkulasi Pemantauan fungsi peredaran darah yang kontinyu Tujuan : untuk memastikan kecukupan fungsi peredaran darah pasien selama anestesi. Metode : 

Evaluasi kontinyu terhadap laju jantung dan irama jantung dengan palpasi nadi, auskultasi bunyi jantung (stetoskop), pulse oksimetri.



Pematauan EKG secara kontinyu sejak awal hingga anestesi berakhir.



Perfusi jaringan dipantau secara kontinyu dengan meraba suhu perifer, capillary refill, pulse oksimetri, dan diuresis.



Evaluasi tekanan darah dan laju jantung paling tidak setiap 5 menit. Pertahankan variasi perubahan tekanan darah ± 20% dari base line Prosedur untuk mempertahankan variasi tekanan darah tersebut dilakukan sesuai dengan penyebab, seperti : pemberian cairan, pengaturan kedalaman anestesi, obat vasoaktif, obat antihipertensi.

4. Suhu tubuh Tujuan : untuk membantu membantu mempertahankan suhu tubuh yang normotermi selama anestesi Metode : dilakukan pemantauan suhu tubuh inti secara kontinyu dengan thermometer UNIT TERKAIT : Dokter spesialis anestesi, perawat anestesi

MONITORING ANESTESI (ARTERIAL BLOOD PRESSURE)

TUJUAN : Pemantauan ketat sirkulasi pasien dalam keadaan teranestesi selaa operasi berlangsung RUANG LINGKUP : Pemantauan sirkulasi pada pasien teranestesi dilakukan dengan menggunakan non-invasive arterial blood pressure dana tau invasive arterial blood pressure disesuaikan dengan keadaan pasien (status fisik pasien) dan jenis operasi yang dilakukan. PROSEDUR : 1. Pertahankan mean arterial pressure (MAP) 65 – 85 mmHg MAP = (SBP) + 2 (DBP) 3 MAP = Mean Arterial Pressure DBP = Dyastolic Blood Pressure SBP = Systolic Blood Pressure 2. Perubahan tekanan darah yang dapat ditoleransi pada pasien normal adalah sebesar ± 20% dari base line, sedangkan pada pasien dengan gangguan fungsi jantung dan kardiovaskular ditentukan < 20% dari base line. 3. Perbedaan NIBP dan IBP yang dapat ditolerir adalah 10%.

a. Non-invasive arterial blood pressure : 

Dilakukan pemasangan manset tekanan darah pada lengan bagian atas dengan ukuran yang sesuai dengan pasien (2/3 bagian tengah lengan atas)



Pengukuran dilakukan berulang dengan interval 3 menit selama operasi berlangsung.



Bilakukan dilakukan regional anestesi pengukuran tekanan darah dilakukan dengan interval 1 menit setelah obat regional anestesi diberikan dan interval 3 menit selama operasi berlangsung.

b. Invasisve arterial blood pressure : 

Supinasi dan ekstensi pergelangan tangan



Spuit berisi heparin yang sudah diencerkan (0,5-2 unit heparin/ml salin) beserta stop cock sudah tersedia untuk membilas



Pulsasi radial diraba dengan cara penekanan ringan oleh jari telunjuk dan jari tengah



Bersihkan kulit tempat akan diakukan pemasangan menggunakan cairan baktrisid



Infiltasi dengan 0,5 ml lidokain tepat diatas artesi radialis menggunakan jarum no. 25 atau 27



Gunakan jarum no. 18 untuk menyayat lokasi penusukan



Jarumg no. 20 atau 22 disuntikan dengan sudut 45º terhadap permukaan kulit menuju arteri radialis yang telah diraba.



Setelah timbul aliran darah balik arah jarum diturunkan sampai 30º, kateter diinsersikan



Kateter dihubungkan dengan transducer alat pemantau tekanan darah otomatis



Fiksasi dan tutup daerah penusukan menggunakan kassa steril dan plester

UNIT TERKAIT : Dokter anestesi dan perawat anestesi

MONITORING ANESTESI : EKG

TUJUAN : Memastikan fungsi listrik jantung pasien selama anestesi adekuat RUANG LINGKUP : Pemantauan EKG selama operasi berlangsung PROSEDUR : 

Elektroda dipasangkan pada intercosta1-2 sejajar papilla mamae kanan, intercostal 1-2 sejajar papilla mamae kiri, intercostal V kiri pada garis aksilaris anterior.



Dihubungkan pada monitor EKG



Pemasangan elektroda ini berguna untuk mendapat hasil pembacaan pada lead II



Lakukan evaluasi secara kontinyu terhadap : ritme, laju jantung/menit

UNIT TERKAIT : Dokter anestesi dan perawat anestesi

MONITORING ANESTESI : PULSE OXIMETRY

TUJUAN : Memastikan oksigenasi yang adekuat selama pasien teranestesi RUANG LINGKUP : Pemantauan menggunakan pulse oximetry selama operasi berlangsung PROSEDUR : 

Probe saturasi dipasang pada ujung jari pasien dengan sinar infra merah pada bagian kuku jari pasien



Hindari pemaparan cahaya pada probe saturasi untuk menghindari gangguan iluminasi sinar infra merah.

UNIT TERKAIT : Dokter anestesi dan perawat anestesi

MONITORING ANESTESI : TEMPERATUR

TUJUAN : Temperatur tubuh pasien dapat terjaga selama operasi RUANG LINGKUP : Pemantauan tmperatur tubuh pasien selama operasi berlangsung PROSEDUR : 

Probe temperature dipasang pada nasopharing pasien yang menjalani anestesi umum dan pada axilla pada pasien yang dilakukan anestesi regional



Probe dimasukkan ke nasopharing melalui mulut agar menghindari trauma pada saluran hidung



Bila didapatkan suhu tubuh kurang dari 36ºC (terancam hipotermi), berikan maintenance cairan menggunakan kristaloid yang sudah dihangatkan dilemari penghangat kemudian berikan penghangat pada bagian dalam kain penutup pasien.

UNIT TERKAIT : Dokter anestesi dan perawat anestesi

MONITORING ANESTESI : DIURESIS

TUJUAN : Menilai status volume cairan dalam tubuh pasien dan mempertahankan fungsi ginjal baik selama dan setelah operasi RUANG LINGKUP : Menilai status volume cairan tubuh pasien dan mempertahankan fungsi ginjal dengan cara pemantauan diuresis pasien menggunakan kateter urin dan pengumpul urine selama operasi berlangsung. PROSEDUR : 

Dilakukan pemasangan kateter urine pada pasien yang menjalani operasi lebih dari 2 jam dalam anestesi umum.



Dilakukan pemasangan pada kateter urine pada semua pasien yang mendapatkan anestesi regional (spinal, epidural, kombinasi sipnal epidural dan caudal) tanpa mempertimbangkan lama operasi.



Jumlah urine inisial dicatat jumlahnya dan dinilai warnanya



Selama operasi berlangsung urine pasien dikumpulkan dalam kantung pengumpul urine dan dinilai jumlah serta warna.

UNIT TERKAIT : Dokter anestesi dan perawat anestesi

PROSEDUR INTUBASI DAN EKSTUBASI

TUJUAN : Untuk memperthanakan jalan nafas bebas, procedural operasi tertentu dan resusitasi jantung paru RUANG LINGKUP : Kamar operasi, emergensi (IGD), atau pasien ruangan yang memerlukan bantuan nafas atau resusitasi jantung paru, ruangan terapi intensif (HCU) PENGERTIAN : Suatu alat bantu nafas (pipa endotracheal) yang dipasang melalui oral atau nasal menuju tracheal PROSEDUR : 1. Intubasi Indikasi untuk intubasi : 

Operasi daerah leher dan wajah



Prosedur operasi thoracotomy



Prosedur operasi craniotomy



Prosedur operasi laparatomi



Tekhnik operasi laparaskopi



Pembedahan dengan sikap tidur miring, telungkup (prone)



Operasi pada neonates



Prosedur operasi yang lama (> 1 jam )



Tekhnik anetsesi khusus hipotensi, hipotermi



Pembedahan dimana dibutuhkan banyak relaksasi atau dimana pernafasan akan terganggu karena relaksasi



Semua pembedahan akut dimana penderita di duga atau diragukan lambungnya belum kosong



Pada penderita dimana pemasangan masker sulit dan tidak mungkin tanpa kebocoran udara sehingga ventilasi menjadi tidak adekuat, misalkan pada pasien yang habis giginya dan sampai kempot atau penderita dengan banyak jenggotnya.



Pada penderita gemuk yang sulit dikuasai jalan nafas dengan sungkup wajah (face mask)



Section sesarea yang gagal setelah dilakukan regional anestesi



Pada pasien trauma dengan kondisi obstruksi jalan nafas, hipoventilasi, hipoksia berat, GCS <8, cardiac arrest, fraktur daerah wajah dengan perdarahan yang tidak berhenti



Intubasi emergency pada trauma inhalasi dengan keadaan luka bakar >40%, GCS <8, luka bakar daerah muka derajat sedang-berat, luka bakar oropharyngeal derajat sedang-berat, cedera jalan nafas yang terlihat saat endoskopi derajat sedang-berat

Persiapan Pasien Yang terpenting untuk melakukan intubasi adalah memeriksa kemungkinan kesulitan intubasi dan resiko aspirasi dan regurgitasi. 

Bisa membuka mulut



Pemeriksaan mallampati



Kemampuan ekstensi leher



Jarak antara tyromental kurang dari 4cm



Dapat menggerakkan leher kekanan dan kekiri (tidak ada kekakuan sendir leher)



Leher pendek, panjang, kaku



Adanya sikatrik di daerah leher



Gigi ompong



Gigi yang hanya tinggal beberapa saja



Tanyakan kecukupan puasanya (terutama pasien emergency)



Wanita hamil selalu dianggap lambung penuh

Persiapan Alat Pastikan seluruh alat yang diperlukan berfungsi dengan baik 

Sumber oksigen dan ambu bag (IGD, ruangan, HCU) mesin anestesi yang sudah dipastikan berfungsi dengan baik (kamar operasi)



Face mask/sungkup wajah



Larongoskop



Pipa endotracheal 3 buah (1 lebih besar dan 1 lebih kecil dari ukuran standar)



Stylet/mandrin



Oropharyngeal airway 3 buah (1 lebih besar dan 1 lebih kecil dari ukuran standar)



Spuit



Plester



Bantal dengan tebal 10cm



Suction yang sudah siap pakai



Stetoskop



Gunakan sarung tangan

Penatalaksanaan 

Pastikan bahwa meja operasi sudah terkunci dan tidak bergerak



Posisikan pasien terlentang dengan posisi head up



Tinggi kepala pasien setinggi kartilago xyphoid operator



Letakkan kepala penderita dengan bagian occipital diletakkan diatas bantal dengan tebal 10cm



Posisi kepala dalam satu garis antara telinga dengan sternum (sniff position)



Berikan pada pasien oksigen 100% selama kurang lebih 3-5 menit dengan menggunakan sungkup wajah



Berikan pasien anestesi hipnotik sedative intravena dan opioid



Pastikan pasien tertidur dengan mengecek reflek bulu mata negative



Berikan oksigen dengan gas anestesi inhalasi 3 MAC melalui sungkup wajah



Lakukan ventilasi dengan menggunakan bagging dengan tekanan tidak melebihi 30cm H2O



Bila dada dapat mengembang pada saat melakukan ventilasi tidak ada hambatan atau tahanan, berikan pelumpuh otot



Lakukan ventilasi hingga seluruh obat anastesi mencapai onsetnya



Pegang handle laringoskop dengan tangan sebelah kiri, tangan sebelah kanan dapat memegang kepala pasien untuk ektensi atau membuka mulut dengan cara cross finger



Masukkan blade dari ujung kanan bibir, dorong hingga ke oropharyng sambal menyisikan lidah dari kanan ke kiri



Telusuri terus hingga ujung blade menyentuh vallecular



Pastikan gigi dan bibir bebas



Kemudian angkat handle menjauh dari pasien sehingga terlihat pita suara (vocal cord)



Persiapkan pipa endotracheal ditangan kanan



Masukkan pipa endotracheal kearah pita suara



Setelah pipa endotracheal terpasang kembangkan balon dengan menggunakan spuit, pastikan pipa endotracheal tidak bergeser



Setelah balon mengembang pastikan paru kanan dan kiri mengembang sama besar dengan menggunakan stetoskop.



Setelah memastikan letak pipa endotracheal benar, plester pipa

2. Ekstubasi 1) Persiapan alat 

Sarung tangan



Suction



Spuit



Sungkup muka (face mask)

2) Prosedur Ekstubasi Bangun Penuh 

Posisi pasien head up



Matikan seluruh gas anestesi hanya oksigen yang tetap mengalir sekitar 10 L/menit



Pastikan pasien sudah dilakukan reverse dari pelumpuh otot



Pola nafas sudah regular



Bila vital kapasitas lebih dari 15 ml/kg, adekuatnya waktu pernafasan, tidak ada retraksi dinding dada, SpO2 >95% dengan udara luar



Pasien dapat dibangunkan dapat mengikuti perintah sederhana (buka mata, buka mulut atau angkat tangan)



Lakukan suction untuk membersihkan dari liur atau darah dirongga mulut.



Berikan tekanan berkisar 5-15cm H2O untuk rangsang batuk



Bila ada, saat batuk Tarik pipa endotracheal setelah balon dikempiskan



Berikan oksigen canul 3 L/menit

Ekstubasi dalam anestesi 

Seluruh gas anatesi tidak dimatikan hanya N2O yang dimatikan



Pastikan pasien sudah dilakukan reverse dari pelumpuh otot



Pola nafas sudah regular



Bila vital kapasitas >15 ml/kg, adekuat dari kekuatan otot pernafasan



Lakukan suction untuk membersihkan dari liur atau darah dirongga mulut



Matikan seluruh gas anestesi hanya tinggl oksigen 10L/menit



Tarik pipa endotracheal setelah balon dikempiskan



Berikan pasien oksigen 10L/menit melalui sungkup muka hingga bangun



Setelah pasien bias melakukan perintah sederhana (buka mata, angkat tangan)



Berikan oksigen nasal canul 3L/menit

UNIT TERKAIT : Dokter anestesi, perawat anestesi

PROSEDUR ANESTESI UMUM

PENGERTIAN (DEFINISI) : Anestesi umum adalah tindakan menghilangkan rasa nyeri/sakit secara sentral, disertai hilangnya kesadaran dan dapat pulih kembali (reversible). Komponen Anestesi yang ideal terdiri dari : Hipnotik, analgetik, dan relaksasi otot. TUJUAN : Mempertahankan kondisi dan keselamatan pasien selama tindakan operasi atau tindakan lain yang menyebabkan pasien memerlukan anestesia umum Membantu menciptakan kondisi yang optimal untuk prosedur yang akan dijalani RUANG LINGKUP : Kamar operasi INDIKASI : 1. Infant dan anak 2. Dewasa yang memilih anestesi umum 3. Pembedahan lama lebih dari 2 jam 4. Pembedahan dimana anestesi lokal tidak praktis atau tidak memuaskan 5. Alergi obat anestesi lokal 6. Kegagalan regional anestesi KONTRA INDIKASI : Tergantung efek farmakologi pada organ yang mengalami kelainan (hindari pemakaian obat atau dosis dikurangi/diturunkan. 

Hepar : obat hepatotoksik/ obat yang toksis terhadap hepar



Jantung : obat-obat yang mendepresi jantung / menurunkan aliran darah coroner



Ginjal : obat yang dieksresi di ginjal



Paru-paru :obat yang merangsang sekresi paru/bronkus



Endokrin :hindari obat yang meningkatkan kadar gula darah /hindarkan pemakaian obat yang merangsang susunan saraf simpatis pada diabetes, karena dapat menyebabkan peningkatan kadar gula darah.

PERSIAPAN : ANAMNESA 1. Identifikasi pasien missal: nama, umur, alamat, bagian tubuh yang akan dioperasi, dan riwayat operasi sebelumnya 2. Informed consent 3. Riwayat penyakit yang pernah atau sedang diderita yang mungkin dapat jadi penyulit dalam anestesi, antara lain : penyakit alergi, penyakit paru-paru kronik (asma bronkial, bronchitis), penyakit jantung, hipertensi, penyakit hati dan penyakit ginjal. 4. Riwayat obat-obat yang pernah atau sedang digunakan yang mungkin menimbulkan interaksi dengan obat-obat anestesi. 5. Riwayat operasi atau anestesi yang pernah dialami pada waktu yang lalu, berapa kali dan selang waktu. Apakah saat itu mengalami komplikasi, seperti : lama pulih sadar, memerlukan perawatan intensif pasca bedah. 6. Kebiasaan buruk sehari-hari yang mungkin dapat mempengaruhi jalannya anestesi : merokok, minum-minuman alcohol dan pemakai narkoba. PEMERIKSAAN FISIK Pemeriksaan keadaan gigi, tindakan buka mulut, lidah relative besar sangat penting untuk diketahui apakah akan menyulitkan tindakan intubasi.leher pendek dan kaku juga akan menyulitkan intubasi. Klasifikasi status fisik (ASA) ASA I : pasien dalam kondisi sehat ASA II : pasien dengan kelainan sistemik ringan – sedang yang tidak berhubungan dengan pembedahan, dan pasien masih dapat melakukan aktivitas sehari-hari. ASA III : pasien dengan gangguan sistemik berat sehingga aktivitas rutin terbatas ASA IV : pasien dengan kelainan sistemik berat tidak dapat melakukan aktivitas rutin dan

penyakitnya merupakan ancaman kehidupannya setiap saat (mengancam jiwa dengan atau tanpa pembedahan). ASA V : pasien tidak diharapkan hidup setelah 24 jam walaupun dioperasi atau tidak. Pada bedah cito atau emergency biasanya dicantumkan huruf E.

PEMERIKSAAN LABORATORIUM 1. Darah (Hb, Ht, leukosit, golongan darah, waktu pembekuan darah dan perdarahan) 2. Urine (protein, reduksi, sedimen) 3. Foto thorak 4. EKG (untuk umur >40 tahun) 5. Elektrolit (Natrium, kalium, chlorida) 6. Fungsi hati (bilirubin, sgot, sgpt) 7. Fungsi ginjal (ureum, kreatinin) PERSIAPAN DIHARI OPERASI OPERASI ELEKTIF : 1. Puasa 2. Gigi palsu 3. Perhiasan dan kosmetik 4. Pasien masuk kamar bedah memakai pakaian khusus operasi 5. Mintakan izin operasi dari pasien atau keluarganya 6. Sudah terpasang jalur intra vena (infus) minimal ukuran 18 atau menyesuaikan kedaan pasien dimana dipilih ukuran yang paling maksimal bias dipasang.

PROSEDUR TINDAKAN 1. Dilakukan pemasangan monitor tekanan darah, nadi dan saturasi O2 2. Dilakukan pemeriksaan fisik ulang, jika ditemukan perubahan dan tidak memungkinkan untuk dilakukan pembedahan elektif maka pemdedahan dapat ditunda untuk dilakukan pengelolaan lebih lanjut. 3. Jika pasien gelisah/cemas diberikan premedikasi : a. Midazolam dosis 0,07-0,1 mg/kgBB

b. Pada anak SA 0,01-0,15 mg/kgBB + midazolam 0,1 mg/kgBB+ ketamin 3-5 mg/kgBB IM atau secara IV SA 0,01 mgmg/kgBB + midazolam 0,07 mg/kgBB 4. Sebelum dilakukan induksi diberikan oksigen 5 liter/menit dengan masker (preoksigenasi) selama 5 menit. 5. Obat induksi yang disuntikkan secara intra vena dengan obat-obat anestesi (hipnotik, analgetik, relaksasi) 6. Selama induksi dilakukan monitor tanda vital (tekanan darah, nadi, saturasi oksigen) 7. Pada kasus operasi yang memerlukan pemeliharaan jalan nafas, dilakukan intubasi endotracheal tube 8. Pemeliharaan anestesi dapat menggunakan agent volatile (halothane, sevoflurane, isoflurane) atau TIVA (Total Intra Vena Anestesi ) dengan menggunakan ketamin atau propofol. 9. Pada pembedahan yang memerlukan relaksasi otot diberikan pemeliharaan dengan obat pelumpuh otot non-depolarisasi.

PASCA PROSEDUR TINDAKAN 1. Ekstubasi Bangun Penuh 

Posisi pasien head up



Matikan seluruh gas anestesi hanya oksigen yang tetap mengalir sekitar 10 L/menit



Pastikan pasien sudah dilakukan reverse dari pelumpuh otot



Pola nafas sudah regular



Bila vital kapasitas lebih dari 15 ml/kg, adekuatnya waktu pernafasan, tidak ada retraksi dinding dada, SpO2 >95% dengan udara luar



Pasien dapat dibangunkan dapat mengikuti perintah sederhana (buka mata, buka mulut atau angkat tangan)



Lakukan suction untuk membersihkan dari liur atau darah dirongga mulut.



Berikan tekanan berkisar 5-15cm H2O untuk rangsang batuk



Bila ada, saat batuk Tarik pipa endotracheal setelah balon dikempiskan



Berikan oksigen canul 3 L/menit

2. Ekstubasi dalam anestesi 

Seluruh gas anatesi tidak dimatikan hanya N2O yang dimatikan



Pastikan pasien sudah dilakukan reverse dari pelumpuh otot



Pola nafas sudah regular



Bila vital kapasitas >15 ml/kg, adekuat dari kekuatan otot pernafasan



Lakukan suction untuk membersihkan dari liur atau darah dirongga mulut



Matikan seluruh gas anestesi hanya tinggl oksigen 10L/menit



Tarik pipa endotracheal setelah balon dikempiskan



Berikan pasien oksigen 10L/menit melalui sungkup muka hingga bangun



Setelah pasien bias melakukan perintah sederhana (buka mata, angkat tangan)



Berikan oksigen nasal canul 3L/menit

PEMERIKSAAN PENUNJANG : 

Lab darah : Hemoglobin, leukosit, hemtokrit, trombosit,



EKG



Foto thorak

UNIT TERKAIT : Dokter anestesi, perawat anestesi, perawat

PROSEDUR REGIONAL ANESTESI (SPINAL ANESTESI)

TUJUAN : Untuk menghilangkan rasa nyeri/rasa sakit terhadap pasien yang akan dilakukan pembedahan. RUANG LINGKUP : Kamar operasi PENGERTIAN (DEFINISI) : Merupakan tehnik anestesi dengan memasukan obat analgetik ke dalam ruang subarackhnoid sesuai blokade syaraf yang dikehendaki. INDIKASI : 1. Pembedahan atau operasi pada daerah perut / abdomen ke bawah 2. Bedah obstetric/ginekologi 3. Bedah urologi KONTRA INDIKASI : 1. Infeksi sistemik (sepsis) 2. Infeksi sekitar tempat suntikan 3. Kelainan neurologis 4. Kelainan psikis 5. Operasi yang lama 6. Penyakit jantung 7. Hipovolemia ringan 8. Nyeri punggung kronis 9. Perdarahan banyak 10. Pasien menolak 11. Peningkatan tekanan intra kranial 12. Penyakit susunan syaraf pusat

PERSIAPAN : 1. Pasien 

Inform consent persetujuan tindakan anestesi

2. Alat dan bahan habis pakai 

Sirkuit anestesi (mesin, oksigen)



Spuit 5 cc



Spuit 1 cc



Spinocain (jarum spinal)



Obat bupivacain



Sarung tangan steril



Kassa



Bethadine dan alcohol



plester



Lidocaine



Epedhrin



Midazolam

PROSEDUR TINDAKAN : 1. Pemeriksaan Identitas pasien (Sign In) 2. Premedikasi pasien di ruang serah terima pasien dengan midazolam 2 mg 3. Tidurkan pasien di meja operasi 4. Pasang monitor , Tekanan darah, Pulse oxymetri, EKG 5. Pastikan iv line lancar, loading pasien 250-500 cc cairan elektrolit 6. Posisikan pasien duduk dan kepala menunduk. 7. Identifikasi SIAS sesuai Lumbal 3-4 atau Lumbal L4-5 8. Sterilkan tempat tusukan dengan betadin dan alcohol 9. Beri anestesi local pada tempat tusukan dengan lidokain 1-2% 1ml 10. Insersikan jarum spinal pada daerah dibawah L2 atau sesuai dermatom yang diinginkan menembus ligamentum flavum sampai LCS keluar tanpa ada campuran darah.

11. Masukkan obat anestesi pelanpelan (0,5 ml/detik) dengan menggunakan spuit 5cc sebanyak sesuai dermatom yang diinginkan diselingi aspirasi sedikit (barbotase test setiap memasukan 1 cc). 12. Cabut jarum spinal dan tutup bekas suntikan dengan kassa steril dan di plester 13. Evaluasi blokade syraf yang terjadi, bila telah sesuai dermatom yang dikehendaki, tindakan pembedahan bolah dilakukan. 14. Monitoring hemodinamik pasien, bila terjadi penurunan tekanan darah berikan loading cairan elektrolit atau koloid bila belum cukup cairan, bila telah terpenuhi berikan ephedrin 10 mg IV 15. Evaluasi dan monitoring pasien dan hemodinamik sampai operasi selesai 16. Operasi selesai pindahkan pasien ke ruang pemulihan dan evaluasi dengan bromage score. PASCA PROSEDUR TINDAKAN : 1. Evaluasi di ruang rawat pemulihan pada pasca operasi 2. Posisikan pasien dengan kepala lebih tinggi 30 derajat selama 24 jam 3. Bila tensi menurun < 90/60 mmHg berikan ephedrin 10 mg 4. Evaluasi dengan bromage score

PEMERIKSAAN PENUNJANG : 

Lab darah : Hemoglobin, leukosit, hemtokrit, trombosit,



EKG



Foto thorak

UNIT TERKAIT : Dokter spesialis anestesi, Perawat anestesi, Depo farmasi

PROSEDUR PENATALAKSANAAN PASCA ANESTESI DI RUANG PEMULIHAN (RECOVERY ROOM)

TUJUAN : Memberikan acuan yang benar dalam penatalaksanaan pasca anestesi pasien – pasien yang menjalani pembedahan, diruang pemulihan anestesi. INDIKASI : Memberikan pelayanan pasca anestesi pada pasien-pasien yang menjalani pembedahan, sampai pasien dapat dipindahkan keruang rawat, ruang HCU atau pasien dipulangkan pada pasien ODS. KONTRA INDIKASI : 

Resiko kehilangan kesadaran



Mual muntah



Hipoksia

PENGERTIAN (DEFINISI) : Recovery Room” (RR) adalah suatu ruang Pemulihan pasien pasca operasi, yang terletak di dekat kamar bedah, dekat dengan perawat bedah, ahli anesthesia, perawat anestesi dan ahli bedah sendiri, sehingga apabila timbul keadaan gawat pasca-bedah, klien dapat segera diberi pertolongan. PROSEDUR TINDAKAN : a. Pasien tidak boleh dipindahkan dari kamar operasi kecuali jalan napasnya sudah dijamin paten dan stabil, dengan ventilasi dan oksigenasi yang adekuat, serta hemodinamik yang stabil. b. Pemindahan pasien keruang pemulihan harus didampingi oleh dokter anestesi yang memahami kondisi pasien

c. Selama pemindahan dokter anestesi bertanggung jawab terhadap jalan napas, pernapasan, dan sirkulasi dan diberikan bantuan sesuai kondisi pasien. d. Oksigen suplemen harus diberikan saat memindahkan pasien dengan resiko hipoksemia e. Pasien yang tidak stabil harus tetap terintubasi dan bila akan dipindahkan ke RR harus tetap termonitor dengan monitor portable, dan harus tersedia obat-obat emergency. f. Pasien dengan resiko aspirasi atau perdarahan saluran nafas atas harus dipindahkan dengan posisi lateral. g. Setelah tiba diruang pemulihan, segera lakukan pemeriksaan patensi jalan nafas, tanda vital dan oksigenasi. h. Posisikan posisi pasien head up (bila tidak ada kontra indikasi) i. Lakukan serah terima pasien kepada dokter anestesi atau perawat yang bertugas diruang pemulihan dengan informasi yang berkenaan dengan kondisi pra bedah dan jalannya pembedahan(jenis nestesi, tindakan pembedahan, perdarahan, jenis dan jumlah cairan yang diberikan, komplikasi operasi), kemungkinan masalah pasca operasi, serta instruksi pasca bedah. j. Petugas ruang pemulihan melakukan pemeriksaan ulang kondisi pasien bersama-sama dengan pemberian anestesi k. Kondisi pasien setelah tiba dikamar operasiharus dicatat l. Dokter anestesi yang melakukan pembiusan meninggalkan ruang pemulihan setelah melakukan serah terima dengan petugas ruang pemulihan. m. Memantau kesadaran, tekanan darah, laju nadi, laju nafas, suhu, SpO2 diruang pemulihan dilakukan secara rutin setiap 5 menit pada 15 menit pertama atau sampai stabil, kemudian setelah itu setiap 15 menit n. Pantau adanya nyeri pasca operasi, mual, muntah, input sampai output cairan, drain, perdarahan. Kemudian lakukan tindakan atau tatalaksana yang sesuai o. Pada pasien yang mendapatkan tindakan regional harus dilakukan pemeriksaan motoric dan sensorik secara periodic, dengan pemantauan hemodinamik yang lebih ketat p. Kriteria pengeluaran pasien dari ruang pemulihan menggunakan kriteria aldrette score dengan score >9 q. Dibuat laporan tertulis yang akurat tentang pemantauan kondisi pasien diruang pemulihan.

PROSEDUR PASCA TINDAKAN : Pasien dijemput oleh perawat untuk dipindahkan keruang perawatan bedah. UNIT TERKAIT Dokter spesialis anestesi, perawat anestesi, perawat recovery room, dll

Related Documents

Ppk
May 2020 30
Ppk
June 2020 19
Ppk Dbd.docx
December 2019 29
Ppk Paru.docx
July 2020 6
Ppk Ppok.docx
May 2020 27
Ppk Anestesi.docx
July 2020 10

More Documents from "dini apriliani"

Ppk Anestesi.docx
July 2020 10
Modul 3 Kd 2
July 2020 39
- Modul 3 Kd 2
June 2020 46
70236260-scc-lidah.ppt
December 2019 58