Poco-poco Atau Dinamika

  • Uploaded by: Gus Rangga Al-Asy'ary
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Poco-poco Atau Dinamika as PDF for free.

More details

  • Words: 2,829
  • Pages: 4
DINAMIKA ATAUKAH POCO-POCO? Agaknya ada dua kata yang hampir bermiripan berhubungan dengan perkembangan dunia Islam yakni poco-poco dan dinamika. Dalam sejarahnya Islam sempat mengalami kemajuan dan perkembangan. Dan dalam sejarahnya pulalah Islam sempat mengalami kemunduran. Entah apakah hal tersebut pantas disebut poco-poco atau dinamika perkembangan Islam. Bukankah kita tahu bahwa yang dinamakan poco-poco adalah senam yang sempat ngetren pada tahun 2000 an yang lalu. Ingat kah Anda dengan senam tersebut, yang mana dalam senam tersebut terdapat gerakan maju dan mundur. Atau apakah ini refleksi dari Islamic Development? Tidak juga maju dan tidak juga mundur. Ataukah poco-poco itu diganti dengan dinamika yang pemilihan redaksinya sendiri lebih pantas dan mengandung interpertasi positif dari pada poco-poco. Marilah ditelisik pada coretan berikut ini. Pada mulanya Islam merupakan Agama Samawi yang langsung diturunkan oleh Allah kepada Rasulullah (Muhammad Saw.) dengan kitab Al-Qur'an sebagai pegangannya. Pada awal Islam itu sendiri muncul banyak kalangan dari orang-orang yang terdekat dengan Beliau (Muhammad) mengajukan protes kepadanya dikarenakan membawa risalah yang forign dan sangat berlainan sekali dengan mother religion daerah tersebut. Beliau mengalami perlawanan hebat dari orang-orang yang tidak setuju dengan risalah tersebut, bahkan tidak cukup dengan perlawanan, nyawa Beliau juga diancam oleh orang-orang yang tidak suka dengan risalah tersebut (Islam). Sampai akhir-akhirnya Beliau menyusun strategi untuk meninggalkan kampung halamannya (Makkah) menuju ketempat yang lebih damai yakni (Madinah) ritual ini lah yang kita sebut sebagai Hijrah. Disana Beliau dihadapkan dengan masyarakat yang multikulturalisme dan multidinamisme. Namun, karena kepiawaiannya Beliau berhasil me-manage kondisi tersebut sehingga memungkinkan Beliau untuk menyusun kekuatan demi terpenuhinya rasa aman dan rasa saling menyayangi. Islam ternyata lebih diterima diMadinah, dan sampai akhirnya kondisi yang diimpi-impikan tersebut menjadi real. Ini adalah awal dari perkembangan Islam. Berlanjut pada masa Khulafaurrasyidin. Khalifah pertama adalah Abubakar Ash-Shiddiq. Masa ini merupakan masa yagn melelahkan bagi perkembangan Islam. Islam bisa dikatakan mundur pada masa ini karena pasca nabi Muhammad wafat, ternyata banyak pengikut-pengikut Beliau yang mulanya mengaku beriman kepada Allah dan Rasulullah (Muhammad) ternyata berbuat munafik. Mereka banyak yang tidak membayar zakat, keluar dari agama Islam, bahkan samapai-sampai ada yang mengaku sebagai nabi penerus dari risalah Muhammad. Hal ini merupakan embrio kemunduran pertama Islam. Seorang Abubakar Ash-Shiddiq yang ketika itu menjabat sebagai Khalifah (pemimpin) dihadapkan dengan kondisi seperti itu. Juga sungguh melelahkan, sebagai punishment bagi orang yang munafik Beliau terpaksa mengangkat senjata secara terang-terangan terhadap mereka melalui perang Riddah. Umar bin Khattab yang merupakan pengganti dari Abu Bakar Ash-Shiddiq berhasil membawa Islam menuju kejayaannya. Beliau berhasil melakukan ekspansi-ekspansi keluar daerah Madinah. Bahkan Beliau sempat menguasai Yerussalem. Pemerintahan Umar bin Khattab terkenal dengan pemerintahan yang demokratis dan hampir mendekati republic. Sistem kepemimpinannya ini banyak ditiru oleh Negara-negara develop dewasa ini. Umar juga bijaksana dalam hal diplomatis Beliau mengutamakan persamaan hak semua warga Negara. Terbukti dari penaklukkan Yerussalem beliau pernah berpidato yang isinya, bahwa Beliau akan melindungi semua warga Negara meskipun itu non-Muslim. Ini adalah second progress dari Islam. Berbeda dari kepemimpinan Utsman bin Affan banyak terjadi pemberontakanpemberontakan, selain itu Beliau menjabat sebagai Khalifah di usianya yang senjang sehingga seakan-akan Beliau hanya menjadi symbolic leader. Yang lebih parahnya lagi Beliau juga mengambil kebijaksanaan yang lain dari yang lain Beliau mengangkat sanak familinya sebagai pegawai-pegawai urgen kepemerintahan. Tentunya tindakan ini menimbulkan negative conception bagi mereka yang radikal dengan kebijakan tersebut. Akhirnya akhir kepemimpinannya ini berakhir pada pedang (dibunuh). Dari konflik-konflik serta kebijaksanaan tersebut kepemimpinan pada masa Khalifah Utsman bin Affan bisa dikatakan go back. Namun bukan berarti Khalifah Utsman bin Affan tidak melakukan kegiatan yang berarti, pada masanya Beliau telah membangun masjid-masjid dan Beliau juga membuat irigasi-irigasi. Menuju keKhalifah Ali bin Abi Thalib. Belum tuntas konflik yang telah terjadi dimasa Khalifah Utsman bin Affan, Khalifah Ali bin Abi Thalib ternyata melahirkan konflik lagi. Telah meletus perang Jamal, yang disebabkan oleh ketidak puasan Muawwiyah atas darah Khalifah Utsman bin Affan yang terbuang sia-sia. Perang ini dinamakan perang Jamal karena pada saat itu Aisyah istri dari Rasulullah menggunakan unta. Disamping terjadinya perang Jamal yang tak kalah merugikannya lagi Islam terpecah menjadi tiga kekuatan politik yakni khawarij, Syiah, Sunni. Dari hal tersebut pada masa Khalifah Ali bin Abi Thalib Islam mengalami kemunduran. Telah jelas bahwa dari dua periode Islam (masa Rasulullah dan masa Khulafaur Rasyidin) terjadi kemajuan dan kemunduran. Entah kata apakah yang pantas utuk disandangkan, apakah Islam ber-poco-poco atau apakah Islam berdinamika. Bersambung Bisa dikatakan Islam zamannya Rasulullah adalah fase the first development. Meskipun Islam pada mulanya dikatakan sebagai forign doctrin lama-kelamaan Islam bisa diterima dan telah mendarah daging pada saat itu sehingga sulit bagi mereka yang telah jatuh cinta terhadap Islam melepaskan keyakinannya begitu saja. Terbukti, banyak para shahabat yang telah memeluk Islam dan mendapatkan ancaman dari kaum Kafir Quraisy dengan gigihnya mereka tetap mempertahankan keyakinan yang mendarah daging tersebut (Islam). Berlanjut pada masa Khulafa' Arrasyidin Islam mengalami keadaan yang maju dan keadaan yang mundur. Dikarenakan pada masa tersebut Islam masih mengalami masa transisi dari periodenya Rasulullah menuju keperiode Khulafaurrasyidin. Kebanyakan periode tersebut tenaga mereka terkuras dikarenakan menghadapi pemberotakanpemberontakan. Sempat mengalami kemajuan pada Khalifah Umr bin Khattab Beliau telah melakukan ekspansi salah

satu dari hasil ekspansi, sehingga wilayah kekuasaan Islam sudah meliputi Jazirah Arab, Palestina, Syirian, dan sebagian besar wilayah Persia, dan Mesir. Namun, ternyata masa keemasan ini tidak berlangsung lama Khalifah Utsman bin Affan dan Khalifah Ali bin Abi Thalib banyak disibukkan dengan pemberontakan-pemberontakan. Sekali lagi apakah yang lebih pantas "poco-poco" atau "dinamika"? Periode baru dimulai gaya kepemimpinan baru pun diperkenalkan. Memang Rasulullah menyerahkan persoalan pergantian kepemimpinan pasca Beliau kepada kaum Muslimin. Karena itulah, Muawwiyah yang segaris keturunan dari Khalifah Utsman bin Affan berani mengambil kepemimpinan pasca Khulaurrasyidin berkuasa. Kepemimpinan Islam pada masa ini memang sangat beda dengan yang sebelum-sebelumnya (Khulafaurrasyidin) karena Muawwiyah menerapkan sistem kerajaan. Hal ini terbukti dengan diangkatnya Yazid bin Muawwiyah menjadi Putra Mahkota calon penggantinya kelak. Hal yang positif dari kepemimpinan Khulafaurrasyidin benar-benar menerapkan sistem musyawarah (demokratis). Namun, beda halnya dengan Dinasti Umayyah pemerintahan yang bersifat demokratis berubah menjadi monarchiherideti. Kekhalifahan Muawiyyah diperoleh melalui kekerasan, diplomasi dan tipu daya. Tampaknya Muawiyah bermaksud meniru monarchi di Persia dan Bizantium. Kekuasaan Bani Umayyah ini kurang lebih 90 tahun. Khalifah-khalifah besar dinasti Umayyah adalah Muawwiyah bin Abi Sufyan (661-680 M), Abdul Malik bin Marwan (685-705 M), Al-Walid bin Abdul Malik (705-715 M), Umar bin Abdul Aziz (717-720 M), dan Hisyam bin Abdul Malik (724-743 M). Secara garis besar Islam pada masa Dinasti Umayyah telah go up pada wilayah kekuasaannya. Tercatat Kepemimpinan Al-Walid bin Abdul Malik telah berhasil membawa panji Islam sampai menuju Eropa, juga atas jasa trio penakluk Cordova Islam bisa berdiri Spanyol, mereka adalah (Tahrif bin Malik, Thariq bin Ziyad, Musa bin Nushair). Sempat Islam mengalammi kemajuan disana sampai-sampai melahirkan difusi kebudayaan. Disana Islam juga sempat melahirkan sarjana-sarjana yang kompeten seperti Abu Bakr Muhammad ibn Al-Sayigh (Ibn Bajjah) ahli Filsafat, Al-Farabi seorang ahli filsafat, Ibn Sina seorang ahli filsafat dan kedokteran, Al-Hasan bint Abi Ja'far ahli kedokteran wanita, Ibn Jubair seorang ahli Geografi, Ziyad bin Al-Rahman seorang ahli Fiqih, Al-Hasan bin Nafi seorang ahli seni, Al-Hajj seorang ahli Bahasa. Hampir semua sektor ilmu pengetahuan dikuasai oleh kaum Muslimin. Sehingga, mengakibatkan kaum Kristen yang berada didaerah sekitar sana menjadi iri atas kemajuan Islam. Sehingga, pada saat itu wilayah kekuasaan Islam bertambah luas sampai keantero Eropa. Bisa dikatakan Islam maju ketika zaman tersebut dalam hal wilayah kekuasaan. Namun, apakah yang terjadi dengan Islam pada masa Yazid? Ketika Yazid naik tahta, sejumlah tokoh terkemuka di Madinah tidak mau menyatakan setia kepadanya. Yazid kemudian mengirim surat kepada Gubernur Madinah, memintanya untuk memaksa penduduk menagmbil sumpah setia kepadanya. Dengan cara ini, semua orang terpaksa tunduk, kecuali Husein bin Ali, dan Abdullah nin Zubair. Bersamaan dengan itu Syiah (pengikut Ali) melakukan konsolidasi (penggabungan) kekuaan kembali. Perlawanan terhadap Bani Umayyah dimulai oleh Husein bin Ali. Pada tahin 680 M, ia pindah dari Makkah ke Kuffah atas permintaan golongan Syiah yang ada di Irak. Umat Islam pada daerah ini tidak mengakui Yazid. Mereka mengangkat Husei sebagai Khalifah . Dalam pertempuran yang tidak seimbang di Karbala, sebuah daerah dekat Kuffah, tentara Husein kalah dan Husein sendiri mati terbunuh. Kepalanya dipenggal dan dikirim ke Damaskus, sedang tubuhnya dikubur di Karbala. Memang sempat terjadi konflik pada masa Khalifah Yazid konflik tersebut terkenal dengan sebutan padang Karbala peristiwa terbunuhnya Husein bin Ali bin Abi Thalib cucu kesayangan Rasulullah. Beda halnya masa Khlaifah Umar bin Abdul Al-Aziz (717-720 M) Beliau adalah seorang yang alim prioritas utama Beliau adalah pembangunan dalam negeri. Belum lagi Islam sempat berkembang keKhalifahan diganti oleh Yazid bin Abdil Malik (720-724 M) penguasa yang satu ini terlalu gandrung dengan kemewahan dan kurang memperhatikan kehidupan masyarakat. Rakyat yang sebelumnya hidup dalam ketentraman dan kedamaian, pada zamannya berubah menjadi kacau. Dengan latar belakang dan kepentingan etnis politis, masyarakat menyatakan konfrontasi dengan kepemerintahan Yazid bin Abdil Malik Akhirnya, sepeninggal Khalifah Hisyam bin Abd Al-Malik yang mana Khalifah-khalifah tersebut bermoral buruk maka pada tahun 750 M, daulat Bani Umayyah digulingkan oleh Abdullah Al-Saffah bin Muhammad bin Ali bin Abdullah bin Al-Abbas. Bersambung Ternyata Islam mengalami perkembangan pada Dinasti Umayyah perkebangan tersebut meliputi wilayah kekuasaan dan ilmu pengetahuan (pada Spanyol), yang mana hal tersebut merupakan aset dari Islam untuk selalu mengibarkan panji-panjinya di Bumi Allah ini. Tapi, dikarenakan sistem pergantian kepemimpinan yang berbeda dari sebelumnya menyebabkan kompetisi yang tidak sehat akhirnya "siapa yang menang dialah yang berkuasa". Entah apakah yang lebih cocok untuk disandangkan poco-poco ataukah dinamika? Dinasti Umayyah telah hancur ditangan Abdullah Al-Saffah bin Muhammad bin Ali bin Abdullah bin AlAbbas, mengindikasikan bahwa akan dimulainya lagi babak baru. Abdullah Al-Saffah berhasil merebut kudeta dan membangun kekuasaan baru inilah yang kita kenal dengan Dinasti Abbasiyah. Dinasti Abbasiyah berdiri dalam rentang waktu yang sangat panjang sekali, dari tahun 132 H (750 M) – 656 H (1258 M). Dinasti inipun tidak beda dengan Dinasti Umayyah yag juga sering diwarnai pertumpahan darah dalam dalam penggulingan kekuasaannya sampaisampai sejarahwah membagi masa kepemerintahannya menjadi lima periode. Periode pertama (750 – 232 M), disebut periode pengaruh Persia; periode kedua (847 – 945 M), disebut masa pengaruh Turki kedua; Periode ketiga (945-1055 M), masa kekuasaan dinasti Buwaih dalam pemerintahan Khalifah Abbasyiyah. Periode ini juga masa pengaruh Persia kedua; Periode keempat (1055 – 1194), masa kekuasaan Bani Seljuk dalam pemerintahan Khalifah Abbasiyah, biasanya disebut juga denga masa pengaruh Turki kedua; Periode kelima (1194 – 1258 M), masa Khalifah bebas dari pengaruh dinasti lain, tetapi kekuasaannya hanya efektif di sekitar kota Baghdad.

Puncak keemasan dari dinasti ini berada pada tujuh keKhalifahan yaitu Al-Mahdi (775-785 M), Al-Hadi (775-786 M), Harun Al-Rasyid (786-809 M), Al-Ma'mun (813-833 M), Al-Mu'tashim (833-842 M), Al-Wasiq (842-847 M), dan Al-Mutawakkil (847-861 M). Popularitas daulat Abbasiyah di zaman Khalifah Harun Al-Rasyid, Beliau lebih memperhatikan keperluan sosial seperti membangun rumah sakit, lembaga pendidikan dokter dan farmasi didirikan. Beliau juga pernah bekerjasama dengan keluarga Barmak dalam hal penerjemahan kitab dan ini merupakan embrio keintelekan kaum Muslimin pada masa tersebut. Anaknya Al-Ma'mun merupakan orang yang cinta akan ilmu pengetahuan karya terbesarnya adalah Bait al-Hikmah, pusat penerjemahan yag berfungsi sebagai perguruan tinggi dengan perpustakaan yang besar. Mulai masa inilah Baghdad menjadi pusat kebudayaan dan ilmu pengetahuan. Ternyata Islam benar-benar mengalami kejayaan pada masa ini keteraturan sosial, keamanan, kebudayaan, serta ilmu pengetahuan semuanya berkembang pesat. Disamping itu wilayah kekuasaan Islam pun sangat luas sekali. Prestasi yang paling membanggakan pada saat itu adalah Islam telah mencetak kader-kader cendikiawan yang handal dan sangat berpengaruuh sekali terhadap perkembangan ilmu pengetahuan pada masa yang akan datang. Seperti Imamimam madzhab empat Imam Abu Hanifah (700-767 M), Imam Malik (713-795 M), Syafi'I (767-820 M), dan Imam Ahmad bin Hambal (780-855 M). Pengaruh gerakan terjemahan terlihat dalam perkembangan ilmu pengetahuan umum, terutama dibidang Astronomi, Kedokteran, Filsafat, Kimia, dan Sejarah. Dalam lapangan Astronomi Al-Farazi, AlFargani (Al-Farganus); Dalam lapangan kedokteran Al-Razi dan Ibn Sina (Avicena); Dalam bidang optika Abu Ali AlHasan ibn Al-Haythami (Al-Hazen); Dalam bidang Kimia Jabir ibn Hayyim; Dalam bidang Matematika Muhammad bin Musa Al-Khawarizmi; Dalam bidang sejarah Al-Mas'udi; Dalam bidang Filsafat Ibn Rusyd (Averose). Sebagaimana para Khalifah Abbasiyah periode pertama, para penguasa Bani Buwaih mencurahkan perhatiannya secra langsung dan sungguh-sungguh terhadap ilmu pengetahuan dan kesusasteraan. Pada masa Bani Buwaih banyak bermunculan ilmuwan besar , diantaranya Al-Farabi (w. 950 M), Abd. Al-Rahman Al-Shufi (w. 986), Ibn Maskawih (w. 1030 M), Abu Al-'Ala Al-Ma'arri (w. 1057 M), dan kelompok Ikhwan Al-Shafa. Tercatat Pada masa Sultan Malik Syah berhasil membangun Universitas Nizhamiyah (1065 M) atas pemprakasa dari Perdana Menterinya Nizhamul Mulk. Universitas Nizhamiyah inilah yang menjadi modl bagi segala perguruan tuinggi. Perhatian pemerintah terhadap perkembangan ilmu pengetahuan melahirkan banyak ilmuwan Muslim pada masanya. Diantara mereka adalah Al-Zamakhsyaridala bidang tafsir, bahasa dan teologi Al-Qusyairy dalam bidang tafsir, Abu Hamid Al-Ghazali dalm bidang teologi, dan Farid Al-Din Al-'Aththar dan Umar Khayam dalam bidang sastra. Memang benar pada masa tersebut Islam mengalami kemajuan yang pesat. Bila dibandingkan dengan Eropa pada masa tersebut mengalami abad kegelapan. Filsafat, ilmu pengetahuan, dan penemuan-penemuan tidak berkembang. Kebanyakan Eropa menganut Geosentris namun, ketika ada Copernicus menemukan heliosentris maka konsekuensinya Copernicus mendapat deraman dari fihak Gereja. Memang benar Eropa saat itu segala aspeknya dikuasai oleh Gereja. Bahkan satu hal lagi yang membuat Eropa memasuki abad kegelapan dan ilmu pengetahuan tidak begitu berkembang Seorang Pendeta Geraja yang bernama Anselmus mengeluarkan fatwa Credo Ut In Telligum (percaya dulu baru yakini) hal inilah yang mengakibatkan ilmu pengetahuan tidak berkembang karena dihalangi oleh kepercayaan yang mana kepercayaan tersebut tidak rasio. Bersambung Bisa dikatakan Islam pada masa Dinasti Abbasiyah mengalami kemajuan dalam segala aspek. Tapi, tidak cukup lama orang-orang Kristen Eropa yang mulai terusik dengan datangnya Islam dinegaranya dan berkuasanya Islam di Yerussalem sehingga menyebabkan ritual ziarah mereka tergangu, pada tahun 1095 M Paus Urbanus II berseru kepada umat Kristen di Eropa supaya melakukan perang suci. Maka meletuslah perang ini yang biasa kita sebut sebagai perang salib, dikarenakan tentara-tentara Kristen memakai tanda salib sewaktu perang. Memang dalam peperangan yang terjadi cukup lama ini sekitar kurang lebih tiga abad umat Kristen tidak pernah terpenuhi ambisinya untuk merebut kota Yerussalem. Secara de facto peperangan dimenangkan oleh umat Islam. Namun dibalik kemenangan tersebut Islam mengalami dekontruksi yang signifikan dan sebaliknya kekalahan dikubu Kristen memunculkan renaissance. Insya Allah mengenai dekonstruksi dikubu Islam dan renaissance pada kubu Kristen akan saya bahas dalam tulisan saya yang lain dengan judul: "Dekonstruksi pada Islam dan Renaissance pada Kubu Kristen Pasca Perang Salib". Perang salib benar-benar telah menguras tenaga kaum Muslimin. Fund banyak dikeluarkan demi membiayai perang ini sehingga mengantarkan Islam pada Dinasti Abbasiyah menuju pada gerbang disintegrasi. Entah apa kata yang pantas untuk disandangkan poco-poco ataukah dinamika? Dan mengapa disaat Islam menuju masa gemilangnya secara tiba-tiba dan selalu saja ada faktor penghambat. Kegemilangan telah terngaung pada masa Dinasti Abbassiyah. Namun, ketika masa disintegrasinya yang kepemerintahan dipegang oleh Khalifah Al-Mu'tashim (1258) Beliau tidak mampu membendung serangan bangsa Mongol yang dipimpin oleh raja Hulagu Khan. Dia berhasil menumbangkan The Big Abbassiyah dengan menggunakan tipu daya. Sepeninggalan Dinasti Abbasiyah Islam berada pada masa suramnya banyak terjadi tragedi-tragedi pertumpahan darah demi memperebutkan kekuasaan. Belum lagi serangan-serangan yang diprakarsai oleh Timur Lenk yang mengaku sebagai orang keturuan Jengis Khan. Dia berambisi untuk engembalikan wilayah kekuasaan nenek moyangnya dulu (Jengis Khan), dalam ambisinya dia mengatakan, "Sebagaimana hanya ada satu Tuhan dialam ini, maka bumi seharusnya hanya ada seorang raja". Dalam penaklukannya selalu ada yang dijadikan korban. Peradaban-peradaban Islam pada masa tersebut juga rusak dikarenakan polahnya. Bahkan, dalam penaklukannya di Isfahan, Iran ia membantai lebih kurang 70.000 penduduk. Kepala-kepala dari mayat-mayat itu dipisahkan dari tubuhnya dan disusun menjadi menara. Setelah diyakini Islam dalam kondisi yang menyedihkan, apalagi setelah meletusnya revolusi Industri di Inggris pada abad pertengahan apakah yang bisa diperbuat? Sedangkan disana-sini masih terjadi perebutan kekuasaan yang ujung-ujungnya adalah pertumpahan darah. Satu harapan pada masa itu yakni kerajaan Turki Utsmani yang masih

mempunyai "keangkeran" menurut pandangan orang-orang Eropa. Namun, ternyata Kerajaan ini sedang sakit dia tidak menyadari betapa tertinggalnya dia pada masa tersebut. Laut yang hanya dianggap sebagai diding penghalang pada masa itu, namun pasca meletusnya revolusi industri dengan bebasnya Eropa menjadikan laut sebagai lalu lintas jalur perdagangan. Tumbuh faham imperialisme dengan semboyan 3 G (Gold, Glory, Gospel) Eropa telah menemukan jalur baru tak lama kemudian bangsa Eropa yang diwakili Inggris dapat menduduki India pada tahun 1611 M. Prancis juga dapat menduduki Mesir penaklukan ini dipimpin oleh Napoleon Bona Parte tahun 1798 M.. Tapi, disaat ini Kerajaan Turki Utsmani baru mendatangkan De Rochefort (1717 M) seorang perwira Prancis untuk melatih tentara Utsmani dalam ilmu-ilmu kemiliteran modern? Sejak saat itulah daerah-daerah kekuasaan Islam mulai dijajah oleh bangsa Eropa. Apalagi setelah Kerajaan Turki Utsmani bergabung dalam perang dunia I dan berada dalam kubu yang kalah. Secara otomatis wilayah kekuasaan Turki Utsmani menjadi rebutan dari pihak-pihak yang menang. Oleh karena itu kita harus bangga menjadi seorang Muslim. Islam pernah jaya dan Islam telah memberikan sumbangsihnya kepada dunia baik berupa ilmu pengetahuan, sastra, politik, kepercayaan, kedamaian, dan sebagainya. Jadi hampir semua ilmu pengetahuan asal mula berkembangnya adalah dari Islam. Dalam tulisan ini saya bermaksud mengajak para pembaca untuk teus meningkatkan keintelekan dan membawanya kepada masa keemasan lagi lihatlah betapa tertinggalnya kita pada masa ini. Sejak abad pertengahan Eropa telah menguasai dunia dari segala sektor sekarang tolong bergeraklah menuju kebangkitan umat Islam. Akhir kata manakah yang lebih cocok untuk disandangkan poco-poco atau dinamika?

R. Sa'adillah, S.A.P. Penulis adalah Ketua angkatan FOSISKA periode 2008-2009 Santri Pesantren Luhur Al-Husna Mahasiswa Tarbiyah IAIN Sunan Ampel Sby.

Related Documents

Dinamika
June 2020 47
Dinamika Kelompok.pptx
December 2019 42
Dinamika Eksekutif
April 2020 42
Dinamika Partikel.docx
June 2020 17
Dinamika Rotasi
April 2020 32

More Documents from "M. Ikhwan Najmi"

Seminar Sap 6.docx
November 2019 32
Sap 3 Cg.docx
November 2019 32
Bo Nadal
November 2019 29