Teori Penawaran Islami
Klasik
Kartu Lipat
Majalah
Mozaik
Bilah Sisi
Cuplikan
Kronologis
1. JUN
15
KATA PENGANTAR Segala puji syukur Hadirat Allah SWT karena atas berkah dan rahmat-Nya lah sehingga penyusunan makalah ini dapat diselesaikan dengan baik. Makalah ini disusun oleh penyusun dengan judul "Teori Penawaran Islam". Keberhasilan penulisan makalah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, baik secara moril maupun materiil. Untuk itu penyusun menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bpk. Amiruddin Kuba, S.Ag. MA selaku dosen Mata Kuliah Ekonomi Mikro Islam dan juga seluruh pihak yang membantu dalam penyusunan makalah ini sehingga makalah ini terselesaikan dalam waktu yang telah ditentukan. Penyusun berharap makalah ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca. Penyusun juga menyadari akan kekurangan yang dimiliki. Sehubungan dengan itu penyusun berharap saran yang membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
Surabaya, 19 Maret 2016
Penyusun
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teori mikro ekonomi selalu didefinisikan oleh ahli-ahli ekonomi sebagai suatu bidang studi dalam ilmu ekonomi yang menerangkan tentang kegiatan dalam bagianbagian kecil dari keseluruhan perekonomian, salah satunya teori penawaran. Penawaran (supply), dalam ilmu ekonomi adalah banyaknya barang atau jasa yang tersedia dan dapat ditawarkan oleh produsen kepada konsumen pada setiap tingkat harga selama periode waktu tertentu. Teori penawaran yaitu teori yang menerangkan sifat penjual dalam menawarkan barang yang akan dijual. Pada dasarnya terdapat garis harga yang tak terbatas jumlahnya di atas titik perpotongan antara kurva biaya variabel rata-rata, dan dari sinilah kita dapat menemukan kuantitas yang dapat ditawarkan pada setiap tingkat harga. Hukum penawaran adalah suatu pernyataan yang menjelaskan tentang sifat hubungan antara harga suatu jumlah barang dan jumlah barang tersebut yang ditawarkan pada penjual. Gerakan sepanjang dan pergeseran kurva penawaran, perubahan di dalam jumlah yang ditawarkan dapat berlaku sebagai akibat dari pergeseran kurva penawaran. Satu aspek penting yang memberikan suatu perbedaan dalam pespektif ini kemungkinan besar berasal dari landasan filosofi dan moralitas yang didasarkan pada premis nilainilai Islam. Penawaran dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain harga barang, tingkat teknologi, jumlah produsen di pasar, harga bahan baku serta harapan dan spekulasi. Dalam makalah ini akan dibahas bagaimana konsep dari penawaran, hukum penawaran, teori penawaran dalam Islam, serta kurva penawaran.
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
1.2 Rumusan Masalah Bagaimanakah Konsep dari Penawaran? Bagaimanakah Hukum Penawaran? Bagaimanakah Teori Penawaran yang Islami? Apa saja Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penawaran dalam Islam? Bagaimanakah Pengaruh Zakat Terhadap Penawaran? Bagaimanakah Skedul dan Kurva Penawaran? Bagaimana Penawaran Input Menurut Islam? 1.3 Tujuan Mahasiswa mampu mengetahui konsep dari penawaran, bunyi hukum penawaran, teori penawaran dalam Islam, faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran, bentuk kurva penawaran serta pengaruh zakat terhadap penawaran.
BAB II PEMBAHASAN 2.1 Konsep Penawaran Ibnu Taimiyah menyatakan alasan harga itu naik dapat disebabkan karena turunnya penawaran atau kenaikkan populasi jumlah pembeli yang berarti ada kenaikkan jumlah dalam permintaan pasar. Oleh karena itu sebuah harga dapat saja naik, karena penawaran turun pergeseran kurva ke kiri, atau permintaan naik pergeseran kurva ke kanan yang diekspresikan sebagai "tindakan Allah", sebenarnya melambangkan sebuah fenomena alamiah yang berkait dengan fluktuasi harga. Tetapi sebagaimana yang tercermin dari pernyataan di atas, naik turunnya harga juga terjadi, karena tindakan-tindakan curang dalam pasar seperti aksi penimbunan yang dilakukan oleh spekulan (Hoetoro, 2007:83)[1].
Imam Ghazali juga membicarakan tentang penawaran dan permintaan, bahwa harga berlaku seperti yang ditentukan dalam praktik pasar, sebuah konsep yang kemudian dikenal sebagai as-tsaman al-adil (harga yang adil). Kemudian diungkapkan secara konsepsional pengertian penawaran adalah banyaknya barang yang ditawarkan oleh penjual pada suatu pasar tertentu, pada periode tertentu dan pada tingkat harga tertentu. Atau dengan kata lain penawaran adalah jumlah barang dan jasa yang tersedia untuk dijual pada berbagai tingkat harga dan situasi. Sebagaimana juga halnya dengan permintaan, maka pada teori penawaran juga dikenal apa yang dinamakan jumlah barang yang ditawarkan dan penawaran. Penawaran adalah gabungan seluruh jumlah barang yang ditawarkan oleh penjual pada pasar tertentu, periode tertentu, dan pada berbagai macam tingkat harga tertentu. (Karim, 2004:325) Berbagai faktor yang mempengaruhi produsen dalam menawarkan produknya pada suatu pasar diantaranya sebagai berikut: a) Harga barang itu sendiri. b) Harga barang-barang lain. c) Ongkos dan biaya produksi. d) Tujuan produksi dari perusahaan. e) Teknologi yang digunakan. Apabila faktor-faktor pada point 2 dan seterusnya dianggap tetap, jumlah penduduk relatif konstan (zero growt), selera tidak berubah, perkiraan masa yang akan datang tidak berubah, harga barang substitusi relatif tetap, dan lain-lain faktor yang mempengaruhi dianggap tidak ada atau tidak berubah, maka permintaan hanya ditentukan oleh harga. Artinya besar kecilnya perubahan di determinasi/ditentukan oleh besar kecilnya perubahan harga. Dalam hal ini berlaku perbandingan terbalik anara harga dan permintaan dan berbanding lurus dengan penawaran. Sebagaimana konsep asli dari penemunya, yaitu Alfred Marshall, maka perbandingan terbalik antara harga terhadap permintaan disebut sebagai hukum permintaan. 2.2 Hukum Penawaran Apabila beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat penawaran di atas dianggap tetap selain harga barang itu sendiri (harga barang substitusi tetap, ongkos dan biaya produksi relatif tidak berubah, tujuan perusahaan tetap pada orientasinya, teknologi yang digunakan tidak berkembang, dan lainnya dianggap tidak berubah), maka penawaran hanya ditentukan oleh harga. Artinya, besar kecilnya perubahan penawaran di determinasi/ditentukan oleh besar kecilnya perubahan harga. Dalam hal ini berlaku perbandingan lurus antara harga terhadap penawaran. Sebagaimana konsep asli dari penemunya (Alfred Marshall), maka perbandingan lurus antara harga terhadap penawaran disebut hukum penawaran.[2] Hukum penawaran adalah kuantitas barang dan jasa yang bersedia untuk dijualnya pada berbagai tingkat harga dalam periode waktu tertentu. Dengan demikian, hukum penawaran adalah "perbandingan lurus antara harga terhadap
1) 2)
1)
2)
jumlah barang yang ditawarkan, yaitu apabila harga naik, maka penawaran akan meningkat, sebaliknya apabila harga turun penawaran akan turun." Manakala pada suatu pasar terdapat penawaran suatu produk yang relatif sangat banyak, maka: Barang yang tersedia di pasar dapat memenuhi semua permintaan, sehingga untuk mempercepat penjualan produsen akan menurunkan harga jual produk tersebut; Penjual akan berusaha untuk meningkatkan dan memperbesar keuntungannya dengan cara secepat mungkin memperbanyak jumlah penjualan produknya (mengandalkan turn over yang tinggi). Sebaliknya, manakala pada suatu pasar penawaran suatu produk relatif sedikit, maka, yang terjadi adalah harga akan naik. Keadaan ini dapat dijelaskan sebagai berikut: Barang yang tersedia pada produsen/penjual relatif sedikit sehingga manakala jumlah permintaan stabil, maka produsen akan berusaha menjual produknya dengan menaikkan harga jualnya. Produsen/penjual hanya akan meningkatkan keuntungannya dari menaikkan harga. 2.3 Teori Penawaran Islami Teori yang menerangkan hubungan antara permintaan terhadap harga adalah merupakan pernyataan positif yang disebut teori penawaran (penggunaan kata teori penawaran hanya untuk membedakannya dengan hukum penawaran). Dengan demikian, teori penawaran adalah "perbandingan terbalik antara penawaran terhadap harga, yaitu apabila penawaran naik, maka harga relatif akan turun, sebaliknya bila penawaran turun, maka harga relatif akan naik".[3] Dalam menguraikan teori penawaran dalam perspektif ekonomi Islam mengikuti penjelasan Nasution at al (2007:93-95) yang menguraikan dan membicarakan teori penawaran dalam Islam harus memperhatikan bahwa bumi ini dijadikan oleh Allah diperuntukkan pada manusia, sebagaimana firman Allah: هللا الذى خلق السموت واالرض وانزل من السماء ماء فأخرج به > من الثمرت رزقا لكم وسخر لكم الفلك32 واتكم34 وسخر لكم الشمس ولقمر دائبين وسخر لكم اليل والنهار33 لتجري في البحر بأمره وسخر لكم االنهار من كل ما سألتموه وان تعدوا نعمت هللا ال تحصوها ان اال نسان لظلوم كفار Artinya: 32. Allah-lah yang telah menciptakan langit dan bumi dan menurunkan air hujan dari langit, kemudian Dia mengeluarkan dengan air hujan itu berbagai buah-buahan menjadi rezeki untukmu; dan Dia telah menundukkan bahtera bagimu supaya bahtera itu, berlayar di lautan dengan kehendak-Nya, dan Dia telah menundukkan (pula) bagimu sungai-sungai. 33. dan Dia telah menundukkan (pula) bagimu matahari dan bulan yang terus menerus beredar (dalam orbitnya); dan telah menundukkan bagimu malam dan siang. 34. dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dan segala apa yang kamu mohonkan kepadanya. dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu membanggakannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah). Firman yang lain:
الم ترو أن هللا وسخر لكم ما فى السموات وما في االرض و أسبغ عليكم نعمه ظاهرة وباطنة و من الناس من يجدل .20في هللا بغير علم وال هدى وال كتب منير Artinya: Tidakkah kamu perhatikan sesungguhnya Allah telah menundukkan untuk (kepentingan)mu apa yang di langit dan apa yang di bumi dan menyempurnakan untukmu nikmat-Nya lahir dan batin. Dan diantara manusia ada yang membantah tentang (keesaan) Allah tanpa ilmu pengetahuan atau petunjuk dan tanpa kitab yang memberi penerangan. (Lukman:20) Dalam firman-Nya dalam Surat Al-Jasiyah : 13 13وسخر لكم ما فى السموات وما في االرض جميعا ونه ان في ذلك أليت لقوم يتفكرون Artinya: dan Dia telah menundukkan untukmu apa yang di langit dan apa yang di bumi semuanya, (sebagai rahmat) dari pada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berfikir (AlJasiyah:13) Dalam memanfaatkan alam yang telah disediakan Allah bagi keperluan manusia, larangan yang harus dipatuhi adalah: "Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi". Larangan ini tersebar di banyak tempat dalam Al-Qur'an dan betapa Allah sangat membenci mereka yang berbuat kerusakan di muka bumi. Meskipun definisi kerusakan tersebut sangat luas, akan tetapi dalam kaitannya dengan produksi, larangan tersebut memberi arahan nilai dan panduan moral. Produksi Islami bukan hanya dilarang mengakibatkan kerusakan dalam memanfaatkan alam dan lingkungan, artinya ia tidak boleh mengakibatkan hutan menjadi gundul dan berubah menjadi lahan kritis yang mengakibatkan banjir dan longsor, menimbulkan polusi yang di atas ambang batas yang aman bagi kesehatan. Produksi Islami juga haram menghasilkan produk-produk yang apabila dikonsumsi akan menimbulkan kerusakan, baik itu rusaknya kesehatan, apalagi rusaknya moral dan kepribadian. Contoh, jika telah terbukti secara ilmiah bahwa rokok menimbulkan begitu banyak mudarat dibandingkan manfaat yang dihasilkannya, maka memproduksi rokok adalah hal yang tidak Islami. Sudah barang tentu, Islam melarang produksi barang-barang yang diharamkan seperti minuman keras, obat bius, dan sebagainya. Demikian pula barang dan jasa yang merusak akhlak seperti hiburan-hiburan yang tidak mendidik. Aturan etika dan moral yang membatasi kegiatan produksi tersebut tentu saja berpengaruh terhadap fungsi penawaran barang dan jasa. Sebagai contoh, apabila suatu proses produksi menghasilkan polusi, maka biaya lingkungan dan sosial tersebut harus dihitung dalam ongkos produksi sehingga ongkos meningkat dan penawaran akan berkurang. Dampaknya, kurva penawaran akan bergeser ke kiri. Di negara Barat, hal tersebut telah dilakukan dengan mengenakan pajak polusi atau dikenal dengan istilah Pigouvian Tax yang tujuannya agar perusahaan memperhitungkan biaya eksternal yang timbul akibat kegiatan produksinya sehingga memengaruhi keputusan produksi dan penjualannya. 2.4 Faktor-Faktor Penawaran dalam Islam
Dalam khasanah pemikiran ekonomi Islam klasik, penawaran telah dikenali sebagai kekuatan penting di dalam pasar. Penawaran sebagai ketersediaan barang di pasar. Penawaran barang atau jasa dapat berasal dari hasil impor (barang dari luar) dan produksi lokal. Kegiatan ini dilakukan oleh produsen maupun penjual. Nilai tawar dalam islam didasarkan pada[4]: 1. Mashlahah Pengaruh mashlahah terhadap penawaran pada dasarnya akan tergantung pada tingkat keimanan dari produsen jika jumlah mashlahah yang terkandung dalam barang yang diproduksi semakin meningkat maka produsen muslim akan memperbanyak jumlah produksinya cateris paribus. 2. Keuntungan Keuntungan meupakan bagian dari mashlahah karena ia dapat mengakumulasi modal yang pada akhirnya dapat digunakan untuk berbagai aktivitas lainnya. Dengan kata lain, keuntungan akan menjadi tambahan modal guna memperoleh mashlahah lebih besar lagi untuk mencapai falah. faktor-faktor yang mempengaruhi keuntungan adalah anatra lain :
a. Harga Barang Jika harga turun, maka produsen akan cenderung mengurangi penawarannya, sebab tingkat keuntungan yang diperoleh juga akan turun. b. Biaya Produksi Jika biaya turun, maka keuntungan produsen pada penjualan akan meningkat yang seterusnya akan mendorongnya untuk meningkatkan jumlah pasokan pasar. Dalam ekonomi Islam diketahui bahwa ada 4 hal yang dilarang dalam menjalankan aktivitas ekonomi, yaitu: Mafsadah, Gharar, Maisir, dan Transaksi Riba. Mafsadah, gharar dan maisir sebagai tindakan yang menyebabkan kerusakan (negative externalities) sebagai akibat yang melekat dari suatu aktivitas produksi yang hanya memperhatikan keuntungan semata, walaupun sudah dikemukakan, namun tidak tercerminkan dengan baik di dalam konsep dan model dalam ekonomi Islam, sehingga sisi ini akan mendapat perhatian lebih banyak. Sedangkan pelarangan terhadap transaksi riba tidak akan begitu mewarnai pembahasan tentang konsep biaya produksi dalam Islam, karena sudah dijelaskan dengan lebih detail pada buku ataupun paper makalah dan jurnal lainnya. 2.5 Pengaruh Zakat Terhadap Penawaran Pengaruh zakat terhadap penawaran dapat dilihat dari dua sisi. Yang pertama adalah melihat pengaruh kewajiban membayar zakat terhadap perilaku penawaran. Dalam hal ini dicontohkan zakat perniagaan. Di sisi lain adalah pengaruh zakat produktif, yakni alokasi zakat kegiatan produktif dari mustahik terhadap kurva penawaran.[5]
Zakat yang dikenakan pada hasil produksi adalah zakat perniagaan, yang baru dikenakan apabila hasil produksi dijual dan hasil penjualan telah memenuhi nisab (batas minimal harta yang menjadi objek zakat yaitu setara 96 gram emas) dan haul (batas minimal waktu harta tersebut dimiliki yaitu satu tahun). Bila nisab dan haul telah terpenuhi, maka wajiblah dikeluarkan zakatnya sebesar 2.5%. Objek zakat perniagaan adalah barang yang diperjualbelikan. Dalam ilmu ekonomi, ini berarti yang menjadi objek zakat perniagaan adalah revenue minus cost. Ulama berbeda pendapat mengenai komponen biaya. Sebagian berpendapat bahwa biaya tetap boleh diperhitungkan, sedang sebagian lainnya berpendapat bahwa hanya biaya variabel saja yang boleh diperhitungkan. Dalam ilmu ekonomi pendapat pertama berarti yang menjadi objek zakat adalah economic rent, sedangkan pendapat kedua berarti yang menjadi objek zakat adalah quasi rent atau producer surplus. Pendapat mana pun yang digunakan atas objek zakat ini sama sekali tidak memberikan pengaruh terhadap ATC, yang berarti pula tidak ada pengaruh terhadap profit yang dihasilkan. Pengenaan zakat perniagaan juga sama sekali tidak memberikan pengaruh terhadap MC, yang berarti pula tidak memberikan pengaruh terhadap kurva penawaran. Upaya memaksimalkan profit berarti pula memaksimalkan producer surplus, dan sekaligus berarti memaksimalkan zakat yang harus dibayar. Jadi dengan adanya pengenaan zakat perniagaan perilaku memaksimalkan profit berjalan sejalan dengan perilaku memaksimalkan zakat. 2.6 Skedul dan Kurva Penawaran Menurut Al-Ghazali dalam Karim (2004:325) menunjukkan kepada kurva penawaran yang ber-slope positif, ketika menyatakan bahwa jika petani tidak mendapatkan pembeli bagi produk-produknya, ia akan menjual pada harga yang sangat rendah. Menurut Putong (2002:39) dalam menguraikan skedul dan kurva penawaran bahwa besar kecilnya jumlah barang ditawarkan pada masing-masing tingkat harga atau sebaliknya pada periode tertentu dapat dilihat pada skedul penawaran, yaitu suatu tabel yang memuat daftar harga terhadap jumlah barang yang ditawarkan atau banyaknya jumlah barang yang ditawarkan terhadap harganya. Sedangkan yang dimaksud dengan kurva penawaran adalah hubungan antara harga dan jumlah penawaran atau penjualan.[6] Selanjutnya Putong memberikan contoh berbagai Skedul dan Kurva Penawaran berdasarkan Hukum Penawaran di bawah ini. Tabel 1.1 Jumlah Barang yang Ditawarkan pada Berbagai Macam Tingkat Harga Harga 2000 1200 700
Jumlah yang ditawarkan 600 500 300
Periode/titik A B C
Bila data pada Tabel 1.1 diatas digambarkan, grafiknya adalah sebagai berikut:
Gambar 1.1 Kurva Penawaran berdasarkan Hukum Penawaran
2000
P
SC
A
700 B C 600 500 300 0
Q
Pada gambar diatas, tampak bahwa kurva penawaran bergerak dari kiri bawah ke kanan atas atau sebaliknya dari kanan atas ke kiri bawah. Berdasarkan kondisi ini, maka kurva penawaran memiliki kemiringan/slope positif, sehingga: "Bila Q naik maka P naik dan Bila P turun maka Q turun" Fungsi penawaran secara matematis bila dinotasikan adalah sebagai berikut. Qs = K + XP -» berdasarkan data pada tabel diatas adalah Qs = 179,46 + 0,22 P K = Konstanta (K dapat bernilai negatif, positif atau 0) X = Koefisien pengarah (gradien/slope) P = Harga Penawaran sebagaimana yang dapat dilihat pada gambar diatas dapat diketahui sebagai berikut: 1) Jumlah barang yang ditawarkan adalah masing-masing tingkat harga yaitu A + B + C. 2) Penawaran adalah keseluruhan jumlah barang ditawarkan yang terdapat pada kurva penawaran tersebut yaitu A + B + C. Kurva Penawaran Jangka Pendek Pada gambar 1.2 di bawah ini tampak bahwa MC, MR, dan kurva biaya variabel rata-rata (AVC:Average Variable Cost). Pada setiap harga yang berada di atas P1, maka berapapun penjualan yang dilakukan oleh produsen, harga selalu melebihi AVC sehingga produsen masih mendapatkan laba ekonomis positif.[7] Apabila harga berada pada saat MC sama dengan AVC, maka titik perpotongan ini disebut titik impas jangka pendek (short-run break-event point). Di mana pada harga ini produsen tidak mendapatkan laba ekonomis, namun hanya mencapai tingkat BEP saja. Dengan demikian, titik impas tersebut hanya akan beroperasi pada saat harga di atas AVC. Untuk mendapatkan tingkat keuntungan optimal produsen akan berproduksi ketika MC=MR, apabila kita asumsikan pasar bersifat persaingan sempurna maka harga (p) juga berfungsi sebagai MR. dengan demikian, MC=P=MR, pada gambar 1.2 di atas bila harga yang berlaku di pasar dalam jangka pendek adalah P* maka produsen akan memperoleh keuntungan ekonomis sebesar P*E*QS. Dengan demikian, kita dapat mengatakan bahwa kurva MC yang berada di atas kurva AVC adalah garis yang menerangkan produsen bersedia berproduksi.
Gambar 1.2. Hubungan antara Kesediaan Untuk Berproduksi dengan Kurva Penawaran Untuk memperjelas, kurva penawaran, pada gambar 1.2 apabila U 1 dan U2 dihubungkan, maka kita akan mendapatkan kurva penawaran. Perlu diingat bahwa kurva penawaran seperti yang tampak pada gambar 1.2 adalah fungsi penawaran untuk individu produsen dan bukannya fungsi penawaran untuk industri atau pasar. Kurva penawaran jangka pendek dari suatu sektor industri secara keseluruhan dapat dirumuskan lewat penjumlahan horizontal seluruh kurva penawaran jangka pendek masing-masing perusahaan. Untuk mengilustrasikan penjumlahan horizontal kurva penawaran ini dapat dilihat pada gambar 1.3 di bawah ini.
Gambar 1.3. Perumusan Kurva Penawaran Sektor Industri Kurva marginal untuk kedua perusahaan yang berbeda dilambangkan dengan MCa pada panel (a) dan MCb pada panel (b). Kedua kurva biaya marginal ini hanya berlaku bila harga-harga lebih besar daripada biaya variabel rata-rata minimum dari masing-masing produsen. Pada panel (a), perusahaan hanya akan berproduksi sebanyak q1a, jika harga yang berlaku adalah P1 dan bila harganya P2, maka perusahaan akan berproduksi sebesar q2a. Hal ini juga berlaku bagi produsen kedua yang akan berproduksi pada q1b apabila harga yang berlaku P1 begitu juga bila harga berada pada P2 maka produsen kedua akan berproduksi pada q2b. Kalau kita asumsikan industri yang sama hanyalah produsen a dan b maka penambahan secara horizontal merupakan penawaran industri atau ∑ MC. Total Cost dan Marginal Cost Fungsi total cost menunjukan, untuk setiap kombinasi input dan untuk setiap tingkat output, minimum total cost yang muncul adalah TC=TC(r,w,q). Meskipun fungsi total cost menggambarkan secara menyeluruh biaya yang harus dikeluarkan, namun
akan lebih memudahkan dalam kaitannya dengan kurva permintaan, bila analisis biaya dilakukan pada biaya per unit. Ada dua konsep biaya per unit yang dikenal : a) Average Cost Fungsi average total cost atau average cost adalah biaya per unit atau dihitung dengan rumus total cost dibagi dengan jumlah output yang dihasilkan. Secara matematis ditulis: ATC = ATC (r,w,q) = TC (r,w,q) / q b) Marginal Cost Fungsi marginal cost adalah tambahan biaya yang muncul untuk setiap tambahan output yang dihasilkan atau dihitung dengan rumus perubahan total biaya dibagi perubahan output. Secara matematis ditulis : MC = MC (r,w,q) = δTC (r,w,q)/ δq Jadi fungsi total cost diturunkan dari fungsi total produksi, dan fungsi marginal cost diturunkan dari fungsi total cost. Begitu pula dengan fungsi average cost diturunkan dari fungsi total cost.
Gambar 1.4. Biaya Total dan Biaya Marginal Kurva marginal cost akan memotong dari bawah kurva average total cost pada titik minimalnya. Titik Q2 adalah jumlah output pada saat VC mencapai titik minimalnya yang juga adalah persinggungan kurva VC dengan rental cost per unit (r). Titik Q3 adalah jumlah output pada saat ATC mencapai titik minimalnya yang juga titik dimana kurva MC memotong dari bawah kurva ATC. Titik Q 1 adalah jumlah output dimana kurva MC mencapai titik minimalnya, yaitu pada saat perubahan return to scale kurva variable cost yang juga perubahan returns to scale kurva total cost. Marginal Cost dan Kurva Penawaran Dalam jangka pendek perusahaan akan memaksimalkan labanya dengan memilih jumlah output di mana harga sama dengan marginal cost, selama tingkat harga tersebut lebih besar daripada nilai minimal biaya variabel rata-rata (average variabel cost, AVC). Jika kedua keadaan tersebut terpenuhi, maka itulah kurva penawaran. Perhatikanlah kurva penawaran, yaitu kurva marginal cost yang dicetak tebal. Selisih antara kurva ATC dan kurva AVC yang digambarkan dengan celah di antara kedua kurva tersebut, menggambarkan dengan celah di antara kedua kurva tersebut,
menggambarkan AFC (Average Fixed Cost). Sekarang perhatikanlah kurva penawaran yang berada diantara kurva ATC dan AVC. Untuk setiap tingkat harga di AVC, namun di bawah ATC (yaitu antara output Q2 dan Q3), berarti perusahaan mengalami setiap output yang dijual kerena harga lebih kecil dibanding kerugian ATC.
Gambar 1.5. Biaya Marginal dan Kurva Supply Meskipun harga lebih kecil dibanding ATC, bagi perusahaan lebih baik untuk tetap menjual outputnya karena pada tingkat harga tersebut perusahaan telah mampu membayar AVC nya. Kerugian yang masih terjadi adalah sebesar AFC nya. Ingatlah bahwa FC adalah biaya tetap yang harus dibayar perusahaan apakah perusahaan berproduksi atau tidak berproduksi. Nah karena AFC akan tetap muncul berapapun jumlah output yang berproduksi, maka lebih baik bagi perusahaan untuk memproduksi output sejumlah Q2 sampai dengan Q3. Dengan demikian, perusahaan berharap memantapkan keberadaan produknya di pasar. Bila kemudian tingkat harga melampui ATC, perusahaan ini akan melakukan laba. Bagaimana bila perusahaan memilih untuk tidak berproduksi bila harga di bawah ATC? Kerugian perusahaan akan bertambah besar: 1) Perusahaan harus tetap menanggung AFC. 2) Perusahaan tidak mempunyai kegiatan operasi yang berarti apabila para pelaksana perusahaan tidak mempunyai pendapatan. Jadi sebagai pemilik perusahaan, ia memang tidak bagi hasil dari modal penyertaannya (atau dividen), namun sebagai pelaksana perusahaan ia tetap mendapat pendapatan berupa upah kerja bila tetap berproduksi. Sebaliknya jika perusahaan tidak berproduksi, maka ia akan kehilangan bagi hasil sebagai pemilik dan juga kehilangan upah kerja sebagai pelaksana. 2.7 Penawaran Input Menurut Islam Penawaran input ini dipengaruhi oleh kondisi permintaan dan penawaran output. Input yang disebut disini adalah manusia dan non-manusia, sedangkan penentuan harga input pada umumnya sangat dipengaruhi oleh mekanisme pasar. Dan menurut Islam input pada kegiatan ini adalah manusia dan benda yang diperjual belikan.[8] 1) Pandangan Islam Tentang Input Kerja Input utama yang dimaksud disini adalah sumber daya alam, keahlian, modal maupun tenaga kerja. Islam memandang kunci pemanfaatan terbesar terhadap input ini adalah dengan cara bekerja (amal) yang mempunyai makna lebih luas dari pada sekedar
mencari upah, bukan sekedar yang besifat manusiawi tetapi memiliki nilai transendensi. Ibnu Khaldun juga berpendapat tentang masalah bekerja, menurut beliau kerja merupakan implementasi fungsi ke khalifahan manusia yang diwujudkan untuk menghasilkan suatu nilai tertentu yang dihasilkan dari bekerja. 2) Fungsi Penawaran Input Implikasi dari pandangan Islam tentang kerja, maka kerja adalah wajib. Orang muslim memanfaatkan waktunya dengan bekerja berarti memanfaatkan waktu untuk mendapatkan mashlahah. Dan bisa juga dia mengalokasikan waktunya untuk menikmati hidup yaitu yang disebut dengan leisure, selama hal itu tidak mendatangkan mudharat. Seorang muslim harus mendapatkan mashlahah maksimum bagi hidupnya. Oleh karena itu ada tiga alternatif penggunaan waktu bagi seorang Muslim. a. Alokasi waktu untuk bekerja guna mendapatkan upah (Work For Pay). b. Alokasi waktu untuk diri sendiri (work For Self). c. Alokasi waktu minimal untuk mencukupi kemashlahatan minimum serta melaksanakan ibadah wajib, misalkan waktu untuk shalat dan lain-lain. BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Penawaran adalah banyaknya barang yang ditawarkan oleh penjual pada suatu pasar tertentu, pada periode tertentu dan pada tingkat harga tertentu. Berbagai faktor yang mempengaruhi produsen dalam menawarkan produknya pada suatu pasar diantaranya adalah harga barang itu sendiri, harga barang-barang lain, ongkos dan biaya produksi, tujuan produksi dari perusahaan serta teknologi yang digunakan. Hukum penawaran adalah "perbandingan lurus antara harga terhadap jumlah barang yang ditawarkan, yaitu apabila harga naik, maka penawaran akan meningkat, sebaliknya apabila harga turun penawaran akan turun". Sedangkan teori penawaran adalah "perbandingan terbalik antara penawaran terhadap harga, yaitu apabila penawaran naik, maka harga relatif akan turun, sebaliknya bila penawaran turun, maka harga relatif akan naik". Faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran dalam Islam yaitu Mashlahah dan Keuntungan. Dalam ekonomi Islam diketahui bahwa ada 4 hal yang dilarang dalam menjalankan aktivitas ekonomi, yaitu: Mafsadah, Gharar, Maisir, dan Transaksi Riba.
DAFTAR PUSTAKA Karim, Adiwarman. 2015. Ekonomi Mikro Islam. Jakarta: Rajawali Pers. Nawawi, Ismail. 2010. Ekonomi Mikro dalam Perspektif Islam. Jakarta: Dwiputra Pustaka Jaya. Edwin Nasution, Mustaka. 2006. Ekonomi Islam. Jakarta: Kencana http://juraganmakalah.blogspot.co.id/2013/04/teori-penawaran-islami.html?m=1, diakses pada 15 Maret 2016 http://ekonomiislamfaiuir.blogspot.co.id/2013/05/pengaruh-zakat-terhadappenawaran.html, diakses pada 28 Maret 2016 http://nizaryudharta.blogspot.co.id/2015/05/penawaran-dalam-ekonomi-islam.html, diakses pada 28 Maret 2016
[1] Ismail Nawawi, Ekonomi Mikro dalam Perspektif Islam, (Jakarta: Dwiputra Pustaka Jaya,
2010), hal. 33 [2] Ibid. hal 35 [3] Mustaka Edwin Nasution, Ekonomi Islam, (Jakarta:kencana 2006) , hal. 93 [4] http://juraganmakalah.blogspot.co.id/2013/04/teori-penawaran-islami.html?m=1, diakses pada 15 Maret 2016 [5] http://ekonomiislamfaiuir.blogspot.co.id/2013/05/pengaruh-zakat-terhadap-penawaran.html,
diakses pada 28 Maret 2016 [6] Ismail Nawawi, Op.cit, hal 38 [7] Adiwarman Karim, Ekonomi Mikro Islam, (Jakarta: Rajawali Pers) , hal. 151 [8] http://nizaryudharta.blogspot.co.id/2015/05/penawaran-dalam-ekonomi-islam.html, diakses pada 28 Maret 2016 Diposting 15th June 2016 oleh Wahyu Sebrina 0
Tambahkan komentar
Memuat