Plasenta Previa.docx

  • Uploaded by: ainun fikriah
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Plasenta Previa.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,399
  • Pages: 19
BAB I PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Perdarahan pada kehamilan harus dianggap sebagai kelainan yang berbahaya . Perdarahan pada kehamilan muda disebut sebagai abortus sedangkan perdarahan pada kehamilan tua disebut perdarahan anterpartum. Batas teoritis antara kehamilan muda dengan kehamilan tua adalah 22 minggu mengingat kemungkinan hidup janin diluar uterus . Perdarahan anterpartum biasanya berbatas pada perdarahan jalan lahir setelah kehamilan 22 minggu tapi tidak jarang terjadi pula pada usia kandungan kurang dari 22 minggu dengan patologis yang sama. Perdarahan saat kehamilan setelah 22 minggu biasanya lebih berbahaya dan lebih banyak daripada kehamilan sebelum 22 minggu . Oleh karena itu perlu penanganan yang cukup berbeda . Perdarahan antepartum yang berbahaya umumnya bersumber pada kelainan plasenta, sedangkan perdarahan yang tidak bersumber pada kelainan plasenta umpamanya kelainan serviks biasanya tidak seberapa berbahaya. Pada setiap perdarahan anterpartum pertama-tama harus selalu dipikirkan bahwa hal itu bersumber pada kelainan plasenta . Perdarahan anterpartum yang bersumber dari kelainan plasenta yang secara klinis biasanya tidak terlampau sukar untuk menentukannya ialah plasenta previa dan solusio plasenta serta perdarahan yang belum jelas sumbernya . Perdarahan anterpartum terjadi kira-kira 3 % dari semua persalinan yang terbagi atas plasenta previa, solusio plasenta dan perdarahan yang belum jelas penyebabnya Pada umumnya penderita mengalami perdarahan pada triwulan tiga atau setelah usia kehamilan , namun beberapa penderita mengalami perdarahan sedikitsedikit kemungkinan tidak akan tergesa-gesa datang untuk mendapatkan pertolongan karena disangka sebagai tanda permulaan persalinan biasa. Baru setelah perdarahan yang berlangsung banyak , mereka datang untuk mendapatkan pertolongan .

Setiap perdarahan pada kehamilan lebih dari 22 minggu yang lebih banyak pada permulaan persalinan biasanya harus lebih dianggap sebagai perdarahan anterpartum apapun penyebabnya , penderita harus segera dibawah ke rumah sakit yang memiliki fasilitas untuk transfusi darah dan operasi. Perdarahan anterpartum diharapkan penanganan yang adekuat dan cepat dari segi medisnya maupun dari aspek keperawatannya yang sangat membantu dalam penyelamatan ibu dan janinnya. Angka kematian maternal masih menjadi tolok ukur untuk menilai baik buruknya keadaan pelayanan kebidanan dan salah satu indikator tingkat kesejahteraan ibu. Angka kematian maternal di Indonesia tertinggi di Asia Tenggara. Menurut SKRT (Survei Kesehatan Rumah Tangga) tahun 1992 yaitu 421 per 100.000 kelahiran hidup, SKRT tahun 1995 yaitu 373 per 100.000 kelahiran hidup dan menurut SKRT tahun 1998 tercatat kematian maternal yaitu 295 per 100.000 kelahiran hidup. Diharapkan PJP II (Pembangunan Jangka Panjang ke II) (2019) menjadi 60 - 80 per 100.000 kelahiran hidup. Penyebab terpenting kematian maternal di Indonesia adalah perdarahan (40- 60%), infeksi (20-30%) dan keracunan kehamilan (20-30%), sisanya sekitar 5% disebabkan penyakit lain yang memburuk saat kehamilan atau persalinan. Perdarahan sebagai penyebab kematian ibu terdiri atas perdarahan antepartum dan perdarahan postpartum. Perdarahan antepartum merupakan kasus gawat darurat yang kejadiannya berkisar 3% dari semua persalinan, penyebabnya antara lain plasenta previa, solusio plasenta, dan perdarahan yang belum jelas. Plasenta previa adalah plasenta yang implantasinya tidak normal, sehingga menutupi seluruh atau sebagian ostium internum; kasus ini masih menarik dipelajari terutama di negara berkembang termasuk Indonesia, karena faktor predisposisi yang masih sulit dihindari, prevalensinya masih tinggi serta punya andil besar dalam angka kematian maternal dan perinatal yang merupakan parameter pelayanan kesehatan. Di RS Parkland didapatkan prevalensi plasenta previa 0,5%. Clark (1985) melaporkan prevalensi plasenta previa 0,3%. Nielson (1989) dengan penelitian prospektif menemukan 0,33% plasenta.

A. Tujuan 1. Tujuan Umum Dapat melakukan asuhan kebidanan pada ibu dengan plasenta Previa Totalis menggunakan SOAP 2. Tujuan khusus a. Dapat melakukan pengkajian data subjekif pada ibu dengan plasenta Previa Totalis b. Dapat melakukan pengkajian data objektif pada ibu dengan plasenta Previa Totalis c. Dapat menegakkan analisa pada ibu dengan plasenta Previa Totalis d. Dapat melakukan penatalaksanaan pada ibu dengan plasenta Previa Totalis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.

Pengertian Plasenta previa merupakan implantasi plasenta di bagian bawah sehingga menutupi ostium uteri internum, serta menimbulkan perdarahan saat pembentukan segmen bawah rahim. (Cunningham, 2006). Plasenta Previa adalah plasenta berimplantasi, baik parsial atau total pada sekmen bawah uteri dan terletak di bawah (previa) bagian presentasi bawah janin . (Lewellyn, 2001). Plasenta previa plasenta yang letaknya apnormal, pada sekme uterus sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh pada jalanlahir (Mansjoer, 2001). Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya abnormal yaitu pada segmen bawah uterus sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir (FKUI, 2000).

2.

Etiologi Menurut Manuaba (2003), penyebab terjadinya plasenta previa diantaranya adalah mencakup : a. Perdarahan (hemorrhagic). b. Usia lebih dari 35 tahun. c. Multiparitas. d. Pengobatan infertilitas. e. Multiple gestation. f. Erythroblastosis. g. Riwayat operasi/pembedahan uterus sebelumnya. h. Keguguran berulang. i. Status sosial ekonomi yang rendah. j. Jarak antar kehamilan yang pendek k. Merokok.

Penyebab plasenta previa secara pasti sulit ditentukan, tetapi ada beberapa faktor yang meningkatkan risiko terjadinya plasenta previa, misalnya bekasoperasi rahim (bekas sesar atau operasi mioma), sering mengalami infeksirahim (radang panggul), kehamilan ganda, pernah plasenta previa, atau kelainan bawaan Rahim. Sedangkan menurut Kloosterman (1973), Plasenta bertumbuh pada segmen bawah uterus tidak selalu jelas dapat diterangkan, bahwasanya vaskularisasi yang berkurang atau perubahan atropi pada desidua akibat persalinan yang lampau dapat menyebabkan plasenta previa, tidaklah selalu benar . Memang dapat dimengerti bahwa apabila aliran darah ke plasenta tidak cukup seperti pada kehamilan kembar maka plasenta yang letaknya normal sekalipun akan memperluaskan permukaannya sehingga mendekati atau menutupi sama sekali pembukaan jalan lahir. Frekuensi plasenta previa pada primigravida yang berumur lebih 35 tahun kira-kira 10 kali lebih sering dibandingkan dengan primigravida yang berumur kurang dari 25 tahun. Pada grandemultipara yang berumur lebih dari 30 tahun kira-kira 4 kali lebih sering dari grandemultipara yang berumur kurang dari 25 tahun. 3.

Faktor Predisposisi dan Presipitasi Menurut Mochtar (2008), faktor predisposisi dan presipitasi yang dapat mengakibatkan terjadinya plasenta previa adalah : a. Melebarnya pertumbuhan plasenta : 1)

Kehamilan kembar (gamelli)

2)

Tumbuh kembang plasenta tipis

b. Kurang suburnya endometrium : 1)

Malnutrisi ibu hamil

2)

Melebarnya plasenta karena gamelli

3)

Bekas seksio sesarea

4)

Sering dijumpai pada grandemultipara

c. Terlambat implantasi : 1) 2)

Endometrium fundus kurang subur Terlambatnya tumbuh kembang hasil konsepsi dalam bentuk blastula yang siap untuk nidasi

4.

Patofisiologi Seluruh plasenta biasanya terletak pada segmen atau uterus. Kadang-kadang bagian atau seluruh organ dapat melekat pada segmen bawah uterus, dimana hal ini dapat diketahui sebagai plasenta previa. Karena segmen bawah agak merentang selama kehamilan lanjut dan persalinan, dalam usaha mencapai dilatasi serviks dan kelahiran anak, pemisahan plasenta dari dinding uterus sampai tingkat tertentu tidak dapat dihindarkan sehingga terjadi pendarahan. Plasenta previa adalah implantasi plasenta bawah rahim sehingga menutupi kanalisservikalis dan mengganggu proses persalinan dengan terjadinya perdarahan. Zigotyang tertanam sangat rendah dalam kavum uteri, akan membentuk plasenta yang pada awal mulanya sangat berdekatan dengan ostimintenum. Plaseta yang letak nya demikian akan diam di tempatnya sehingga terjadi plasenta previa. Penurunan kepala janin yang mengakibatkan tertekannya plaseta

(apabila

plaseta tumbuh di segmen bawah rahim ). Pelebaran pada segmen bawah uterus dan pembukaan servikakan menyebabkan bagian plaseta yang diatas atau dekat ostium akan terlepas dari dinding uterus. Segmen bawah uterus lebih banyak mengalami perubahan pada trisemester III. Perdarahan tidak dapat dihindari karena ketidak mampuan serabut otot segmen bawah uterus berkontraksi seperti pada plasenta letak normal. ( Doengoes, 2000 ). 5.

Tanda dan Gejala a.

Perdarahan tanpa nyeri

b.

Perdarahan berulang

c.

Warna perdarahan merah segar

d.

Adanya anemia dan renjatan yang sesuai dengan keluarnya darah

e.

Timbulnya perlahan-lahan

f.

Waktu terjadinya saat hamil

g.

His biasanya tidak ada

h.

Rasa tidak tegang (biasa) saat palpasi

i.

Denyut jantung janin ada

j.

Teraba jaringan plasenta pada periksa dalam vagina

k.

Penurunan kepala tidak masuk pintu atas panggul

l.

Presentasi mungkin abnormal Jadi kejadian yang paling khas pada plasenta previa adalah pendarahan tanpa

nyeri biasanya baru terlihat setelah trimester kedua atau sesudahnya. Namun demikian, banyak peristiwa abortus mungkin terjadi akaibat lokasi abnormal plasenta yang sedngan tumbuh. Penyebab pendarahan perlu ditegaskan kembali. Kalau plasenta terletak pada ostium internum, pembentukan segmen bawah uterus dan dilatasi ostium internum tanpa bias dielakkan akan mengakibatkan robekan pada tempat pelekantan plasenta yang diikuti oleh pendarahan dari pembuluh-pembuluh darah uterus. Pendarahan tersebut diperberat lagi dengan ketidakmampuan serabut-serabut otot miometrium segmen bawah uterus untuk mengadakan kontaksi dan retraksi agar bias menekan bembuluh darah yang rupture sebagaimana terjadi secara normal ketika terjadi pelepasan plasenta dari dalam uterus yang kosong pada kala tiga persalinan. Akibat pelekatan yang abnormal seperti terlihat pada plasenta akreta, atau akibat daerah pelekatan yang sangat luas, maka proses perlekatan plasenta kadangkala terhalang dan kemudian dapat terjadi pendarahan yang banyak setelah bayi dilahirkan. Pendarahan dari tempat implantasi plasenta dalam segmen bahwa uterus dapat berlanjut setelah plasentah dilahirkan, mengingat segmen bahwa uterus lebih cendrung memiliki kemampuan kontraksi yang jelek dibandingkan korpus uteri. Sebagai akibatnya, pembuluh darah memintas segmen bahwa kurang mendapat kompresi. Pendarahan dapat terjadi pula akibat laserasi pada bagian bahwa uterus dan serviks yang rapuh, khususnya pada usaha untuk mengeluarkan plasenta yang melekat itu secara manual. Menururt FKUI (2000), tanda dan gejala plasenta previa diantaranya adalah : a. Pendarahan tanpa sebab tanpa rasa nyeri dari biasanya dan berulang. b. Darah biasanya berwarna merah segar. c. Terjadi pada saat tidur atau saat melakukan aktivitas. d. Bagian terdepan janin tinggi (floating), sering dijumpai kelainan letak janin. e. Pendarahan pertama (first bleeding) biasanya tidak banyak dan tidak fatal, kecuali bila dilakukan periksa dalam sebelumnya. Tetapi perdarahan berikutnya (reccurent bleeding) biasanya lebih banyak

6.

Klasifikasi Klasifikasi plasenta previa berdasarkan terabanya jaringan plasenta melalui pembukaan jalan lahir pada waktu atau derajat abnormalitas tertentu : a. Plasenta previa totalis : bila ostium internum servisis seluruh pembukaan jalan lahir tertutup oleh plasenta. b. Plasenta previa lateralis : ostium internum servisis bila hanya sebagian pembukaan jalan lahir tertutup oleh plasenta. c. Plasenta previa marginalis : bila pinggir plasenta berada tepat pada pinggir pembukaan jalan lahir. d. Plasenta previa letak rendah : bila plasenta berada 3-4 cm diatas pinggir pembukaan jalan lahir. Derajat plasenta previa akan tergantung kepada luasnya ukuran dilatasi serviks saat dilakukan pemeriksaan. Perlu ditegaskan bahwa palpasi digital untuk mencoba memastikan hubungan yang selalu berubah antara tepi plasenta dan ostium internum ketika serviks berdilatasi, dapat memicu terjadinya perdarahan hebat.

7.

Pemeriksaan Penunjang dan Laboratorium a. USG : biometri janin, indeks cairan amnion, kelainan congenital, letak dan derajat maturasi plasenta. Lokasi plasenta sangat penting karena hal ini berkaitan dengan teknik operasi yang akan dilakukan. b. Kardiotokografi (KTG) : dilakukan pada kehamilan > 28 minggu. c. Laboratorium : darah perifer lengkap. Bila akan dilakukan PDMO atau operasi, perlu diperiksa faktor waktu pembekuan darah, waktu perdarahan dan gula darah sewaktu. d. Sinar X : Menampakkan kepadatan jaringan lembut untuk menampakkan bagianbagian tubuh janin. e. Pengkajian vaginal : Pengkajian ini akan mendiagnosa placenta previa tapi seharusnya ditunda jika memungkinkan hingga kelangsungan hidup tercapai (lebih baik sesuadah 34 minggu). Pemeriksaan ini disebut pula prosedur susunan ganda (double setup procedure). Double setup adalah pemeriksaan steril pada

vagina yang dilakukan di ruang operasi dengan kesiapan staf dan alat untuk efek kelahiran secara cesar. f. Isotop Scanning : Atau lokasi penempatan placenta. g. Amniocentesis : Jika 35 – 36 minggu kehamilan tercapai, panduan ultrasound pada amniocentesis untuk menaksir kematangan paru-paru (rasio lecithin / spingomyelin [LS] atau kehadiran phosphatidygliserol) yang dijamin. Kelahiran segera dengan operasi direkomendasikan jika paru-paru fetal sudah mature. 8.

Komplikasi Menurut Roeshadi (2004), kemungkinan komplikasi yang dapat ditimbulkan dari adanya plasenta previa adalah sebagai berikut : a. Pada ibu dapat terjadi : 1)

Perdarahan hingga syok akibat perdarahan

2)

Anemia karena perdarahan

3)

Plasentitis

4)

Endometritis pasca persalinan

b. Pada janin dapat terjadi :

9.

1)

Persalinan premature

2)

Asfiksia berat

Penatalaksanaan Medis Menurut Wiknjosastro (2005), penatalaksanaan yang diberikan untuk penanganan plasenta previa tergantung dari jenis plasenta previanya yaitu : a. Kaji kondisi fisik klien b. Menganjurkan klien untuk tidak coitus c. Menganjurkan klien istirahat d. Mengobservasi perdarahan e. Memeriksa tanda vital f. Memeriksa kadar Hb g. Berikan cairan pengganti intravena RL h. Berikan betametason untuk pematangan paru bila perlu dan bila fetus masih premature

i. Lanjutkan terapi ekspektatif bila KU baik, janin hidup dan umur kehamilan Konservatif bila : a. Kehamilan kurang 37 minggu. b. Perdarahan tidak ada atau tidak banyak (Hb masih dalam batas normal). c. Tempat tinggal pasien dekat dengan rumah sakit (dapat menempuhperjalanan selama 15 menit). Perawatan konservatif berupa : a. Istirahat. b. Memberikan hematinik dan spasmolitik unntuk mengatasi anemia. c. Memberikan antibiotik bila ada indikasi. d. Pemeriksaan USG, Hb, dan hematokrit. Bila selama 3 hari tidak terjadi perdarahan setelah melakukan perawatan konservatif maka lakukan mobilisasi bertahap. Pasien dipulangkan bila tetap tidak ada perdarahan. Bila timbul perdarahan segera bawa ke rumah sakit dan tidak boleh melakukan senggama. a.

Penanganan aktif bila : 1)

Perdarahan banyak tanpa memandang usia kehamilan.

2)

Umur kehamilan 37 minggu atau lebih.

3)

Anak mati

Penanganan aktif berupa : a)

Persalinan per vaginam.

b)

Persalinan per abdominal. Penderita disiapkan untuk pemeriksaan dalam di atas meja operasi

(double set up) yakni dalam keadaan siap operasi. Bila pada pemeriksaan dalam didapatkan : a. Plasenta previa marginalis b. Plasenta previa letak rendah c. Plasenta lateralis atau marginalis dimana janin mati dan serviks sudah matang, kepala sudah masuk pintu atas panggul dan tidak ada

perdarahan atau hanya sedikit perdarahan maka lakukan amniotomi yang diikuti dengan drips oksitosin pada partus per vaginam bila gagal drips (sesuai dengan protap terminasi kehamilan). Bila terjadi perdarahan banyak, lakukan seksio sesar. b.

Penanganan (pasif) 1) Tiap perdarahan triwulan III yang lebih dari show harus segera dikirim ke Rumah sakit tanpa dilakukan suatu manipulasi/UT. 2) Apabila perdarahan sedikit, janin masih hidup, belum inpartus, kehamilan belum cukup 37 minggu/berat badan janin kurang dari 2.500 gram persalinan dapat ditunda dengan istirahat, obat-obatan; spasmolitik, progestin/progesterone, observasi teliti. 3) Siapkan darah untuk transfusi darah, kehamilan dipertahankan setua mungkin supaya tidak prematur. 4) Bila ada anemia; transfusi dan obat-obatan penambah darah. Penatalaksanaan kehamilan yang disertai komplikasi plasenta previa dan janin

prematur tetapi tanpa perdarahan aktif, terdiri atas penundaan persalinan dengan menciptakan suasana yang memberikan keamanan sebesar-besarnyabagi ibu maupun janin. Perawatan di rumah sakit yang memungkinkan pengawasan ketat, pengurangan aktivitas fisik, penghindaran setiap manipulasi intravaginal dan tersedianya segera terapi yang tepat, merupakan tindakan yang ideal. Terapi yang diberikan mencakup infus larutan elektrilit, tranfusi darah, persalinan sesarea dan perawatan neonatus oleh ahlinya sejak saat dilahirkan. Pada penundaan persalinan, salah satu keuntungan yang kadang kala dapat diperoleh meskipun relatif terjadi kemudian dalam kehamilan, adalah migrasi plasenta yang cukup jauh dari serviks, sehingga plasenta previa tidak lagi menjadi permasalahan utama. Arias (2007) melaporkan hasil-hasil yang luar biasa padacerclage serviks yang dilakukan antara usia kehamilan 24 dan 30 minggu pada pasien perdarahan yang disebabkan oleh plasenta previa.

Prosedur yang dapat dilakukan untuk melahirkan janin bisa digolongkan ke dalam dua kategori, yaitu persalinan sesarea atau per vaginam. Logika untuk melahirkan lewat bedah sesarea ada dua : a. Persalinan segera janin serta plasenta yang memungkinakan uterus untuk berkontraksi sehingga perdarahan berhenti b. Persalinan searea akan meniadakan kemungkinan terjadinya laserasi serviks yang merupakan komplikasi serius persalinan per vaginam pada plasenta previa totalis serta parsial.

BAB III TINJAUAN KASUS

Tanggal

: 07 Oktober 2018

Pukul

: 18.00 WIB

Tempat

: Kamar Bersalin, RSUDZA

Pemantauan SOAP Hari 1 Subjektif Ny “E” usia 35 tahun datang ke kamar bersalin, RSUDZA bersama suaminya, ibu mengatakan keluar darah dari jalan lahir sejak 1 jam yang lalu, darah berupa flek dan kadang bergumpal, nyeri perut bawah dirasakan sesekali, gerakan janin aktif. Ibu mengatakan ini kali kedua ibu kerumah sakit dengan keluhan yang sama, sebelumnya ibu di rawat tiga minggu yang lalu di Rumah Sakit Harapan Bunda. Ini merupakan kehamilan ibu yang ke 2 dan ibu tidak pernah mengalami keguguran. Ibu memiliki riwayat penyakit hipertensi, DM, asma, dan jantung. Hari Pertama Haid Terakhir : 26 Februari 2018

Objektif Keadaan umum ibu

: Baik

Kesadaran

: composmentis

Tanda-tanda Vital 

TD

: 120/70 mmHg



Nadi

: 80 kali/menit



Pernafasan

: 18 kali/menit



Suhu

: 36,7 0C

Berat badan

: 60 kg

Tinggi Badan

: 158 cm

Pemeriksaan fisik Mata 

Konjungtiva

: tidak anemis



Sclera

: tidak ikterik

Payudara 

Pembesaran

: Normal



Puting susu

: menonjol

Abdomen 

Pembesaran

: sesuai usia kehamilan



Palpasi

: Leopold 1 : 2 jari diatas pusat (TFU: 28 cm) Leopold 2 : Kiri

: bulat keras melenting

Kanan : teraba lunak Leopold 3 : Kosong Leopold 4 : Kosong 

Kontraksi

: tidak ada



DJJ

: 145 x/i



TBBJ

: 2480 gr

Pemeriksaan Genitalia 

Varices

: tidak ada



Nyeri

: tidak ada



Cairan keluar : tampak pengeluaran darah sedikit demi sedikit

Ekstremitas Kaki

: kiri dan kanan simetris dan tidak ada oedema

Pemeriksaan penunjang USG : Janin

: Tunggal

Pesentasi

: Lintang, kepala di bagian kiri

EFW

: 1900 gram

ICA

: 12 cm

Plasenta

: Korpus Anterior menutupi seluruh jalan lahir

Pemeriksaan laboratorium Golongan Darah

:A

Hemoglobin

: 9,3 gr %

Leukosit

: 10,1fL

Eritrosit

: 3,5/mm3

Trombosit

: 294/mm3

Assasment Ibu G2P1A0 usia kehamilan 31-32 minggu dengan plasenta previa totalis + Anemia

Planning 1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa ibu mengalami plasenta previa totalis, dimana plasenta menutupi seluruh jalan lahir sehingga menyebabkan pengeluaran darah yang disertai gumpalan, keadan janin baik 2. Menganjurkan ibu untuk istirahat total (tirah baring), karena dengan istirahat memungkinkan otot untuk berrelaksasi dan mengurangi beban kerja jantung yang meningkat selama kehamilan serta dapat mengurangi frekuensi perdarahan, dimana pada saat tirah baring, sum-sum tilang belakang bekerja menghasilkan sel-sel darah merah. 3. Melakukan observasi ketat tanda-tanda vital, denyut jantung janin, dan perdarahan. 4. Memberikan dukungan mental dan emosional pada ibu agar ibu tidak cemas dengan keadaannya yang sekarang 5. Melakukan kolaborasi dengan dokter obgyn. Intruksi: a. Terapi adalat oros 1x30 Mg b. Injeksi Dexamethason 6 mg/12 jam c. Transfusi PRC 1 kolf. Terpasang PRC 250 cc kolf 1 Pemantauan Hari 2 Tanggal

: 08 Oktober 2018

Pukul

: 09.00 WIB

Tempat

: Kamar Bersalin, RSUDZA

Subjektif Ibu mengatakan tidak merasa keluar darah yang banyak lagi dari jalan lahir, ibu merasakan mules sesekali, Gerakan janin aktif.

Objektif Keadaan umum ibu

: Baik

Kesadaran

: composmentis

Tanda-tanda Vital 

TD

: 110/70 mmHg



Nadi

: 82 kali/menit



Pernafasan

: 19 kali/menit



Suhu

: 36,5 0C

Pemeriksaan fisik Mata 

Konjungtiva

: tidak anemis



Sclera

: tidak ikterik

Abdomen 

Kontraksi

: 1x10’10”



DJJ

: 130 x/i

Pemeriksaan Genitalia 

Cairan keluar : tampak darah yang keluar berkurang

Pemeriksaan laboratorium Hemoglobin

: 11 gr %

Leukosit

: 14,3fL

Eritrosit

: 4,0/mm3

Trombosit

: 372/mm3

Assasment Ibu G2P1A0 usia kehamilan 31-32 minggu dengan plasenta previa totalis. H2 pemantauan Planning 1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan dan pemantauan observasi yang dilakukan. 2. Menganjurkan ibu untuk tetap istirahat total (tirah baring). Dan ibu masih beristirahat dengan tirah baring 3. Melakukan observasi tanda-tanda vital, denyut jantung janin, dan kontraksi.

4. Tetap memberikan support pada ibu dan keluarga agar ibu tetap semangat dalam menjalani perawatan. 5. Melanjutkan terapi sesuai intruksi dokter. d. Terapi adalat oros 1x30 Mg e. Injeksi Dexamethason 6 mg/12 jam 6. Menganjurkan ibu untuk tetap menjalani perawatan dan mengikuti semua anjuran yang telah diberikan oleh petugas. 7. Menyiapkan pasien untuk dipindahkan ke ruang rawat ibu (Arafah 3) untuk dilakukan observasi lanjutan. Pasien dipindakan ke ruang arafah 3 pada pukul 15.00 WIB. Dari ruangan pasien di lakukan terminasi kehamilan secara SC pada tanggal 12 Oktober 2018. Keterangan bayi jenis kelamin perempuan, Berat Badan Bayi: 200 gram, Panjang Badan : 40 cm, Apgar Score : 4/5

BAB IV PENUTUP

A.

Kesimpulan Dari kasus diatas dapat disimpulkan bahwa dari data subjektifnya Ny “E” usia 35 tahun mengeluh merasakan pengeluaran darah dari jalan lahir, ibu juga pernah dirawat sebelumnya di rumah sakit Harapan bunda dngan indikasi yang sama, Dari data objektifnya Keadaan umum ibu: baik, Kesadaran: composmentis, Tanda-tanda vital TTD:120/70, Nadi: 80 kali/menit, Pernapasan:18 kali/menit, Suhu:36,70C, TFU : 2 jari diatas Pusat, Payudara : puting susu menonjol, Konjungtiva: tidak anemis, Perdarahan: sedikit demi sedikit , Hasil USG: plasenta menutupi seluruh jalan lahir. Dari pengumpulan data subjektif dan objektif maka dapat di tegakkan bahwa Ibu dengan plasenta previa totalis.

B.

Saran Penatalaksanaan yang dilakukan terhadap NY ”E” adalah Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa plasenta ibu letak dibawah dan menutupi seluruh jalan lahir sehingga memocu darah untuk keluar. melakukan observasi tanda tanda vital kontraksi dan perdarahan. Melakukan kolaborasi dengan dokter dan dokter menganjurkan untuk memberi terapi adalat oros, dexametason dan tranfusi darah 1 kolf karena ibu mengalami anemia. Pemantauan pada hari kedua ibu tidak mengalami anemia lagi dan dipindkhan keruang rawat ibu untuk observasi lanjut.

DAFTAR PUSTAKA

Manuaba, Fajar, 2007, Pengantar kuliah obsteri, Jakarta : EGC R James, dkk. 2002. Buku saku Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: Widya Medika Bari, Abdul. 2002. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: YBSP Cunningham, William. 2002. William Obstetri vol 2. Jakarta: EGC Mochtar, Rustam. 2008. Sinopsis Obstetri Jilid I . Jakarta: EGC Prawirohardjo, Sarwono. 2002. Buku Panduan Praktis Maternal dan YBSP Prawirohardjo, Sarwono. 2002. Ilmu Kebidanan. YBPSP: Jakarta

Neonatal. Jakarta :

Related Documents

Plasenta Previa.docx
May 2020 20
Plasenta Akreta.docx
May 2020 16
Plasenta Previa
November 2019 37
Plasenta Previa
June 2020 21
Plasenta Previa.docx
May 2020 19
Plasenta Previa.docx
May 2020 16

More Documents from "David Christianto"

Faktor Perilaku.docx
November 2019 31
Plasenta Previa Totalis.pdf
November 2019 33
Bab I.docx
November 2019 32
Plasenta Previa.docx
November 2019 38