Bab I.docx

  • Uploaded by: ainun fikriah
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Bab I.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,351
  • Pages: 10
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Ilmu-ilmu yang dimiliki oleh manusia berhubungan satu sama lain, dan tolak ukur keterkaitan ini memiliki derajat yang berbeda-beda. Sebagian ilmu merupakan asas dan pondasi bagi ilmu-ilmu lain, yakni nilai dan validitas ilmu-ilmu lain bergantung kepada ilmu tertentu, dan dari sisi ini, ilmu tertentu ini dikategorikan sebagai ilmu dan pengetahuan dasar. Latar belakang hadirnya pembahasan teori pengetahuan ini adalah karena para pemikir melihat bahwa panca indra lahir manusia yang merupakan satu-satunya alat penghubung manusia dengan realitas eksternal terkadang atau senantiasa melahirkan banyak kesalahan dan kekeliruan dalam menangkap objek luar, dengan demikian, sebagian pemikir tidak menganggap valid lagi indra lahir itu dan berupaya membangun struktur pengindraan valid yang rasional. Namun pada sisi lain, para pemikir sendiri berbeda pendapat dalam banyak persoalan mengenai akal dan rasionalitas, dan keberadaan argumentasi akal yang saling kontradiksi dalam masalah-masalah pemikiran kemudian berefek pada kelahiran aliran Sophisme yang mengingkari validitas akal dan menolak secara mutlak segala bentuk eksistensi eksternal. Dengan alasan itu, persoalan epistemologi sangat dipandang serius sedemikian sehingga filsuf Yunani, Aristoteles, berupaya menyusun kaidah-kaidah logika sebagai aturan dalam berpikir dan berargumentasi secara benar yang sampai sekarang ini masih digunakan.Masalah Kepastian dan Falibilisme Moderat.

B. Tujuan a. Tujuan Umum Agar mahasiswa mengetahui teori-teori tentang pengetahuan b. Tujuan Khusus 1) Untuk mengetahui masalah kepastian dan falibilisme 2) Untuk mengetahui ilmu, teknologi dan kebudayaan 3) Untuk mengetahui etika keilmuan

1

BAB II TINJAUAN TEORI

A. Masalah Kepastian kebenaran Ilmiah Ilmu pengetahuan tidak akan pernah memberikan suatu formulasi final dan absolute tentang seluruh universum. Pengakuan ini dalam filsafat ilmu pengetahuan disebut falibilisme. Falibilisme tidak berarti bahwa ilmu pengetahuan salah sama sekali, melainkan bahwa ilmuwan harus bersikap kritis terhadap apa yang sudah dicapainya. Dalam empat macam kebenaran, melahirkan 2 pandangan yang berbeda, yaitu pandangan kaum rasionalis yang menekankan kebenaran logis-rasional, dan pandangan kaum empirisis yang menekankan kebenaran empiris. Kebenaran kaum rasionalis bersifat sementara, terlepas dari seberapa tinggi tingkat kepastiannya karena kebenaran sebagai keteguhan dari suatu pernyataan atau kesimpulan sangat tergantung pada kebenaran teori atau pernyataan lain. padahal, teori atau pernyataan lain sangat mungkin salah. Sedangkan kaum empirisis tidak pernah berpretensi untuk menghasilkan suatu pengetahuan yang pasti benar tentang alam. Bagi mereka, ilmu pengetahuan tidak memiliki ambisi seperti iman dalam agama. Ilmu pengetahuan tudak akan pernah memberikan suatu formulasi final dan absolut tentang seluruh universum = falibilisme. Falibilisme beranggapan bahwa kendati pengetahuan ilmiah merupakan pengetahuan yang paling baik yang dapat kita miliki.

B. Masalah Kepastian dan Falibilisme Moderat 1. Masalah Kepastian kebenaran Ilmiah Ilmu pengetahuan tidak akan pernah memberikan suatu formulasi final dan absolute tentang seluruh universum. Pengakuan ini dalam filsafat ilmu pengetahuan disebut falibilisme. Falibilisme tidak berarti bahwa ilmu pengetahuan salah sama sekali, melainkan bahwa ilmuwan harus bersikap kritis terhadap apa yang sudah dicapainya. 2. Fabilisme dan Metode Ilmu Pengetahuan Falibilisme ilmu pengetahuan berasal dari dua sumber, yaitu sebagai konsekuensi dari metode ilmu pengetahuan, dan dari objek ilmu pengetahuan yaitu 2

universum alam. Beberapa indikasi metodologis bisa dilihat sebagai alas an dari falibilisme moderat ini. a. Peneliti sendiri tidak pernah merasa pasti dengan apa yang dicapainya sendiri b. Fokus utama dari kegiatan penelitian ilmiah adalah verifikasi atau hipotesis c. Karena metode induksi, seperti akan dibahas lebih lanjut, selalu tidak legkap d. Setiap hipotesis pada dasarnya tidak pasti. Maka dengan keempat alas an ini kita dapat mengatakan bahwa pengetahuan ilmiah itu tidak luput dari kekeliruan dan selalu terbuka pada kritik dan perbaikan.

C. Ilmu Teknologi dan kebudayaan Pengertian Ilmu dan Ilmu Pengetahuan. Batas kajian ilmu adalah fakta sedangkan batas kajian filsafat adalah logika atau daya pikir manusia. Ilmu menjawab pertanyaan “why” dan “how” sedangkan filsafat menjawab pertanyaan “why, why, dan why” dan seterusnya sampai jawaban paling akhir yang dapat diberikan oleh pikiran atau budi manusia (munkin juga pertanyaan-pertanyaannya terus dilakukan sampai never ending)..n oleh Heidegger, setiap telaahan filosofis terdapat unsur metafisik.

1. ilmu adalah pengetahuan yang bersifat umum dan sistematis, pengetahuan dari mana dapat disimpulkan dalil-dalil tertentu menurut kaidah-kaidah umum. (Nazir, 1988) 2. konsepsi ilmu pada dasarnya mencakup tiga hal, yaitu adanya rasionalitas, dapat digeneralisasi dan dapat disistematisasi (Shapere, 1974) 3. pengertian ilmu mencakup logika, adanya interpretasi subjektif dan konsistensi dengan realitas sosial (Schulz, 1962) 4. ilmu tidak hanya merupakan satu pengetahuan yang terhimpun secara sistematis, tetapi juga merupakan suatu metodologi Empat pengertian di atas dapatlah disimpulkan bahwa ilmu pada dasarnya adalah pengetahuan tentang sesuatu hal atau fenomena, baik yang menyangkut alam atau sosial (kehidupan masyarakat), yang diperoleh manusia melalui proses berfikir. Itu artinya bahwa setiap ilmu merupakan pengetahun tentang sesuatu yang menjadi objek kajian dari ilmu terkait. alam pengertian lain, pengetahuan adalah berbagai gejala yang ditemui dan diperoleh manusia melalui pengamatan inderawi. Pengetahuan muncul ketika seseorang menggunakan indera atau akal budinya untuk mengenali benda atau kejadian tertentu yang belum pernah dilihat atau dirasakan sebelumnya. 3

Misalnya ketika seseorang mencicipi masakan yang baru dikenalnya, ia akan mendapatkan pengetahuan tentang bentuk, rasa, dan aroma masakan tersebut. Sejak dimulai revolusi industri di Eropa, teknologi yang dihasilakan oleh masyarakat Eropa, kemudian disebarkan keseluruh dunia ternyata memiliki berikut : 1)

Watak ekonomis yang pada intinya berorientasi pada efisiensi ekonomis dengan mengutamakan kendali pada elit pendukong finansial dan elit tenaga ahli.

2)

Ditinjau dari aspek sosial teknologi barat ternyata bersifat melanggengkan sifat ketergantungan. Ketergantungan ini terkait, baik dengan teknik produksi maupun pola konsumsi. Mata rantai produsen dan konsumen terputus. Artinya, produsen menentukan produk lebih berorientasi pada kemajuan teknologi. Iklan-iklan berbagai media massa merupakan “nabinabi” bagi pencipta kebutuhan baru.

3)

Struktur kebudayaan teknologi barat telah melahirkan struktur kebudayaan yang: a. Memandang ruang geografis dengan kacamata pusat pinggiran dengan dunia barat sebagai pusatnya. b. Adapun kecenderungan untuk melihat waktu sebagai suatu hal yang berkaitan dengan kemajuan dan berkembang secara linier; c. Adanya kecenderungan untuk memahami relaitas secara terpisah, dan memahami hubungan antara bagian sebagai hubungan mekanistis sehingga perubahan pada suatu bagian menuntut adanya penyesesuaian pada bagian yang lain. d. Kecenderungan untuk memandang manusia sebagai tuan atas alam dan hak-hak yang terbatas. Dengan mempertimbangkan watak teknologi barat yang demikian, sulit kiranya untuk tidak menyebut ahli teknologi barat sebagai invasi kebudayaan barat. Globalisasi merupakan bukti betapa gelombang invasi terjadi dengan dahsyatnya. Perbincangan tentang hubungan antara teknologi dan kebudayaan dapat dititip dari dua sudut pandang, yakni dari teknologi dan kebudayaan. Dari sudut pandang teknologi terbuka alternatif untuk memandang hubungan antara teknologi dan kebudayaan dalam paradigma positifistis atau dalam paradigma teknologi tepat. Masing-masing pilihan mengandung konsekuensi yang berbeda terhadap komponen-komponen kebudayaan yang lain. Paradigma teknologi 4

positifistis yang didasari oleh metafisika matearialistis jelas memiliki kekuatan dalam menguasai, menguras, dan memuaskan hasrat manusia yang tak terbatas. Sedangkan paradigma teknologi tepat lebih menuntut kearifan manusia secara wajar. Dari sudut pandang kebudayaan bagaimanapun juga teknologi dewasa ini merupakan anak kandung kebudayaan barat. Hal ini berarti bahwa penerimaan ataupun penolakan secara sistematik terhadap teknologi harus dilihat dalam rangka komunikasi antar sistem kebudayaan. Dengan demikian, Negara atau masyarakat pengembang teknologi bahwa suatu penemuan teknologi baru merupakan momentum proses eksternalisasi dalam rangka membangun dunia objektif yang baru, sedangkan bagi Negara atau masyarakat konsumen teknologi, suatu konsumsi teknologi baru dapat bermakna inkulturasi kebudayaan, akulturasi kebudayaan, atau bahkan invasi kebudayaan.

D. Hubungan Ilmu dan Teknologi Mengenai teknologi ada tiga pendapat 1) Teknologi bukan ilmu, melainkan penerapan ilmu 2) Teknologi merupakan ilmu, yang dirumuskan dengan dikaitkan aspek eksternal, yaitu industri dan aspek internal yang dikaitkan dengan objek material “ilmu” maupun aspek “murni-terapan”. 3) Teknologi merupakan “keahlian” yang terkait dengan realitas kehidupan sehari-hari.

Untuk lebih memperjelas identifikasi ilmu dan teknologi ada tujuh pembeda. 1) Teknologi merupakan suatu system adapatasi yang efisien untuk tujuan-tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Tujuan akhir dari teknologi adalah untuk memecahkan masalah-masalah material manusia, atau untuk membawa perubahan-perubahan praktis yang diimpikan manusia. Sedangkan ilmu bertujuan untuk memahami dan menerangkan fenomena fisik, biologis, psikologis, dan dunia sosial manusia secara empires. 2) Ilmu berkaitan dengan pemahaman dan bertujuan untuk meningkatkan pikiran manusia, sedangkan teknologi memuasatkan diri pada manfaat dan tujuannya adalah untuk menambah kapasitas kerja manusia. 3) Tujuan ilmu adalah memajukan pembangkitan pengetahuan, sedangkan teknologi adalah memajukan kapasitas teknis dan membuat barang atau layanan.

5

4) Perbedaan ilmu terknologi berkaitan dengan pemegang peran. Bagi ilmuan diharapkan untuk mencari pengetahuan murni dari jenis tertentu, sedangkan teknolog untuk tujuan tertentu. Ilmuan “mencari tahu”, “teknologi mengerjakan”. 5) Ilmu bersifat supranasional (mengatasi batas Negara) sedangkan teknologi harus menyesesuaikan diri lingkungan tertentu. 6) Input teknologi bermacam-macam jenis yaitu material alamiah, daya alamiah, keahlian, teknik, alat, mesin, ilmu, dan pengetahuan sari berbagai macam, misalnya akal sehat, pengalaman, ilham, intuisi, dan lain-lain. Adapun imput ilmu adalah pengetahuan yang telah tersedia. 7) Output ilmu adalah pengetahuan baru, sedangkan teknologi menghasilkan produk berdimensi tiga. Dari penelusuran terhadap konsep ilmu dan teknologi dengan berbgai aspek dan nuansanya, kiranya mulai jelas keterkaitan antara ilmu dan teknologi. Beberapa titik singgung antara keduanya mungkin dapat dirumuskan : 1) Bahwa baik ilmu maupun teknologi merupakan komponen dari kebudayaan. 2) Baik ilmu maupun teknologi memiliki aspek ideasional maupun faktual, dimensi abstrak maupun konkrit, dan aspek teoritis maupun praktis. 3) Terdapat hubungan dialektis (timbal balik) antara ilmu dan teknologi. Pada satu sisi ilmu menyediakan bahan pendukung penting bagi kemajuan teknologi, yakni teoriteori. Pada sisi lain penemuan-penemuan teknologi sangat membantu perluasan cakrawala penelitian ilmiah yakni dengan dikembangkannya perangkat-perangkat penelitian berteknologi mutakhir. Bahkan dapat dikatakan bahwa dewasa ini kemajuan ilmu mengandaikan dukungan teknologi, sebaiknya sebaiknya kemajuan teknologi mengabaikan dukungan ilmu. 4) Sebagai klarifikasi konsep, istilah ilmu lebih dapat dikatakan dengan konteks teknologi, sedankan istilah pengetahuan lebih sesuai digunakan dalam konteks teknis.

E. Etika Keilmuan Istilah etika keilmuwan mengantarkan kita pada kontemplasi mendalam, baik mengenai hakekat, proses pembentukan, lembaga yang memproduksi ilmu lingkungan yang kondusif dalam pengembangan ilmu, maupun moralitas dalam memperoleh dan mendayagunakan ilmu tersebut. Oleh karena itu, ada beberapa hal yang mesti

6

diperhatikan. a. Etika Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) edisi ketiga (2005:309), etika adalah ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk serta tentang hak dan kewajiban moral. Moral yang dimaksudkan di sini adalah akhlak, yakni budi pekerti atau kelakuan makhluk hidup. itu dengan kata lain disebutkan bahwa etika itu membahas tentang perilaku menuju kehidupan yang baik, yang di dalamnya ada aspek kebenaran, tanggung jawab, peran, dan sebagainya. b. Moral Kata moral identik dengan suatu tindakan manusia yang bercorak khusus, yaitu didasarkan kepada pengertian mengenai baik-buruk. Berbicara tentang moral seseorang sama dengan membicarakan tentang kepribadian seseorang yang dimaksud. Karena itu, sesungguhnya moral telah membuat posisi manusia berbeda atau lebih sempurna daripada makhluk Tuhan lainnya. c. Norma Norma adalah aturan atau ketentuan yang mengikat kelompok warga di dalam masyarakat, dipakai sebagai panduan, tatanan, dan pengendali tingkah laku yang sesuai dan berterima. Norma juga dapat disebutkan sebagai ukuran atau kaidah yang menjadi tolok ukur untuk menilai atau memperbandingkan sesuatu .Misalnya, setiap masyarakat harus menaati suatu tata tertib yang berlaku

d. Kesusilaan Kesusilaan atau susila merupakan bagian kecil dari norma sehingga kita mengenal nama norma susila, yaitu aturan yang menata tindakan manusia dalam pergaulan sosial sehari-hari, seperti pergaulan antara pria dan wanita. Kesusilaan dapat pula menjadi bagian dari adab dan sopan santun.

7

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan Ilmu-ilmu yang dimiliki oleh manusia berhubungan satu sama lain, dan tolak ukur keterkaitan ini memiliki derajat yang berbeda-beda. Sebagian ilmu merupakan asas dan pondasi bagi ilmu-ilmu lain, yakni nilai dan validitas ilmu-ilmu lain bergantung kepada ilmu tertentu, dan dari sisi ini, ilmu tertentu ini dikategorikan sebagai ilmu dan pengetahuan dasar. Masalah kepastian kebenaran ilmiah yaitu ilmu pengetahuan tidak akan pernah memberikan suatu formulasi final dan absolute tentang seluruh universum. Pengakuan ini dalam filsafat ilmu pengetahuan disebut falibilisme. Falibilisme tidak berarti bahwa ilmu pengetahuan salah sama sekali, melainkan bahwa ilmuwan harus bersikap kritis terhadap apa yang sudah dicapainya. Falibilisme ilmu pengetahuan berasal dari dua sumber, yaitu sebagai konsekuensi dari metode ilmu pengetahuan, dan dari objek ilmu pengetahuan yaitu universum alam. Beberapa indikasi metodologis bisa dilihat sebagai alasan dari falibilisme moderat ini yaitu peneliti sendiri tidak pernah merasa pasti dengan apa yang dicapainya sendiri, fokus utama dari kegiatan penelitian ilmiah adalah verifikasi atau hipotesis, karena metode induksi, seperti akan dibahas lebih lanjut, selalu tidak legkap dan setiap hipotesis pada dasarnya tidak pasti. Maka dengan keempat alas an ini kita dapat mengatakan bahwa pengetahuan ilmiah itu tidak luput dari kekeliruan dan selalu terbuka pada kritik dan perbaikan. Ilmu pada dasarnya adalah pengetahuan tentang sesuatu hal atau fenomena, baik yang menyangkut alam atau sosial (kehidupan masyarakat), yang diperoleh manusia melalui proses berfikir. Itu artinya bahwa setiap ilmu merupakan pengetahun tentang sesuatu yang menjadi objek kajian dari ilmu terkait. alam pengertian lain, pengetahuan adalah berbagai gejala yang ditemui dan diperoleh manusia melalui pengamatan inderawi. Pengetahuan muncul ketika seseorang menggunakan indera atau akal budinya untuk mengenali benda atau kejadian tertentu yang belum pernah dilihat atau dirasakan sebelumnya. Misalnya ketika seseorang mencicipi masakan yang baru

8

dikenalnya, ia akan mendapatkan pengetahuan tentang bentuk, rasa, dan aroma masakan tersebut. Globalisasi merupakan bukti betapa gelombang invasi terjadi dengan dahsyatnya. Perbincangan tentang hubungan antara teknologi dan kebudayaan dapat dititip dari dua sudut pandang, yakni dari teknologi dan kebudayaan. Dari sudut pandang teknologi terbuka alternatif untuk memandang hubungan antara teknologi dan kebudayaan dalam paradigma positifistis atau dalam paradigma teknologi tepat. Masing-masing pilihan mengandung konsekuensi yang berbeda terhadap komponenkomponen kebudayaan yang lain. Paradigma teknologi positifistis yang didasari oleh metafisika matearialistis jelas memiliki kekuatan dalam menguasai, menguras, dan memuaskan hasrat manusia yang tak terbatas. Sedangkan paradigma teknologi tepat lebih menuntut kearifan manusia secara wajar. Dari sudut pandang kebudayaan bagaimanapun juga teknologi dewasa ini merupakan anak kandung kebudayaan barat. Hal ini berarti bahwa penerimaan ataupun penolakan secara sistematik terhadap teknologi harus dilihat dalam rangka komunikasi antar sistem kebudayaan. Dengan demikian, Negara atau masyarakat pengembang teknologi bahwa suatu penemuan teknologi baru merupakan momentum proses eksternalisasi dalam rangka membangun dunia objektif yang baru, sedangkan bagi Negara atau masyarakat konsumen teknologi, suatu konsumsi teknologi baru dapat bermakna inkulturasi kebudayaan, akulturasi kebudayaan, atau bahkan invasi kebudayaan. Istilah etika keilmuwan mengantarkan kita pada kontemplasi mendalam, baik mengenai hakekat, proses pembentukan, lembaga yang memproduksi ilmu lingkungan yang kondusif dalam pengembangan ilmu, maupun moralitas dalam memperoleh dan mendayagunakan ilmu tersebut. Oleh karena itu, ada beberapa hal yang mesti diperhatikan yaitu etika, moral, norma, dan kesusilaan.

B. Saran Diharapkan dengan adanya makalah ini, mahasiswa mampu mengetahui teoriteori pengetahuan sehingga dapat memahami dan dapat diaplikasikan dalam pelayanan kebidanan di masyarakat.

9

Daftar Pustaka

Risnaini, dkk. 2016. Buku Ajar Humaniora Dalam Kebidanan. Bogor. In Media. Burhanuddin. Afid.(23 September 2012). Etika Keilmuan. diakses tanggal 7 Januari 2019. (https:// afiburhanuddin.wordpress.com/2012/09/23/etika-keilmuan/>).

10

Related Documents

Bab
April 2020 88
Bab
June 2020 76
Bab
July 2020 76
Bab
May 2020 82
Bab I - Bab Iii.docx
December 2019 87
Bab I - Bab Ii.docx
April 2020 72

More Documents from "Putri Putry"

Faktor Perilaku.docx
November 2019 31
Plasenta Previa Totalis.pdf
November 2019 33
Bab I.docx
November 2019 32
Plasenta Previa.docx
November 2019 38