Pjbl Kluarga Dan Anak.docx

  • Uploaded by: Nurva Prastya Ningrum
  • 0
  • 0
  • October 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Pjbl Kluarga Dan Anak.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,318
  • Pages: 16
RESUME ICON HARI 1 DAN 2 UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH CIN

KELOMPOK 2 REGULER 2

NURVA PRASTYA NINGRUM (165070200111014)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2017

KASUS PJBL Komunikasi Terapeutik pada Keluarga Pasien

1.

Anda adalah seorang perawat yang bertugas dinas sore di ruang Bugenvil yang merupakan ruang penyakit dalam. Hasil pemeriksaan laboratorium Albumin klien 2 g/dl (Normal 3.5-5 g/dl). Klien anda Sdr. E memerlukan transfuse Albumin dan asupan nutrisi melalui Nasogastric Tube (NGT). Kondisi klien saat ini nampak lemah. Saat ini klien di rumah sakit ditunggu oleh orang tua dan anggota keluarganya. Keluarga merasa khawatir dengan kondisi Sdr.E. Tugas Anda adalah melakukan komunikasi terapeutik pada Keluarga klien (definisi, prinsip dasar, cara, bentuk, faktor yang mempengaruhi dan hambatan)

 Therapeutic communication is an interpersonal interaction between the nurse and the client during which the nurse focuses on the client’s specific needs to promote an effective exchange of information. (Komunikasi terapeutik adalah interaksi interpersonal antara perawat dan klien selama perawat berfokus pada kebutuhan spesifik klien untuk mempromosikan yang efektif pertukaran informasi.)  Komunikasi interpersonal adalah interaksi yang terjadi antara sedikitnya dua orang atau dalam kelompok kecil. Komunikasi interpersonal yang sehat memungkinkan penyelesaian masalah, berbagai ide, pengambilan keputusan, dan pertumbuhan personal.  a.Definisi Menurut Rae Sedwig (1985), Komunikasi Keluarga adalah suatu pengorganisasian yang menggunakan kata-kata, sikap tubuh (gesture), intonasi suara, tindakan untuk menciptakan harapan image, ungkapan perasaan serta saling membagi pengertian. Komunikasi dalam keluarga juga dapat diartikan sebagai kesiapan membicarakan dengan terbuka setiap hal dalam keluarga baik yang menyenangkan maupun yang tidak menyenangkan, juga siap menyelesaikan masalah-masalah dalam keluarga dengan pembicaraan yang dijalani dalam kesabaran dan kejujuran serta keterbukaan. b.Prinsip Dasar 





Keterbukaan (openess) Keterbukaan adalah sejauh mana individu memiliki keinginan untuk terbuka dengan orang lain dalam berinteraksi. Keterbukaan yang terjadi dalam komunikasi memungkinkan perilakunya dapat memberikan tanggapan secara jelas terhadap segala pikiran dan perasaan yang diungkapkannya. Empati (Empathy) Empaty adalah suatu perasaan individu yang merasakan sama seperti yang dirasakan orang lain, tanpa harus secara nyata terlibat dalam perasaan ataupun tanggapan orang tersebut. Dukungan

Adanya dukungan dapat membantu seseorang lebih bersemangat dalam melakukan aktivitas serta meraih tujuan yang diinginkan. Dukungan ini lebih diharapkan dari orang terdekat yaitu, keluarga.  Perasaan Positif (Positiveness) Perasaan yaitu dimana individu mempunyai perasaan positif terhadap apa yang sudah dikatakan orang lain terhadap dirinya.  Kesamaan (Equality) Kesamaan disini dimaksudkan individu mempunyai kesamaan dengan orang lain dalam hal berbicara dan mendengarkan. c. Cara 1. Yakinkan apa yang akan dikomunikasikan dan bagaimana mengkomunikasikannya 2. Gunakan bahsa yang jelas dan dapat dimengerti komunikan. 3. Gunakan media komunikasi yang tepat dan adekuat. 4. Ciptakan iklim komunikasi yang baik dan tepat. 5. Dengarkan dengan penuuuh perhatian terhadap apa yang sedang diutarakan komunikan. 6. Hindarkan komunikasi yang tidak disengaja. 7. Ingat bahwa komunikasi adalah proses dua arah ð harus terjadi umpan balik antara komunikator dan komunikan. 8. Yakinkan bahwa tindakan yang dilakukan tidak kontradiksi dengan apa yang diucapkan ð ekspresi verbal harus sesuai dengan ekspresi non verbal. d.Bentuk  Model stimulus – respons (S-R) Pola ini menunjukkan komunikasi sebagai suatu proses “aksi – reaksi” yang sangat sederhana. Pola S-R mengasumsikan bahwa kata-kata verbal (lisan –tulisan) isyarat-isyarat nonversal, gambar-gambar dantindakantindakan tertentu akan merangsang orang lain untuk memberikan respons dengan cara tertentu. Oleh karena itu, proses ini dianggap sebagai pertukaran atau pemindahan informasi atau gagasan, proses ini bersifat timbal balik dan mempunyai banyak efek.  Model Interaksional Model Interaksional ini berlawanan dengan model S-R. Sementara model S-R mengasumsikan manusia adalah pasif, model interaksional menganggap manusia jauh lebih aktif. Komunikasi di sini digambarkan sebagai pembentukan makna yaitu penafsiran atas pesan atau perilaku orang lain oleh para peserta komunikasi. Berapa konsep penting yang digunakan adalah diri sendiri, diri orang lain, simbol, makna, penafsiran, dan tindakan.  Hubungan antar peran Komunikasi dalam keluarga dapat pula dipengaruhi oleh pola hubungan antar peran hal ini, disebabkan masing-masing peran yang ada dalam keluarga dilaksanakan melalui komunikasi.  Model ABX

Pola komunikasi lainnya yang juga sering terjadi dalam komunikasi antara anggota keluarga adalah model ABX yang dikemukakan oleh Newcomb dari perspektif psikologi-sosial. Newcomb menggambarkan bahwa seseorang (A) menyampaikan informasi kepada seseorang lainnya (B) mengenai sesuatu (X).

e. Faktor yang mempengaruhi Ø Citra diri dan citra orang lain Setiap orang mempunyai gambaran – gambaran tertentu mengenai dirinya statusnya, kelebihan dan kekurangannya. Gambaran itulah yang menentukan apa dan bagaimana ia berbicara, menjadi menjaring bagi apa yang dilihatnya, didengarnya, bagaimana penilaiannya terhadap segala yang berlangsung disekitarnya. Dengan kata lain, citra diri menentukan ekspresi dan persepsi orang. Tidak hanya citra diri, citra orang lain juga mempengaruhi cara dan kemampuan orang berkomunikasi. Orang lain mempunyai gambaran khas bagi dirinya. Jika seorang ayah mencitrakan anaknya sebagai manusia yang lemah, ingusan, tak tahu apa-apa, harus di atur, maka ia berbicara secara otoriter. Akhirnya, citra diri dan citra orang lain harus saling berkaitan, saling lengkap-melengkapai. Perpaduan kedua citra itu menentukan gaya dancara komunikasi. Ø Suasana Psikologis Suasana Psikologis di akui mempengaruhi komunikasi. Komunikasi sulit berlangsung bila seseorang dalam keadaan sedih, bingung, marah, merasa kecewa, merasa irihati, diliputi prasangka, dan suasana psikologis lainnya. Ø Lingkungan Fisik Komunikasi dapat berlangsung dimana saja dan kapan saja, dengan gaya, dan cara yang berbeda. Komunikasi yang berlangsung dalam keluarga berbeda dengan yang terjadi di sekolah. Karena memang kedua lingkungan ini berbeda. Suasana di rumah bersifat informal, sedangkan suasana di sekolah bersifat formal. Demikian juga komunikasi yang berlangsung dalam masyarakat. Karena setiap masyarakat memiliki norma yang harus diataati, maka komunikasi yang berlangsungpun harus taat norma. Ø Kepemimpinan Dalam keluarga seorang pemimpin mempunyai peranan yang sangat penting dan strategis. Dinamika hubungan dalam keluarga dipengaruhi oleh pola kepemimpinan. Karakteristik seorang pemimpin akan menentukan pola komunikasi bagaimana yang akan berproses dalam kehidupan yang membentuk hubunganhubungan tersebut. Ø Bahasa

Dalam komunikasi verbal orang tua atau anak pasti menggunakan bahasa sebagai alat untuk mengekspresikan sesuatu. Pada suatu kesempatan bahasa yang dipergunakan oleh orang tua ketika secara kepada anaknya dapat mewakili suatu objek yang dibicarakan secara tepat. Tetapi dilain kesempatan, bahasa yang digunakan itu tidak mampu mewakili suatu objek yang dibicarakan secara tepat. Maka dari itu dalam berkomunikasi dituntut untuk menggunakan bahasa yang mudah dimengerti antara komunikator dan komunikasi. Ø Perbedaan Usia Komunikasi dipengaruhi oleh usia. Itu berarti setiap orang tidak bisa berbicara sekehendak hati tanpa memperhatikan siapa yang diajak bicara. Berbicara kepada anak kecil berbeda ketika berbicara kepada remaja. Mereka mempunyai dunia masing-masing yang harus dipahami. f. Hambatan v Kebisingan v Keadaan psikologis komunikan v Kekurangan komunikator atau komunikan v Kesalahan penilaian oleh komunikator v Keterbatasan pengetahuan komunikator atau komunikan v Bahasa v Isi pesan berlebihan v Bersifat satu arah v Faktor teknis v Kepentingan atau interes v Prasangka v Cara penyajian yang verbalistis

2. Anda adalah seorang perawat yang bertugas dinas pagi di ruang Melati. Klien anda adalah anak T, berusia 8 tahun. Klien merupakan penderita Leukemia. Klien saat ini akan dilakukan pemasangan infus, namun tidak mau karena trauma tangannya pernah bengkak saat diinfus beberapa tahun yang lalu. Klien merasa cemas sekali. Klien beberapa kali pernah rawat inap di rumah sakit. Tugas Anda adalah melakukan komunikasi terapeutik pada klien Anak (definisi, prinsip dasar, cara, bentuk, faktor yang mempengaruhi dan hambatan)

a. Definisi Komunikasi terapeutik pada anak adalahkomunikasi yang dilakukan antara perawat dan klien (anak), yang direncanakan secara sadar , bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan anak. b. Prinsip dasar  Bila menemui masalah hanya percaya terhadap apa yang mereka lihat dan yang mereka ketahui tanpa memerlukan penjelasan secara mendalam.  Anak tertarik pada aspek fungsional dari semua prosedur, objek dan aktivitas, mengapa, bagaimana, untuk apa prosedur tersebut dilakukan.  Melihat hal tersebut, perlu menjelaskan setiap prosedur yang akan dilakukan.  Kalau perlu dengan alat yang ada peragakan cara penggunaannya, serta sebutkan fungsi peralatan yang ada.  Anak usia tersebut, sangat memperhatikan keutuhan tubuhnya, oleh karena itu mereka peka terhadap sesuatu yang mengancam atau menyakitkan tubuhnya, sehingga beri pendekatan yang positif.  Anak sudah mampu berfikir secara konkrit, sehingga komunikasi lebih mudah dilakukan, misalnya dengan memberi contoh melakukan injeksi pada boneka.  Hubungan dengan petugas biasanya terjalin baik, sehingga pengalaman masa lalu bisa diandalkan  Berdekatan dengan perawat akan lebih tenang karena sudah mengenal dengan baik c. Cara  Ajak berbicara terlebih dahulu orangtua sebelum berkomunikasi dengan anak.  Lakukan kontak dengan anak dengan bercerita atau tehnik lain agar anak mau berkomunikasi.  Berikan mainan sebelum masuk ke dalam pembicaraan inti  Beri kesempatan pada anak u memilih tempat pemeriksaan yang diinginkan  Lakukan pemeriksanaan dari sederhana ke kompleks, pemeriksaan yang berdampak trauma dilakukan pada akhir pemeriksaan  Hindari pemeriksaan yang menimbulkan ketakutan pada anak dan beri kesempatan untuk memegang alat periksa. d. Bentuk  Melalui orang lain atau pihak ketiga Menghindari berkomunikasi langsung dengan melibatkan orangtua secara langsung yang berada di sampingnya.Selain itu dapat digunakan dengan mengomentari tentang mainan, baju yang sedang dipakainya serta lainnya, dengan catatan tidak langsung pada pokok pembicaraan.  Bercerita Dengan cara ini, pesan yang akan disampaikan dengan mudah dapat diterima oleh anak mengingat anak sangat suka dengan cerita, tetapi cerita yang disampaikan hendaknya sesuai dengan pesan yang disampikan yang dapat diekspresikan melalui tulisan atau gambar.  Memfasilitasi















Dalam memfasilitasi, kita harus mampu mengekspresikan perasaan dan tidak boleh dominan, tetapi anak harsanak harus diberikan respon terhadap pesan yang disampaikan melalui mendengarkan dengan penuh perhatian. Biblioterapi Pemberian buku atau majalah dapat digunakan untuk mengekspresikan perasaan. Dengan menceritakan isi buku atau majalah sesuai dengan pesan yang ingin disampaikan kepada anak. Meminta untuk menyebutkan keinginan Meminta anak untuk menyebutkan keinginan sehingga dapat diketahui berbagai keluhan yang didapatkan dan keinginan tersebut dapat menunjukkan perasaan dan pikiran saat itu. Pilihan pro dan kontra Mengajukan pada situasi yang menunjukkan pilihan positif dan negatif sesuai dengan pendapat anak. Penggunaan skala Penggunan skala atau peringkat ini dapat digunakan dalam mengungkapkan perasaan sakit pada anak,cemas,sedih dan lain-lain dengan menganjurkan anak untuk mengekspresikan perasaannya. Menulis Melalui tehnik ini anak dapat mengekspresikan dirinya baik pada keadaan sedih, marah atau yang lainnyadan biasanya banyak dilakukan pada anak yang jengkel, marah dan diam. Menggambar Menggambar juga dapat digunakan untuk mengungkapkan ekspresinya, perasaan jengkel marah biasanya dapat diungkapkan melalui gambar dan anak akan mengungkapkannya apabila ditanyakan tentang maksud dari gambarnya. Bermain Merupakan alat efektif dalam membantu anak untuk berkomunukasi, hubungan interpersonal antara anak, perawat dan orang di sekitarnya dapat terjalin, dan pesan-pesan dapat disampaikan.

e. Faktor yang mempengaruhi o Pendidikan o Pengetahuan o Sikap o Usia tumbuh kembang o Status kesehatan anak o Sistem Sosial o Saluran o Lingkungan f.

Hambatan a. komunikasi interaksi sosial  Perkembangan bahasa lambat atau sama sekali tidak ada.  Anak tampak seperti tuli, sulit bicara, atau pernah bicara, tetapi kemudian sirna.

      

b.

Kadang kata-kata yang digunakan tidak sesuai artinya. Mengoceh tanpa arti berulang-ulang dengan bahasa yang tidak dapat dimengerti oleh orang lain. Bicara tidak dipakai untuk alat berkomunikasi Senang meniru atau membeo (echolalia) Bila senang meniru, dapat hapal betul kata-kata atau nyanyian tapi tidak mengerti artinya. Sebagian dari anak autis tidak bicara (non verbal) atau sedikit berbicara sampai usia dewasa. Senang menarik-narik tangan orang lain untuk melakukan apa yang ia inginkan

Gangguan dalam sensoris  Sangat sensitif terhadap sentuhan, seperti tidak suka dipeluk.  Bila mendengar suara keras langsung menutup telinga.Senang menciumcium, menjilat mainan atau benda-benda.  Tidak sensitif terhadap rasa sakit atau rasa takut c. Pola bermain  Tidak bermain seperti anak-anak pada umumnya.  Tidak suka bermain dengan anak sebayanya.  Tidak kreatif dan tidak imajinatif.  Tidak bermain sesuai fungsinya, misalnya mobil-mobilan ,dielus-elus kemudian diciumi dan diputar-putar rodanya.  Senang pada benda-benda yang berputar, seperti kipas angin, roda,& lain-lain.  Dapat sangat lekat dengan benda-benda tertentu kemudian dipegang terus dan dibawa kemana-mana. d. Perilaku khas  Dapat berperilaku berlebihan (hiperaktif) atau kekurangan (hipoaktif).  Memperlihatkan stimulasi diri, seperti bergoyang-goyang, mengepakkan tangan seperti burung, berputar-putar, mendekatkan pada pada layar TV, lari/berjalan bolak-balik, melakukan gerakan yang berulang-ulang.  Tidak suka pada perubahan.  Dapat duduk bingung dengan tatapan kosong  Emosi  Sering marah-marah tanpa alasan yang jelas, tertawa-tawa, menangis tanpa alasan.  Temper tantrum (mengamuk tak terkendali) jika dilarang atau dipenuhi keinginannya.  Kadang-kandang suka menyerang dan merusak.  Kadang-kadang anak autis berperilaku menyakiti dirinya sendiri.  Tidak mempunyai empati dan tidak mengerti perasaan orang lain.

TINJAUAN PUSTAKA http://file.upi.edu/Direktori/FPTK/JUR._PEND._KESEJAHTERAAN_KELUARGA/SU NARSIH/KOMUNIK__KELUARGA.pdf (Diakses pada 16 Mei 2017 19:20) Videbeck, S. L. (2010). Psychiatric-Mental Health Nursing: Lippincott Williams & Wilkins. Alo, Lilliweri.2008.Dasar PustakaPelajar.

– Dasar

Komunikasi

Kesehatan.

Yogyakarta:

1.PRAINTERAKSI Dimulai sebelum kontak pertama perawat-klien Tugas perawat : mengeksplorasi diri Pada pengalaman pertama, perawat masih memiliki miskonsepsi dan image pada umumnya ditambah dengan berbagai perasaan dan ketakutan yang muncul seperti: - Takut ditolak klien - Cemas karena merupakan pengalaman baru - Memperhatikan klien secara berlebihan - Meragukan kemampuan diri - Takut dilukai klien secara fisik - Gelisah melakukan komter - Klien dicurigai sebagai orang yang aneh - Merasa terancam identitasnya sebagai perawat - Merasa tidak nyaman untuk melakukan tugas secara fisik - Mudah terpengaruh secara emosional (tersinggung-diejek) - Takut disakiti secara psikologis

Analisi diri - Apakah saya menganggap klien sbg orang yang aneh? - Apakah harapan saya terlalu tinggi sehingga bila klien kasar, bermusuhan, atau tidak kooperatif saya menjadi marah atau merasa terluka? - Apakah saya takut terhadap tanggung jawab yang dibebankan pada saya (dalam hubungan dengan klien)? - Apakah saya harus menutupi rasa inferior dengan mengedepankan rasa superior? - Apakah saya harus bersimpati, memberikan kehangatan, dan perlindungan secara berlebihan bila saya melakukan kekeliruan?

2.ORIENTASI Perawat : menemukan alasan mengapa klien memerlukan pertolongan dasar pengkajian keperawatan dan membantu perawat fokus pada masalah klien. Tugas perawat pada fase ini : - Membangun trust - Memahami - Menerima - Membuka komunikasi dan membuat kontrak dgn klien

Kontrak pertama dimulai : - Memperkenalkan diri perawat dan klien - Menyebutkan nama - Menjelaskan peran (meliputi tanggung jawab dan harapan baik klien maupun perawat dengan menjelaskan apa yang perawat dapat atau tidak dapat lakukan). - Mendiskusikan tujuan hubungan (dengan menekankan pada pengalaman hidup perawat – klien serta konflik)

Perawat dapat menyadari kecemasan dan ketakutan klien, tetapi klien mungkin kesulitan untuk menerima bantuan perawat. Kemungkinan hal ini disebabkan : - Sulit mengakui mempunyai kesulitan atau masalah . - Tidak mudah trust atau terbuka pada seseorang yang baru dikenal. - Masalah yang dihadapi terlihat sangat besar, rumit, atau unik untuk disharingkan pada orang lain. - Mengutarakan masalah dapat mengancam rasa independen, otonomi, dan harga diri. - Dalam memecahkan suatu masalah melibatkan pemikiran tentang sesuatu yang mungkin tidak menyenangkan, mereview kenyataan hidup, memutuskan suatu rencana, dan yang terpenting adalah membawa suatu perubahan

3.KERJA Selama fase ini

- Perawat-klien mengekplorasi stressor yang berkaitan dan terus meningkatkan perkembangan insight klien (yang berkaitan dengan persepsi, pikiran, perasaan, dan tindakan) - Insights harus diwujudkan dalam tindakan dan diintegrasikan ke dalam pengalaman hidup klien - Perawat membantu klien : menghilangkan kecemasan, meningkatkan rasa kebebasan dan tanggung jawab terhadap diri sendiri mengembangkan mekanisme koping yang positif. (Fokus fase ini : perubahan perilaku secara nyata)

4.TERMINASI - Pemahaman antara perawat-klien lebih dioptimalkan - Saling tukar pikiran dan memori - Mengevaluasi perkembangan klien (berkenaan dengan tujuan asuhan keperawatan) - Perawat-klien bersama-sama mereview perkembangan yang tercapai selama perawatan - Perasaan rejeksi, kehilangan, sedih, dan marah diekspresikan dan diekplorasi

Tugas prwt dlm tiap-tiap fase

Prainteraksi :Mengekplorasi perasaan, harapan, dan rasa takut diri sendiri. Menganalisa kemamp. & kekurangan diri Mengumpulkan data klien (bila mungkin) Merencanakan pertemuan pertama dgn klien

Orientasi :Mengidentifikasi alasan klien meminta bantuan Membangun trust, menerima, dan membuka komunikasi Bersama-sama membuat kontrak Mengekplorasi pikiran, perasaan, dan tindakan klien Mengidentifikasi masalah klien Menetapkan tujuan dgn klien

Kerja :Mengekplorasi stressor yg berkaitan Meningkatkan insight dan mekanisme koping klien

Terminasi :Mereview perkembangan terapi dan tujuan yg tercapai Mengekplorasi perasaan satu sama lain;rejeksi, kehilangan, kesedihan, dan kemarahan dan dihubungan dgn perilaku.

1. Anda adalah perawat yang bertugas dinas pagi di ruang rawat inap RS Belibis. Klien Anda Ny. B, berusia 47 tahun. Klien menderita Diabetes Melitus (DM). Klien terlihat lemah dan tidak mau makan makanan yang telah disediakan. Klien dan keluarga menanyakan informasi seputar jumlah makanan, jadwal makan dan pola aktivitas sehari-hari yang seharusnya diterapkan oleh klien dengan DM. Klien juga khawatir dengan resiko luka yang biasa diderita klien DM karena klien memiliki luka di kaki yang sudah hampir sebulan namun belum sembuh. Keluarga juga menanyakan media belajar seputar DM yang dapat dibawa pulang oleh klien dan diterapkan ketika sudah berada di rumah. Tugas Anda adalah memberikan Pendidikan Kesehatan bagi klien (definisi, prinsip dasar, cara, bentuk, faktor yang mempengaruhi dan hambatan) A. Definisi Komunikasi kesehatan adalah Studi yg mempelajari bagaimana cara menggunakan strategi komunikasi untuk menyebarluaskan informasi kesehatan yang dapat mempengaruhi individu dan komunitas agar mereka dapat membuat keputusan yang tepat berkaitan dengan pengelolaan kesehatan. Komunikasi kesehatan meliputi informasi tentang pencegahan penyakit, promosi kesehatan, kebijaksanaan pemeliharaan kesehatan, regulasi bisnis dalam bidang kesehatan, yang sejauh mungkin mengubah dan membaharui kualitas individu dalam suatu komunitas atau masyarakat dengan mempertimbangkan aspek ilmu pengetahuan dan etika. B. Prinsip dasar a. Proses komunikasi manusia ( human communication ) demi mengatasi masalah kesehatan. Komunikasi yg sama dgn komunikasi pada umumnya, yaitu ada komunikator kesehatan, komunikan, pesan, media, efek, ada konteks komunikan kesehatan. Beroperasi pada level atau konteks komunikasi antar personal, kelompok, organisasi, publik dan komunikasi masa. Belajar memanfaatkan strategi komunikasi. Belajar tentang peranan teori komunikasi dalam penelitian dan praktek yang berkaitan dengan promosi kesehatan dan pemeliharaan kesehatan. Penyebar luasan informasi ttg kesehatan b. Keterpengaruhan dari individu dan komunitas dalam pembuatan keputusan yg berkaitan dgn kesehatan. Pemanfaatan media dan tehnologi komunikasi dan tehnologi informasi dalam penyebarluasan informasi kesehatan. Pengubahan kondisi yg kondusif yg memungkinkan tumbuhnya kesehatan manusia dan lingkungannya. Variasi interaksi dalam kerja kesehatan misalnya komunikasi dgn pasien diklinik, self help groups, mailings,hotlines, kampanye media massa hingga penciptaan peristiwa. Pendidikan kesehatan. C.Cara Komunikasi persuasif dan komunikasi yg berdampak pada perubahan perilaku kesehatan. Komunikasi kesehatan yg interaktif yakni komunikasi kesehatan yg dilakukan melalui media intreaktif shg terjadinya dan diskusi antara sumber dgn penerima melalui media massa.

D.BentuK

– – – – –

Pesan2 kesehatan. Media kesehatan. Komunikasi keshatan ( audiens – sasaran komunikasi) Mereduksi hambatan komunikasi. Menentukan atau memilih konteks komunikasi kesehatan Dan lain-lain

E.Faktor yang mempengaruhi – – – – –

Stimulus ( objek persepsi ) > sense organ dan pemaknaan stimulus ( respons ). Bagaimana mengorganisir stimulus >berdasarkan aturan, skemata dan label. Interpretasi dan evaluasi berdasarkan pengetahuan, pengalaman dan lain2 Memory dan Recall. G. Hambatan a. komunikasi interaksi sosial  Perkembangan bahasa lambat atau sama sekali tidak ada.  Anak tampak seperti tuli, sulit bicara, atau pernah bicara, tetapi kemudian sirna.  Kadang kata-kata yang digunakan tidak sesuai artinya.  Mengoceh tanpa arti berulang-ulang dengan bahasa yang tidak dapat dimengerti oleh orang lain.  Bicara tidak dipakai untuk alat berkomunikasi  Senang meniru atau membeo (echolalia)  Bila senang meniru, dapat hapal betul kata-kata atau nyanyian tapi tidak mengerti artinya.  Sebagian dari anak autis tidak bicara (non verbal) atau sedikit berbicara sampai usia dewasa.  Senang menarik-narik tangan orang lain untuk melakukan apa yang ia inginkan b.

Gangguan dalam sensoris  Sangat sensitif terhadap sentuhan, seperti tidak suka dipeluk.  Bila mendengar suara keras langsung menutup telinga.Senang menciumcium, menjilat mainan atau benda-benda.  Tidak sensitif terhadap rasa sakit atau rasa takut c. Pola bermain  Tidak bermain seperti anak-anak pada umumnya.  Tidak suka bermain dengan anak sebayanya.  Tidak kreatif dan tidak imajinatif.  Tidak bermain sesuai fungsinya, misalnya mobil-mobilan ,dielus-elus kemudian diciumi dan diputar-putar rodanya.  Senang pada benda-benda yang berputar, seperti kipas angin, roda,& lain-lain.  Dapat sangat lekat dengan benda-benda tertentu kemudian dipegang terus dan dibawa kemana-mana. d. Perilaku khas

 

       

Dapat berperilaku berlebihan (hiperaktif) atau kekurangan (hipoaktif). Memperlihatkan stimulasi diri, seperti bergoyang-goyang, mengepakkan tangan seperti burung, berputar-putar, mendekatkan pada pada layar TV, lari/berjalan bolak-balik, melakukan gerakan yang berulang-ulang. Tidak suka pada perubahan. Dapat duduk bingung dengan tatapan kosong Emosi Sering marah-marah tanpa alasan yang jelas, tertawa-tawa, menangis tanpa alasan. Temper tantrum (mengamuk tak terkendali) jika dilarang atau dipenuhi keinginannya. Kadang-kandang suka menyerang dan merusak. Kadang-kadang anak autis berperilaku menyakiti dirinya sendiri. Tidak mempunyai empati dan tidak mengerti perasaan orang lain.

TINJAUAN PUSTAKA

Maulana, Arif. 2012. Pengembangan Komunikasi Ditingkatkan.(Diakses pada 17 Mei 2017 19:50)

Kesehatan

Perlu

http://www.unpad.ac.id/2012/10/pengembangan-komunikasikesehatanperluditingkatkan/ Videbeck, S. L. (2010). Psychiatric-Mental Health Nursing: Lippincott Williams & Wilkins.

Related Documents


More Documents from "Afif Amrullah"