K3 Pengambilan Feses, Urin Dan Darah.docx

  • Uploaded by: Rasi
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View K3 Pengambilan Feses, Urin Dan Darah.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 6,847
  • Pages: 40
K3 PENGAMBILAN SAMPEL FESES, URIN, DAN DARAH MAKALAH Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Kesehatan Kerja Dosen Pengampu : H. Wasludin, SKM, M. Kes.

Disusun Oleh Tingkat II A Kelompok 3

Fujiati

P27901117009

Hardiyanti

P27901117010

Intan Kurnia Putriawan

P27901117012

Rasi

P27901117027

Tiya Mutiara

P27901117041

Virandia Julianti

P27901117043

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANTEN JURUSAN KEPERAWATAN TANGERANG PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN TAHUN 2018/2019

KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas nikmat, rahmat, dan karunia-Nya sehingga penulis bisa menyelesaikan tugas untuk membuat makalah ini sebagai tugas mata kuliah Keperawatan Kesehatan Kerja. Sholawat serta salam kami panjatkan kepada Nabi Muhammad SAW semoga kita semua kelak mendapatkan syafaat dari beliau. Makalah ini membahas Tentang K3 Pengambilan Sampel Feses, Urine, Dan Darah. Kami mengucapkan terimakasih kepada dosen mata kuliah Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang telah membimbing kami dalam pembuatan makalah ini. Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik sangat membantu kami untuk dapat menyempurnakan kembali pembuatan makalah yang akan datang. Demikian makalah ini kami susun semoga dapat bermanfaat bagi kita semua serta menjadi tambahan referensi bagi penyusunan makalah dengan tema yang senada di waktu yang akan datang.

Tangerang, 19 Februari 2019

Kelompok 3

i

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... i DAFTAR ISI ................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1 1.2 Rumusan Masalah ................................................................................ 3 1.3 Tujuan .................................................................................................. 3

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Cara Pengambilan Spesimen Darah Vena dan Arteri ........................ 4 2.2 Cara Pengambilan Spesimen Urin ...................................................... 23 2.3 Cara Pengambilan Spesimen Feses ..................................................... 30

BAB III PENUTUP 3.1 Simpulan .............................................................................................. 35 3.2 Saran ..................................................................................................... 35

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... iii

ii

DAFTAR PUSTAKA

Strasinger, Susan King dan Marjorie Schaub Dilorenzo. 2014. Urinalisasi dan cairan tubuh. Mardiana, penerjemah. Jakarta : EGC. Terjemahan dari: Urinalysis And Body Fluid, Sixth Edition.

Strasinger, Susan King dan Marjorie Schaub Dilorenzo. 2014. Intisari flebotomi : panduan pengambilan darah. Mardiana, penerjemah. Jakarta : EGC. Terjemahan dari: Phlebotomy Notes: Pocket Guide To Blood Collection.

iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Menurut paradigma sehat, diharapkan orang tetap sehat dan lebih sehat, sedangkan yang berpenyakit lekas dapat di sembuhkan agar sehat. Untuk segera dapat disembuhkan, perlu di tentukan penyakitnya dan pengobatan yang tepat, serta prognosis atau ramalan yaitu ringan, berat, atau fatal. Dalam menentukan diagnosis suatu penyakit, diperlukan beberapa uji laboratorim yaitu pemeriksaan spesimen yang diambil dari pasien. Pemeriksaan laboratorium adalah suatu tindakan dan prosedur pemeriksaan khusus dengan mengambil bahan atau sampel dari penderita. Sampel yang diambil dapat berupa darah, urin, feses, dahak, sekret vagina, dan sebagainya untuk menentukan diagnosa disertai dengan uji lainnya sebagai penunjang. Sekumpulan pemeriksaan laboratorium dilakukan dengan tujuan tertentu misalnya untuk mendeteksi penyakit, menentukan risiko, memantau perkembangan penyakit, memantau perkembangan pengobatan, dan lain-lain. Mengetahui ada tidaknya kelainan atau penyakit yang banyak di jumpai dan potensial membahayakan. Tes atau pemeriksaan dapat secara kimia klinik, hematologi, imunologi, serologi, mikrobiologi klinik, dan parasitologi klinik. Metode pemeriksaan terus berkembang dari kualitatif, semi kuantitatif, dan dilaksanakan dengan cara manual, semiotomatik, otomatik, sampai robotik. Hal ini berarti peralatan pun berkembang dari yang sederhana sampai yang canggih dan mahal hingga biaya tes pun dapat meningkat. Dalam menunjang diagnosa suatu penyakit adalah dengan pemeriksaan laboratorium yang baik. Salah satu pemeriksan laboratorium yang sering digunakan dalam pemeriksaan darah adalah pemeriksaan hemoglobin. Pengumpulan atau pengambilan sampel darah yang baik merupakan langkah awal dalam menjamin ketelitian dan kepercayaan terhadap hasil pemeriksaan laboratorium. Spesimen darah untuk pemeriksaan hematologi (pemeriksaan

1

hemoglobin) dapat diperoleh dari darah vena ataupun darah kapiler. Hal lainnya juga pada urine, kita selalu menemui dan melakukan pembuangan urine atau metabolisme tubuh melalui urine yang biasa kita sebut buang air kecil (BAK). Buang air kecil merupakan suatu hal yang normal namun kenormalan tersebut dapat menjadi tidak normal apabila urine yang kita keluarkan tidak seperti biasanya. Mengalami perubahan warna atau merasakan nyeri saat melakukan proses buang air kecil. Jika hal itu terjadi maka yang perlu kita lakukan adalah dengan cara melakukan pemeriksaan. Pemeriksaan urine merupakan pemeriksaan yang menggunakan bahan atau spesimen urine. Pemeriksaan pada urine dapat menentukan penyakit apa yang sedang diderita oleh seseorang. Selain itu, pemeriksaan feses adalah salah satu pemeriksaan laboratorium yang telah lama dikenal untuk membantu klinisi menegakkan diagnosis suatu penyakit. Meskipun saat ini telah berkembang berbagai pemeriksaan laboratorium yang modern, dalam beberapa kasus pemeriksaan feses masih diperlukan dan tidak dapat digantikan oleh pemeriksaan lain. Pengetahuan mengenai berbagai macam penyakit yang memerlukan pemeriksaan feses, cara pengumpulan sampel yang benar serta pemeriksan dan interpretasi yang benar akan menentukan ketepatan diagnosis yang dilakukan oleh klinisi. Salah satu pemeriksaan di laboratorium mikrobiologi adalah pemeriksaan sputum. Pemeriksaan sputum diperlukan juga jika diduga terdapat penyakit paru-paru. Membran mukosa saluran pernafasan berespons terhadap inflamasi dengan

meningkatkan

keluaran

sekresi

yang

sering

mengandung

mikroorganisme penyebab penyakit. Sputum berbeda dengan sputum yang bercampur dengan air liur. Cairan sputum lebih kental dan tidak terdapat gelembung busa di atasnya, sedangkan cairan sputum yang bercampur air liur encer dan terdapat gelembung busa di atasnya. Sputum diambil dari saluran nafas bagian bawah sedangkan sputum yang bercampur air liur diambil dari tenggorokan. Ada beberapa penyakit saluran penapasan yang mulai banyak menyerang

2

masyarakat indonesia. Seperti tuberkulosis pulmonal, bakteri pneumonia, bronkitis kronis, dan sebagainya. Oleh karena itu, perlu dilakukan tes terhadap spesimen guna menentukan penyakit-penyakit tersebut yaitu dengan menggunakan dahak atau sputum. Oleh karena itu, bagi masyarakat yang berprofesi dalam bidang kesehatan, misalnya Dokter, Perawat, Bidan dan tenaga kesehatan lainnya harus

mengetahui

dan

memahami

cara

pengambilan

spesimen.

1.2 Rumusan Masalah 1. Bagaimana Cara Pengambilan Spesimen Darah Vena dan Arteri ? 2. Bagaimana Cara Pengambilan Spesimen Urin ? 3. Bagaimana Cara Pengambilan Spesimen Feses ?

1.3

Tujuan Dengan materi yang di bahas di harapkan pembaca dapat memahami dan mampu melakukan : 1. Cara Pengambilan Spesimen Darah Vena dan Arteri 2. Cara Pengambilan Spesimen Urin 3. Cara Pengambilan Spesimen Feses

3

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Cara Pengambilan Spesimen Darah Vena dan Arteri A. Pengambilan Spesimen Darah Vena 1. Pengertian Suatu tindakan memasukkan jarum ke dalam pembuluh darah vena klien untuk mendapat spesimen darah. a. Pengertian pembuluh balik (vena) Pembuluh balik (vena) adalah pembuluh darah yang menghantar darah menuju ke jantung. Darah dari kapiler dalam jaringan tubuh kembali ke jantung melalui venula, setelah itu ke pembuluh balik atau vena. Pembuluh balik memiliki dinding lebih tipis, tidak elastis, dan berdiamater lebih lebar dari pada pembuluh nadi. Ini terjadi karena darah dalam perjalanannya kembali ke jantung memiliki tekanan yang sangat rendah. Tekanan yang rendah tersebut menyebabkan darah cenderung mengalir kembali meninggalkan jantung. Untuk mencegah peristiwa itu, pembuluh balik memiliki banyak katup yang memastikan darah mengalir ke satu arah menuju jantung. Tekanan darah yang rendah dalam pembuluh balik menyebabkan tidak terasa adanya denyutan sehingga darah hanya menetes (tidak memancar) apabila pembuluh balik terluka. Pembuluh balik terletak di dekat dengan permukaan tubuh tampak kebiru-biruan. Pembuluh balik berfungsi menyalurkan darah dari seluruh tubuh menuju ke jantung. Pembuluh ini dilalui darah yang mengandung banyak karbondioksida, kecuali pada pembuluh balik dari paruparu menuju ke jantung (pembuluh balik paru-paru atau vena pulmonalis) yang dilalui darah mengandung banyak oksigen.

4

Pembuluh balik yang besar ada dua macam, yaitu pembuluh balik besar atas (vena kava superior) dan pembuluh balik besar bawah (vena kava inferior). Pembuluh balik besar atas menerima darah dari tubuh bagian atas, yaitu kepala dan lengan. Pembuluh balik besar bawah menerima darah dari tubuh bagian bawah, yaitu badan dan kaki. b. Fungsi pembuluh balik (Vena) Menyalurkan darah dari seluruh tubuh menuju jantung. c. Jenis-jenis pembuluh balik (Vena) 

Vena Pulmonalis Pembuluh darah yang banyak mengandung oksigen dari paru-paru menuju ke antrium kiri jantung. Vena pulmonalis terbagi atas dua macam atau jenis yakni vena pulmonalis kanan dan vena pulmonalis kiri.



Vena Cava atau Vena Sistemik Pembuluh darah yang membawa darah dari seluruh tubuh menuju ke jantung bagian antrium kanan. Vena cava terbagi atas dua yakni vena cava superior dan vena cava interior.



Vena Superfisialis Pembuluh balik yang terletak dekat dengan permukaan kulit dan tidak terletak dekat dengan arteri yang tepat.



Vena Dalam atau deep Pembuluh darah vena yang menyertai arteri dan biasanya tersimpan dalam selubung pembungkus vena dan arteri.

d. Ciri-ciri pembuluh balik (Vena) 

Pembuluh balik yang dinding lebih tipis.



Pembuluh yang tidak elastis, dan berdiamater lebih lebar daripada pembuluh nadi.



Pada umumnya terletak didekat dengan permukaan tubuh dan tampak kebiru-biruan. 5



Memiliki ukuran yang berdiamater 1 hingga 1,5 centimeter.



Mengandung banyak karbondioksida.

2. Tujuan 1) Untuk mendapatkan sampel darah vena yang baik dan memenuhi syarat untuk dilakukan pemeriksaan. 2) Untuk menurunkan resiko kontaminasi dengan darah (infeksi, needle stick injury) akibat vena punctie bagi petugas maupun penderita. 3) Untuk petunjuk bagi setiap petugas yang melakukan pengambilan darah (phlebotomy). 3. Indikasi Semua klien yang membutuhkan pemeriksaan spesimen darah. 4. Kontraindikasi a. Pengambilan darah vena pada sebelah tangan yang mengalami gangguan sirkulasi darah pada klien dengan mastektomi (operasi pengangkatan payudara). b. Daerah edema. c. Hematome. d. Daerah dimana darah sedang ditransfusikan. e. Daerah bekas luka atau terdapat tanda-tanda infeksi, infiltrasi, atau thrombosis pada tempat penusukan. f. Daerah bekas cangkokan vascular (avsan) pada penderita gangguan ginjal. g. Daerah intra-vena lines. Pengambilan darah pada daerah ini dapat menyebabkan darah menjadi lebih encer dan dapat meningkatkan atau menurunkan kadar zat tertentu. h. Lengan yang mengalami gangguan atau kelumpuhan (kelumpuhan otot dan saraf). i. Lengan dengan gangguan sirkulasi ataupun neurologi.

6

5. Prosedur pengambilan darah vena 1) Pengambilan spesimen darah vena dengan syring (alat suntik) Pengambilan darah vena secara manual dengan alat suntik (syring) merupakan cara yang masih sering dilakukan di berbagai laboratorium klinik dan tempat-tempat pelayanan kesehatan. Alat suntik ini adalah sebuah pompa piston sederhana yang terdiri dari sebuah sebuah tabung silinder, pendorong, dan jarum. Berbagai ukuran jarum yang sering dipergunakan mulai dari ukuran terbesar sampai dengan terkecil adalah: 21G, 22G, 23G, 24G dan 25G. Pengambilan darah dengan suntikan ini baik dilakukan pada pasien usia lanjut dan pasien dengan vena yang tidak dapat diandalkan (rapuh atau kecil).

Alat dan bahan: 1.

1 pasang sarung tangan bersih.

2.

1 botol kecil alcohol.

3.

Kapas (secukupnya).

4.

Satu buah bantal kecil sebagai penopang.

5.

1 buah pengalas.

6.

1 buah tourniquet.

7.

1 buah spuit (sesuaikan ukuran spuit dengan dengan jumlah darah yang akan diambil).

8.

Plester (secukupnya).

9.

1 buah kertas label.

10. 1 berkas form permintaan pemeriksaan laboratarium. 11. 1 buah wadah spesimen dan tutupnya. 12. 1 buah plastik specimen. Prosedur pelaksanaan: 1.

Jaga privasi klien.

2.

Jelaskan tujuan dan prosedur yang akan dilakukan.

7

3.

Beri klien posisi fowler di tempat tidur atau posisi duduk di kursi.

4.

Cuci tangan.

5.

Pakai sarung tangan bersih.

6.

Pasang pengalas di bawah tangan klien.

7.

Pilih lokasi yang akan dilakukan pengambilan (biasanya di fossa antecubital).

8.

Pasang tourniquet 5-10 cm di atas vena yang dipilih.

9.

Bersihkan lokasi penusukan dengan kapas alkohol dengan arah sirkuler dari dalam ke luar (± 5 cm). Biarkan kulit mongering.

10. Tempatkan jari telunjuk tangan non domianant di bawah lokasi penusukan (± 2,5 cm) dan tarik kulit secara perlahan.. 11. Masukkan jarum suntik dengan arah 15-30 derajat dengan perlahan. 12. Lakukan aspirasi sampai jumlah darah mencukupi. 13. Lepaskan tourniquet. 14. Cabut jarum suntik dan tutup lokasi penyuntikan dengan kapas alcohol. 15. Pasang plester di lokasi penyuntikan. 16. Lepaskan jarum suntik dari syringenya. 17. Masukkan darah ke dalam wadah specimen. 18. Berikan label pada wadah spesimen ( nama klien, tanggal, jenis pemeriksaan, nama ruangan). 19. Masukkan wadah spesimen kedalam palstik specimen. 20. Rapikan alat dank klien. 21. Lepaskan sarung tangan. 22. Cuci tangan. 23. Dokumentasi tindakan. 24. Antarkan wadah spesimen ke laboratarium beserta form permintaan pemeriksaan laboratarium.

8

2) Pengambilan spesimen darah vena dengan vakum Tabung vakum pertama kali dipasarkan oleh perusahaan AS BD (Becton-Dickinson) di bawah nama dagang Vacutainer. Jenis tabung ini berupa tabung reaksi yang hampa udara, terbuat dari kaca atau plastik. Ketika tabung dilekatkan pada jarum, darah akan mengalir masuk ke dalam tabung dan berhenti mengalir ketika sejumlah volume tertentu telah tercapai. Jarum yang digunakan terdiri dari dua buah jarum yang dihubungkan oleh sambungan berulir. Jarum pada sisi anterior digunakan untuk menusuk vena dan jarum pada sisi posterior ditancapkan pada tabung. Jarum posterior diselubungi oleh bahan dari karet sehingga dapat mencegah darah dari pasien mengalir keluar. Sambungan berulir berfungsi untuk melekatkan jarum pada sebuah holder dan memudahkan pada saat mendorong tabung menancap pada jarum posterior. 

Keuntungan dan Kekurangan pengambilan darah dengan vakum : a. Keuntungan menggunakan metode pengambilan ini adalah tidak perlu membagi-bagi sampel darah ke dalam beberapa tabung. Cukup sekali penusukan, dapat digunakan untuk beberapa tabung secara bergantian sesuai dengan jenis tes yang diperlukan. Untuk keperluan tes biakan kuman, cara ini juga lebih bagus karena darah pasien langsung dapat mengalir masuk ke dalam tabung yang berisi media biakan kuman. Jadi, kemungkinan kontaminasi

selama

pemindahan

sampel

pada

pengambilan dengan cara manual dapat dihindari. b. Kekurangannya sulitnya pengambilan pada orang tua, anak kecil, bayi, atau jika vena tidak bisa diandalkan (kecil, rapuh), atau jika pasien gemuk. Untuk mengatasi

9

hal ini mungkin bisa digunakan jarum bersayap (winged needle). Jarum bersayap atau sering juga dinamakan jarum

“kupu-kupu”

hampir

sama

dengan

jarum

vakutainer seperti yang disebutkan di atas. Perbedaannya adalah antara jarum anterior dan posterior terdapat dua buah sayap plastik pada pangkal jarum anterior dan selang

yang menghubungkan jarum anterior dan

posterior. Jika penusukan tepat mengenai vena, darah akan kelihatan masuk pada selang (flash).

Alat dan Bahan: 1.

Jarum vakutainer atau winged needle (jarum bersayap).

2.

Kapas.

3.

Alkohol 70%.

4.

Tali pembendung (turniket)/

5.

Plester.

6.

Tabung vakum.

7.

Kontainer khusus benda tajam (wadah sampah).

Prosedur pelaksanaan: 1.

Jaga privasi klien.

2.

Cuci tangan.

3.

Pakai sarung tangan bersih.

4.

Pasang jarum pada holder, pastikan terpasang erat.

5.

Minta pasien meluruskan lengannya, pilih lengan yang banyak melakukan aktifitas.

6.

Minta pasien mengepalkan tangan.

7.

Pasang tali pembendung (turniket) kira-kira 10 cm di atas lipat siku.

8.

Pilih bagian vena median cubital atau cephalic. Lakukan perabaan (palpasi) untuk memastikan posisi vena; vena teraba

10

seperti sebuah pipa kecil, elastis dan memiliki dinding tebal. Jika vena tidak teraba, lakukan pengurutan dari arah pergelangan ke siku, atau kompres hangat selama 5 menit daerah lengan. 9.

Bersihkan kulit pada bagian yang akan diambil dengan kapas alkohol 70% dan biarkan kering. Kulit yang sudah dibersihkan jangan dipegang lagi.

10. Dengan hati-hati buka tutup jarum, masukkan ke dalam holder dan sekrupkan. 11. Angkat pelindung jarum dan buka tutup jarum. 12. Tusuk bagian vena dengan posisi lubang jarum menghadap ke atas. Masukkan tabung ke dalam holder dan dorong sehingga jarum bagian posterior tertancap pada tabung, maka darah akan mengalir masuk ke dalam tabung. Tunggu sampai darah berhenti mengalir. Jika memerlukan beberapa tabung, setelah tabung pertama terisi, cabut dan ganti dengan tabung kedua, begitu seterusnya. 13. Lepas torniquet dan minta pasien membuka kepalan tangannya. Volume darah yang diambil kira-kira 3 kali jumlah

serum

atau

plasma

yang

diperlukan

untuk

pemeriksaan. 14. Letakkan kapas di tempat suntikan lalu segera lepaskan/tarik jarum. Tekan kapas beberapa saat, lalu plester selama kirakira 15 menit. Jangan menarik jarum sebelum tourniquet dibuka. 15. Lipat pelindung jarum kembali ke tempatnya. 16. Buang jarum ke kontainer khusus benda tajam . 17. Rapikan alat dan klien. 18. Lepaskan sarung tangan. 19. Cuci tangan. 20. Dokumentasi tindakan.

11

21. Antarkan wadah spesimen ke laboratarium beserta form permintaan pemeriksaan laboratarium. 6. Hal-hal yang perlu diperhatikan : a. Pemasangan tourniquet  Pemasangan

dalam waktu lama dan terlalu keras dapat

menyebabkan hemokonsentrasi (peningkatan nilai hemotokrit/ PCV dan elemen sel), peningkatan kadar substrat (protein total, AST, besi, kolesterol, lipid total).  Melepas tourniquet sesudah jarum dilepas dapat menyebabkan hematoma. b. Jarum dilepaskan sebelum tabung vakum terisi penuh sehingga menyebabkan masuknya udara ke dalam tabung dan merusak sel darah merah. c. Penusukan  Penusukan yang tidak sekali kena menyebabkan masuknya cairan jaringan sehingga dapat mengaktifkan pembekuan. Di samping itu, penusukan yang berkali-kali juga berpotensi menyebabkan hematoma.  Tusukan jarum yang tidak tepat benar masuk ke dalam vena menyebabkan darah bocor dengan akibat hematoma. d. Kulit yang ditusuk masih basah oleh alcohol menyebabkan hemolysis sampel akibat kontaminasi oleh alcohol, rasa terbakar dan rasa nyeri yang berlebihan pada pasien ketika dilakukan penusukan.

7. Menampung darah dalam tabung Beberapa jenis tabung sampel darah yang digunakan dalam praktek laboratorium klinik adalah sebagai berikut : a) Tabung tutup merah. Tabung ini tanpa penambahan zat additive, darah akan menjadi beku dan serum dipisahkan dengan

12

pemusingnya. Umunya digunakan untuk pemerksaan kimia darah, imunologi, serologi, dan bank darah (crossmatching test) b) Tabung tutup kuning. Tabung ini bersisi gel sepator (serum separator tube/ SST) yang fungsinya memisahkan serum dan sel darah. Setelah pemusingan, serum akan berada di bagian atas gel dan sel darah berada di bawah gel. Umumnya digunakan untuk pemeriksaan kimia darah, imunologi, serologi. c) Tabung tutup hijau terang. Tabung ini berisi gel separator (plasma separator tube/ PST) dengan antikoagulan lithium heparin. Setelah pemusingan, plasma akan berada di bagian atas gel dan sel darah berada di bawah gel. Umumnya digunakan untuk pemeriksaan kimia darah. d) Tabung tutup ungu atau lavender. Tabung ini berisi EDTA. Ummnya digunakan untuk pemeriksaan darah lengkap dan bank darah (crossmatch). e) Tabung tutup biru. Tabung ini berisi natrium sitrat. Umumnya digunakan untuk pemeriksaan koagulasi (contoh : PPT, APTT). f) Tabung tutup hijau. Tabung ini berisi natrium atau lithium heparin, umumnya digunakan untuk pemeriksaan fragilitas osmotic eritrosit, kimia darah. g) Tabung tutup biru gelap. Tabung ini berisi EDTA yang bebas logam, umumnya digunakan untuk pemeriksan trace element (zink, copper, mercury) dan toksologi. h) Tabung tutup abu-abu terang. Tabung ini berisi natrium fluoride dan kalium oksalat, digunakan untuk pemeriksaan glukosa. i) Tabung tutup hitam berisi buffer sodium sitrat, digunakan untuk pemeriksaan LED (ESR). j) Tabung tutup pink. Berisi potassium EDTA, digunakan untuk pemeriksaan imunohematologi. k) Tabung tutup putih. Potassium EDTA, digunakan untuk pemeriksaan molekul/PCR dan bDNA.

13

l) Tabung tutup kuning dengan warna hitam dibagian atas. Berisi media biakan, digunakan untuk pemeriksaan mikrobiologi- aerob, anaerob dan jamur.

B. Pengambilan sampel darah arteri 1. Pengertian Pengambilan darah arteri adalah suatu tindakan untuk mengambil darah arteri yaitu pembuluh darah yang berasal dan bilik jantung yang berdinding tebal dan kaku. a. Pengertian pembuluh nadi (arteri) Pembuluh nadi (arteri) adalah pembuluh darah yang berotot dan membawa darah ke jantung. Dinding pembuluh nadi tersusun dan tiga lapisan,yakni lapisan luar yang bersifat elastis, lapisan tengah yang berupa sel-sel otot polos, dan lapisan dalam yang disusun oleh selapis sel berdinding tipis. Pembuluh nadi memiliki dinding tebal, kuat, dan elastis, yang membantu tenaga pemompaan jantung untuk menyalurkan darah ke seluruh tubuh. Pemompaan oleh jantung menyebabkan darah didorong untuk mengalir. Hal itu memberi tekanan di sepanjang dinding pembuluh yang dilaluinya dan menimbulkan denyutan. maka terjadi, darah akan memancar keluar apabila pembuluh nadi terluka. Pada umumnya, pembuluh nadi berada di bagian dalam tubuh. Pembuluh nadi yang paling besar disebut aorta. Pembuluh ini berpangkal pada bilik kiri jantung dan bertugas membawa darah yang mengandung banyak oksigen (darah bersih) ke seluruh tubuh. Pembuluh ini memiliki sebuah katup yang terletak tepat di luar jantung. Selanjutnya, aorta bercabang dua, satu cabang menuju kekepala dan satu cabang lagi menuju ke tubuh bagian bawah.

14

Kedua pembuluh nadi (arteri). yang keluar dan jantung tersebut kemudian bercabang-cabang lagi menjadi pembuluh nadi yang lebih kecil. Pembuluh nadi yang paling kecil, disebut arteriol. Arteriol berukuran lebih tipis dari satu sisir rambut. Arteriol ini bercabang-cabang lagi menjadi pembuluh kapiler. Selain aorta, pembuluh nadi lain yang membawa darah meninggalkan jantung adalah pembuluh nadi paru-paru (arteri pulmonalis). Pembuluh ini berpangkal pada bilik kanan jantung dan berukuran lebih kecil dari pada aorta. Tugasnya membawa darah yang mengandung karbon dioksida (darah kotor), dan uap air ke paru-paru. Melalui pembuluh nadi, darah dari jantung diedarkan ke seluruh jaringan tubuh termasuk jaringan penyusun jantung. Pembuluh nadi yang bertugas mengalirkan oksigen dan zat makanan ke jantung disebut nadi tajuk (arteri koronaria). Pembuluh ini berukuran sangat kecil sehingga mudah tersumbat oleh gumpalan lemak. Penyumbatan aliran darah menyebabkan sebagian sel-sel pada organ jantung menjadi kekurangan makanan dan oksigen. Peristiwa penyumbatan pembuluh nadi jantung ini disebut koronariasis. b. Fungsi pembuluh nadi (arteri)  Mengalirkan darah dan jantung ke seluruh tubuh,  Menghantarkan oksigen dan nutrisi ke semua sel,  Mengangkut zat buangan misalnya karbon dioksida,  Menjaga keseimbangan mobilitasi protein, kimia, unsur-unsur dan sistem kekebalan tubuh dan sel. c. Jenis-jenis pembuluh nadi (arteri)  Arteri Pulmonalis Arteri pulmonalis atau nadi paru-paru adalah pembuluh yang dilewati darah dan bilik menuju ke paru-paru. Pembuluh ini mengandung banyak karbon dioksida yang akan dilepaskan keparu-paru yakni di alveolus. 15

 Arteri Sistemik Arteri sistemik adalah pembulu yang mengantar darah ke arteriol setelah itu ke pembuluh kapiler tempat dimana zat nutrisi dan oksigen ditukarkan.  Aorta Aorta adalah pembuluh terbesar yang ada dalam tubuh dan keluar dan ventrikel yang membawa banyak oksigen.  Arteriol Arteriol adalah pembuluh nadi yang paling kecil yang berhubungan dengan pernbuluh kapiler.  Pembuluh Kapiler Pembuluh kapiler adalah tempat pertukaran zat yang menjadi fungsi utama dalam sistem sirkulasi, pembuluh kapiler merupakan pembuluh yang bukan sesungguhnya. Pembuluh kapiler merupakan pembuluh yang menghubungkan cabangcabang dan pembuluh balik dengan sel-sel tubuh. d. Ciri-ciri pembuluh arteri  Dinding pembuluh nadi tersusun atas tiga lapis  Lapisan luar berupa sel-sel otot elastis  Lapisan tengah berupa sel-sel otot polos  Lapisan dalam yang hanya disusun oleh selapis sel berdinding tipis.  Pembuluh nadi memiliki dinding tebal, kuat, dan elastic  Membawa darah yang bersih  Mempunyai satu katup yaitu awal pembuluh yang berada di dekat jantung  Jika terluka, darah akan memancar  Umumnya terletak dibagian dalam tubuh

16

e. Lokasi pengambilan darah arteri Mengidentifikasi arteri untuk pengambilan sampel. Arteri yang paling sering untuk pengambilan sampel termasuk arteri radialis, arteri brachialis, dan arteri femoralis. Dari ketiganya, arteri radialis adalah area sampling yang paling disukai karena tiga factor utama: a) Mudah untuk mengakses b) Arteri radialis adalah arteri dangkal dan karena itu lebih mudah untuk diraba, stabil, dan mudak ditusuk, c) Memiliki jaminan aliran darah. Jika kerusakan pada arteni radialis terjadi atau menjadi terhambat, arteri ulnaris akan memasok darah ke jaringan biasanya dipasok oleh arteri radialis. Untuk menilai arteri radialis untuk sampling, harus melakukan tes Allen dimodifikasi untuk menjamin

patensi

arteri,

ulnaris.

Adapun cara melakukan tes Allen adalah sebagai berikut: a) Melenyapkan denyut radialis dan ulnaris secara bersamaan dengan menekan di kedua pembuluh darah di pergelangan tangan. b) Minta pasien untuk mengepalkan tangan dan melepaskannya sampai kulit terlihat pucat. c) Lepaskan tekanan arteri ulnaris sementara mengompresi arteri radialis. Perhatikan kembalinya warna kulit daam waktu 15 detik. Jika tes Allen adalah negatif untuk kedua tangan dan arteri radialis tidak dapat diakses, maka arteri brakialis dapat digunakan. Potensi untuk mendapatkan sampel vena lebih besar bila menggunakan arteri brakialis karena ada pembuluh darah besar terletak di dekat arteri brakialis. Selain itu, saraf medial terletak sejajar dengan arteri brakialis dan akan menyebabkan

17

rasa sakit pasien jika Anda secara tidak sengaja mengenainya dengan jarum. Arteri femoralis adalah area sampling arteri yang paling tidak disukai

karena

merupakan

arteri

relatif

dalam;

lerletak

berdekatan dengan saraf femoralis dan vena, dan tidak memiliki jaminan aliran darah. Tusukan dan arteri femoralis biasanya digunakan untuk situasi muncul atau untuk pasien hipotensi parah yang memiliki perfusi perifer yang buruk. 2. Tujuan Pengambilan darah arteri dilakukan untuk pemeriksaan analisa gas darah yang digunakan untuk mendiagnosa dan mengevaluasi penyakit pernafasan serta kondisi yang mempengaruhi seberapa efek paru-paru mengirimkan oksigen ke darah dan mengeleminasi karbondioksida dari darah. 

Tekanan parsial oksigen (P02) normal : 75-1 00 mmHg, biasanya menurun sesuai pertambahan usia.



Tekanan parsial karbondioksida (PCO2) normal : 35-45 mmHg



pH normaI : 7,35-7,45



Saturasi oksigen (Sa02) : 94-100%



Kandungan oksigen (O2CT) : 1 5-23 volume%



Konsentrasi Bikarbonat (HCO3-) : 22-26 millimols per liter (mEq/liter)

Perubahan pH disebabkan oleh: 1.

Fungsi pernafasan abnormal.

2.

Fungsi ginjal abnormal.

3.

Jumlah asam atau basa yang berlebihan.

Perubahan dalam pH, PaCO2, dan bikarbonat standar pada gangguan asam-basa

18

pH

PaCO2

Bikarbonat

standar

Rendah

Tinggi

Normal

tinggi

Alkalosis Respiratory Tinggi

Rendah

Normal

tinggi

Asidosis Metabolik

Rendah

Normal

rendah

Rendah

Alakalosis Metabolik

Tinggi

Normal

Tinggi

Asidosis Respiratory

3. Indikasi Pada pasien dengan penyakit paru, bayi prematur dengan penyakit paru, Diabetes Melitus berhubungan dengan kondisi asidosis diabetik. 4. Kontraindikasi Pada pasien dengan penyakit perdarahan seperti hemofilia dan trombosit rendah. 5. Komplikasi Pengambilan darah arteri akan minimal terjadi jika dilakukan dengan benar. Namun dapat terjadi perdarahan atau perdarahan yang tertunda atau memar pada area tusukan jarum atau yang jarang terjadi, kerusakan sirkulasi di sekitar area tusukan. 6. Alat dan Bahan a.

Spuit 2 ml atau 3ml dengan jarum ukuran 22 atau 25 untuk anak – anak dan ukuran 20 atau 21 untuk dewasa

b.

Heparin

c.

Yodium-povidin

d.

Penutup jarum (gabus atau karet)

e.

Kasa steril

f.

Kapas alkohol

g.

Plester dan gunting

h.

Pengalas

i.

Handuk kecil

j.

Sarung tangan sekali pakai

k.

Obat anestesi lokal jika dibutuhkan 19

l.

Wadah berisi es

m. Kertas label untuk nama n.

Bengkok

7. Prosedur pelaksanaan 1) Cek alat-alat yang akan digunakan 2) Beri salam dan panggil klien sesuai dengan namanya 3) Perkenalkan nama perawat 4) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan pada klien 5) Jelaskan tujuan tindakan yang dilakukan 6) Jaga privasi klien 7) Dekatkan alat-alat ke sisi tempat tidur klien 8) Posisikan klien dengan nyaman 9) Cuci tangan dan pakai sarung tangan sekali pakai 10) Pasang pengalas 11) Letakkan handuk kecil di bawah pergelangan tangan 12) Palpasi arteri radialis 13) Lakukan allen’s tes Tujuan uji allen tes adalah untuk menilai sistem kolateral arteri radialis. Klien diminta mengepalkan tangan dengan kencang. Pengambil darah dengan jari menekan kedua arteri radialis dan ulnaris. Klien diminta membuka dan mengepalkan beberapa kali hingga jari-jari pucat, kemudian biarkan telapak tangan terbuka. Pengambil darah melepaskan tekanan jarinya dari arteri ulnaris, telapak tangan akan pulih warnanya dalam 15 detik bila darah dari arteri ulnaris mengisi pembuluh kapiler tangan. Bila terdapat gangguan kolateralisasi pada arteri ulnaris ( uji Allen negatif ), arteri radialis tidak boleh digunakan untuk pengambilan darah arteri. Bila tidak terdapat kolateralisasi arteri radialis dan arteri ulnaris ( uji Allen negatif ), arteri radialis tidak boleh digunakan. Minta klien untuk mengepalkan tangan dengan

20

kuat, berikan tekanan langsung pada arteri radialis dan ulnaris, minta klien untuk membuka tangannya, lepaskan tekanan pada arteri, observasi warna jari-jari, ibu jari dan tangan. Jari-jari dan tangan

harus

memerah

dalam

15

detik,

warna

merah

menunjukkan test allen’s positif. Apabila tekanan dilepas, tangan tetap pucat, menunjukkan test allen’s negatif. Jika pemeriksaan negatif, hindarkan tangan tersebut dan periksa tangan yang lain. 14) Hiperekstensikan pergelangan tangan klien di atas gulungan handuk 15) Raba kembali arteri radialis dan palpasi pulsasi yang paling keras dengan menggunakan jari telunjuk dan jari tengah 16) Desinfeksi area yang akan dipungsi menggunakan yodiumpovidin, kemudian diusap dengan kapas alkohol 17) Berikan anestesi lokal jika perlu 18) Bilas spuit ukuran 3 ml dengan sedikit heparin 1000 U/ml dan kemudian kosongkan spuit, biarkan heparin berada dalam jarum dan spuit 19) Sambil mempalpasi arteri, masukkan jarum dengan sudut 45° sambil menstabilkan arteri klien dengan tangan yang lain 20) Observasi adanya pulsasi ( denyutan ) aliran darah masuk spuit ( apabila darah tidak bisa naik sendiri, kemungkinan pungsi mengenai vena ) 21) Ambil darah 1 sampai 2 ml 22) Tarik spuit dari arteri, tekan bekas pungsi dengan menggunakan kasa 5-10 menit 23) Buang udara yang berada dalam spuit, sumbat spuit dengan gabus atau karet 24) Putar-putar spuit sehingga darah bercampur dengan heparin 25) Tempatkan spuit di antara es yang sudah dipecah

21

26) Beri label pada spesimen yang berisi nama, suhu, konsentrasi oksigen yang digunakan klien jika kilen menggunakan terapi oksigen 27) Kirim segera darah ke laboratorium 28) Beri plester dan kasa jika area bekas tusukan sudah tidak mengeluarkan darah ( untuk klien yang mendapat terapi antikoagulan, penekanan membutuhkan waktu yang lama ) 29) Bereskan alat yang telah digunakan, lepas sarung tangan 30) Cuci tangan 31) Akhiri kegiatan dan ucapkan salam 32) Dokumentasikan

di

dalam

catatan

keperawatan

waktu

pemeriksaan AGD, dari sebelah mana darah diambil dan respon klien

8. Hal yang perlu diperhatikan 

Tindakan pungsi arteri harus dilakukan oleh perawat yang sudah terlatih.



Spuit yang digunakan untuk mengambil darah sebelumnya diberi heparin untuk mencegah darah membeku.



Kaji ambang nyeri klien, apabila klien tidak mampu menoleransi nyeri, berikan anestesi lokal.



Bila menggunakan arteri radialis, lakukan test allent untuk mengetahui kepatenan arteri.



Untuk memastikan apakah yang keluar darah vena atau darah arteri, lihat darah yang keluar, apabila keluar sendiri tanpa kita tarik berarti darah arteri.



Apabila darah sudah berhasil diambil, goyangkan spuit sehingga darah tercampur rata dan tidak membeku.



Lakukan penekanan yang lama pada bekas area insersi ( aliran arteri lebih deras daripada vena ).

22



Keluarkan udara dari spuit jika sudah berhasil mengambil darah dan tutup ujung jarum dengan karet atau gabus.



Ukur tanda vital ( terutama suhu ) sebelum darah diambil.



Segera kirim ke laboratorium ( cito ).

2.2 Cara Pengambilan Spesimen Urin A. Pegertian pengambilan spesimen urin Suatu prosedur melakukan pengambilan contoh urin dari klien untuk pemeriksaan diagnostik. a. Pengertian urin Urin adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal yang kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi. Eksreksi urin diperlukan untuk membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal dan untuk menjaga homeostasis cairan tubuh. Urin disaring di dalam ginjal, dibawa melalui ureter menuju kandung kemih, akhirnya dibuang keluar tubuh melalui uretra. b. Komposisi urin Urin terdiri dari air dengan bahan terlarut berupa sisa metabolisme (seperti urea), garam terlarut, dan materi organik. Cairan dan materi pembentuk urin berasal dari darah atau cairan interstisial. Komposisi urin berubah sepanjang proses reabsorpsi ketika molekul yang penting bagi tubuh, misal glukosa, diserap kembali ke dalam tubuh melalui molekul pembawa. Cairan yang tersisa mengandung urea dalam kadar yang tinggi dan berbagai senyawa yang berlebih atau berpotensi racun yang akan dibuang keluar tubuh. Materi yang terkandung di dalam urin dapat diketahui melalui urinalisis. Urea yang dikandung oleh urin dapat menjadi sumber nitrogen yang baik untuk tumbuhan dan dapat digunakan untuk mempercepat pembentukan kompos.

23

c. Fungsi urin Fungsi utama urin adalah untuk membuang zat sisa seperti racun atau obat-obatan dari dalam tubuh. Anggapan umum menganggap urin sebagai zat yang "kotor". Hal ini berkaitan dengan kemungkinan urin tersebut berasal dari ginjal atau saluran kencing yang terinfeksi, sehingga urinnya pun akan mengandung bakteri. Namun jika urin berasal dari ginjal dan saluran kencing yang sehat, secara medis urin sebenarnya cukup steril dan hampir bau yang dihasilkan berasal dari urea. Sehingga bisa diakatakan bahwa urin itu merupakan zat yang steril. Urin dapat menjadi penunjuk dehidrasi. Orang yang tidak menderita dehidrasi akan mengeluarkan urin yang bening seperti air. Penderita dehidrasi akan mengeluarkan urin berwarna kuning pekat atau cokelat. Diabetes adalah suatu penyakit yang dapat dideteksi melalui urin. Urin seorang penderita diabetes akan mengandung gula yang tidak akan ditemukan dalam urin orang yang sehat.

B. Tujuan pengambilan spesimen urin a. Melakukan pemeriksaan kesehatan klien secara umum dan memeriksa apakah urin klien normal atau tidak. Urin normal adalah urin yang tidak terdapat bakteri, keton, darah, protein atau zat obat adiktif. b. Mendiagnosa penyakit metabolik atau sistemik yang mempengaruhi fungsi ginjal. c. Mendiagnosa

kelainan

endokrin.

Untuk

tes

ini

dilakukan

pemeriksaan urin 24 jam. d. Mendiagnosa kelainan atau penyakit ginjal atau saluran kemih. e. Melakukan monitoring klien dengan Diabetes. f. Melakukan tes kehamilan.

24

C. Indikasi Efektif dilakukan jika: a. Memastikan apakah urin klien terdapat bakteri, keton, darah, protein atau zat obat adiktif. b. Adanya dugaan penyakit tertentu misalnya penyakit yang berkaitan dengan system perkemihan, endokrin. c. Adanya

penyakit-penyakit

metabolic

atau

sistemik

yang

mempengaruhi fungsi ginjal. d. Ingin memastikan apakah klien dalam keadaan hamil atau tidak. D. Kontraindikasi Tidak ada

E. Jenis pengambilan sampel urine: a.

Urin bersih (clean voided urine spesimen) Urin bersih diperlukan untuk pemeriksaan urinalisa rutin

b.

Urin tengah (clean-catch or midstream urin spesimen) Urin tengah merupakan cara pengambilan spesiman untuk pemeriksaan kultur urin yaitu untuk mengetahui mikroorganisme yang

menyebabkan

infeksi

saluran

kemih.

Sekalipun

ada

kemungkinan kontaminasi dari bakteri di permukaan kulit, namun pengambilan

dengan

menggunakan

kateter

lebih

berisiko

menyebabkan infeksi.Perlu mekanisme khusus agar spesimen yang didapat tidak terkontaminasi. c.

Urin tampung (timed urin specimen/waktu tertentu) Beberapa pemeriksaan urin memerlukan seluruh produksi urin yang dikeluarkan dalam jangka waktu tertentu, rentangnya berkisar 1-2 jam – 24 jam. Urin tampung ini biasanya disimpan di lemari pendingin atau diberi preservatif (zat aktif tertentu) yang mencegah pertumbuhan bakteri atau mencegah perubahan/kerusakan struktur

25

urin.Biasanya urin ditampung di tempat kecil lalu dipindahkan segera ke penampungan yang lebih besar. d.

Urin acak Pengambilan urin secara acak tanpa memperhatikan waktu dan kandungan urin

e.

Kateter indwelling Urin steril dapat diperoleh dengan mengambil urin melalui area kateter yang khusus disiapkan untuk pengambilan urin dengan jarum suntik.Klem kateter selama kurang lebih 30 menit jika tidak diperoleh urin waktu pengambilan. Untuk kultur urin diperlukan 3 mL, dan 30 mL untuk urinalisa rutin. Untuk kultur urin, hati-hati dalam pengambilan agar tidak terkontaminasi.

F. Prosedur pengambilan spesimen urin a.

Pengambilan spesimen urin sewaktu (random urine) Alat dan Bahan: 1.

1 pasang sarung tangan bersih

2.

1 buah handuk kecil/ tisu

3.

1 buah pakaian mandi

4.

1 buah sabun

5.

1 buah kertas label

6.

1 berkas form permintaan pemeriksaan laboratarium

7.

1 buah wadah spesimen dan tutupnya

8.

1 buah plastik specimen

Prosedur pelaksanaan 1.

Jaga privasi klien

2.

Jelaskan tujuan dan prosedur yang akan dilakukan

3.

Cuci tangan

4.

Berikan klien handuk kecil, pakaian mandi, wadah spesimen dan sabun

26

5.

Minta klien untuk membersihkan area perineal dengan sabun dan mengeringkannya dengan handuk kecil.

6.

Minta klien untuk menampung urinnya di dalam wadah.

7.

Minta klien menutup wadah spesimen tanpa menyentuh bagian dalam tutup.

8.

Pasang sarung tangan bersih

9.

Keringkan bagian luar wadah dengan tisu

10. Berikan label pada wadah spesimen (nama klien, tanggal, jenis pemeriksaan, nama ruangan) 11. Masukkan wadah spesimen ke dalam plastik spesimen 12. Rapikan alat dank lien 13. Lepaskan sarung tangan 14. Cuci tangan 15. Dokumentasi tindakan 16. Antarkan wadah spesimen ke laboratarium beserta form permintaan pemeriksaan laboratarium. b.

Pengambilan spesimen urine midstream (clean- voided) Alat dan Bahan: 1.

1 pasang sarung tangan bersih

2.

1 buah handuk kecil/ tisu

3.

1 buah pakaian mandi

4.

1 buah sabun

5.

Bedpan (untuk pasien non ambulatory) atau spesimen hat (untuk pasien ambulatory)

6.

Air secukupnya

7.

Tisu antiseptik

8.

1 buah kertas label

9.

1 berkas form permintaan laboratarium

10. 1 buah plastik specimen

Prosedur pelaksanaan:

27

1.

Jaga privasi klien

2.

Jelaskan tujuan dan prosedur yang akan dilakukan

3.

Cuci tangan

4.

Pasang sarung tangan bersih

5.

Berikan klien handuk kecil, pakaian mandi, wadah spesimen dan sabun

6.

Minta klien untuk membersihkan area perineal dengan sabun dan mengeringkannya dengan handuk kecil.

7.

Tampung urinnya di dalam wadah, dengan cara:

8.

Laki- laki: pegang penis dengan 1 tangan non dominan, bersihkan perineum dengan gerakan sirkular dari arah dalam kearah luar dengan menggunakan tissue antiseptik.

9.

Perempuan: regangkan labia minora dengan jari tangan nondominan dengan tissue antiseptic dari arah depan (di atas orifisium uretra) kearah belakang (menuju anus).

10. Sambil memegang penis atau menahan bagian labia, klien diminta untuk miksi lalu menahan sesaat. 11. Ambil urin midstream 30-60 cc 12. Pindahkan wadah spesimen sebelum aliran urin berhenti sambil tetap menahan labia atau penis dan klien menyelesaikan miksinya. 13. Tutup wadah spesimen tanpa menyentuh bagian dalam tutup 14. Keringkan bagian luar wadah dengan tissue 15. Berikan label pada wadah spesimen (nama klien,tanggal, jenis pemeriksaan, nama ruangan) 16. Masukkan wadah spesimen ke dalam plastic spesimen 17. Rapikan alat dan klien 18. Lepaskan sarung tangan 19. Cuci tangan 20. Dokumentasi tindakan 21. Antarkan wadah spesimen ke laboratarium beserta form permintaan pemeriksaan laboratarium.

28

c.

Pengambilan spesimen urin dari kateter Alat dan Bahan: 1.

1 pasang sarung tangan bersih

2.

1 buah spuit 3 cc dengan jarum ukuran 21-25 (untuk urin kultur)

3.

1 buah spuit 20 cc dengan jarum ukuran 21- 25 (untuk urin rutin)

4.

1 buah klem

5.

Kapas alkohol

6.

Tissue

7.

1 buah kertas labelnya

8.

1 buah wadah spesimen (non steril untuk urin rutin dan steril untuk kultur)

9.

1 berkas form permintaan pemeriksaan laboratarium

10. 1 buah plastik specimen Prosedur pelaksanaan: 1.

Jaga privasi klien

2.

Jelaskan tujuan dan prosedur yang akan dilakukan

3.

Cuci tangan

4.

Pasang sarung tangan bersih

5.

Klem kateter selama 30 menit sebelum pengambilan spesimen

6.

Bersihkan entry port posisi penusukan jarum suntik dengan kapas alkohol

7.

Masukkan jarum suntik di entry port dengan arah 30 derajat

8.

Aspirasi urin 3 cc untuk kultur atau 20 cc untuk urin rutin

9.

Pindahkan urin dari syringe ke wadah non steril (untuk urin rutin)atau pindahkan ke wadah steril (untuk kultur)

10. Tutup wadah urin tanpa menyentuh bagian dalam tutup 11. Buka klem kateter dan biarkan urin mengalir ke urin-bag 12. Keringkan bagian luar wadah dengan tissue

29

13. Berikan label pada wadah spesimen (nama klien, tanggal, jenis pemeriksaan, nama ruangan) 14. Masukkan wadah spesimen ke dalam plastik spesimen 15. Rapikan alat dan klien 16. Lepaskan asarung tangan 17. Cuci tangan 18. Dokumentasi tindakan 19. Antarkan wadah spesimen ke laboratarium beserta form permintaan pemeriksaan laboratarium.

2.3 Cara Pengambilan Spesimen Feses A. Pengertian Pemeriksaan feses merupakan cara yang dilakukan untuk mengambil feses sebagai bahan pemeriksaan, yaitu pemeriksan lengkap dan pemeriksaan kultur, jenis makanan serta gerak peristaltik mempengaruhi bentuk, jumlah maupun konsistensinya. a. Pengertian feses Feses adalah bahan buangan yang dikeluarkan dari tubuh manusia melalui anus sebagai sisa dari proses pencernaan makanan di sepanjang sistem saluran pencernaan (tractus digestifus). Pengertian feses ini juga mencakup seluruh bahan buangan yang dikeluarkan dari tubuh manusia termasuk karbon monoksida (CO2) yang dikeluarkan sebagai sisa dari proses pernapasan, keringat, lendir dari ekskresi kelenjar, dan sebagainya. Feses juga merupakan hasil pemisahan dan terdiri dari: sisa - sisa makanan; air; bakteri; zat warna empedu. b. Perkiraan komposisi feses tanpa urine Komponen

Kandungan (%)

Air

66-80

Bahan organic (dari berat kering)

88-97

30

Nitrogen ( dari berat kering)

5,7-7,0

Fosfor (sebagai P2O5 dari berat kering)

3,5-5,4

Potasium (sebagai K2O dari berat kering)

1,0-2,5

Karbon ( dari berat kering)

40-55

Kalsium (sebagai CaO dari berat kering)

4-5

C/N rasio ( dari berat kering)

5-10

c. Kuantitas feses dan urin Tinja/ Air Seni

Gram/orang/hari Berat Basah

Berat Kering

Tinja

135-270

35-70

Air Seni

1.000-1.300

50-70

Jumlah

1.135-1.570

85-140

d. Feses normal Orang dewasa normal mengeluarkan 100-300 g feses per hari dari jumlah tersebut 70% merupakan air dan separuh dari sisanya mungkin berupa kuman dan sisa - sisa kuman. Selebihnya adalah sisa makanan berupa sisa sayur mayur sedikit lemak, sel - sel epitel yang rusak dan unsur unsur lain. Konsistensi tinja normal (semi solid silinder) agak lunak, tidak cair seperti bubur maupun keras, berwarna coklat dan berbau khas. frekuensi defekasi normal 3x per-hari sampai 3x per-minggu.

B. Tujuan Mendapatkan

spesimen

feses

yang

memenuhi

persyaratan

untukpemeriksaan feses rutin. Pemeriksaan dengan menggunakan spesimen feses bertujuan untuk mendeteksi adanya kuman, seperti kelompok salmonela, sigela, sherichia coil, stafilokokus, dan lain-lain.

31

C. Indikasi a.

Adanya diare dan konstipasi

b.

Adanya ikterus

c.

Adanya gangguan pencernaan

d.

Adanya lendir dalam feses

e.

Kecurigaan penyakit gastrointestinal

D. Kontraindikasi Tidak ada

E. Waktu Pengambilan dilakukan setiap saat, terutama pada gejala awal dan sebaliknya sebelum pemberian antibiotik. Feses yang diambil dalam keadaan segar.

F. Alat dan bahan 1)

1 pasang sarung tangan

2)

Alat pengambil feses

3)

Wadah atau penampung spesimen

4)

Hand scoon bersih

5)

Vasseline

6)

Kapas

7)

Pot tinja (pispot)

8)

Bengkok

9)

Perlak pengalas

10)

Tissue

11)

Sampiran

12)

Lebel

32

G. Prosedur 1) Jelaskan prosedur pada ibu bayi dan minta persetujuan tindakan yang akan dilakukan pada bayinya 2) Menyiapkan alat yang diperlukan 3) Memantau feses yang dikeluarkan oleh bayi dipopoknya, hindari kontak dengan urine 4) Cuci tangan dan pakai sarung tangan 5) Dengan alat pengambil feses, ambil dan ambil feses kedalam wadah specimen kemudian tutup dan bungkus 6) Observasi warna, konsistensi, lendir,darah,telur cacing dan adanya parasit pada sample 7) Buang alat dengan benar 8) Cuci tangan 9) Berikan label pada wadah specimen dan kirimkan ke laboratorium 10) Lakukan pendokumentasian dan tidakan yang sesuai

H. Hal-hal yang perlu diperhatikan  Klien dapat melakukan pengambilan feses secara mandiri tetapi klien perlu diajarkan cara pengambilan dengan tehnik antiseptic  Usahakan feses yang diambil tidak bercampur dengan urin, darah mensturasi, kertas tissue atau air. Akan lebih baik jika klien BAK terlebih dahulu sebelum pengambilan spesimen feses. Jika feses bercampur dengan air maka feses tersebut tidak dapat digunakan untuk pemeriksaan adanya bakteri dalam feses.  Spesimen feses yang sudah diambil sebaiknya sesegera mungkin dibawa ke laboratorium karena yang fress atau baru dikeluarkan oleh klien akan menghasilkan analisa yang jauh lebih akurat.  Gunakan sarung tangan untuk mencegah kontaminasi tangan perawat dengan feses klien. Usahakan feses tidak menyentuh bagian luar penampung feses. Guanakan alat bantu untuk memindahkan feses kedalam penampung feses. Jika sudah dibungkus terlebih dahulu alat

33

bantu tersebut sebelum dibuang ke kantong plastik sampah khusus untuk mencegah penyebaran mikroorganisme.  Feses yang diambil kurang lebih sepanjang 2,5 cm atau sekitar 1530cc (jika dalam bentuk cair). Jika feses terdapat lendir, darah atau pus maka sertakan pula dalam pemeriksaan spesimen.

34

BAB III PENUTUP

3.1 Simpulan Pengambilan spesimen atau bahan pemeriksaan merupakan Iangkah awal yang sangat menentukan hasil pemeriksaan dalam rangka memperoleh jawaban yang menentukan penyebab infeksi. Hasil pemeriksaan laboratorium mikrobiologik sangat ditentukan oleh cara pengambilan, saat pengambilan dan seleksi spesimen. Pengambilan specimen dilakukan dengan standar prosedur yang ada. Menyediakan dan mengirim bahan pemeriksaan laboratarium sesuai dengan

tindakan pemeriksaan yang akan dilakukan

terhadap pasien atau kiien yang bersangkutan. Bahan pemeriksaan dapat segera dikirimkan ke laboratorium untuk diperiksa. Sehingga hasilnya dapat secepatnya digunakan untuk menentukan dan mengetahui perkembangan penyakit pasien atau klien bersangkutan.

3.2 Saran Sebagai tenaga kesehatan yang profesional dituntut mampu untuk mengerjakan segala sesuatunya dengan ilmu pengetahuan. OIeh karena itu, kita harus selalu mengupdate ilmu dalam segala hal terutama dalam hal keperawatan.

35

1

Related Documents


More Documents from "dwi"