50/60 Hz Indonesia memakai frekuensi listrik 50 hz dan Amerika menggunakan frekuensi listrik 60 hz. Itu artinya dalam pergantian kutub di Indonesia terjadi 50 kali dalam 1 detik, sedangkan di Amerika terjadi pergantian kutub 60 kali dalam 1 detik. Pada abad 19, berbagai macam frekuensi listrik AC digunakan di Amerika Serikat untuk keperluan yang berbeda. Saat itu, frekuensi yang paling banyak dipakai adalah 60 Hz. Alasannya sederhana, lampu pijar yang diproduksi oleh Westinghouse (sebuah perusahaan listrik terkemuka di Amerika saat itu),bekerja secara maksimal pada frekunsi 60 Hz. Berhubung Westinghouse adalah penguasa pasar, maka frekuensi yang digunakannya pun menjadi acuan bagi pabrikan lainnya. Sementara itu, di Eropa, sebuah perusahaan listrik Jerman bernama AEG (anak perusahaan yang didirikan Edison di Jerman) memonopoli pasar di negaranya. Perusahaan ini menggunakan frekuensi 50 Hz. Perlahan namun pasti, angka ini pun menyebar ke seluruh Benua Eropa dan menjadi standar di sana. Inggris Raya sedikit berbeda. Sampai dengan Perang Dunia II, berbagai frekuensi yang berbeda masih tetap digunakan. Setelah perang usai, barulah Inggris menggunakan angka 50 Hz sebagai standar di negaranya. Untuk Indonesia, berhubung selama 350 tahun lamanya menjadi koloni Belanda, maka standar yang digunakannya pun mengacu ke sana (Eropa). Itulah sebabnya listrik di negara kita menggunakan frekuensi 50 Hz dan bukan 60 Hz. Jadi, penentuan angka 60 Hz maupun 50 Hz ini tidak ada kaitannya dengan sistem metrik manapun. Penentuan angka tersebut justru dipengaruhi oleh sejarah dan penguasaan pasar oleh perusahaan besar bernama Westinghouse di Amerika Serikat dan AEG di Jerman pada abad 19. Jika saja mereka bukanlah pemain utama pada saat itu, mungkin standar yang kita gunakan saat ini bisa berbeda. Sekarang tempat-tempat yang menggunakan sistem 50 Hz menggunakan 220-240 V, sedangkan tempat-tempat yang menggunakan sistem 60 Hz menggunakan 100-120 V. Jika suatu peralatan elektronik digunakan pada ketentuan frekuensi yang berbeda, pertalatan elektronik tersebut mungkin tidak dapat bekerja secara maksimal bahkan juga sangat berbahaya, kecuali jika ditetapkan oleh pabrik bahwa alat elektronik tersebut dapat bekerja pada 2 jenis frekuensi yang berbeda.