Insight Penelitian ini dilatarbelakangi karena beberapa negara sudah mengatur regulasi terkait pengungkapan perusahaan melalui media sosial dan sudah banyak literatur yang meneliti tentang peran media sosial sebagai alat untuk melakukan pengungkapan perusahaan tetapi di Indonesia belum ada regulasi yang mengaturnya dan sudah ada beberapa perusahaan yang sudah mulai melakukan pengungkapan perusahaan melalui media sosial walaupun masih bersifat sukarela. Penelitian ini bertujuan untuk melihat peran informasi pengungkapan sukarela yang dilakukan oleh perusahaan pada media sosial terhadap niat investor untuk menggunakan informasi tersebut dalam pengambilan keputusan investor. Pada dasarnya tujuan pengungkapan perusahaan adalah untuk mengurangi asimetri informasi antara pemangku kepentingan dan manajemen atau didasari oleh teori agensi. Selain itu penelitian ini juga menggunakan teori signal untuk menjelaskan bagaimana seharusnya sebuah perusahaan memberikan sinyal kepada pengguna laporan keuangan mengenai kondisi perusahaan yang sebenarnya, karena tidak semua informasi tentang perusahaan diketahui oleh pihak luar perusahaan terutama investor. Untuk penggunaan informasi pengungkapan sukarela perusahaan di halaman media sosial oleh investor dijelaskan oleh TRA dan TAM. Sehingga dibangun 3 hipotesis berikut: Persepsi kemudahan menggunakan informasi pengungkapan sukarela
H2
H1 Persepsi kebermanfaatan informasi pengungkapan sukarela
Niat perilaku untuk menggunakan informasi pengungkapan sukarela pada halaman media sosial
H3
Secara keseluruhan ketiga hipotesis penelitian ini diterima: H1: persepsi kemudahan menggunakan informasi pada halaman media sosial berpengaruh terhadap kebermanfaatan informasi pengungkapan sukarela pada halaman media sosial, artinya bahwa sedikit usaha yang dibutuhkan oleh investor untuk menggunakan informasi pengungkapan sukarela pada media sosial sehingga meningkatkan efektivitas dan efisiensi untuk keputusan investasi. H2: Persepsi kemudahan menggunakan informasi pada halaman media sosial berpengaruh terhadap niat untuk menggunakan informasi tersebut, artinya bahwa ketika informasi pengungkapan sukarela mudah untuk diakses oleh investor maka akan mempengaruhi niat untuk berinvestasi.
H3: persepsi kebermanfaatan berpengaruh terhadap niat untuk berinvestasi, artinya bahwa informasi yang disajikan via media sosial dirasa bermanfaat, cepat, tepat waktu serta efektif dan efisien dalam pengambilan keputusan investasi. Critical Thinking Beberapa kritik yang mungkin bisa menjadi pertimbangan penulis sebagai tambahan dan masukkan untuk perbaikan jurnal yang berjudul Voluntary disclosure information on social media: analysis using perceived ease of use and perceived usefulness. Berikut beberapa saran dan kritik menurut saya: 1. Faktor resiko yang ditimbulkan jika mereka menggunakan informasi dari media sosial yang digunakan untuk pengambilan keputusan berinvestasi seharusnya dimasukkan dalam model penelitian. Karena didalam penelitian ini fokusnya dalah investor sehingga penilaian resiko sangat penting. Penelitian yang dilakukan oleh Hansen (2018) tentang Risiko, kepercayaan, dan interaksi antara persepsi kemudahan penggunaan dan kontrol perilaku dalam memprediksi penggunaan media sosial oleh konsumen untuk transaksi, model penelitianya menggabungkan TAM dan TPB dan hasil penelitianya menunjukkan bahwa risiko yang dirasakan dan kepercayaan memainkan peran penting sebagai anteseden dalam pengambilan keputusan konsumen, dan kecenderungan mengambil risiko memiliki efek langsung pada niat perilaku. 2. Jumlah investasi seharusnya menjadi pertimbangan peneliti untuk dimasukkan sebagai pertimbangan untuk variabel contol karena pada dasarnya semakin besar jumlah investasi seseorang pada suatu perusahaan maka semakin tinggi tingkat kekhawatiran investor. Selain itu semakin besar investasi seseorang maka bisa saja investor merasa penggunaan informasi dari media sosial bukanlah pilihan. 3. Tipe investor seharusnya menjadi pertimbangan peneliti karena semakin takut cenderung seorang investor untuk menghindari resiko maka semakin sulit investor tersebut percaya terhadap suatu informasi, apalagi informasi yang bersumber dari media sosial. 4. Pada bagian sampel penelitian yang menggunakan 100 karyawan yang mengerti tentang pengungkapan informasi sukarela. Seharusnya menggunakan investor sungguhan, karena pada dasarnya investor bukan sungguhan tidak menilai resiko. Misalnya investor dari reksadana dan kuisioner bisa dikirim via email. Selain itu investor sungguhan memiliki banyak pertimbangan dalam melakukan investasi.
5. Utility Theory seharusnya bisa ditambahkan dalam penelitian ini karena berbicara masalah keputusan investasi maka kita berbicara masalah resiko. Pada dasanya sikap investor dalam melakukan investasi untuk menghindari risiko agar dapat memaksimalkan kekayaan dan keuntungan. Sehingga menurut saya menaruh kepercayaan terhadap informasi pengungkapan sukarela di media sosia terlalu beresiko karena belum ada regulasi yang benar-benar mengatur hal ini. 6. Pada bagian latar belakang tidak dijelaskan secara spesifik jenis media sosial apa yang banyak diadopsi oleh perusahaan di indonesia dalam mengungkapkan informasi sukarela pada halaman media sosial. 7. Pada bagian latar belakang juga seharusnya ditambahkan penelitian sebelumnya terkait tingkat adopsi media sosia dalam melekukan pengungkapan sukarela melalui media sosial sehingga pada latar belakang penelitian ini ada keterkaitan yang kuat antara penggunaan informasi oleh investor pada media sosial dengan dengan ketersediaan informasi pengungkapan perusahaan pada media sosial perusahaan. 8. Masih terdapat beberapa kesalahan dalam penulisan kata seperti pada bagian latar belakang kata dissclose seharusnya diganti dengan disclose, kemudian kata effor seharusnya kata yang benar effort, kemudian kata percoonal seharusnya kata yang benar personal dan masih ada beberapa lagi yang tidak mungkin disebutkan satu persatu.