BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Budidaya pada tanaman memerlukan pengetahuan tentang bagaimana cara pengendalian terhadap hama tanaman baik hama sekunder maupun hama utama. Salah satu cara pengendalian pada hama tersebut adalah dengaan pengendalian secara fisik mekanik. Pengendalian fisik dan mekanik merupakan tindakan mengubah lingkungan khusus untuk mematikan atau menghambat kehidupan hama, dan bukan merupakan bagian praktek budidaya yang umum. Pengendalian fisik dan mekanik harus dilandasi oleh pengetahuan yang menyeluruh tentang ekologi serangan hama sehingga dapat diketahui kapan, dimana, dan bagaimana tindakan terdebut harus dilakukan agar diperoleh hasil seefektif dan seefisien mungkin. 2. Rumusan Masalah
Apa yang dimaksud dengan pengendalian hama secara fisik-mekanik?
Bagaimanakah pengendalian hama tanaman tanpa merusak lingkungan?
Bagaimanakah pengendalian hama tanaman secara fisik-mekanis?
3. Tujuan
Agar mahasiswa mengetahui apa yang dimaksud dengan pengendalian hama secara fisikmekanik
Agar mahasiswa mengetahui apa saja usaha-usaha dalam pengendalian hama tanaman tanpa merusak lingkungan sekitar.
Agar mahasiswa mengetahui apa saja usaha-usaha dalam pengendalian hama tanaman secara fisik-mekanis.
1
BAB II PEMBAHASAN 2.1. Pengertian Pengendalian secara fisik adalah tindakan pengendalian hama dengan menggunakan faktor fisik seperti menaikkan suhu dengan cara pembakaran, menurunkan suhu dengan penggenangan, solarisasi tanah, lampu perangkap, pengaturan cahaya dan suara. Pengendalian secara mekanik adalah tindakan mematikan hama secara langsung dengan menggunakan tangan atau alat. Pengendalian fisik dan mekanik memiki tujuan langsung dan tidak langsung. Diantaranya mematikan hama, menggangu aktivitas fisiologi hama yang normal dengan cara lain dan diluar pestisida, dan mengubah lingkungan sedemikian rupa sehingga lingkungan menjadi kurang sesuai bagi kehidupan hama. Pengendalian fisik dan mekanik merupakan tindakan mengubah lingkungan khusus untuk mematikan atau menghambat kehidupan hama, dan bukan merupakan bagian praktek budidaya yang umum. Pengendalian fisik dan mekanik harus dilandasi oleh pengetahuan yang menyeluruh tentang ekologi serangan hama sehingga dapat diketahui kapan, dimana, dan bagaimana tindakan terdebut harus dilakukan agar diperoleh hasil seefektif dan seefisien mungkin 2.2 Pengendalian Hama Tanaman Tanpa Merusak Lingkungan Hama, dapat dikatakan sebagai mahluk hidup (umumnya hewan seperti serangga, tikus, nematoda) yang menyebabkan kerusakan dan kerugian pada tanaman yang dibudidayakan. Sebagai praktisi pertanian, hama tentu saja bukan barang baru bahkan mungkin sudah menjadi santapan sehari-hari dan dijadikan salah satu prioritasnya. Sehingga wajar di setiap lembaga pertanian baik itu tanaman pangan, hortikultura, rempah dan obat, maupun perkebunan dan kehutanan ada divisi khusus yang menangani masalah hama dan penyakit. Seolah-olah kehadiran hama ini tidak bisa dipisahkan dengan pertanian. Kenyataannya memang demikian, karena kehadiran hama ini tidak bisa dipandang remeh atau sebelah mata. Sudah cukup banyak kasus 2
yang menunjukkan betapa hebatnya hama ini menghabiskan dan menghancurkan areal pertanian. Masih teringat dalam benak kita pada era tahun 80-an dimana hama wereng coklat melalap habis tanaman padi hampir di seluruh Indonesia. Kemudian akhir 90-an, jutaan hama belalang menghabiskan ribuan hektar areal padi sawah di Propinsi Lampung tanpa ampun, tidak hanya padi yang diserang bahkan semua tanaman yang berdaun sejajar seperti jagung, kelapa, dan lainlain turut menjadi korban keganasan hama ini. Dan masih banyak lagi kasus yang menunjukkan kerusakan yang disebabkan oleh hama. Kenyataan tersebut membuat praktisi pertanian terus berupaya melakukan serangkaian penelitian dalam rangka menanggulangi serangan hama yang makin lama semakin mengganas. Namun seperti halnya antara pencuri dengan teknologi alat pengaman, dimana semakin canggih teknologi alat pengaman, semakin pintar pula seorang pencuri dalam mengatasi alat tersebut. Perumpamaan tersebut boleh jadi sama dengan team riset hama dan penyakit dengan hama itu sendiri dimana semakin maju teknologi pemberantasan hama, semakin banyak pula hama yang menyerang.
Beberapa
gejala
serangan
hama
serangga
pada
beberapa
tanaman
Sudah banyak upaya yang dilakukan dalam menangani hama ini, terutama hama yang berasal dari kelompok serangga baik dari petani sendiri maupun pihak yang terkait dalam hal ini para peneliti di lembaga pertanian. Karena sebagian besar hama yang menyerang tanaman pertanian adalah golongan insect (serangga). Upaya pengendalian yang selama ini dilakukan diantaranya : cara mekanis yaitu mengambil satu per satu dan sekaligus membunuhnya, secara biologis yaitu dengan menggunakan musuh alami maupun cara kimia. Hingga kini petani lebih memilih penggunaan cara kimia karena diyakini bahwa cara tersebut bisa langsung membunuh hama. Penggunaan secara kimiawi sebagai jalan pintas ini bisa kita maklumi tergantung bagaimana cara kita memandang.
3
Dari kacamata petani, tentu saja penggunaan pestisida sebagai alternatif pengendalian hama ini harus kita pahami, karena bagaimanapun juga dia sudah menginvestasikan sejumlah uang agar modalnya bisa kembali dan kalau bisa mendatangkan keuntungan berlipat bagaimanapun caranya. Dan cara ini diyakini sebagai satu-satunya cara agar hasil panennya bisa selamat dan menghasilkan untuk menopang kehidupannya. Hal ini tentu saja sangat kontras dengan isu yang berkembang saat ini yang menuntut agar penggunaan pestisida kimia dalam pertanian dikurangi sesuai dengan asas pertanian yang berkelanjutan. Para ahli lingkungan hidup mengungkapkan bahwa penggunaan pestisida saat ini sudah sedemikian tinggi dan mengkhawatirkan. Apalagi didukung dengan ditemukannya tingkat residu pada sayuran/buah – buahan yang sudah disemprot pestisida. Tingginya tingkat residu pada makanan akan mempengaruhi kualitas hidup yang mengkonsumsinya, bahkan bisa membahayakan konsumen. Sehingga dengan pemikiran dan didukung bukti yang kuat tersebut, perlu diupayakan agar pertanian yang dikembangkan sekarang ini sedapat mungkin menghindari penggunaan bahan kimia. Meskipun petani sendiri menyadari bahwa penggunaan bahan kimia terutama pestisida merusak lingkungan, namun tidak ada jalan lain lagi, lagipula budaya yang sudah melekat di masyarakat termasuk dalam hal tehnik budidaya sangat sulit dirubah begitu saja. Jalan keluar yang dapat dilakukan adalah dengan terus memberikan penyuluhan secara kontinyu dan sedapat mungkin penggunaan pestisida hanya diberikan pada saat-saat terjadi serangan hama saja. Dan diusahakan agar pengendalian lebih diarahkan pada cara mekanis dan biologis. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan menggunakan perangkap. Serangga adalah hama yang paling dominan menyerang tanaman. Tidak hanya sebagai hama saja melainkan juga sebagai media penular, baik untuk penyakit virus, nematoda, maupun jamur. Serangga paling banyak menyerang tanaman padi, palawija, hortikultura, buah-buahan mulai dari benih, bibit, bunga, daun, akar, batang dan buah. Oleh karenanya wajar bila banyak jenis Insektisida yang beredar di pasaran. Penggunaan perangkap merupakan alternatif pengendalian yang bisa dilakukan secara mekanis dan fisik. Dengan menggunakan perangkap, diharapkan bisa mengurangi populasi hama serangga yang merusak.
4
Ide awal penggunaan serangga didasari pada pengamatan tingkah laku dan sifat-sifat yang dimiliki serangga. Umumnya serangga tertarik dengan cahaya, warna, aroma makanan, atau bau
tertentu.
Metode
penggunaan
perangkap
dikembangkan
dengan
memanfaatkan
kelemahannya. Caranya adalah dengan merangsang agar serangga berkumpul pada perangkap yang disesuaikan dengan kesukaannnya sehingga nantinya serangga yang terperangkap tersebut tidak dapat terbang dan akhirnya mati. Pengendalian metode ini cukup efektif bila digunakan secara meluas dan tepat waktu sebelum terjadi ledakan hama. Hal - hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan perangkap adalah sebagai berikut : (1) ukuran atau jenis serangga yang akan ditangkap, (2) kebiasaan serangga keluar : siang atau malam hari (3) stadium perkembangan serangga (4) makanan kesukaannya (5) warna kesukaannya (6) kekuatan atau kemampuan hama untuk berinteraksi terhadap jerat (7) cara berjalan/cara terbang hama termasuk (8) dan ketersediaan bahan di lokasi Umumnya, hama serangga menyerang tanaman pada fase ulat atau fase kupu-kupu. Pengendalian dengan perangkap tidak akan berhasil pada fase ulat, sehingga akan lebih efektif dilakukan untuk serangga pada fase kupu-kupu atau kumbang yang dapat terbang. Berdasarkan ketertarikan serangga, maka beberapa perangkap yang bisa digunakan adalah:
5
a. Perangkap cahaya Seperti yang dijelaskan sebelumnya, beberapa serangga tertentu memiliki sifat tertarik pada cahaya terutama cahaya kuning. Sifat tersebut dapat kita manfaatkan untuk menarik perhatiannya dengan cara membuat perangkap yang berasal dari cahaya yang disekitarnya atau sekelilingnya menggunakan air, minyak tanah, oli dan lain sebagainya yang diharapkan mampu membunuh serangga tersebut. Adapun cahaya itu sendiri dapat bersumber dari lilin, lampu tempel/lentera atau minyak tanah, maupun lampu bohlam. Perangkap cahaya ini cocok untuk hama yang aktif pada malam hari seperti penggerek batang, ganjur, dan walang sangit. Prinsip kerja perangkap cahaya ini cukup sederhana yaitu dengan menarik serangga-serangga yang beterbangan menuju ke arah sumber cahaya kemudian disaat serangga tersebut mengerubunginya, mereka akan berputar-putar kemudian masuk kedalam perangkap yang telah kita pasang. Dengan demikian serangga yang telah terperangkap tersebut akan mati baik masuk kedalam air maupun menempel pada perekat. Dengan prinsip kerja seperti itu maka saat ini perangkap cahaya telah berkembang menjadi beberapa macam tergantung penggunaan sumber cahaya maupun bentuk perangkapnya. Namun, bagaimanapun bentuk/ragam perangkap cahaya tersebut, ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penggunaannya diantaranya:
Pemasangan perangkap cahaya diusahakan ditempat yang lebih tinggi atau setinggi tanaman dan diletakkan di tengah-tengah lahan sawah dengan populasi/kepadatan perangkap yaitu 1 perangkap untuk 100 m2, bila jumlah serangga semakin banyak maka jumlah perangkap pun dapat diperbanyak.
Sumber cahaya yang digunakan haruslah tahan satu malam penuh sehingga disarankan agar menggunakan dari listrik, lampu minyak atau accu. Sumber cahaya berupa lampu templek
diletakkan
pada
papan
yang
diikat
kuat
agar
tidak
jatuh.
Bila perangkap tersebut digunakan saat musim penghujan, maka pada lentera diberikan pelindung dari seng maupun kaleng agar tidak kehujanan.
6
b. Perangkap Warna Selain ada yang tertarik terhadap cahaya, serangga hama tertentu juga lebih tertarik terhadap warna. Warna yang disukai serangga biasanya warna-warna kontras seperti kuning cerah. Keunggulan dari penggunaan perangkap warna ini adalah murah, efisien juga praktis. Namun perangkap ini hanya bisa digunakan pada hama siang hari saja. Prinsip kerjanya pun tidak jauh berbeda dengan perangkap cahaya dimana serangga yang datang pada tanaman dialihkan perhatiannya pada perangkap warna yang dipasang. Serangga yang tertarik perhatiannya dengan warna tersebut akan mendekati bahkan menempel pada warna tersebut. Bila pada obyek warna tersebut telah dilapisi semacam lem, perekat atau getah maka serangga tersebut akan menempel dan mati. c. Perangkap Aroma/Bau Aroma atau bau tertentu juga dapat menarik perhatian serangga. Seperti halnya seorang laki-laki yang tertarik oleh parfum yang digunakan wanita atau sebaliknya, serangga pun demikian. Mereka tertarik pada aroma yang dikeluarkan lawan jenisnya dengan zat tertentu saat akan melakukan kawin. Dengan mengetahui sifat serangga seperti itu maka telah dikembangkan perangkap aroma dengan menggunakan atraktan. Atraktan merupakan bahan pemikat yaitu suatu bahan kimia yang tergolong pestisida dimana bahan aktifnya bersifat memikat jasad sasaran yang biasanya khusus untuk serangga tertentu. Penggunaan perangkap aroma merupakan perangkap yang paling banyak digunakan petani terutama untuk pengendalian serangga lalat buah baik pada cabai, mangga dan lain-lain. Sebenarnya
cukup
banyak
macam
perangkap
yang
dapat
digunakan
dalam
mengendalikan hama serangga namun apapun bentuk dan macam perangkap tersebut haruslah digunakan pada saat yang tepat yaitu :
7
(1) setelah dilakukan pencangkulan untuk penangkapan serangga pertama dan sebelum terjadinya ledakan atau perkembangbiakan serangga tersebut, (2) Untuk tanaman kacang-kacangan perlakuan kedua dapat dilakukan pada saat benih mulai muncul tunasnya, dan (3) perlakuan berikutnya dilakukan pada saat tanaman akan berbunga atau berbuah. (4) untuk perangkap cahaya diusahakan agar lama pemasangan perangkap dapat satu malam atau lebih. Dimana bila pada malam pertama serangga yang terperangkap hanya sedikit maka dapat dicoba pemasangan perangkap pada malam selanjutnya dan dapat dihentikan bila serangga yang terperangkap jumlahnya masih sedikit. Sebaliknya bila ternyata perangkap dipenuhi serangga, pemasangannya dapat dilakukan sampai beberapa malam. (5) Papan perangkap harus selalu dikontrol terutama bagi perangkap yang menggunakan perekat. Usahakan segera dilakukan pergantian setiap dua minggu sekali atau bila jumlah serangga yang tertangkap banyak. Penggunaan media perangkap sebagai alat pengendali hama ini bukan saja sesuai dengan prinsip pengendalian hama terpadu yang lebih ditekankan pada pengendalian secara mekanis dan biologis, namun juga dari segi ekonomi lebih hemat dan praktis. Namun demikian, upaya pengendalian cara ini tidak akan secara langsung menghilangkan semua hama serangga karena perangkap sifatnya hanya mengurangi populasi hama dan dapat dijadikan kontrol bagi kita untuk melakukan pengendalian yang lebih tepat disaat terjadi serangan hama yang lebih besar misalnya dengan melakukan penyemprotan menggunakan insektisida. Implikasinya kita dapat lebih mengoptimalkan penggunaan insektisida sehingga lebih efektif karena digunakan tepat pada waktunya setelah terlihat jumlah hama yang ada melebihi ambang batas.
8
2.3 Cara pengendalian hama secara fisik-mekanik Pengendalian secara fisik adalah tindakan pengendalian hama dengan menggunakan faktor fisik seperti menaikkan suhu dengan cara pembakaran, menurunkan suhu dengan penggenangan, solarisasi tanah, lampu perangkap, pengaturan cahaya dan suara. Beberapa perlakuan fisik adalah sebagai berikut : 1.
Pemanasan dan Pembakaran, yaitu teknik pengendalian dengan perlakuan panas. Perlu diketahui dalam aplikasi teknik ini adalah pengetahuan tentang batas toleransi OPT sasaran terhadap fakor fisik yang digunakan. Teknik ini mempunyai kelemahan apabila dilakukan di lapangan, yaitu apabila petani melakukan pembakaran maka yang terbakar bukan saja OPT tetapi musuh alami dan organisme lain ikut terbunuh (Wigenasantana, 2001 : 189).
2.
Pemasangan Lampu Perangkap, yaitu ditujukan untuk memantau populasi OPT yang tertarik dengan cahaya terutama serangga dewasa (imago) yang aktif terbang malam hari, teknik ini dapat menekan populasi OPT dewasa. lampu yang digunakan bisa menggunakan Petromak (Wigenasantana, 2001 : 190).
3.
Memasang Barier, yaitu memasng penghalang, menanam tanaman pagar yang bersifat menghalangi dan membatasi pergerakan OPT agar tidak dapat memasuki dan mendatangi tanaman utama sehingga tidak menimbulkan kerusakan yang berarti pada tanaman. Barier ini seperti pematang yang ditinggikan, lubang jebakan dan selokan (Wigenasantana, 2001 : 190).
4.
Perangkap Warna, Selain ada yang tertarik terhadap cahaya, serangga hama tertentu juga lebih tertarik terhadap warna. Warna yang disukai serangga biasanya warna-warna kontras seperti kuning cerah. Keunggulan dari penggunaan perangkap warna ini adalah murah, efisien juga praktis. Namun perangkap ini hanya bisa digunakan pada hama siang hari saja. Prinsip kerjanya pun tidak jauh berbeda dengan perangkap cahaya dimana serangga yang datang pada tanaman dialihkan perhatiannya pada perangkap warna yang dipasang. Serangga yang tertarik perhatiannya dengan warna tersebut akan mendekati bahkan menempel pada warna tersebut. Bila pada obyek warna tersebut telah dilapisi semacam lem, perekat atau getah maka serangga tersebut akan menempel dan mati.
9
5.
Penggunaan suara ; sebagai cara pengendalian hama lebih bersifat pengendalian sesaat,
misalnya dilakukan untuk mengusir burung yang sedang atau hendak menyerang tanaman. Pengendalian dengan suara atau bunyi – bunyian ini harus dilakukan secara aktif oleh petani karena efektivitasnya yang bersifat sesaat tersebut Wigenasantana (2001 : 190) menyatakan bahwa pengendalian secara mekanik adalah tindakan mematikan hama secara langsung dengan menggunakan tangan atau alat. Teknik mekanik ini seperti : 1.
Pengambilan dengan Tangan, cara ini murah dan sederhana tetapi memerlukan tenaga kerja yang banyak. OPT yang ditemukan seperti telur, larva, pupa, jika memungkinkan imago dikumpulkan dengan tangan lalu langsung dibunuh, misalnya kelompok telur penggerek batang.
2.
Gropyokan, yaitu untuk mengendalikan hama tikus dengan membunuh tikus yang ada di dalam maupun di luar sarang dengan menggunakan alat bantu seperti pentungan/alat pemukul lainnya dan cangkul.
3.
Memasang Perangkap, yaitu untuk menangkap OPT dengan memasang alat perangkap di tempat yang sering dilalui oleh OPT, alat perangkap ini sering diberi zat kimia baik sebagai perekat maupun penarik OPT.
4.
Pemasangan Umpan, misalnya untuk mengendalikan hama walang sangit (Leptocorixa acuta) dengan menggunakan umpan daging busuk atau ikan asin yang ditancapkan di tengah-tengah sawah. Jika hama walng sangit ini sudah terkumpul pada umpan maka dapat langsung dibunuh dengan cara di bakar. Pada waktu membakar hindari tanaman ikut terbakar.
5.
Pengusiran, yaitu memasang orang-orangan/patung di tengah lahan sawah, atau memasang alat (kaleng-kaleng kosong) yang dapat mengeluarkan bunyi-bunyian, sehingga OPT lari menjauhi pertanaman.
10
BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan 1. Pengertian pengendalian hama secara fisik dan mekanik
Pengendalian secara fisik adalah tindakan pengendalian hama dengan menggunakan faktor fisik seperti menaikkan suhu dengan cara pembakaran, menurunkan suhu dengan penggenangan, solarisasi tanah, lampu perangkap, pengaturan cahaya dan suara.
Pengendalian secara mekanik adalah tindakan mematikan hama secara langsung dengan menggunakan tangan atau alat.
2. Cara pengendalian hama tanaman tanpa merusak lingkungan Pengendalian hama tanpa merusak lingkungan dapat dilakukan dengan cara penggunaan perangkap, adapaun perangkap yang cering digunakan adalah : perangkap warna,perangkap cahaya dan perangkap aroma/bau.
3. Cara pengendalian hama secara fisik-mekanik a. Pengendalian secara fisik
Pemanasan dan Pembakaran
Pemasangan Lampu Perangkap
Memasang Barier,
Perangkap Warna,
Penggunaan suara
b. Pengendalian secara mekanik
Pengambilan dengan Tangan
Gropyokan,
Memasang Perangkap
Pemasangan Umpan
Pengusiran. 11
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous
2009.
http://unisri.ac.id/faperta/wp-content/uploads/2009/02/organisme-
pengganggu-tanaman.pdf. Verified at September 27th 2009 Anonymous
2009.http://bystrekermraanmedancity.blogspot.com/2008/08/pengenalan-
komponen-pengendalian.html. Verified at September 27th 2009 Anonymous2009.http://elqodar.multiply.com/journal/item/17/PENGENDALIAN_HAMA_DAN _PENYAKIT_TANAMAN_KEHUTANAN. Verified at September 27th 2009 Anonymous 2009. http://www.damandiri.or.id/file/stepanussahalaunairbab3.pdf. Verified at October 22th 2009 Anonymous 2009. http://www.tanindo.com/abdi9/hal2501.htm. Verified at October 22th 2009
12
LAMPIRAN
A. Pengenndalian secara fisik 1. Pembakaran dan Pengasapan
2. Penggunaan cahaya
13
3. Perangkap Warna
4. Penggunaa Suara
3. Barier/penghalang
14
B. Pengendalian secara mekanik 1.Langsung dengan tangan
2. Gropyokan
3. Perangkap
4.Pengusiran
15