Bab 2 Dafin.docx

  • Uploaded by: Restu Ramadhan
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Bab 2 Dafin.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,561
  • Pages: 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Asidi – Alkalimetri Titrasi adalah teknik analitik yang mana Titrasi adalah teknik analitis yang memungkinkan penentuan kuantitatif zat tertentu (analit) dilarutkan dalam sampel. Hal ini didasarkan pada reaksi kimia lengkap antara analit dan reagen (titran) konsentrasi yang diketahui yang ditambahkan ke sampel. Contohnya adalah titrasi antara asam asetat di cuka dengan sodium hidroksida, NaOH: CH3COOH + NaOH Analit Titran

CH3COO- + Na+ + H2O Produk/ Hasil

Titran ditambahkan sampai reaksi selesai. Agar cocok untuk penentuan akhir reaksi titrasi harus mudah diamati. Ini berarti bahwa reaksi harus dipantau (ditunjukkan) dengan teknik yang tepat, misalnya potensiometri (pengukuran potensial dengan sensor) atau dengan Indikator warna. Pengukuran volume titran dibagikan memungkinkan perhitungan kandungan analit berdasarkanstoikiometri reaksi kimia. Reaksi yang terlibat dalam titrasi harus diamati dengan cepat dan lengkap (Mettler, 2009). Analisis kuantitatif adalah analisis untuk menentukan jumlah (kadar) absolute atau relatif dari suatu elemen atau spesies yang ada di dalam sampel, misalnya terhadap bahan-bahan atau sediaan yang digunakan di dalam farmasi, obat di dalam jaringan tubuh, dan sebagainya. Banyak sedikitnya sampel dan jumlah relatif analit penyusun sampel merupakan karakteristik yang penting dalam suatu metode analisis kuantitatif. Metodemetode ini dapat digolongkan sebagai makro, semimikro, dan mikro tergantung pada banyak sedikitnya sampel. Banyak sedikitnya sampel yang diambil untuk analisis tergantung pada metode analisis yang akan digunakan. Suatu penentuan konsentrasi sekelumit secara spektrofotometri memerlukan suatu sampel makro, tetapi bila dilakukan secara kromatografi, cukup dengan sampel mikro (Ines, 2013). Titrasi Asam Basa merupakan contoh analisis volumetri. Yaitu, suatu cara atau metode, yang menggunakan larutan yang disebut titran dan dilepaskan dari perangkat gelas yang disebut buret. Bila larutan yang diuji bersifat basa maka titran harus bersifat asam dan sebaliknya. Syarat-syarat yang di perlukan agar proses titrasi berhasil : 1. Konsentrasi titran (NaOH) harus diketahui. Larutan seperti ini di sebut larutan standar.

2. Titik ekuivalen harus diketahui. Indikator yang memberikan perubahan warna, atau sangat dekat dengan titik ekuivalen yang sering digunakan. Salah satunya dengan mengetahui perubahan warna larutan pada saat proses titrasi berlangsung. Titik pada saat indikator berubah warna di sebut titik akhir. 3. Volume titran yang di butuhkan untuk mencapaititik ekuivalenharus di ketahui setepat mungkin (Dani, 2009).

2.2 Prinsip Titrasi Asam Basa Titrasi asam basa merupakan titrasi yang didasarkan pada reaksi asam basa yang terjadi antara analit dengan titran. Titrasi asam basa terdiri dari titrasi antara lain seperti asam kuat dengan basa kuat, asam kuat dengan basa lemah dan basa lemah dengan asam kuat. Standarisasi adalah proses yang digunakan untuk menentukan secara teliti konsentrasi suatu larutan. Terdapat dua macam larutan standar, yaitu standar primer dan standar sekunder. Standar primer biasanya dibuat dengan cara menimbang dengan teliti suatu solut kemudian melarutkannya ke dalam volume larutan yang secara teliti diukur volumenya. Syarat–syarat dari standar primer adalah sebagai berikut:

1.

Murni, jumlah pengotornya tidak lebih dari 0,01 – 0,02%.

2.

Stabil, tidak higroskopis, dan tidak mudah bereaksi dengan udara.

3.

Mempunyai berat ekivalen yang cukup tinggi untuk mengurangi kesalahan pada waktu

penimbangan. Larutan standar primer digunakan untuk menstandardisasi larutan standar sekunder, larutan sekunder selanjutnya

2.3 2.3.1

Titrasi Asam Basa Titrasi Asam Kuat dan Basa Kuat 1. Sebelum Titik Ekivalen Karena disosiasi air dapat diabaikan, jumlah mol H+ sama dengan jumlah sisa asam yang tinggal. [H+] = (MAVA– MBVB)/(VA+ VB)

(Takeuchi, 2006)

2. Pada Titik Ekivalen Disosiasi air tidak dapat diabaikan di sini. [H+] = √Kw = 10–7

(Takeuchi, 2006)

3. Setelah Titik Ekivalen Jumlah mol basa berlebih sama dengan jumlah mol ion hidroksida. [OH-] dapat diperoleh dengan membagi jumlah mol dengan volume larutan. [OH-] yang diperoleh diubah menjadi [H+]. [OH-] = (MB VB – MAVA)/(VA+ VB)

(Takeuchi, 2006)

[H+] = Kw/[OH-] = (VA+ VB)Kw/(MBVB – MAVA)

(Takeuchi, 2006)

2.3.2 Titrasi Asam Lemah dan Basa Kuat Hasilnya akan berbeda bila asam lemah dititrasi dengan basa kuat. Titrasi 10 x 10-3 dm3 asam asetat 0,1 mol dm3 dengan NaOH 0,1 mol dm3 merupakan contoh khas. 1.

Titik Awal VB = 0

pH di tahap awal lebih besar dari di kasus sebelumnya. [H+] = MAα

(Takeuchi, 2006)

α adalah tetapan disosiasi asam asetat. 2.

Sebelum Titik Ekivalen

Sampai titik ekivalen, perubahan pH agak lambat. 3.

Pada Titik Ekivalen (VB = 10 x 10-3 dm3)

Pada titik ini hanya natrium asetat CH3COONa yang ada. [H+] dapat diperoleh dengan cara yang sama dengan pada saat kita membahas hidrolisis garam. 4.

Setelah Titik Ekivalen.

[H+] larutan ditentukan oleh konsentrasi NaOH, bukan oleh CH3COONa.

2.3.4 Titrasi Basa Lemah dan Asam Kuat Titrasi 10 x 10-3 dm3 basa lemah misalnya larutan NH3 0,1 mol dm3 dengan asam kuat misalnya HCl 0,1 mol dm3. Dalam kasus ini, nilai pH pada kesetimbangan agak lebih kecil daripada di kasus titrasi asam kuat dengan basa kuat. Kurvanya curam, namun, perubahannya cepat di dekat titik kesetimbangan. Akibatnya titrasi masih mungkin asalkan indikator yang tepat dipilih, yakni indikator dengan rentang indikator yang sempit.

2.3.4 Titrasi Basa Lemah dan Asam Lemah Dalam titrasi jenis ini, kurva titrasinya tidak akan curam pada titik kesetimbangan, dan perubahan pHnya lambat. Jadi tidak ada indikator yang dapat menunjukkan

perubahan warna yang jelas. Hal ini berarti titrasi semacam ini tidak mungkin dilakukan.(Takeuchi, 2006).

2.4

Indikator Titrasi Indikator yang digunakan pada titrasi ini adalah indikator yang bekerja sesuai dengan perubahan pH pada larutan. Indikator asam basa merupakan suatu asam atau basa organik lemah yang bentuk tak terdisosiasinya berbeda warna dengan ionnya. Indikator ini akan berubah warna pada perubahan pH larutan yang menyebabkan indikator tersebut mengalami disosiasi. Indikator yang terkenal adalah indikator fenolftalein. Indikator ini merupakan asam diprotik dan tak berwarna. Ia mula-mula terdisosiasi kedalam suatu bentuk tak bewarna dan kemudian kehilangan hidrogen kedua, menjadi ion yang berwarna merah (Putra, 2014). Suatu larutan dapat diukur pHnya menggunakan indikator dan pH meter. Indikator mempunyai trayek perubahan warna pada nilai pH tertentu. Tabel 2.1 Indikator Warna untuk Titrasi Asam-Basa Indikator Metil jingga

Metil merah

Metal ungu

Bromotil biru

Lakmus

Timol biru

Fenolftalein

pH 3,2 – 4,4 4,0 – 5,8 4,8 – 5,4 6,0 – 7,6 4,7 – 8,3 8,0 – 9,6 8,2 – 10,0 (Taryo, dkk., 2014)

Perubahan Warna Merah – kuning Tidak berwarna – merah Ungu – hijau Kuning – biru Merah – biru Kuning – biru Tidak berwarna – merah muda

2.5

Jenis-Jenis Titrasi Berdasarkan cara titrasinya, titrimetri dikelompokkan menjadi: 1.Titrasi langsung. Cara ini dilakukan dengan melakukan titrasi langsung terhadap zat yang akan ditetapkan.

2.Titrasi tidak langsung Cara ini dilakukan dengan cara penambahan titran dalam jumlah berlebihan, kemudian kelebihan titran dititrasi dengan titran lain, volume titrasi yang didapat menunjukkan jumlah ekuivalen dari kelebihan titran, sehingga diperlukan titrasi blanko. Larutan blanko adalah larutan yang berisi semua pereaksi yang digunakan tanpa sampel. Syarat reaksi yang harus dipenuhi dalam analisis Titrimetri adalah:

1. Reaksi harus berjalan sesuai dengan suatu persamaan reaksi tertentu. Tidak boleh ada reaksi samping. 2. Harus ada perubahan yang terlihat pada saat titik ekuivalen tercapai, baik secara kimia maupun fisika. 3. Harus ada indikator yang cocok untuk menentukan titik akhir titrasi, jika reaksi tidak menunjukkan perubahan kimia atau fisika. Indikator potensiometrik dapat digunakan pula. 4. Reaksi harus berlangsung cepat, sehingga titrasi dapat dilakukan dalam beberapa menit (Suprijadi, 2013)

2.6 Teori Bahan “Cuka Anggur” Cuka biasanya digunakan untuk pengawetan buah-buahan dan sayurandan dalam penyusunan mayones, salad dressing, mustard, dan bumbu makanan lainnya. Meskipun berguna sebagai bahan makanan untuk rasa dan sifat fungsional, manfaat kesehatan potensial varietas cuka membuat peneliti untuk lebih produk makanan jangka panjang ini(Türker 1963; Tan 2005). Cuka anggur mengandung senyawa fenolik ,antara lain : asam gallic, catechin, epicatechin, asam chlorogenic, asam caffeic, asam syringic, dan asam ferulat , dengan index polifenol senilai 2000 hingga 3000 mg/L .(Budak&Guzel-Seydim,2010)

2.7

Aplikasi Asidi-Alkalimetri “Isolasi Indikator Asam Basa Herbal dari Biji “Punica

granatum” Buah Punica granatum L (Punicaceae), atau disebut buah delima, adalah buah yang sangat sering dikonsumsi. Delima merupakan obat tradisional Cuban yang biasa digunakan untuk merawat acidosis, disentri, infeksi mikroba, diare, helminthiasis, pendarahan, dan penyakit pernapasan. Punica Granatum juga merupakan anti-kuman yang baik. Ekstrak dari buah ini juga terbukti efektif untuk melawan virus herpes dan juga sangat baik untuk melawan virus influenza. Secara kimiawi, tanaman ini mengandung punicalagin, punicalin, strictinin, dan granatin. Dua buah ellagitannins, asam diellagik ramnosil glucopyranosida dan 5-ogalloylpunicacortein-D terisolasi dan terkarakterisasi bersama sama dengan dua buah metabolit tannin, yaitu punicarcotein D, punicalin, punicalagin, dan 2-O-galloylpunicalin. Di buah ini juga terkandung flavonoids, antiosidan, dan anthocyanins. Pada titrasi asam basa, indikator digunakan untuk menunjuakan perubahan warna yang tajam pada interval pH tertentu. Pigmen alami dalam tumbuhan biasanya merupakan substansi berwarna yang mampu menjukan perubahan warna pada vatiasi pH tertentu. Penyelidikan ekstrak buah Punica granatum dilakukan untuk mengganti indikator sintetis dengan indikator alami, karena indicator sintetis cenderung memiliki kelemahan seperti polusi kimia, masalah ketersediaan, dan harga yang mahal. Ekstrak dari buah metanolik dari Punica granatum dari famili Puniceaceae menunjukkan perubahan warna yang sangat tajam bila dibandingkan dengan Phenolphthalein, metil merah, dan phenol merah. Indikator alami ini dicoba pada titrasi asam kuat-basa kuat, asam kuat-basa lemah, asam lemah-basa kuat, dan asam lemah-basa lemah. Pada semua titrasi itu, ekstrak buah ini terbukti sangat bermanfaat dan akurat untuk menentukan titik netralisasi (Agrawal, 2011).

2.7.1 Flowchart ”Isolasi Indikator Asam Basa Herbal dari Biji Punica granatum”

Mulai

Bersihkan buah dan potong jadi bentuk kecil

Diambil 100 g potongan buah delima

Ditambahkan 150 ml larutan yang berisi 9/10 metanol dan 1/10 hidroklorik cair

Didiamkan selama 3 jam

Disimpan dalam wadah yang tertutup rapat dan dijaukan dari sinar matahari langsung

Diambil 3 tetes ekstrak buah sebagai indicator untuk setiap 5 ml titran

Selesai

Gambar 2.1 Flowchart “Isolasi Indikator Asam Basa Herbal dari Biji Punica granatum” (Agrawal, 2011)

Related Documents

Bab 2
June 2020 19
Bab 2
May 2020 26
Bab 2
May 2020 40
Bab 2
June 2020 23
Bab 2
April 2020 32
Bab 2
April 2020 37

More Documents from ""