Laporan Kkn---pengendalian Hama Tikus

  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Laporan Kkn---pengendalian Hama Tikus as PDF for free.

More details

  • Words: 2,147
  • Pages: 18
KKN-KMN

LAPORAN AKHIR

KULIAH KERJA NYATA (KKN) KEMITRAAN MAHASISWA UNIVERSITAS ANDALAS DI JORONG ATAS KENAGARIAN SITUJUH LADANG LAWEH KECAMATAN SITUJUH LIMO NAGARI KABUPATEN LIMA PULUH KOTA

JUDUL PROGRAM KKN

PROGRAM PENGENDALIAN HAMA TIKUS

Disusun Oleh : Nama DASMENDI No. BP 06 111 004 Fakultas Pertanian

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

ANDALAS

Padang, 15 SEPTEMBER 2009 1

HALAMAN PENGESAHAN LAPORAN AKHIR KKN KEMITRAAN

1. Judul Program KKN

: PEMNGENDALIAN HAMA TIKUS

2. Pelaksana

:

a. Nama Lengkap

: DASMENDI

b. No.BP / No.KKN

: 06 111 004/ 09/01/022/BDP

c. Program Studi

: BUDIDAYA PERTANIAN

d. J u r u s a n

: AGRONOMI

e. F a k u l t a s

: PERTANIAN

3. Dosen Pembimbing Lapangan : Dr. Ir. Hendri, MS 4. Waktu Pelaksanaan

:-

5. Lokasi Pelaksanaan

:-

a. J o r o n g

: ATAS

b. Kenagarian

: LADANG LAWEH

c. Kecamatan

: SITUJUAH LIMO NAGARI

d. Kabupaten

: LIMA PULUH KOTA Padang, 15 September 2009 Pelaksana,

(DASMENDI)

Mengetahui :

Menyetujui/Mengesahkan :

Wali Jorong Atas

Dosen Pembimbing Lapangan

(Tamarajo Nan Malengong)

(Dr. Ir. Hendri, MS)

2

ABSTRAK Hama tikus merupakan salah satu oragnisme pengganggu tanaman (OPT) dari jenis hewan pengerat. Perkembangan hama tikus ini sangat berlansung dengan cepat, apalagi dalam kondisi ketersediaan makanan yang mencukupi, kurangnya usaha pengendalian yang dilakukan oleh petani, serta sedikitnya musuh alami tikus yang terdapat di alam mengakibatkan kondisi ini melampaui batas ambang ekonomi atau dengan kata lain merugikan petani, khususnya pada tanaman-tanaman seperti padi, kakao serta beberapa tanaman lainnya. Untuk itu perlu adanya pengendalian yang efektif dan segera sebelum kerugian semakin besar. Untuk mewujudkan program ini perlu adanya konsultasi terlebih dahulu dengan Dinas Pertanian setempat, yang akan melakukan survey lahan terlebih dahulu serta penilaian Ahli HPT dalam menentukan apakah perlu atau tidak untuk melakukan program ini. Setelah survey dan pengamatan pada beberapa lahan di kedua jorong, Jorong Atas dan Jorong Bawah. Didapatkan data bahwa lahan dalam konsidi kering, serta perkembangan hama tikus dalam hal ini sebatas pada tanaman padi sudah sangat berkurang. Jumlah serangan hama tikus pada daerah ini sudah berkurang, ini bisa diakibatkan karena kekeringan yang telah beberapa minggu melanda daerah ini. Dari hasil survey dan pengamatan ini, disimpulkan bahwa program kurang efektif dilaksanakan.

3

KATA PENGANTAR Alhamdulillah, Puji dan syukur yang sebesar-besarnya penulis ucapkan ke hadirat Allah swt yang telah memberikan kesempatan kepada penulis dalam menyelesaikan laporan ini, yakni berupa nikmat hidup dan kesehatan. Terima kasih penulis ucapkan setulusnya kepada DPL, Bapak Dr. Ir. Hendri, MS, berupa dukungan serta bimbingannya dalam melakukan program atau kegiatan kami selama KKN. Wali Nagari Situjuah Ladang Laweh, Bapak Dt. Tunaro Mudo serta Wali Jorong, Bapak Dt. Tamarajo Nan Malengong yang telah bayak membantu dalam pelaksanaan program ini. Kepada Bang Rahmad, selaku SEKNAG Situjuah Limo Nagari dan Bang Zul terima kasih atas bimbingannya selama ini. Tidak lupa pula kepada Dinas Pertanian Situjuah Limo Nagari, khususnya kepada Uda Faizal, selaku PPL yang terjun lansung bersama penulis dalam melakukan survey di lapangan. Kemudian kepada bapak/ibu, saudara/i yang namanya tidak sempat tersebut disini, penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya. Serta kepada seluruh teman-teman sesama peserta KKN 2009, penulis ucapkan ribuan terima kasih atas semangat, dukungan dan bantuan yang telah diberikan. Tidak ada gading yang tidak retak. Tentu dalam penuliasan laporan ini penulis tidak lepas dari segala kesalahan, karena itu merupakan kelemahan penulis sebagai manusia biasa. Oleh karena itu, penulis mohon maaf sebesar-besarnya. Semoga laporan ini bisa dimamfaatkan seperlunya, serta menjadi bahan pertimbangan dalam pelaksanaan program-program lainnya kedepan.

Padang, 15 September 2009

PENULIS

4

DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL Tabel Hasil Survey.......................................................................................11 BAB 1. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG...........................................................................................5 1.2. PERUMUSAN MASALAH..................................................................................5 1.3. TUJUAN PROGRAM...........................................................................................5 1.4. MANFAAT PROGRAM.......................................................................................6 1.5. WAKTU DAN TEMPAT......................................................................................6 BAB II. MATERI DAN PELAKSANAAN PROGRAM 2.1. MATERI PROGRAM..........................................................................................7 2.2. METODE PELAKSANAAN................................................................................9 BAB III. HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN 4.1. KESIMPULAN.....................................................................................................12 4.2. SARAN..................................................................................................................12 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

5

BAB I. PENDAHULUAN 1.1.

LATAR BELAKANG Usaha pertanian merupakan salah satu mata pencaharian utama di Nagari

Situjuah Ladang Laweh. Beberapa macam tanaman-tanaman yang dibududayakan diantaranya adalah padi, kakao, tembakau, tomat, dan sebagainya. Lahan pertanian terluas ditanami tanaman padi sekitar 142 ha, masing-masing 65 ha di Jorong Atas dan 77 ha di Jorong Bawah, selebihnya ditanaman tanaman perkebunan dan holtikultura. Serangan hama tikus ini cukup luas, tercakup di kedua jorong. Oleh karena itulah perlu adanya pengendalian hama tikus ini sebelum daerah terserang bertambah banyak. Tikus sawah (Rattus argentiventer) merupakan hama padi utama di Indonesia, kerusakan yang ditimbulkan cukup luas dan hampir terjadi setiap musim. Tikus menyerang semua stadium tanaman padi, baik vegetatif maupun generatif, sehingga menyebabkan kerugian ekonomis yang berarti. Di Indonesia, kehilangan hasil akibat serangan tikus sawah diperkirakan dapat mencapai 200.000 – 300.000 ton per tahun. Usaha pengendalian yang intensif sering terlambat, karena baru dilaksanakan setelah terjadi kerusakan yang luas dan berat. Oleh karena itu, usaha pengendalian tikus perlu memperhatikan perilaku dan habitatnya, sehingga dapat mencapai sasaran. Tinggi rendahnya tingkat kerusakan tergantung pada stadium tanaman dan tinggi rendahnya populasi tikus yang ada. 1.2.

PERUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang

diatas, dapat dirumuskan beberapa masalah

sebagai berikut : 1. Bagaimanakah upaya pengendalian yang tepat dalam megendalikan hama tikus ini dengan efektif dan efesien? 2. Cara pengendalian manakah yang efesien untuk dipakai?

1.3.

TUJUAN PROGRAM Pelaksanaan program ini bertujuan untuk mngendalikan hama tikus lansung

bersama masyarakat. Sehingga potensi kerugian yang diderita petani dapat ditekan semakimal mungkin. 6

1.4.

MANFAAT PROGRAM Apabila program ini berjalan dengan baik maka akan didapaykan manfaat

sebgai berikut : 1. Masyarakat dapat mengenal dan berperan lansung dalam mengendalikan hama yang menyerang tanaman padi khususnya hama tikus. 2. Mempererat jalinan silahturahmi antar warga. 1.5.

WAKTU DAN TEMPAT

7

BAB II. MATERI DAN METODE PELAKSANAAN 2.1. MATERI MORFOLOGI Tikus sawah mirip dengan tikus rumah, tetapi telinga dan ekornya lebih pendek. Ekor biasanya lebih pendek daripada panjang kepala-badan, dengan rasio 96,4 atau 1,3%, telinga lebih pendek daripada telinga tikus rumah. Panjang kepalabadan 170-208 mm dan tungkai belakang 34-43 mm. Tubuh bagian atas berwarna coklat kekuningan dengan bercak hitam pada rambut, sehingga berkesan berwarna abu-abu. Daerah tenggorokan, perut berwarna putih dan sisanya putih kelabu. Tikus betina mempunyai 12 puting susu. HABITAT DAN PERILAKU Tikus sawah sebagian besar tinggal di persawahan dan lingkungan sekitar sawah. Daya adaptasi tinggi, sehingga mudah tersebar di dataran rendah dan dataran tinggi. Mereka suka menggali liang untuk berlindung dan berkembangbiak, membuat terowongan atau jalursepanjang pematang dan tanggul irigasi. Tikus sawah termasuk omnivora (pemakan segala jenis makanan). Apabila makanan berlimpah mereka cenderung memilih yang paling disukai, yaitu bijibijian/padi yang tersedia di sawah. Pada kondisi bera, tikus sering berada di pemukiman, mereka menyerang semuastadium tanaman padi, sejak pesemaian sampai panen. Tingkat kerusakan yang diakibatkan bervariasi tergantung stadium tanaman. Pengendalian yang sesuai untuk saat sekarang adalah pengendalian hama tikusterpadu, dengan komponen pengendalian kultur teknis, hayati, mekanis, dan kimiawi. 1. Kultur teknik Tanam serempak. Penanaman serempak tidak harus bersamaan waktunya, jarak antara tanam awal dan akhir maksimal 10 hari. Dengan demikian diharapkan pada hamparan awah yang luas kondisi pertumbuhan tanaman relatif seragam. Apabila varietas yang ditanam petaniberbeda, maka varietas padi yang berumur panjang sebaiknya ditanam lebih dahulu, sehingga minimal dapat mencapai panen yang serempak. Apabila penanaman serempak, maka puncak populasi tikus yang padat menjadi singkat, yaitu ketika masa generatif dan pakan tersedia, pada saat itu tikus 8

sudah menempati areal persawahan. Padat populasi mulai turun pada 6-7 minggu setelah panen, tikus mulai meninggalkan sawah dan kembali ke tempat persembunyiannya. Kondisi ini tidak menguntungkan bagi perkembangan tikus, dan sangat berlainan apabila penanaman padi tidak serempak yang memberi peluang tikus untuk lama tinggal di persawahan karena pakan tersedia. Meminimalkan tempat persembunyian/tempat tinggal. Ukuran pematang sebaiknya mempunyai ketinggian sekitar 15 cm dan lebar 20 cm, pematang seperti ini tidak mendukung tikus dalam membuat sarang di sawah, sebab kurang lebar dan kurang tinggi bagi mereka, sehingga tidak nyaman. Mereka memerlukan paling tidak tinggi dan lebar pematang sekitar 30 cm. Lahan yang dibiarkan tidak diolah juga menjadi sarang yang nyaman bagi tikus untuk sembunyi. Oleh karena itu pengolahan tanah akan mempersempit peluang menjadi tempat persembunyian mereka. Sanitasi. Kebersihan sawah dan lingkungan sekitar sawah penting untuk diperhatikan, agar tikus tidak bersarang disana. Rumput, perdu, maupun belukar di sekitar sawah atau sungai dekat sawah perlu dibersihkan untuk mencegah digunakan sebagai tempat berlindung tikus sebelum melakukan invasi di sawah. Menjelang panen, populasi tikus meningkat dan mereka bersembunyi di sekitar sawah, maka tanah yang tidak ditanami akan tidak disukai mereka apabila di genangi air. 2. Hayati Pemanfaatan musuh alami tikus diharapkan dapat mengurangi populasi tikus. Ular sawah sebenarnya menjadi pemangsa tikus yang handal, hanya sekarang populasinya di alam turun drastis karena ditangkap dan mungkin lingkungan tidak cocok lagi. Burung hantu (Tito alba) kini mulai diberdayakan di beberapa daerah untuk ikut menanggulangi hama tikus. Musang sawah juga memangsa tikus, namun sekarang sangat sedikit populasinya dan sulit dijumpai di sawah. 3. Mekanis Pagar plastik dan perangkap sistem bubu. Pesemaian merupakan awal tersedianya pakan tikus di lahan sawah, sehingga menarik tikusuntuk dating. Pemasangan pagar plastik yang dikombinasikan dengan perangkap tikus dari bubu dianggap merupakan tindakan dini menanggulangi tikus sebelum populasinya meningkat. Cara ini akan lebih efektif apabila petani membuat pesemaian secara berkelompokdalam beberapa tempat saja, sehingga jumlah perangkap dan plastik sedikit. 9

Pemasangan perangkap diletakkan pada sudut pagar plastik, pada sudut tersebut plastik dilubangi sebesar ukuran lubang pintu perangkap. Sekitar perangkap diberi rumput untuk mengelabuhi tikus, sehingga mereka tidak menyadari kalau sudah masuk perangkap. Pagar plastik menggunakan plastik dengan lebar 50-75 cm dan panjang secukupnya. Penggunaan pagar plastik tidak hanya untuk pesemaian, tetapi dapat juga untuk lahan sawah dengan tujuan melokalisir tempat masuknya tikus, yaitu mengarahkan ke lubang perangkap. Selain itu di beberapa tempat dilakukan Gropyokan. 4. Kimiawi Umpan beracun. Cara pengendalian kimiawi dilakukan dengan menggunakan rodentisida, misalnya Ramortal, Dora, Klerat, Racumin, belerang, dan lainnya. Rodentisida yang dianjurkan sekarang adalah golongan anti koagulan yang bekerja lambat (tikus mati 2-14 harisetelah makan umpan beracun). Umumnya pelaksanaan pengendalian ini dengan memberikan umpan beracun kepada tikus. Namun sebelum dipasang umpan, perlu pemantauan tikus apakah populasinya tinggi atau belum. Tiap petakan sawah diberi sekitar 10 umpan, biasanya disediakan dulu umpan yang tidak beracun guna mengelabuhi tikus untuk tetap memakan umpan. Baru setelah beberapa lama, umpan beracun dipasang di sawah. Dan bisa juga dengan fumigasi liang dengan belerang. 2.2. MATERI PELAKSANAAN Dengan beberapa pertimbangan program ini dilaksanakan dengan cara sebagai berikut : a. Gropyokan. Cara ini banyak dilaksanakan di pedesaan, dengan memburu tikus di sawah. Seringkali dilibatkan anjing pelacak tikus dan jarring perangkap. Hasil gropyokan dapat dalam jumlah banyak tangkapan, apabila menyertakan banyak petani secara serempak di areal luas. Kegiatan ini memerlukan koordinasi antar petani pemilik lahan, karena tikus yang digropyok sering lari melintas batas lahan pemilik sawah.

10

b. Fumigasi liang. Tindakan ini manjur dilakukan saat padi pada stadium awal keluar malai dan pemasakan, karena merupakan stadium perkembangan optimal tikus, yaitu induk dan anaknya berada dalam liang. Pengemposan sarang perlu diperhatikan ukuran lubang dan diusahakan agar tidak terjadi kebocoran dan asap maksimal mencapai sasaran. Pengemposan dapat dilanjutkan dengan pembongkaran sarang tikus, untuk memaksimalkan hasil pengendalian. c. Dan pemasangan pagar-pagar plastik pada sawah-sawah dengann umur tanaman masih muda.

11

BAB III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. HASIL Tabel hasil survey : Jorong

Atas Bawah

Luas Lahan yang

Luas Lahan yang

Umur Tanaman

Terserang (ha)

tidak Terserang(ha)

Terserang (bulan)

4,4 3

60,6 75

3-4 4

3.2. PEMBAHASAN Berdasarkan hasil survey lahan yang terserang yang dilakukan bersama dengan PPL diatas diambil kesimpulan, bahwa jumlah serangan hama telah jauh berkurang dan serangan terjadi pada umur 3-4 bulan atau pada saat tanaman siap dipanen. Oleh karena itulah program tidak efektif dilaksanakan.

12

BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN 4.1. KESIMPULAN Sayangnya, setelah melakukan survey dilahan-lahan tanaman padi tidak ditemukan serangan hama yang berarti. Hal ini menyebabkan pelaksanaan program ini tidak efektif dan efesien untuk dilaksanakan. Hal ini diputuskan oleh petugas PPL dan Dinas Pertanian. 4.2. SARAN o Untuk keberhasilan pelaksanaan program selanjutnya, perlu dilakukan survey awal atau pra-kkn oleh peserta kkn, khususnya oleh mahasiswa pertanian. Hal ini perlu agar mahasiswa tersebut mempunyai gambaran program yang cocok dan tepat untuk dilaksanakan pada daerah yang bersangkutan. o

Untuk kelancaran pelaksanaan KKN selanjutnya perlu bagi Pengawas KKN atau badan yang terkait untuk melakukan penjajakan awal didaerah yang akan ditempati peserta KKN. Agar dapat diketahui kebutuhan masyarakat disana, sehingga penempatan mahasiswa disana bisa sesuai dengan kriteria harapan masyarakat. Contohnya bila suatu daerah lebih vital dalam hal pertanian maka seharusnya mahasiswa pertanian lebih diintensifkan disana dalam hal jumlah peserta. Hal ini perlu diperhatikan untuk kemudahan dan keberhasilan KKN selanjutnya.

13

DAFTAR PUSTAKA Direktorat Bina Perlindungan Tanaman. 1992. Tikus Sawah. Kerjasama Teknis IndonesiaJepang Bidang Perlindungan Tanaman Pangan. Dir. Jen. Pertanian Tan. Pangan. Dep. Tan. Jakarta. 101 hal. Harsiwi, T., J. Priyono, and O. Murakami. 1992. Studi operasional tikus sawah Rattus argentiventer di Jatisari pada musim tanam 1991. Direktorat Bina Perlindungan Tanaman. Dirjen Pertanian Tanaman Pangan. Dep. Tan. Jakarta. 26 hal. Program Nasional Pengendalian Hama Terpadu. 1994. Pelatihan untuk Pelatih Pengendalian Hama Terpadu dengan Tekanan pada Tikus. Proyek PHT Pusat. Departemen Pertanian. Jakarta. 59 hal.

14

LAMPIRAN DOKUMENTASI

Rapat Penyuluhan Perkebunan dan pembahasan program bersama kelompok tani dan PPL.

15

16

17

18

Related Documents