Pendekatan Tradisional Untuk Perumusan Teori Akuntansi.docx

  • Uploaded by: Evha Millatul Qistiyah
  • 0
  • 0
  • October 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Pendekatan Tradisional Untuk Perumusan Teori Akuntansi.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,432
  • Pages: 14
PENDEKATAN TRADISIONAL UNTUK PERUMUSAN TEORI AKUNTANSI Disusun untuk memenuhi tugas matakuliah Teori Akuntansi yang di ampu oleh Bapak Dr. H. Afrizal,SE, M.Si., Ak. CA.

Oleh :

MUGHNI RUSTIADI C1C016009 PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS JAMBI 2019

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Telah sekian lama berbagai pendekatan diterapkan untuk merumuskan teori akuntansi. Beberapa dari pendekatan tersebut dikenal sebagai pendekatan “tradisional”, karena pendekatan tersebut ditandai dengna tidak adanya proses verifikasi yang jelas dalam upaya mengembangkan suatu teori akuntansi. Pendekatan tradiosional merupakan riset konvensional dan bukannya riset aliran baru yang mengadalkan pemikiran tradisional untuk merumuskan kerangka akuntansi konseptual. Kita dapat membedakannya menjadi beberapa pendekatan. 1. Apa definisi dari teori akuntansi? 2. Hakikat-hakikat teori akuntansi? 3. Apa saja pendekatan dalam perumusan teori akuntansi? 1.3 Tujuan Penulisan 1. Mengetahui definisi dari teori akuntansi. 2. Mengetahui apa saja hakikat akuntansi. 3. Mengetahui pendekatan dalam perumusan teori akuntansi.

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Hakikat Akuntansi: Berbagai Gambaran Menurut Committee on Terminology dari American Institute of Certified Public Accountants Akuntansi adalah seni pencatatan, pengklasifikasian, dan pengikhtisaran, dengan aturan baku dan dalam satuan uang, transaksi dan peristiwa yang paling tidak sebagai darinya, memiliki karakter keuangan, dan selanjutnya interpretasi atas hasilnya. Belakangan ini, akuntansi telah didefinisikan dengan referensi pada suatu konsep informasi yaitu akuntansi merupakan aktivitas jasa. Fungsinya adalah menyediakan informasi kuantitatif, terutama yang bersifat keuangan, mengenai entitas ekonomi yang dimaksudkan untuk dapat memberikan manfaat dalam pengambilan keputusan, dan dalam membuat pilihan logis di antara serangkaian tindakan. Definisi diatas mengacu kepada akuntansi baik sebagai “seni” maupun sebagai suatu “aktivitas pelayanan” dan secara tidak langsung menyatakan bahwa akuntansi mencakup sekumpulan teknik yang dapat berguna di bidang tertentu.

2.1.1 Akuntansi Sebagai Ideologi Akuntansi dipandang sebagai suatu fenomena ideology yaitu sebagai sarana untuk mempertahankan dan melegtimasi aturan-aturan social, ekonomi, dan politik yang berlaku saat ini. Karl marx tetap menanganggap bahwa akuntansi memberikan suatu bentuk kesadaran yang salah dan merupakan sarana untuk membingungkan dan bukannya mengungkap

2.1.2 Akuntansi Sebagai Bahasa Akuntansi dipandang sebagai suatu bahasa bisnis. Akuntansi adalah suatu alat mengomunikasikan informasi suatu bisnis. Sebagai bahasa bisnis, akuntansi memiliki banyak hal yang sama dengan bahasa lain. Berbagai aktivitas bisnis sebuah perusahaan

dilaporkan dalam laporan akuntansi menggunakan bahasa akuntansi. Hal ini juga diakui dalam literature empiris, yang mencoba mengukur komunikasi dari konsep akuntansi. Dua komponen dari bahasa, yaitu symbol dan aturan tata bahasa. Berikut ini merupakan perumpamaan untuk akuntansi: 1. Symbol atau karakter leksikal Dari suatu bahasa adalah unit-unit atau kata-kata “yang memiliki arti” dan dapat diidentifikasikan dalam bahasa manapun. Penyajian secara simbolik memang ada di akuntansi. Sebagai contoh, McDonald mengidentifikasi angka dan kata serta debit dan kredit sebagai satu-satunya symbol yang diterima dan unik dalam disiplin ilmu akuntansi. 2. Aturan tata bahasa Dari suatu bahasa mengacu pada pengaturan sintaksis pada bahasa apapun. Dalam akuntansi, aturan tata bahasa mengacu pada sekelompok prosedur umum yang digunakan dan diikuti untuk menciptakan seluruh data keuangan bisnis.

2.1.3

Akuntansi Sebagai Catatan Historis Umumnya, akuntansi telah dipandang sebagai suatu sarana penyediaan sejarah/historis (history) suatu organisasi dan transaksi-transaksinya dengan lingkungannya. Baik bagi pemilik maupun pemegang saham perusahaan, pencatatan akuntansi menyediakan suatu sejarah kepengurusan manjer terhadap sumber daya pemilik. Konsep kepengurusan pada dasarnya adalah suatu fitur dari hubungan prinsipal agen, dimana agen diasumsikan menjaga sumber daya dari prinsipal. Pengukuran konsep kepengurusan ini tela berevolusi dari waktu ke waktu. Binberg membedakannya menjadi empat periode : 1. Periode Pemeliharaan Murni 2. Periode Pemeliharaan Tradisional 3. Periode Utilisasi Aktiva 4. Periode Terbuka

Dua periode ini mengacu pada kebutuhan agen untuk mengembalikan sumber daya secara utuh kepada prinsipal dengan melakukan pekerjaan secara minimal guna memenuhi fungsi pemeliharaan dan pengungkapan data neraca dianggap sudah memadai. Periode ketiga mengacu pada kebutuhan agen untuk memberikan inisiatif dan wawasan dalam menggunakan aktiva untuk melakukan rencana yang telah disetujui, dan membutuhkan diperolehnya data evaluasi kinerja atas efektivitas penggunaan aktiva. Pada periode terbuka, memberikan fleksibilitas yang lebih tinggi dalam penggunaan aktiva dan memperbolehkan agen untuk memetakan arah dari utilitas aktiva. 2.1.4

Akuntansi Sebagai Realitas Ekonomi Masa Kini Tesis utama dari pandangan ini adalah bahwa baik neraca maupun laporan laba

rugi harus didasarkan pada suatu basis penilaian yang lebih mencerminkan kenyataan ekonomi daripada biaya historis. Metode yang dianggap paling mencerminkan kenyataan ekonomi berfokus pada harga masa kini dan masa depan, bukannya pada harga historis.

2.1.5

Akuntansi Sebagai Sistem Informasi Akuntansi diasumsikan menjadi suatu proses yang menghubungkan sumber

informasi atau pemancar (akuntan), saluran komunikasi, dan serangkaian penerima (pengguna eksternal). Pandangan akuntansi ini memiliki konsep penting dan tambahan empiris. Pertama, mengasumsikan bahwa sistem akuntansi adalah satu-satunya sistem pengukuran formal yang ada di organisasi. Kedua, memperbesar kemungkinan perancangan suatu sistem akuntansi yang optimal dan mampu menyediakan informasi yang berguna pada pengguna.

2.1.6

Akuntansi Sebagai Komoditas Akuntansi ada karena terdapat permintaan akan informasi khusus dan akuntan

mau dan mampu menghasilkannya. Sebagai contoh komoditas public, akuntansi menyediakan dasar ideal untuk regulasi, memberikan dampak kepada kebijakan public dan mengawasi seluruh jenis kontrak antara organisasi dengan lingkungannya.

2.1.7

Akuntansi Sebagai Mitos Akuntansi mungkin dapat dipandang sebagai mitos atau ritual simbolis. Akutansi

menciptakan mitos yang merupakan cara mudah memahami dunia ekonomi dan menjelaskan fenomena kompleks.

2.1.8

Akuntansi Sebagai Alasan Logis Akutansi mungkin digunakan untuk melekatkan makna terhadap peristiwa dan

karenanya menyediakan suatu justifikasi bagi kejadian mereka di masa mendatang, dengan adanya ketidaktepatan dan ketidakpastian yang melingkupi kebanyakan angka akutansi, akutansi mungkin digunakan sebagai suatu cara untuk melegimitasi pemunculannya. Oleh sebab itu, akutansi menjadi suatu perisai jaminan atau sertifikasi otoritas terhadap angka tersebut dan menyediakan suatu alasan pemikiran atas tindakan yang berdasar pada angka tersebut. Jenis alasan pemikiran yang mungkin disediakan oleh akuntansi bergantung pada lokasi dari ketidakpastian organisasi. 2.1.9

Akuntansi Sebagai Perumpamaan Akuntansi mungkin dipandang sebagai perumpamaan (imagery). Akuntansi

memberikan kontribusi terhadap penciptaan suatu gambaran atau citra dari organisasi. Akuntansi bertindak sebagai suatu gambaran organisasi melalui peristiwa yang telah diseleksi dan transaksi yang terjadi di organisasi. Konsekuensinya adalah timbul perasaan akan pentingnya akuntansi dan konsepsi tertentu mengenai realitas organisasi. Konsekuensi yang kedua adalah bahwa gambaran yang diciptakan dari interpretasi terseleksi dan penyajian beberapa peristiwa selanjutnya menciptakan suatu lingkungan yang stabil dan pasti serta menjadi dasar dari pengambilan keputusan. akuntansi juga telah dipandang sebagai pembuat peta keuangan. Semakin baik penyajian faktanya, semakin baik pemetaannya 2.1.10 Akuntansi Sebagai Percobaan

Akuntansi cukup fleksibel untuk mengekomodasi berbagai situasi, mengadaptasi solusi-solusi baru untuk masalah baru, dan beradaptasi terhadap kasus-kasus yang paling kompleks. Perusahaan-perusahaan dapat melakukan percobaan melalui pemakaian data, teknik, laporan atau pengungkapan akuntansi yang berbeda agar sesuai dengan lingkungan tertentu yang mereka miliki dan untuk beradaptasi terhadap kondisi yang berubah, dan bukannya terhamnat atau terpaku kepada pendekatan konvensional yang sama. Akuntansi merupakan percobaan terutama ketika ia bersifat sukarela, inovatif dan tentative. Kesuksesan akuntansi sebagai percobaan terletak pada berbagai respon yang mungkin diberikan oleh para individu terhadap data. L.A. Boland dan G.A. Newman mengidentifikasi tanggapan yang mungkin dari tiga jenis individu terhadap data, bergantung pada teori-teori yang dianut oleh individu, mempertimbangkan pengetahuan yang ada, dan bagaimana seharusnya mereka merespons data tersebut, tiga jenis individu itu sebagai berikut: 1. Seorang apriori. Seorang yang bersikap apriori akan membentuk selera dan keyakinan secara independen terhadap data yang tersedia dan tidak akan memodifikasinya ketika data yang baru diungkapkan. 2. Seorang skeptis. Seorang yang bersikap skeptis akan memiliki informasi yang berubahubah secara ekstrem dan tidak stabil kecuali data yang ia terima secara konsisten memastikan keyakinan sebelumnya. 3. Seorang positif. Seorang yang bersikap positif akan memandang data dengan objektif dan bersedia untuk memodifikasi selera dan keyakinannya ketika ada fakta-fakta beru yang muncul ke permukaan 2.1.11. Akuntansi Sebagai Distorsi Karena akuntansi digunakan untuk mengendalikan atau memengaruhi tindakantindakan baik dari pengguna internal maupun eksternal, akuntansi menjadi sasaran ideal bagi pihak-pihak yang mencoba untuk memanipulasi arti dari pesan yang akan dilihat oleh pengguna. Terdapat empat kelompokyang mungkin memengaruhi atau dipengaruhi oleh pesan-pesan akuntansi : subjek yang perilakunya memberikan data bagi pesan-pesan akuntansi, akuntan yang menyiapkan data, akuntan yang memeriksa data dan penerima

data. Tindakan disfungsional berupa manipulasi data ini disebut sebagai gangguan suara. Metode yang digunakan untuk mendistorsi system informasi dapat diklasifikasikan menjadi enam kategori besar berikut ini : 1. Perataan atau penghalusan : mencakup proses pengubahan arus data alami atau terencana tanpa mengubah aktivitas actual dari organisasi. 2. Pembiasan : mencakup proses pemilihan tanda-tanda yang memiliki kemungkinan paling besar untuk diterima dan dipilih oleh pengirim. 3. Pemfokusan : mencakup proses baik penguatan ataupun pelemahan aspek-aspek tertentu dari sekumpulan informasi. 4. Permainan : mencakup proses menyelesaikan aktivitas-aktivitas oleh pengirim sehingga menyebabkan terkirimnya pesan. 5. Penyaringan : mencakup proses pemilihan aspek-aspek tertentu yang menguntungkan dari serangkaian informasi yang sama berharganya dari komunikasi melalui pengumpulan, penyajian, agregasi, penahanan, atau penundaan. 6. Tindakan illegal : mencakup proses pemalsuan data dan akibatnya melanggar hukum privat atau public. Seluruh metode dan perilaku manipulasi ini disebabkan oleh adanya keyakinan yang rendah yang dipegang oleh pengirim baik atas kemampuan analisis dari situasi atau kemampuan mengukur dan verifikasi dari data. 2.2 PENYUSUNAN DAN VERIFIKASI TEORI Prinsip-prinsip yang berlaku umum memandu profesi akuntansi dalam memilih teknik akuntansi dan pembuatan laporan keuangan dengan cara yang dianggap sebagai praktik akuntansi yang baik. Sebagai respon terhadap lingkungan, nilai, dan kebutuhan informasi yang berubah, prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum menjadi subjek dari pemeriksaan ulang dan analisis kritis yang konstan. Perubahan-perubahan pada prinsip terjadi terutama sebagai akibat dari berbagai usaha yang dilakukan untuk memberikan solusi kepada masalah-masalah akuntansi yang

muncul untuk merumuskan suatu kerangka teoritis. Proses penyususnan teori akuntansi harus diselesaikan oleh vertifikasi teori atau validasi teori. Teori harusnya menjadi subjek dari suatu ujian logis atau empiris untuk memverifikasi keakuratannya. Jika teori itu didasarkan matematika, verifikasi seharusnya diprediksi berdasarkan kekonsistenan logika. Jika teori itu didasarkan atas fenomena fisik atau social, verifikasi seharusnya diprediksi berdasarkan hubungan antara peristiwa-peristiwa yang dideduksikan dan observasi di dunia nyata. Teori akuntansi menjadi hasil dari suatu proses penyusunan teori dan verifikasi teori. 2.3 HAKIKAT TEORI AKUNTANSI Tujuan utama dari teori akuntansi adalah memberikan basis bagi peramalan dan penjelasan perilaku dan peristiwa akuntansi. Banyak dari teori-teori muncul dari penggunaan pendekataan yang berbeda dalam penyusunan teori akuntansi atau dari usaha untuk mengembangkan teori akuntansi di tingkat menengah dan bukannya satu teori komprehensif tunggal. Teori akuntansi di tingkat menengah berasal dari perbedaan cara peneliti melihat antara pengguna data akuntansi dan lingkungan dimana para pengguna dan pembuatan data akuntansi seharusnya berprilaku. McDonald berpendapat bahwa suatu teori harus memeliki tiga elemen: 1. Pengeodean fenomena ke dalam suatau penyajian simbolis 2. Manipulasi atau kombinai yang mematuhi aturan tertentu 3. Penerjemahan kembali ke fenomena dunia nyata 2.4 METODOLOGI DALAM PERUMUSAN TEORI AKUNTANSI Pendekatan taradisional tersebut adalah: 1. Nonteoritis, praktis atau pragmatis 2. Teoritis:

3. Deduktif 4. Induktif 5. Etis 6. Sosiologi 7. Ekonomi 8. Selektif 2.5. PENDEKATAN UNTUK PERUMUSAN TEORI AKUNTANSI 1. PENDEKATAN NON TEORITIS Pendekatan nonteoritis adalah suatau pendekatan pragmatis dan pendekatan kekuasaan. Pendekatan pragmatis terdiri atas penyusunan suatu teori yang ditandai oleh kesamaan dengan praktik dunia nyata yang berguna dalam artian memberikan solusi yang sifatnya praktis. Pendekatan kekuasaan untuk perumusan suatu teori yang terutama dipergunakan oleh organisasi professional, terdiri atas penerbitan pernyataan sebagai regulasi dari praktikpraktik akuntansi. Pendekatan kekuasaan memberikan solusi praktis. Kedua pendapatan ini berasumsi bahwa teori akuntansi dan hasil teknik akuntansi harus disebut dalam dasar penggunaan akhir laporan keuangan. Penggunaan utilitas sebagai kriteria pemilihan prinsip akuntansi menghubungkan penyusunan teori akuntansi kepada praktif akuntansi, yang mungkin menjelaskan kurangnya antusiasme yang ditimbulkan oleh pendekatan pragmatis. Pendekatan pragmatis adalah bagian dari suatu teori akun. Pendekatan ini berdasar pada rasionalisasi dari pembukuan berganda. Pendekatan teori akun merasionalisasikan pilihan dari teknik-teknik akuntansi yang berdasarkan atas pemeliharaan persamaan akuntansi, yaitu persamaan neraca dan persamaan laba akuntansi. 2. PENDEKATAN DEDUKTIF

Pendekatan deduktif dalam penyusunan teori mana pun diawali dengan dalil dasar dan diteruskan dengan pengambilan kesimpulan logis mengenai subjek yang dipertimbangkan. Pendekatan deduktif dimulai dengan dalil akuntansi dasar dan dilanjutkan dengan menurunkan prinsip-prinsip akuntansi melalui cara-cara logis yang dipakai sebagai pedoman dan dasar bagi pengembangan teknik-teknik akuntansi. Langkah-langkah yang digunakan untuk memperoleh pendekatan deduktif akan meliputi: 1. Menentukan tujuan dari laporan keuangan 2. Memilih postulat dari akuntansi 3. Menghasilkan prinsip dari akuntansi 4. Mengembangkan teknik dari akuntansi Teknik-teknik akan berhubungan dengan prinsip, rumus dan tujuan sehingga jika teori akuntansi itu benar, maka teknik juga harus benar. Para pembuat teori deduktif menyetujui bahwa para pengguna seharusnya menggunakan informasi harga masa kini dalam keputusan alokasi sumber daya mereka. Bahkan, pencarian untuk kekuasaan dalam formalisasi struktur akuntansi telah mengerahkan beberapa pembuat teori deduktif berlindung pada metode aksiomatis. 3. PENDEKATAN INDUKTIF Pendekatan induktif dalam penyusunannya dari suatu teori diawali dengan observasi dan pengukuran serta berlanjut pada kesimpulan umum. Dalam penerapatannya dalam akuntansi, pendekatan induktif diawali dengan observasi mengenai informasi keuangan dari perusahaan bisnis dan dilanjutkan dengan menyusun generalisasi dan prinsip-prinsip akuntansi dari observasi tersebut berdasarkan kepada hubungan yang berulang kembali. Pendekatan induktif mencakup empat tahap: 1. mencatat seleuruh observasi

2. menganalisis dan mengklasifikasi observasi ini untuk mendeteksi adanya hubungan yang berulang kembali 3. penurunan induktif dari generalisasi dari prinsip akuntansi dari observasi yang menggambarkan hubungan berulang 4. menguji generalisasi Dalam pendekatan induktif, kebenaran dari dalil bergantung pada pengamat akan adanya kecukupan contoh kejadian dari hubungan yang berulang. Beberapa pembuat teori akuntansi bergantung pada observasi praktik akuntansi dalam mengusulkan suatu kerangka berpikir bagi akuntansi. 4. PENDEKATAN ETIS Pendekatan etis terdiri atas konsep kewajaran , keadilan, ekuitas, dan kenyataan. Kewajaran telah menjadi salah satu tujuan dasar akuntansi. Committee on auditing procedures mengacu pada kriteria dari “kewajaran dari penyajian” seperti kepatuhan terhadap prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum, oengungkapan, konsistensi, dapat diperbandingkan. 5. PENDEKATAN SOSIOLOGI Pendekatan sosiologi menekankan pengaruh social dari teknik akuntansi. Hal ini merupakan pendekatan etis yang berpusat pada suatu konsep dari kewajaran yang lebih luas, kesejahteraan social. Berdasar pada pendekatan sosiologi, prinsip atau teknik akuntansi yang ada dievaluasi untuk penerimaan dari dasar pengaruh laporannya terhadap seluruh kelompok dalam komunitas. Pendekatan sosiologi terhadap formulasi suatu teori akuntansi telah memberikan kontribusinya kepada evolusi dari sebuah subdisiplin ilmu akuntansi baru, yang dikenal sebagai akuntansi sosioekonomi. Tujuan untama dari akuntansi sosioekonomi adalh untuk mendorong entitas-entitas bisnis yang berfungsi di system pasar bebas untuk memperhitungkan dampak dari pengaruh kegiatan produksi mereka sendiri dalam

lingkungan social melalui pengukuran, internalisasi, dan pengungkapan dalam laporan keuangan mereka. 6.PENDEKATAN EKONOMI Pendekatan ekonomi dalam merumuskan suatu teori akuntansi menekankan pada pengendalian perilaku dari indicator-indikator makroekonomi yang dihasilkan oleh adopsi dari berbagai teknik akuntansi. Pendekatan ekonomi berfokus pada suatu konsep dari kesejahteraan ekonomi umum. Kriteria umum dipakai dalam pendekatan ekonomi makro adalah secara awal, bahwa kebijakan dan teknik akuntansi seharusnya mencerminkan kenyataan ekonomi, dan bergantung pada konsekuensi ekonomi. 2.6. PENDEKATAN SELEKTIF UNTUK PERUMUSAN TEORI AKUNTANSI Pendekatan selektif adalah merupakan akibat dari berbagai usaha oleh individu dan professional serta organisasi pemerintah untuk berpartisipasi dalam pematangan konsep dan prinsip dalam akuntansi. 2.7. KESIMPULAN Pendekatan tradisional terhadap perumusan suatu teori akuntansi telah menggunakan metedologi normative atau metodologi deskriptif suatu pendekatan teoritis atau nonteoritis suatu bentuk alasan deduktif atau induktif dan telah berfokus pada suatu konsep kewajaran, kesejahteraan social, kesejahteraan ekonomi.

DAFTAR PUSTAKA Belkaoui, A. Riadi. 2011, Teori Akuntansi, Edisi 5. Jakarta: Salemba Empat

Related Documents


More Documents from "anggiat pasaribu"