3. Hemofilia.docx

  • Uploaded by: Evha Riani
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View 3. Hemofilia.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,341
  • Pages: 19
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hemofilia merupakan penyakit atau gangguan perdarahan yang bersifat herediter akibat kekurangan faktor pembekuan. Namun tidak semua hemofilia terjadi secara herediter, sebagian penyakit hemophilia juga bisa disebabkan karena adanya kelainan setelah lahir. Hemophilia didapat (acquired) disebabkan karena adanya reaksi autoimun. Tubuh memproduksi antibody yang menyerang faktor pembekuan di dalam darah sehingga mencegahnya untuk bekerja, akibatnya timbul gejala hemophilia. . 1 Hemophilia merupakan kasus yang jarang, biasanya terjadi pada sekitar 1 dari 10.000 kelahiran.2 Hemofilia lebih sering terjadi pada laki-laki, dan diperkirakan sekitar 1 dari 5.000 laki-laki di dunia lahir dengan hemophilia setiap tahun.2 Hemofilia A merupakan bentuk yang terbanyak dijumpai yaitu sebanyak 80-85%, dengan angka kejadian diperkirakan sebanyak 30-100/106 dari populasi dunia, dan sekitar 10-15% adalah hemofilia B. 1 Hemofilia (A dan B) diturunkan secara sex (X) linked recessive dan gen untuk faktor VII dan IX terletak pada ujung lengan panjang (q) kromosom X. Oleh karena itu, perempuan biasanya sebagai pembawa sifat sedangkan laki-laki normal dapat menurunkan satu atau lebih anak lelaki penderita hemofilia atau satu atau lebih anak perempuan pembawa sifat.2

1

BAB II PEMBAHASAN 2.1 DEFINISI HEMOFILIA Hemofilia adalah penyakit gangguan pembekuan darah yang bersifat herediter. Hemofilia A disebabkan oleh kekurangan faktor VIII, sedangkan hemofilia B disebabkan oleh kekurangan faktor IX. Hemofilia A dan B diturunkan secara sex X linked reccesive.1 2.2 EPIDEMIOLOGI Hemofilia terjadi pada 1 dari 5000 kelahiran bayi laki-laki, dan sekitar 400 bayi lahir dengan hemofilia setiap tahun. Angka kejadian hemophilia A sekitar 1:10.000 orang dan hemophilia B sekitar 1:25.000-30.000 orang.2 Di Amerika Serikat dan Inggris insiden penyakit ini adalah 8 – 10 per 100.000 kelahiran bayi laki – laki.3 Sementara di Indonesia, dengan jumlah penduduk kurang lebih 220 juta jiwa, diperkirakan terdapat sekitar 20.000 penderita hemofilia, tetapi hingga desember 2007 baru tercatat 1130 pasien hemofilia.2,3 2.3 KLASFIKASI Klasifikasi hemophilia bergantung pada jenis faktor pembekuan dan kadar/jumlah faktor pembekuan dalam tubuh yaitu :1,3 a. Berdasarkan jenis faktor pembekuan yang mengalami kelainan1,3 1. Hemofilia A Hemofilia A adalah kelainan yang disebabkan karena kekurangan faktor VIII (anti-hemophilic factor).1,3 2. Hemofilia B Hemofilia B adalah kelainan yang disebabkan karena kekurangan faktor IX (Christmas factor).1,3

2

3. Hemofilia C Hemofilia C merupakan penyakit perdarahan akibat kekurangan faktor XI yang diturunkan secara autosomal recessive pada kromosom 4q32q35.2 Hemophilia A lebih sering terjadi dibandingkan dengan hemophilia B.1 Aktivitas faktor pembekuan VIII pada orang sehat mencapai 100 persen, namun pada penderita hemophilia A, aktivitas faktor VIII kurang dari 1 persen.3 b. Klasifikasi hemophilia besdasarkan kadar atau aktivitas faktor pembekuan Berdasarkan kadar atau aktivitas faktor pembekuan (VIII dan IX), hemophilia diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu: 2,5,6 1. Ringan o kadar faktor pembekuan (VII atau IX) 5-30% (0,05-0,3 IU/ml) o Jarang terdeteksi, kecuali pasien mengalami trauma cukup berat, seperti ekstraksi gigi, sirkumsisi, luka iris, dan jatuh terbentur o Wanita dengan hemophilia ringan sering mengalami menorrahiga, periode mentrsuasi yang berat, dan bisa terjadi perdaraha setelah melahirkan anak. o Pendarahan lebih sering terjadi pada jaringan lunak (53%) dibandingkan pada sendi (30%) 2. Sedang o kadar faktor pembekuan (VII atau IX) 1-5% (0,01-0,05 IU/ml) o pendarahan terjadi akibat trauma yang cukup kuat o kadang terjadi perdarahan tanpa sebab yang jelas (spontaneous bleeding episodes) 3. Berat o Kadar faktor pembekuan <1% (<0,01 IU/ml) o Pendarahan terjadi akibat trauma ringan o Sering terjadi spontaneous bleeding episodes o sering terjadi pada sendi dan otot

3

Tabel 1. Hubungan antara aktivitas dan kadar faktor VIII dan IX dengan Manifestasi Klinis Hemofilia2,7 BERAT

SEDANG

RINGAN

Aktivitas F VIII/IX (%)

<0,01

0,01-0,05

>0,05

Frekuensi kasus

50 – 70%

10%

30-40%



Hemofilia A

70%

15%

15%



Hemofilia B

50%

30%

20%

Spontan

Trauma

Penyebab pendarahan

minor, Trauma

kadang spontan

operasi

Frekuensi pendarahan

2-4 kali per bulan

4-6 kali pertahun

Jarang terjadi

Usia Awitan

<1 tahun

1-2 tahun

>2 tahun

Gejala Neonatus

Sering

PCB, Sering

PCB, Tak

mayor,

pernah

PCB,

Kejadian ICH

jarang ICB

jarang sekali ICB

Pendarahan otot/sendi

Tanpa trauma

Trauma ringan

Trauma kuat

Pendarahan SSP

Risiko tinggi

Risiko sedang

Jarang

Pendarahan post operasi

Sering dan fatal

Butuh bebat

Pada operasi besar

Dapat terjadi

Kadang terjadi

oral Sering terjadi

Pendarahan (trauma, cabut gigi)

Keterangan: ICH=intracranial hemorrhage, PCB=Post Circumcisional bleeding

4

2.4 ETIOLOGI Hemofilia A dan hemofilia B disebabkan oleh kerusakan pada pasangan kromosom. Defek genetik ini berpengaruh pada produksi dan fungsi dari faktor pembekuan. Semakin sedikit faktor pembekuan tersebut maka semakin berat derajat hemofili yang diderita. Hemofilia A disebabkan oleh kelainan produksi dari faktor VIII, sedangkan hemofilia B disebabkan oleh kelainan produksi dari faktor IX. 1,2,6 Meskipun hemofilia merupakan penyakit genetik, hemofilia dapat timbul secara spontan ketika kromosom yang normal mengalami abnormalitas (mutasi) yang berpengaruh pada gen untuk faktor pembekuan VIII atau IX. Anak yang mewarisi mutasi tersebut dapat lahir dengan hemofilia atau dapat juga hanya sebagai carrier. 1,2,6 Sementara itu untuk hemofilia C disebabkan defisiensi kongenital faktor XI yang disebabkan mutasi gen faktor XI. Hal ini dapat terlihat dari 6 orang Ashkenazi Jewish, dimana pada pasien hemofilia C tersebut terlihat

adanya

mutasi gen faktor XI. Akibat dari mutasi ini terjadi kegagalan produksi protein aktif yang berkaitan dengan disfungsi molekul faktor pembekuan.

1,2,6

2.5 PATOGENESIS 1. Geneteik Gen pengkode FVIII (faktor koagulasi VIII) terletak pada lengan panjang kromosom X dalam region Xq28. Gen F8C sangat besar, yang mewakili hampir 126 kb kromosom X, yang terdiri dari 26 exon dan 25 intron. FVIII dewasa mengandung 2.322 asam amino. Gen pengkode FIX (faktor koagulasi IX) berlokasi di lengan panjang kromosom X dalam region Xq27. Gen Faktor XI (gen F9) memiliki 34 kb dan terdiri dari 8 ekson dan 7 sekuens. Proteindewasa terdiri dari 450 asam amino, lebih sederhana dari F8 (gen pengkode faktor VIII), mutasi titik dan delesi pada gen FIX adalah penyebab paling sering dari hemophilia B.1,10 Penyebab penyakit hemophilia A adalah gangguan/mutasi pada gen F8, sementara mutasi gen F9 menyebabkan hemophilia B. Gen F8 menyediakan

5

informasi pengkode protein yang merupakan protein penmbentuk faktor koagulasi VIII, sementara faktor koagulasi IX, diproduksi oleh gen F9. Faktor koagulasi adalah sekumpulan protein yang bekerja bersama dalam proses pembekuan darah. Ketika terjadi cidera yang menstimulasi pendarahan, bekuan darah melindungi tubuh dari kerusakan dengan menutup pembuluh darah yang rusak dan mencegah pengeluaran darah yang berlebihan.1,10 Mutasi pada gen F8 dan F9 menyebabkan produksi abnormal danri faktor koagulasi VIII dan IX, atau bahkan dapat mengurangi jumlah protein-protein ini. Protein yang kurang atau malformasi tidak akan bisa berpartisipasi efektif dalam proses koagulasi darah, sehingga bekuan darah tidak akan terbentuk secara tepat yang akhirnya mengakibatkan terjadinya pendarahan yang berkelanjutan dan akan sulit untuk dikontrol. Mutasi yang menyebabkan hemophilia parah hampir dapat mengurangi secara komplit aktivitas koagulasi dari faktor VIII dan faktor IX. Sementara mutasi yang menyebabkan hemophilia ringan sampai sedang akan menurunkan produksi faktor VIII dan IX saja, tanpa mengurangi aktivitas protein koagulasinya.1,10 Bentuk lain dari penyakit hemophilia, yang merupakan hemophilia di dapat (bukan keturunan), bukan disebabkan karena mutasi gen. kondisi seperti ini mempunyai karakteristik pendarahan ke kulit, otot, atau jaringan lunak lainnya, biasanya mulai pada masa remaja. Hemophilia didapat (acquired hemophilia) terjadi ketika tubuh membuat protein spesifik yang disebaut autoantibody yang daapt menyerang dan mengurangi fungsi koagulasi faktotr VIII. Produksi autoantibody ini kadang-kadang berkaitan dengan kehamilan, kelainan sistem imun, kanker, atau reaksi alergi terhadap obat-obatan tertentu. Pada sekitar setengah kasus ini, penyebab acquired hemophilia sampai sekarang masih belum diketahui.1,10 2. pewarisan sifat Hemofilia bersifat herediter penyakit yang terkait kromosom X resesif autosom, sehingga anak laki-laki cenderung emiliki kemungkinan lebih besar untuk menderita hemophilia.

6

seperti yang ditampilkan dalam gambar 1, jika seorang pria tanpa penyakit hemofilia menikah denga wanita carier hemofilia (tidak menderita, tetapi membawa gen hemofilia), maka kemungkinan anak laki-laki menderita hemofilia sebesar 25%, anak laki-laki sehat 25%, anak perempuan sehat 25%, dan anak perempuan carier (sehat tapi membawa gen hemofilia) 25%.

Gambar 1. Pewarisan sifat hemofilia 4 2.6 PATOFISIOLOGI Faktor VIII dan faktor IX diperlukan dalam pembentukan tenase complex yang akan mengaktifkan faktor X. Defisiensi faktor VIII atau faktor IX mengganggu jalur intrinsik sehingga menyebabkan berkurangnya pembentukan fibrin. Akibatnya terjadilah gangguan koagulasi.1,3,9

7

Gambar 2. efek defisiensi faktor VIII dan IX terhadap kaskade koagulasi darah pada manusia. 6

8

Gambar 3. Sistem pembekuan intrinsik dan ekstrinsik 10 2.7

DIAGNOSIS a. Anamnesis Seara klinis, gejala hemophilia A dan B sulit dibedakan, kecuali dengan

pemeriksaan laboratorium khusus. Anamnesis dilakukan dengan menanyakan keluhan utama (perdarahan), riwaayt keluarga, dan kondisi khusus (bayi). 1,2 1. Anamnesis perdarahan Perdarahan yang umum dijumpai pada penderita hemophilia adalah hematoma, dapat berupa kebiruan pada berbagai tubuh, dan hemarthrosis atau perdarahn yang sukar berhenti.1,2

9

Tanda-tanda hemophilia A dan B hampir sama, yaitu: 

Memar yang besar



Pendarahan pada otot dan sendi



Pendarahan spontan (pendarahan tiba-tiba dalam tubuh tanpa ada penyeba yang jelas)



Pemanjangan waktu pendarahan setelah eksisi gigi, atau postoperasi



Pendarahan yang berkepanjanfan setelah kecelakaan, khususnya setelah luka kepala

Sementara pendarahan pada otot dan sendi menyebabkan beberapa kelainan antara lain4: 

Sakit dan “funny feeling”



Bengkak



Nyeri dan kekakuan sendi



Kesulitan dalam menggunakan sendi atau otot

Perdarahan yang dapat ditemukan dan memerlukan penanganan serirus antara lain9: 

Perdarahan sendi, 70-80% kasus



Perdarahan otot/jaringan lunak, 10-20% kasus



Perdarahan intracranial yang ditandai dengan muntah, penurunan kesadaran, dan kejang



Perdarahan mata, saluran cerna, leher/tenggorok, perdarahan akibat trauma berat dan sindrom kompartemen akut

2. Anamnesis Riwayat Keluarga Pemeriksaan dilakukan untuk mecaritahu apakah ada riwayat hemophilia pada saudara laki-laki atau saudara laki-laki ibu. Seorang ibu diduga sebagai cairer obligat jika mempunyai satu anak laki laki atau lebih dari satu saudara laki-laki penderita hemophilia.1,2

10

Seorang bayi harus dicurigai menderita hemophilia jika ditemukan bengkak atau hematoma pada saaat bayi mulai merangkak atau berjalan. Pada anak yang lebih besar dapat timbuol hemartrosis di swendi lutut, siku, atau pergelangan tangan.2 b. Pemeriksaan fisik 2 Tergantung pada lokasi pendarahan: a. sendi

: bengkak dan nyeri pada sendi

b. intracranial

: muntah, penurunan kesadaran, kejang, dan tanda peningkatan intracrania lainnya

c. perdarahan berat

: pucat, syok hemorrhagic, dan penurunan kesadaran

c. Pemeriksaan penunjang Penurunan kadar Hb karena pendarahan masif, PT normal, aPTT memanjang, Thromboplastin generation test abnormal. Namun diagnostic pasti adalah dengan pemeriksaan kadar faktor VIII dan IX. Diagnosis definitif (diagnosis pasti) hemophilia dapat ditegakkan dengan memeriksa kadar (aktivitas) faktor VIII untuk hemophilia A dan kadar faktor IX untuk hemophilia B, berkurangnya aktivitas F VIII/F IX menandakan adanya penyakit hemophilia.1,2 Jika sarana pemeriksaan sitogenetik tersedia dapat dilakukan pemeriksaan petanda gen hemofi;lia pada kromosom X (gen F8 dan F9) seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Aktivitas F VIII/F IX dinyatakan dalam U/ml, maksudnya bahwa aktivitas faktor pembekuan dalam 1ml plasma normal adalah 100%. Nilai normal aktivitas F VIII/F IX adalah 0,5-1,5U/ml atau 50150%.2 Selain itu, diagnosis lain yang dapat dilakukan adalah dengan diagnosis antenatal. Pemeriksaan aktivitas/kadar F VIII dan kadar antigen F VIII dalam darah janin pada trimester kedua dapat menentukan status janin terjadapa kerentanan hemophilia A. Identifikasi fen D VIII dan petanda gen tersebut lebih baik dan lebih dianjurkan.2 Jika ibu diketahui sebagai pembawa hemophilia, pemeriksaan dapat dilakukan sebelum bayi lahir. Pemeriksaan prenatal dapat dilakukan pada umur 9-

11

11 minggu kehamilan dengan pemeriksaan CVS (chorionic villus sampling), atau melalui darah fetrus pada minggu ke-18 atau lebih4.

d. Kriteria Diagnostik Beberapa criteria khas penderita hemophilia adalah1,2: 

cenderung terjadi pendarahan yang sulit berhenti



waktu pembekuan (clotting time) memanjang



PT (protrombin time) normal, aPTT memanjang



Waktu pembekuan tromboplastin (thtomboplastin generation test) abnormal



Riwayat keluarga hemofilia

2.8 PENATALAKSANAAN Prinsip dasar penatalaksanaan 2 1. Atasi pendarahan intracranial jika dicurigai 2. Seluruh pasien, baik anak-anak maupun dewasa dapat dilihat manifestasi pendarahan pada sendi dan otot. 3. Jika ragu, tetap lakukan terapi. Jika pasien hemophilia mengalami cidera atau merasa akan pendarahan, lansung diberikan terapi, pemeriksaan dapat dilakukan setelah itu. 4. Hindari menggunakan produk yang menyebabkan disfungsi platelet, khususnya yang mengandung asam asetilsalisilat (aspirin). 5. Penggunaan NSAID harus dihindari. 6. Untuk kontrol rasa sakit, direkomendasikan untuk emenggunakan acetaminophen dengan atau tanpa codein. 7. Terapi dengan faktor pembekuan di rumah dapat dilakukan pada saat anak mulai berumur 3-5 tahun. 2,6 . Pendarahan akut pada sendi/otot 1. Pertolongan pertama : RICE (rest, ice, compression, elevation) 2. Harus mendapat terapi faktor pembekuan dalam waktu kurang dari 2 jam.

12

3. Untuk pendarahan yang mengancam jiwa, (intracranial, intraabdomen atau saluran napas), replacement therapy harus diberikan sebelum pemeriksaan lebih lanjut. 4. Bila respon membaik, perlu poemeriksaan kadar inhibitor7,9 Pengobatan kriopresipitat pada penderita hemofilia disesuaikan dengan berat ringannya perdarahan. Pada perdarahan ringan bila kadar F VIII mencapai 30% sudah cukup untuk menghentikan perdarahan. 4 Perdarahan sedang memerlukan kadar F VIII 50% dan pada perdarahan berat memerlukan F VIII 100%. Jumlah kriopresipitat yang dibutuhkan dapat dihitung dengan ketentuan bahwa 1 u F VIII/kgBB akan menaikkan kadar F VIII 2%. Sedangkan untuk F IX, 1 u/kgBB akan menaikkan kadar F IX 1%. Rata-rata standard orang normal ialah 1 u/ml adalah sama dengan 100%. Tabel berikut akan menjelaskan pengobatan hemofilia dengan kriopresipitat. 3 Komponen utama krioprisipitat adalah faktor VIII atau anti hemophylic globulin.

Penggunaannya

ialah

untuk

menghentikan

perdarahan

karena

berkurangnya AHG di dalam darah penderita hemofili A. Faktor VIII atau AHG ini tidak bersifat “genetic marker antigen” seperti granulosit, trombosit atau eritrosit, tetapi pemberian yang berulang-ulang dapat menimbulkan pembentukan antibodi yang bersifat “inhibitor” terhadap faktor VIII karena itu pemberiannya tidak dianjurkan sampai dosis maksimal, tetapi diberikan sesuai dosis optimal untuk suatu keadaan klinis.6 Tabel 2. Hubungan faktor VIII dan simtom pada perdarahan pada hemophilia 6 Kadar faktor VIII (%)

Simptom

<1

Perdarahan spontan sendi dan otot

1-5

Perdarahan hebat setelah luka kecil

5-25

Perdarahan hebat setelah operasi

25-30

Cenderung perdarahan setelah luka atau operasi

13

Tabel 3. Hubungan faktor VIII dan simtom pada perdarahan pada hemofilia3 Lesi

Kadar

Hemarthrosis

faktor

VIII

(% Dosis faktor VIII (unit/kg

normal)

BB)

15 – 20%

10-15

20-40%

15-20

80-100%

40-50

ringan,

hematoma

Hemarthrosis berat dan hematoma

otot

di

daerah-daerah penting

Operasi besar

Setiap kantong krioprisipitat mengandung 150 U faktor VIII, sedangkan krioprisipitat produksi LPTD-PMI ditaksir hanya mengandung 100 U faktor VIII/kantong. Hal ini disebabkan karena darah yang diambil dari donor lebih sedikit. Cara pemberian krioprisipitat aialah dengan menyuntikkan intravena langsung tidak melalui tetesan infus. Komponen tidak tahan pada suhu kamar, jadi pemberiannya sesegera mungkin setelah komponen mencair. Tabel 4. Pengobatan hemofilia dengan kriopresipitat. 4 Jenis perdarahan

Kadar faktor

Dosis

F

yang VIII (u/kg/bb)

Dosis F IX (u/kg/bb)

diinginkan (%) Ringan

30%

Dosis mula tidak

Dosis mula

diperlukan 30

diberikan

15 seterusnya

u/kgBB 10

u/kgBB tiap 12 u/kgBB tiap 12 –

14

jam selama 2-4 24 jam selama 2-4 hari Sedang

hari

50%

Dosis mula 30

Dosis mula

u/kgBB 60

u/kgBB

dilanjutkan 10-15 seterusnya

10

u/kgBB tiap 8 jam u/kgBB tiap 12 selama 1-2, hari, jam seterusnya

dosis

yang sama tiap 12 jam Berat

100%

Dosis mula 40-50

Dosis mula

u/kgBB 60

u/kgBB

diteruskan sesuai diteruskan sesuai dosis sedang

dosis sedang

Terapi adjuvant yang dapat diberikan kepada penderita hemophilia antara lain: 

Demopresin (DDAVP) 0,3 mikrogram/kg, dilarutkan dalam 50-100ml normal salin, diberikan melalui infus perlahan dalam 20-30 menit.



Asam traneksamat o Dosis

: 25mg/kgBB/kali, 3 kali sehari PO/IV

selama 5-10 hari o Indikasi

: pendarahan mukosa seperti epistaksis dan

pendarahan o Kontraindikasi

gusi : pendarahan saluran kemih (resiko obstruksi

saluran kemih akibat bekuan darah) 

Kortikosteroid Pada

sinovitis

akut

yang

terjadi

sesudah

serangan

akut

hemarthrosis pemberian kortikosteroid sangat berguna. Kortikosteroid juga diberikan bila timbul anti koagulan atau reaksi anafilaksis sesudah pemberian kriopresipitat.  Analgetik 15

Bila terjadi suatu rasa sakit yang hebat pada sendi, atau rasa sakit sebab lainnya, obt analgetik dapat diberikan. Sebaiknya aspirin harus dihindarkan, begitu pula obat analgetik lainnya yang mengganggu agregasi trombosit. Pengobatan utama pada penderita hemofilia C terutama dengan pemberian produk plasma (FFP). Keuntungan pemberian FFP ini adalah mudah dilakukan, sedangkan kerugiannya dalam bentuk dapat terjadi over volume darah, potensial untuk transmisi agen infektif, dan kemungkinan terjadi reaksi alergi. Fresh frozen plasma ini juga dapat digunakan jika tidak didapatkan konsentrat faktor XI. Dosis pemberian untuk loading dose adalah 15-20 mL/kg IV, yang selanjutnya diberikan 3-6 mL/kg 4 kali 12 jam setelah hemostasis terjadi. Selama pemberian harus selalu dimonitor overload cairan terutama pada anak-anak kecil; adanya reaksi alergi; premedikasi yang diberikan adalah acetaminophen dan anti histamin (seperti diphenhydramine) untuk mengurangi reaksi alergi. 6 Evaluasi dan pemantauan 2,6 Evaluasi dilakukan setiap 6-12 bulan untuk smeua pasien hemophilia. Evaluasi yang dilakukan antara lain: 

Status musculoskeletal



Transfusion-related

infection

(terutama

pasien

yang

mendapat

kriopresipitat atau FFP) 

Kesehatan gigi dan mulut



Vaksinasi



Inhibitor

2.9 DIAGNOSA BANDING Untuk membedakan hemofilia A dari hemofilia B atau menentukan mana yang kurang dapat dilakukan pemeriksaan TGT (thromboplastin generation test) atau dengan diferensial APTT. Namun dengan tes ini tidak dapat ditentukan aktivitas masing-masing faktor. Untuk mengetahui aktifitas F VIII dan IX perlu dilakukan assay F VIII dan IX. Pada hemofilia A aktifitas F VIII rendah sedang pada hemofilia B aktifitas F IX rendah. 3,7 16

Selain harus dibedakan dari hemofilia B, hemofilia A juga perlu dibedakan dari penyakit von Willebrand, karena pada penyakit ini juga dapat ditemukan aktifitas F VIII yang rendah. Penyakit von Willebrand disebabkan oleh defisiensi atau gangguan fungsi faktor von Willebrand. Jika faktor von Willebrand kurang maka F VIII juga akan berkurang, karena tidak ada yang melindunginya dari degradasi proteolitik. 7 Disamping itu defisiensi faktor von Willebrand juga akan menyebabkan masa perdarahan memanjang karena proses adhesi trombosit terganggu. Pada penyakit von Willebrand hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan pemanjangan masa perdarahan aPTT, aPTT bisa normal atau memanjang dan aktifitas F VIII bisa normal atau rendah. Disamping itu akan ditemukan kadar serta fungsi faktor von Willebrand yang rendah. Sebaliknya pada hemofilia A akan dijumpai masa perdarahan normal, kadar dan fungsi von Willebrand juga normal. 8

2.10

PROGNOSIS Pemberian profilaktik anti hemofili faktor lebih awal secara dramatis dapat

mengurangi morbiditas dan mortalitas penderita hemofilia A dan B. Angka bertahan hidup penderita dapat mencapai 11 tahun atau kurang tergantung dari beratnya penyakit dan pengobatan yang diberikan. Prognosis ini akan diperburuk oleh komplikasi virus yang terjadi selama pemberian terapi pengganti. Demikian juga halnya jika terjadi perdarahan intrakranial maupun organ vital lainnya.3 Prognosis penderita hemofilia C dengan defisiensi parsial cukup baik apalagi jika tidak didapatkan manifestasi perdarahan. Sedangkan pada pasien dengan tendensi perdarahan, perdarahan organ harus diobati dengan optimal untuk mencegah terjadinya pemburukan diagnosis. Jika terjadi perdarahan masif maka diagnosisnya menjadi jelek. 5

17

BAB III KESIMPULAN Hemofilia merupakan penyakit gangguan pembekuan darah yang bersifat herediter. Hemofilia A disebabkan oleh kekurangan faktor VIII, sedangkan hemofilia B disebabkan oleh kekurangan faktor IX. Hemofilia A dan B diturunkan secara sex X linked reccesive. Hemofilia A dan hemofilia B disebabkan oleh kerusakan pada pasangan kromosom. Defek genetik ini berpengaruh pada produksi dan fungsi dari faktor pembekuan. Semakin sedikit faktor pembekuan tersebut maka semakin berat derajat hemofili yang diderita. Hemofilia A disebabkan oleh kelainan produksi dari faktor VIII, sedangkan hemofilia B disebabkan oleh kelainan produksi dari faktor IX. Sementara itu untuk hemofilia C disebabkan defisiensi kongenital faktor XI yang disebabkan mutasi gen faktor XI. Pengobatan kriopresipitat pada penderita hemofilia disesuaikan dengan berat ringannya perdarahan. Pada perdarahan ringan bila kadar F VIII mencapai 30% sudah cukup untuk menghentikan perdarahan. Hemofilia tidak dapat dicegah. Namun ada beberapa hal sebagai tindakan preventif yaitu pencegahan terjadinya perdarahan akibat trauma disamping pencegahan terhadap terjadinya trauma sendiri.

18

Daftar Pustaka 1.

Ikatan

Dokter

Anak

Indonesia,

Buku

Ajar

Hematologi-Onkologi.

Jakarta:Badan Penerbit IDAI; 2012. h.174-177. 2.

Pudjiadi A, Hegar B, Handryastuti S, Idris N, Gandaputra E and Harmoniati E. 2010. Pedoman Pelayanan medis jilid 1. Badan penerbit IDAI: hal :92-96

3. Tambunan KL, Widjanarko A. Kelainan hemostasis bawaan. Dalam : Ssoeparman dkk (eds). Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Balai Penerbit FKUI. Jakarta, 2010 : 452-9. 4. NIH. 2013. What is Hemophilia?. National Institue of Health, U.S Department of Health and Human Services. Diakses tanggal 10 Oktober 2017 http://www.wfh.org/en/page.aspx?pid=646 5. Genetic Home Reference, Hemophilia, di review bulan agustus 2012, diterbitkan tanggal 17 April 2014, diaskes tanggal 10 oktober 2018 http://ghr.nlm.nih.gov/condition/hemophilia 6. Mathew P. Hemophilia C. Montoya Hemophilia Center. Department of Pediatrics, University of New Mexico. Copyright 2002, eMedicine.com, Inc. Http://www. eMedicine.com.html 7. CDC. 2013. Hemophilia:Data and statistic in United States. Center for Diseases Control and prevention. Diakses tanggal 20 April 2014 http://www.cdc.gov/ncbddd/hemophilia/data.html 8. Schulman, sam. 2012. Mild Hemophilia: Revised Edition. World Federation of Hemophilia. 9. Zaiden, Robert A., Hemophilia B, Medscape, diperbarui tanggal 14 April 2014, diakses tanggal 22 April 2014 < http://emedicine.medscape.com/article 10. Djajadiman G. Penanggulangan anemia pasca perdarahan. Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI/RSCM. Jakarta.

19

Related Documents

3-3-3
December 2019 138
3*3
November 2019 147
3:3
June 2020 93
3-3
May 2020 98
3-3
November 2019 150
3-3
December 2019 125

More Documents from ""