Pemuka Agama Dan Pilpres Bagikan 26 Juni 2009 jam 9:44 Diunggah melalui Facebook Seluler Sudah menjadi kebiasaan, bahwa para tokoh agama, apalagi di pedesaan selalu menjadi tempat bertanya dari para jama’ahnya, termasuk di saat menjelang pilpres ini. Oleh karena itu, sebagai tokoh agama, mereka harus memiliki pengetahuan yang cukup, termasuk juga isu-isu lainnya. Terkait dengan peran itu, maka seringkali kita dengar istilah bahtsul masa’ail yang dilakukan oleh para tokoh agama, hingga di tingkat paling bawah misalnya di pedesaan. Kegiatan itu dimaksudkan untuk mencari jawab bersama terhadap persoalanpersoalan yang muncul dari masyarakat .Terkait dengan ini, pernah seorang takmir masjid yang sudah berumur, merasa kebingungan tatkala ditanya jama’ahnya tentang siapayang harus dipilih dalam pilpres mendatang. Takmir yang sehari-hari menjadi imam sholat di masjid, dipandang memiliki kearifan dalam memilih salah satu di antara tiga capres dan cawapres. Penduduk desa ini, sekalipun tanpa banyak tahu dan diskusi panjang kaitan antara agama dan pilihan pemimpinnya, -----politik, menganggap bahwa pilihannya tidak boleh lepas dari keyakinan agamanya. Atas dasar pandangan itu maka bertanya kepada takmir atau pemuka agama dalam hal pemilihan presiden dianggap tepat.Dalam sebuah pembicaraan, ternyata bagi takmir atau pemuka agama menghadapi pilpres mendatang, tidaklah mudah. Memilih pemimpin pada saat sekarang ini, dirasakan tidak lebih mudah dari sebelumnya. Alasannya, di antara pilihannya mirip dan masing-masing sudah dikenal dengan baik. Ketiganya, kata tokoh agama tersebut, telah memimpin bangsa bangsa ini. Ibu Hj. Megawati misalnya, pernah memimpin bangsa ini, menjadi wakil presiden maupun juga presiden. Bapak Susilo Bambang Yudhoyono juga demikian, bahkan pada saat ini beliau masih menjabat presiden. Bapak Yusuf Kalla, beberapa kali menjabat menteri dan sekarang juga masih sebagai Wakil Presiden.Hal yang sama juga tentang Calon Wakil Presiden. Ketiganya, yaitu Prabowo Subiakto, Budiono dan Wiranto adalah orang yang sudah lama dikenal di tengah masyarakat. Oleh karena itu dalam pilpres mendatang, baik capres maupun cawapres sudah dikenal sebagai orang-orang yang telah banyak berbuat bagi
bangsa ini. Pengetahuan, kemampuan, komitmen, integritas dan pengalamannya memimpin sudah dikenal luas oleh masyarakat bangsa ini. Ternyata mereka menilai bahwa jika bangsa ini belum maju, bukan disebabkan oleh kelemahan mereka, melainkan sematamata karena beban memimpin bangsa besar yang menempati wilayah yang sedemikian luas, tidaklah mudah dilakukan. Tokoh agama di desa pun ternyata memahami hal itu.Kesulitan menjatuhkan pilihan terhadap ketiga calon tersebut, bagi tokoh agama di tingkat desa ini juga dikaitkan dengan aspek keagamaan mereka. Sekalipun ada berbagai informasi yang berseliweran, tetapi takmir masjid ini masih melihat ada kesamaan di antara ketiganya, sehingga agaknya sulit dibeda-bedakan. Ibu Hj.Megawati dan Pak Prabowo, disebutnya, beliau sudah menunaikan ibadahhaji. Presiden RI pertama, Ir.Soekarno yakni ayah Hj.Megawati, dikenal sebagai pemimpin yang ingin menangkap api Islam. Pikiran-pikiran tentang Islam dan semangatnya menjadikan agama sebagai acuan kepemimpinannya dirasakan tampak jelas.Begitu pula takmir masjid ini juga mengenal sangat baik tentang Presiden SBY. Ia mengenal bahwa Presiden Indonesia yang masih menjabat saat ini, memiliki komitmen Islam yang tinggi. Setiap pidato yang didengarnya, ia menggambarkan sebagai seorang muslim yang baik. Bahkan lebih dari itu, Takmir ini juga tahu bahwa SBY adalah termasuk keluarga pesantren Tremas, Pacitan. Ayah SBY pernah menjadi guru di pesantren ini. Beliau (ayah SBY) sebagai seorang tentara, tetapi pernah mengajar ilmu sejarah dan Bahasa Indonesia di pesantren Tremas. Demikian tentang Pak Yusuf Kalla, dikenal sebagai pengusaha muslim, putra tokoh agama dari Makassar.Melalui penglihatan seperti itulah menjadikan tokoh agama di desa justru tidak mudah tatkala mendapatkan pertanyaan dari jama’ahnya, terkait dengan pilpres mendatang ini. Memang dalam hal memilih akan lebih mudah jika di antara pilihan itu memiliki perbedaan yang jelas. Katakan misalnya, di antara mereka memilikii keberagamaan yang berbeda-beda, atau katakanlah umpama sama, di antara mereka masih bisa dibedakan tingkatannya. Memilih sesuatu yang agak mirip, ternyata dirasakan tidak terlalu mudah.Dalam kesulitan seperti itu, takmir dan juga sekaligus dikenal sebagai tokoh agama tersebut, mengaku masih ada pintu bertanya untuk menentukan pilihannya, yakni melalui sholat istiqoroh. Islam memang memiliki ajaran begitu komplit dan mulia. Agama Ini memberikan pedoman hidup sedemikian luas, termasuk memilih presiden pun, tidak cukup didasarkan atas informasi yang diperoleh melalui kampanye, ----lewat TV, reklame
berupa gambar yang dipasang di pinggir jalan, ceramah para tim sukses, tetapi juga bisa disempurnakan dengan sholat istiqoroh. Wallahu a’lam