Panduan Komunikasi Efektif Dan Pemberian Informasi.docx

  • Uploaded by: Hany sudirman
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Panduan Komunikasi Efektif Dan Pemberian Informasi.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,205
  • Pages: 19
PANDUAN KOMUNIKASI EFEKTIF

Pengertian Komunikasi Sebuah proses penyampaian pikiran atau informasi dari seseorang kepada orang lain melalui suatu cara tertentu sehingga orang lain tersebut mengerti betul apa yang dimaksud oleh penyampai pikiran – pikiran atau informasi. (Komaruddin, 1994 ; Schermerhorn, Hunt & Osborn, 1994; Koontz & Weihrich, 1988).

Proses Komunikasi Komunikasi dapat efektif apabila pesan diterima & dimengerti sebagaimana dimaksud oleh pengirim pesan, pesan ditindak lanjuti dengan sebuah perbuatan oleh penerima pesan dan tidak ada hambatan untuk hal itu (Hardjana, 2003).

Gambar Dia Mengerti ……. Oh saya mengerti ....

Umpan Balik

Gangguan

Komunikator

Pesan

Saluran

Unsur Komunikasi 1. Sumber / komunikator (dokter, Perawat, admission, adm.Irna, Kasir dll) 2. Isi Pesan

Komunikan

3. Media / Saluran (Electronic, Lisan dan Tulisan) 4. Penerima / Komunikan (Pasien, keluarga pasien, perawat, dokter, admission, Adm. Irna)

Sumber / Komunikator Sumber (yang menyampaikan Informasi) adalah orang yang menyampaikan isi pernyataannya kepada penerima. Hal-hal yang menjadi tanggung jawab pengirim pesan adalah mengirim pesan dengan jelas, memilih media yang sesuai, dan meminta kejelasan apakah pesan tersebut sudah diterima dengan baik (konsil kedokteran Indonesia, hal.8)

Isi Pesan (apa yang disampaikan) Panjang pendeknya, kelengkapannya perlu disesuaikan dengan tujuan komunikasi, media penyampaian, penerimanya.

Media Media berperan sebagai jalan atau saluran yang dilalui isi pernyataan yang disampaikan pengirim atau umpan balik yang disampaikan penerima. Berita dapat berupa lisan, tertulis atau keduanya sekaligus. Pada kesempatan tertentu, media dapat digunakan oleh pengirim yaitu saat komunikasi berlangsung atau tatap muka dengan efek yang mungkin terjadi berupa perubahan sikap. (Konsil Kedokteran Indonesia, Hal. 8) Media yang dapat digunakan melalui telepon, menggunakan lembar lipat, buklet, vcd (peraga) Penerima / Komunikan Penerima berfungsi sebagai penerima berita. Dalam komunikasi, peran pengirim dan penerima bergantian sepanjang pembicaraan. Tanggung jawab penerima adalah berkonsentrasi untuk menerima pesan dengan baik dan memberikan umpan balik kepada pengirim. Umpan balik sangat penting sehingga proses komunikasi berlangsung dua arah. (Konsil Kedokteran Indonesia, Hal. 8) Pemberi / Komunikator yang baik adalah : Pada saat`melakukan proses umpan balik, diperlukan kemampuan dalam hal-hal berikut (Konsil Kedokteran Indonesia, Hal. 42) :

1. Cara berbicara (Talking) termasuk cara bertanya (kapan menggunakan pertanyaan tertutup dan kapan memakai pertanyaan terbuka), menjelaskan, klarifikasi, paraphrase, intonasi. 2. Mendengar (Listening), termasuk memotong kalimat 3. Cara mengamati (Observation) agar`dapat memahami apa yang tersirat dibalik yang tersurat (bahasa non verbal dibalik ungkapan kata/kalimatnyaa, gerak tubuh) 4. Menjaga sikap selama berkomunikasi dengan komunikan (bahasa tubuh) agar tidak mengganggu komunikasi, misalnya karena komunikan keliru mengartikan gerak tubuh, raut tubuh, raut muka, dan sikap komunikator.

Sifat Komunikasi Komunikasi itu bias bersifat informasi (asuhan) dan edukasi (Pelayanan Promosi) 3.1. Komunikasi yang bersifat informasi asuhan di dalam rumah sakit adalah : 3.1.1 Jam Pelayanan 3.1.2. Pelayanan Yang Tersedia 3.1.3. Cara Mendapatkan Pelayanan 3.1.4. Sumber Alternative mengenai asuhan dan Pelayanan yang diberikan ketika kebutuhan asuhan pasien melebihi kemampuan rumah sakit. Akses informasi ini dapat diperoleh melalui Customer Service, Admission, dan Website 3.2. Komunikasi yang bersifat Edukasi (Pelayanan Promosi) : 3.2.1. Edukasi tentang Obat (Lihat Pedoman Pelayanan Farmasi) 3.2.2. Edukasi Tentang Penyakit

(Lihat Pedoman Pasien)

3.2.3. Edukasi Pasien tentang apa yang harus dihindari (Lihat pedoman Pelayanan, pedoman fisioterapi) 3.2.4. Edukasi tentang apa yang harus dilakukan pasien untuk meningkatkan qualitas hidupnya pasca dari rumah sakit (Lihat pedoman pelayanan, pedoman gizi, pedoman fisioterapi, pedoman Farmasi). 3.2.5. Edukasi tentang Gizi (Penyuluhan Kesehatan (Lihat Pedoman Gizi). Akses untuk mendapatkan edukasi ini bisa melalui medical information dan nantinya akan menjadi sebuah unit PKRS (Penyuluhan Kesehatan Rumah Sakit).

Komunikasi yang Efektif Komunikasi efektif adalah komunikasi yang tepat waktu, akurat, jelas dan mudah dipahami oleh penerima, sehingga dapat mengurangi tingkat kesalahan (Kesalahpahaman). 4.1. Prosesnya adalah : 1. Pemberi pesan secara lisan memberikan pesan, setelah itu dituliskan secara lengkap isi pesan tersebut oleh sipenerima pesan. 2. Isi pesan dibacakan kembali (Read Back) secara lengkap oleh penerima pesan 3. Penerima pesan mengkonfirmasi isi pesan kepada pemberi pesan. Gambar : Yah… benar

komunikator

Dikonfirmasikan

Isi pesan

Ditulis

Jadi isi pesannya ini yah pak …. Dibacakan

Komunikan

Dalam menuliskan kalimat yang sulit, maka komunikan harus menjabarkan hurufnya satu persatu dengan menggunakan alfabeth yaitu : CHARAKTER

MORSE COCE

TELEPHONY

A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S T

 --• • • --• - • --• •  ••-• ̶ ̶ ̶ • •••• •• • ̶ ̶ ̶ ̶ ̶ • ̶ • ̶ • • ̶ ̶ ̶ ̶ ̶ • ̶ ̶ ̶ ̶ • ̶ ̶ • ̶ ̶ ̶ • ̶ • ̶ • • • • --

U

•• ̶

Uniform

V W X Y Z 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0

••• ̶ • ̶ ̶ --• • ̶ --• ̶ ̶ ̶ ̶ ̶ • • • ̶ ̶ ̶ ̶ • • ̶ ̶ ̶ • •• ̶ ̶ • • • • ̶ • • • • • ̶ ̶ • • • • ̶ ̶ ̶ ̶ • • • ̶ ̶ ̶ ̶ •• ̶ ̶ ̶ ̶ • - ̶ ̶ ̶ ̶ ̶

Victor Whiskey Xray Yankee Zulun One Two Three Four Five Six Seven Eight Nine zero

Alfa Bravo Charlce Delta Echo Foxtrot Golf Hotel India Juliet Kilo Lima Mike November Oscar Papa Quelies Romeo Sierra Tango

PHONIC (PRONUNCIATION) (ALFA) BRAH-VOH) CHAR-LES) or (SHAR-LEE) (DELL TAH) (ECK-OH) (FOKS-TROT) (GOLF) (HOH-TEL) (IN-DEE-AH) (JEW-LEE-ETT) (KEY-LOH) (LEE-MAH) (MIKE) NO-VEM-BER) (OSS-CAH) (PAH-PAH) (KEH-BACK) (ROW-ME-OH) (SEE-AIR-RAH) (TANG-G0) (YOU-NEE-FORM) or (OONEE-FORM) (VIK-TAH) (WISS-KEY) (ECKS-RAY) (YANG-KEY) (ZOO-LOO) (WUN) (TOO) (TREE) (FOW-ER) (FIFE) (SIX) (SEVEN) (ALL) (NIN-ER) (ZEE-RO)

Komunikasi saat memberikan edukasi kepada pasien dan keluarganya berkaitan dengan kondisi kesehatannya Prosesnya : Tahap asesmen pasien sebelum melakukan edukasi, petugas menilai dulu kebutuhan edukasi pasien & keluarga berdasarkan : (data ini didapatkan dari RM) 1. Keyakinan dan nilai-nilai pasien 2. Kemampuan membaca, tingkat pendidikan dan bahasa yang digunakan 3. Hambatan emosional dan motivasi (emosional: depresi, senang dan marah) 4. Keterbatasan fisik dan kognitif 5. Ketersediaan pasien untuk menerima informasi. Tahap cara penyampaian informasi dan edukasi yang efektif. Setelah melalui tahap asesmen pasien, ditemukan : 1. Pasien dalam kondisi baik semua dan emosionalnya senang, maka proses komunikasinya mudah disampaikan. 2. Jika pada tahap asesmen pasien ditemukan hambatan fisik (tuna rungu dan tuna wicara), maka komunikasi yang efektif adalah memberikan leaflet kepada pasien dan keluarga sekandung (istri, anak, ayah, ibu atau saudara sekandung) dan menjelaskannya kepada mereka. 3. Jika pada tahap asesmen pasien ditemukan hambatan emosional pasien (pasien marah atau depresi), maka komunikasi yang efektif adalah memberikan materi edukasi dan menyarankan pasien membaca leaflet. Apabila pasien tidak mengerti materi edukasi, pasien bias menghubungi medical information. Tahap cara verifikasi bahwa pasien dan keluarga menerima dan memahami edukasi yang diberikan : 1. Apabila pasien pada tahap cara memberikan edukasi dan informasi, kondisi pasien baik dan senang, maka verifikasi yang dilakukan adalah menanyakan kembali edukasi yang telah diberikan. Pertanyaannya adalah “dari materi edukasi yang telah disampaikan, kira-kira apa yang bapak/ibu bisa dipelajari?” 2. Apabila pasien pada tahap cara memberikan edukasi dan informasi, pasiennya mengalami hambatan fisik, maka verifikasinya adalah dengan pihak keluarganya dengan pertanyaan

yang sama: “dari materi edukasi yang telah disampaikan, kira-kira apa yang bapak/ibu bias pelajari?” 3. Apabila pasien pada tahap cara memberikan edukasi dan informasi, ada hambatan emosional (marah atau depresi), maka verifikasinya adalah dengan tanyakan kembali sejauhmana pasiennya mengerti tentang materi edukasi yang diberikan dan pahami. Proses pertanyaan ini bias via telepon atau dating langsung ke kamar pasien setelah pasien tenang. Dengan diberikannya informasi dan edukasi pasien, diharapkan komunikasi yang disampaikan dapat dimengerti dan diterapkan oleh pasien. Dengan pasien mengikuti semua arahan dari rumah sakit, diharapkan mempercepat proses penyembuhan pasien. Setiap petugas dalam memberikan informasi dan edukasi pasien, wajib untuk mengisi formulir edukasi dan informasi, dan ditandatangani kedua belah pihak antar dokter dan pasien atau keluarga pasien. Hal ini dilakukan sebagai bukti bahwa pasien sudah diberikan edukasi dan informasi yang benar.

INFORMASI PELAYANAN DI RSUD. HAJI MAKASSAR

1.

PELAYANAN INSTALASI a. Pelayanan

Instalasi

Gawat

Darurat (IGD), Rawat Inap, Rawat Intensif (ICU),

Farmasi, Radiologi dan Laboratorium dilaksanakan dalam 24 jam. Sedangkan pelayanan rawat jalan sesuai dengan jadwal pelayanan yang berlaku di mulai dari hari senin – sabtu jam 08.00 s/d 12.00 dan hari Jumat jam 08.00 s/d 11.00 Wita. b. Pelayanan Kamar Operasi (OK) dilaksanakan dalam jam kerja, dan pada hari minggu dan libur nasional dilaksanakan dengan system on call. c. Pelayanan harus selalu berorientasi pada mutu dan keselamatan pasien. d. Seluruh staf RS harus bekerja sesuai dengan standar profesi, pedoman/panduan dan standar prosedur operasional (S.P.O) yang berlaku, serta sesuai dengan etika RS dan etiket*) RS yang berlaku. *) tata cara/adat/sopan santun dalam memelihara hubungan baik antara sesama manusia. e. Seluruh staf RSUD. Haji Makassar dalam melaksanakan pekerjaannya wajib selalu sesuai dengan ketentuan Kesehatan dan Keselamatan Kerja Rumah Sakit (K3), termasuk dalam penggunaan alat pelindung diri (APD).

2.

SKRINING DAN TRIASE a. Skrining dilakukan pada kontak pertama untuk menetapkan apakah pasien dapat dilayani oleh RS. b. Skrining dilaksanakan melalui criteria triase, visual atau pengamatan, pemeriksaan fisik, psikologik, laboratorium klinik atau diagnostic imajing sebelumnya. c. Kebutuhan darurat, mendesak atau segera di identifikasi dengan proses triase berbasis bukti untuk memprioritaskan pasien dengan kebutuhan emergensi.

3.

IDENTIFIKASI a. Setiap pasien yang masuk rawat inap harus dipasangkan gelang identitas pasien (warna merah muda untuk perempuan, warna biru untuk laki-laki dan warna kuning untuk pasien isolasi)

b. Pasien selalu diidentifikasi sebelum pemberian obat, sebelum transfuse darah atau produk

darah lainnya, sebelum pengambilan darah dan specimen lain untuk

pemeriksaan laboratorium klinis, sebelum pemeriksaan radiologi, serta sebelum dilakukan tindaakan.

4.

TRANSFER / PERPINDAHAN DI DALAM RUMAH SAKIT a. Transfer dilaksanakan sesuai dengan criteria yang telah ditetapkan b. Pasien yang ditransfer harus dilakukan stabilisasi terlebih dahulu sebelum dipindahkan.

5.

TRANSFER KELUAR RUMAH SAKIT / RUJUKAN a. Pasien dilakukan stabilisasi terlebih dahulu sebelum dirujuk b. Rujukan ke rumah sakit lain berdasarkan atas kondisi dan kebutuhan pelayanan lanjutan c. Perpindahan ke rumah sakit lain berdasarkan atas kondisi dan pelayanan lanjutan d. Rujukan menunjuk siapa yang bertanggung jawab selama proses rujukan serta perbekalan dan peralatan apa yang dibutuhkan selama transportasi e. Proses rujukan/perpindahan didokumentasikan di dalam rekam medis pasien.

6.

PENUNDAAN PELAYANAN a. Memperhatikan keadaan klinis pasien pada waktu menunggu atau penundaan untuk pelayanan diagnostic dan pengobatan b. Memberikan informasi apabila akan terjadi penundaan pelayanan atau pengobatan c. Memberikan informasi alasan penundaan atau menunggu dan memberikan informasi tentang alternaatif yang tersedia sesuai dengan keperluan klinik mereka.

7.

PEMULANGAN PASIEN a. DPJP yang bertanggung jawab atas pelayanan pasien tersebut, harus menentukan kesiapan pasien untuk dipulangkan b. Keluarga pasien dilibatkan dalam perencanaan proses pemulangan yang terbaik atau sesuai kebutuhan pasien. c. Resume pasien pulang dibuat oleh DPJP sebelum pasien pulang d. Resume berisi pula instruksi untuk tindak lanjut.

e. Salinan resume pasien pulang didokumentasikan dalam rekam medis.

8.

TRANSPORTASI a. Transportasi milik RSUD. Haji Makassar, harus sesuai dengan hokum dan peraturan yang berlaku berkenaan dengan pengoperasian, kondisi dan pemeliharaan. b. Transportasi disediakan atau diatur sesuai dengan kebutuhan dan kondisi pasien c. Semua kendaraaan yang dipergunakan untuk transportaasi rumaah sakit, dilengkapi dengan peralatan yang memadai, sesuai dengan kebutuhan pasien yang akan di bawa.

9.

HAK PASIEN DAN KELUARGA a. Menghormati kebutuhan privasi pasien b. Melindungi pasien dari kekerasan fisik oleh pengunjung, pasien lain, dan staf rumah sakit c. Membantu mencari second opinion dan kompromi dalam pelayanan di dalam maupun diluar rumah sakit d. Pernyataan persetujuan (informed consent) dari pasien di dapat melalui suatu proses yang ditetapkan rumah sakit dan dilaksanakan oleh staf yang terlatih, dalam bahasa yang dipahami oleh pasien. e. Informed Consent diperoleh sebelum operasi, anestesi, melakukan suatu tindakan, penggunaan darah atau produk darah serta pengobatan lain yang beresiko tinggi

10.

PENOLAKAN PELAYANAN DAN PENGOBATAN a. Memberitahukan hak pasien dan keluarga untuk menolak atau tidak melanjutkan pelayanan dan pengobatan. b. Memberitahukan tentang konsekuensi, tanggung jawab yang berkaitan dengan keputusan tersebut dan tersedianya alternative pelayanan dan pengobatan. c. Memberitahukan pasien dan keluarganya tentang menghormati keinginan dan pilihan pasien untuk untuk menolak pelayanan resusitasi atau memberhentikan pengobatan bantuan hidup dasar (Do Not Resuscitate)  Rumah sakit telah menetapkan posisinya pada saat pasien menolak pelayanan resusitasi dan membatalkan atau mundur dari pengobatan bantuan hidup dasar

11.

PELAYANAN PASIEN TAHAP TERMINAL a. Mendukung hak pasien untuk mendapatkan pelayanan yang penuh hormat dan kasih sayang pada akhir kehidupannya. b. Perhatian terhadap kenyamanan dan martabat pasien mengarahkan semua aspek pelayanan pada tahap akhir kehidupan. c. Semua staf harus menyadari kebutuhan unik pasien pada akhir kehidupannya yaitu meliputi pengobatan terhadap gejala primer dan sekunder, manajemen nyeri, respon terhadap aspek psikologis, social, emosional, agama daan budaya pasien dan keluarganya serta keterlibatannya dalam keputusan pelayanan.

12.

ASSESMEN PASIEN a. Semua psien yang dilayani rumah sakit harus diidentifikasi kebutuhan pelayanannya melalui suatu proses asesmen yang baku b. Asesmen awal setiap pasien meliputi evaluasi factor fisik, psikologis, social dan ekonomi, termasuk pemeriksaan fisik dan riwayat kesehatan c. Hanya mereka yang baaerkompeten sesuai perizinan, undang-undang dan peraturan yang berlaku dan sertifikasi dalam melakukan asesmen d. Asesmen awal medis harus lengkap dalam waktu 24 jam setelah pasien masuk rawat inap atau lebih dini/cepat sesuai kondisi pasien atau kebijakan rumah sakit e. asesmen awal termasuk menentukan rencana pemulangan pasien (discharge) f. semua pasien dilakukan asesmen ulang pada interval tertentu atas dasar kondisi dan pengobatan untuk menetapkan respons terhadap pengobatan dan untuk merencanakan pengobatan dan untuk pemulangan pasien g. data dan informasi asesmen pasien dianalisis dan diintegrasikan.

13.

MANAJEMEN NUTRISI a. Pasien di skrining untuk status gizi b. Respon pasien terhadap terapi gizi di monitor c. Makanan disiapkan dan disimpan dengan cara mengurangi risiko kontaminasi dan pembusukan. d. Produk nutrisi enteral disimpaan sesuai rekomendasi pabrik.

e. Distribusi makanan secara tepat waktu, dan memenuhi kebutuhan untuk permintaan khusus.

14.

MANAJEMEN NYERI a. Semua pasien rawat inap dan rawat jalan di skrining untuk rasa sakit/nyeri dan dilakukan asesmen apabila ada rasa nyerinya b. Pasien dibantu dalaam pengeolaan rasa nyeri secara efektif c. Menyediakan pengelolaan nyeri sesuai pedoman dan protocol d. Komunikasi dengan pasien dan keluarga tentang pengelolaan nyeri dalam konteks pribadi, budaya, dan kepercayaaan masing-masing.

15.

SURGICAL SAFETY CHECKLIST a. Digunakan suatu tanda yang segera dikenali untuk identifikasi lokasi operasi dan melibatkan pasien dalam proses penandaan/pemberian tanda b. Menggunakan suatu checklist untuk melakukan verifikasi praoperasi tepat-lokasi, tepatprosedur, dan tepat-pasien dan semua dokumen serta peralatan yang diperlukan tersedia, tepat/benar dan fungsional. c. Tim operasi yang lengkap menerapkan dan mencatat/mendokumentasikan prosedur “sebelum insisi / time-out” tepat sebelum dimulainya suatu prosedur/tindakan pembedahan.

16.

HAND HYGIENE a. Program Hand Hygiene dilaksanakan secara efektif sesuai dengan pedoman WHO Patient Safety Mencuci tangan dengan sabun adalah salah satu tindakan sanitasi dengan membersihkan tangan dan jari jemari menggunakan air dan sabun oleh manusia untuk menjadi bersih dan memutuskan mata rantai kuman. Mencuci tangan dengan sabun dikenal juga sebagai salah satu upaya pencegahan penyakit. Hal ini dilakukan karena tangan seringkali menjadi agen yang membawa kuman dan menyebabkan patogen berpindah dari satu orang ke orang lain, baik dengan kontak langsung ataupun kontak tidak langsung (menggunakan permukaan-permukaan lain seperti handuk, gelas).

Tangan yang bersentuhan langsung dengan kotoran manusia dan binatang, ataupun cairan tubuh lain (seperti ingus, dan makanan/minuman yang terkontaminasi saat tidak dicuci dengan sabun dapat memindahkan bakteri, virus, dan parasit pada orang lain yang tidak sadar bahwa dirinya sedang ditularkan)

17.

KOMUNIKASI EFEKTIF a. Perintah lisan dan yang melalui telepon ataupun hasil pemeriksaan dituliskan secara lengkap oleh penerima perintah atau hasil pemeriksaan tersebut. b. Perintah lisan dan melaui telepon atau hasil pemeriksaan secara lengkap dibacakan kembali oleh penerima perintah a c. Perintah atau hasil pemeriksaan dikonfirmasi oleh individu yang memberi perintah d. Perintah lisan atau melalui telepon dimintakan tanda tangan pemberi perintah disertai tanda tangan saksi.

18.

MANAJEMEN INSTALASI a. Semua petugas instalasi wajib memiliki surat tugas (STR/S.I.K) sesuai dengan ketentuan yang berlaku. b. Penyediaan tenaga harus mengacu kepada pola ketenagaan c. Untuk koordinasi dan evaluasi wajib dilaksanakan rapat rutin bulanan minimal satu bulan sekali. d. Setiap bulan wajib membuat laporan.

19.

Peralatan di instalasi harus selalu dilakukan pemeliharaan dan kalibrasi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

20.

Dalaam melaksanakan tugasnya setiap petugas wajib mematuhi ketentuan dalam K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja).

JUDUL SPO KOMUNIKASI EFEKTIF ANTAR PERAWAT DAN STAF MEDIS

Pengertian Komunikasi verbal antara perawat / staf medis yang mampu mengurangi kesalahan dan meningkatkan keselamatan pasien selama dalam perawatan di rumah sakit melalui pemberian informasi yang tepat waktu, akurat, lengkap, jelas dan dipahami oleh penerima pesan.

Tujuan : 1. Memastikan keakuratan semua informasi 2. Memastikan semua informasi terkini tentang status kesehatan pasien disampaikan dengan tepat dan benar. 3. Menurunkan angka kesalahan atau sentinel event 4. Meningkatkan keselamatan pasien.

Kebijakan : 1. Mengimplementasikan prosedur “Read Back” pada setiap order yang disampaikan secara verbal melalui telepon atau melaporkan hasil-hasil pemeriksaan dengan nilai yang kritis. 2. Membakukan daftar singkatan,akronim, symbol dan penandaan dosis yang tidak boleh digunakan diseluruh bagian rumah sakit. 3. Menetapkan jenis pemeriksaan diagnostic pada kasus penyakit dalam kondisi emergency, parameter nilai kritis yang harus dilaporkan segera dan ketetapan lama waktu hasil harus dilaporkan dari staf bagian laboratorium/radiologi/penunjang lain keperawat, dan dari perawat kedokter yang meminta order pemeriksaan 4. Mengimplementasikan standar/model untuk komunikasi serah terima informasi pasien yang efektif 5. Menetapkan parameter pengukuran untuk indicator keberhasilan SPO, menetapkan alat monitoring, melakukan monitoring dan pengumpulan data, melakukan analisa pencapaian indicator, melakukan upaya-upaya perbaikan sebagai rencana tindak lanjut (RTL)

Prosedur 1. Prosedur “Read Back” 1.1.Staf yang menerima informasi atau order, mencatat kelengkapan atau hasil pemeriksaan kedalam catatan rekam medic pasien dan membacakan kembali atau “read back” secara lengkap informasi atau order yang diterimanya. 1.2.Untuk obat-obat yang kedengarannya mirip atau “sound like a drug” nama obat harus di eja kata demi kata. 1.3.Beri tanda pada nama obat atau hasil pemeriksaan yang sudah dibacakan kembali tersebut, jika si pemberi order atau pemberi informasi telah menyatakan “Ya” / ketepatan pengulangan. 1.4.Beri tanda tangan dan nama jelas perawat yang menerima order atau informasi serta perawat saksi, catat nama prosedur terjadi. 1.5.Lakukan verifikasi dalam waktu 1x24 jam atau sesuai kebijakan RS setempat kepada dokter yang memberi order pada saat dating berkunjung dengan memberi tanda tangan dan nama jelas, tanggal dan jam verifikasi pada catatan sebelumnya. 2. Daftar singkatan akronim, symbol dan penandaan dosis yang tidak boleh digunakan diseluruh bagian RS. 2.1.Dokter, perawat dan staf farmasi disosialisasikan mengenai daftar singkatan, akronim, symbol dan penandaan dosis yang tidak boleh digunakan diseluruh bagian RS. 2.2.Monitoring implementasi SPO ini pada saat melakukan audit Rekam Medis pasien dan resep yang masuk kebagian farmasi serta analisa penyebab dari setiap kejadiaan kesalahan obat / medication error. 3. Jenis pemeriksaan emergency dan penanganan hasil pemeriksaan yang kritis / kritical value 3.1.Setiap pemeriksaan diagnostic abnormal harus dilaporkan dari bagian terkait ke perawat dalam waktu ….. menit setelah hasil pemeriksaan dibaca, selanjutnya perawat melaporkan kepada dokter pemilik pasien dalam waktu ….. menit setelah laporan diterima. 3.2.Dokter pemilik pasien segera melakukan tindak lanjut kepada pasien sesuai hasil yang dilaporkan.

3.3.Monitoring implementasi SPO, dengan mengumpulkan data adanya kejadian keterlambatan penanganan pasien akibat keterlambatan informasi hasil dengan nilai kritis yang membutuhkan penanganan segera berdasarkan laporan kejadiaan. 4. Implementasi standar / model untuk komunikasi serah terima informasi pasien yang efektif : 4.1.Menetapkan model pendokumentasian pada proses serah terima informasi pasien antara shift dinas perawat, antar ruangan saat perpindahan pasien, saat perawat melaporkan kondisi pasien kepada dokter 4.2.Menetapkan instrument dan formulir yang mendukung penerapan model 4.3.Melakukan audit Rekam Medis pasien yang terkait dengan pelaksaan model untuk mengukur kesesuaian dan kepatuhan staf terhadap SPO 4.4.Melakukan monitoring kejadian-kejadian klinik yang terkait dengan penyebab komunikasi yang tidak efektif setelah menetapkan model, melakukan analisa, dan rencana tindak lanjut untuk perbaikan.

Unit Terkait : 1. Seluruh area keperawatan 2. Medis 3. Farmasi 4. Laboratorium 5. Radiologi 6. Rehabilitasi medis.

EFEKTIF

Related Documents


More Documents from ""