Pak Ali Fix.docx

  • Uploaded by: Ulfa Diana
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Pak Ali Fix.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,441
  • Pages: 18
1

PERKEMBANGAN MENUJU RESPONSIBLE GOVERNMENT (Tugas sebagai syarat mengikuti mata kuliah Kebudayaan Lampung) Dosen Pengampu: Drs. Ali Imron, M.Hum.

Oleh Ulfa Diana

1713033033

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG 2019

2

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... ……. KATA PENGANTAR ................................................................................... …….i DAFTAR ISI .......................................................................................... …………ii BAB I PENDAHULUAN ..............................................................................…….1 1.1 Latar Belakang ...........................................................................................……1 1.2 Rumusan Masalah ..............................................................................................2 1.3 Tujuan ...............................................................................................................2 BAB II ISI .......................................................................................................……3 BAB III PENUTUP…………………………………………………………….15 3.1.Kesimpulan…………………………………………………………………..15 DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………….16

3

Bab I PENDAHULUAN Pengertian perkawinan menurut Prakoso dalam Wibowo ( 1989:2) merupakan salah satu tahap penting dalam hidup individu yang mempunyai sifat universal, artinya

perkawinan

merupakan

perkawinan

merupakan

fenomena

yang

berlangsung diseluruh dunia. Keesing (1992:7) menerangkan bahwa berfungsi untuk : a. mengatur hubungan seksual, b. menentukan kedudukan social individu-individu dan keanggotaan mereka dalam kelompok, c. menentukan hak-hak dan kepentingan-kepentingan yang sah, d. menghubungkan individu-individu dengan kelompok –kelompok kekerabatan di luar kelompok nya sendiri. e. menciptakan unit-unit ekonomi rumah tangga. f. merupakan instrument hubungan politik diantara individu dan kelompok. Oleh karena pentingnya perkawinan dalam menentukan siklus kehidupan manusia selanjutnya, maka orang Sai Batin memandang perkawinan sebagai bagian kehidupan yang penting dan disakralkan. Perkawinan menentukan status keluarga,

4

lebih-lebih bagi anak laki-laki tertua , dimana keluarga rumah tangga nya akan menjadi pusat pemerintahan kerabat bersangkutan , sehingga perkawinan nya harus dilaksanakan dengan upacara adat besar atau hibal serba dan dilanjutkan dengan upacara begawi Balak cakak Pepadun. Dalam adat orang LampungSai Batin, yang menjadi inti dalam suatu perkawinan adalah status atau kedudukan perkawinan itu sendiri, karena status inilah ysng merupakan prinsip untuk melaksanakan proses acara-acara adat maupun hubungan nya dengan tempat tinggal , status keturunan, dan harta waris. Konsep perkawinan Bujujogh atau Semanda , biasa nya sudah tertanam kokoh pada setiap anggota masyarakat LampungSai Batin, termasuk juga para remajanya. Oleh karena itu , remaja sudah sejak dini memilah dan meilih teman bergaul, mereka akan bergaul dengan muda-mudi ( remaja lain ) yang sesuai dengan kedudukan nya dalam system kekerabatan. Makna Bujujogh dan Semanda dalam pikiran masyarakat Sai Batin merupakan kunci dari perilaku seseorang Sai Batin apakah ia akan kawin dengan status Bujujogh dan Semanda atau cara lain. Maksud perkawinanBujujogh dan Semanda adalah jika seseorang memutuskan pilihan nya , berarti ia harus melakukan nya dengan segala konsekuensi nya. Kehidupan orang Lampung sehari-hari berpedoman kepada prinsip Piil Pesengiri. Konsep Piil artinya

rasa atau pendirian yang harus dipertahankan .

sedangkanPesenggiri pada dasar nya mengutamakan harga diri. Jadi arti Piil Pesenggiri singkat nya adalah harga diri.(Sirri kalau di Sulawesi). adapun prinsip harga diri adalah sebagai berikut : 1. Pesenggiri

5

2. Bejuluk Buadokh 3. Nemui nyimah 4. Nengah nyappur 5. Sakai sambayan Dalam masyarakat adat Sai Batin khususnya di Krui, stratifikasi masyarakat dapat dikategorikan menjadi dua golongan. Pertama adalah golongan masyarakat pemegang adat Sai Batin atau Penyimbang , dan Kedua adalah golongan orangorang biasa. Untuk melihat perbedaan antara kedua strata ini dapat dilihat pada waktu mengadakan upacara adat perkawinan.Misalnya pada saat prosesi adat berjalan menuju kelasa, setelah terjadi serah terima oleh kedua jenang masingmasing (petugas pengatur prosesi), kedua pengantin ditandu dan diiringi oleh semua profesi mengenakan pakaian kebesaran adat dan pegangan Peragatnya masing-masing. Prosesi seperti ini hanya dilakukan untuk golongan Sai Batin atau Penyimbang, sedangkan untuk golongan orang biasa, maka kedua pengantin diiringi dalam

6

Bab II ADAT PERKAWINAN SAI BATINKRUI Perkawinan orang Lampung pada awal (dasarnya) menganut pola Bujujogh. Pola perkawinan Bujujogh ini merupaka pola perkawinan warisan adat dari satu nenek moyang UlunLampung yang asli, yaitu ketika semua masyarakat Lampung masih tinggal dalam satu wilayah di tanah leluhurnya di Skala Brak. Perkawinan dengan pola Bujujogh menganut system kekarabatan patrilineal yang kuat dimana laki-laki yang menentukan ( kekerabatan melihat garis keturunan laki-laki) . makna perkawinan Bujujogh bagi UlunLampung pada hakekatnya merupakan tanggung jawa dan harga diri. Pola perkawina dengan adat pola Bujujogh kemudian mengalami perubahan ( pergesseran ) menjadi Semanda, karena ada nya desakan kebutuhan penganut system kekerabatan patrilineal yang sangat ketat yang mengharuskan setiap keluarga melahirkan anak laki-laki. Masyarakat Sai Batin yang menganut system Bujujogh beranggapan bahwa setiap keluarga yang tidak mempunyai keturunan laki-laki atau mupus. Perkawinan Semanda disini menganut system kekerabatan matrilineal, yaitu kekerabatan dihitung dari kekerabatan dihitung dari garis perempuan atau ibu. Pola menetap setelah menikah pada perkawinan Semandaini adalah matrilokal. Dimana pasangan yang baru menikah akan bertempat tinggal ( menetap) dekat dengan kerabat perempuan. System matrilokal ini sebenarnya dimaksudkanuntuk mempertahan kan system patrilineal yang sangat kuat dalam masyarakat LampungSai Batin pada umumnya. Pola perkawinan Bujujogh dan Semanda yang berlaku pada UlunSai Batin dapat dilihat dalm setiap ritual pelaksanaan perkawina

7

yaitu , pemilihan jodoh, cara melamar, penentuan maskawin, upacar perkawinan dan adat menetap setelah menikah. UlunSai Batin mengenal cara perkawinan yang dijodohkan. Cara perkawinan yang dijodohkan umumnya dianut oleh para keluarga bangsawan adat Penyimbang.System penjodohannya diatur oleh kedua orang tua dan pimpinanpimpinan adat kedua marga masing-masing yang dijodohkan.Perkawinan seperti itu disebut ngeratu atau kawin batin.ngeratu diartikan bahwa pangeran mengawinkan putera mahkota dengan perempuan dari anak pangeran marga lain. Adapun

kriteria

dalam

pemilihan

jodoh

yang

ideal

secara

hieraki

mempertimbangkan beberapa aspek, seperti : 1. Kebangsaan 2. Kehartawanan 3. Kebudiman 4. Gunawan atau kegunaan dalam masyarakat Orang Lampung identik dengan islam walaupun masih menggunakan hal-hal yang berbau mistik. Misalnya pada waktu pendirian rumah, masih menggantungkan kelapa,padi pada tiang tengah rumah, dan setelah itu dilaksanakan adzan. Bagi orang Lampung , agama islam adalah satu-satunya agama yang dapat diterima di dalam pergaulan masyarakat adatnya. Dalam upacara perkawinan UlunSai Batin dikenal ada dua cara pesta adat. Pertama ,MayuhBalak dan kedua Bedu’a di lamban. Upacara pesta adat UlunSai Batin , tidak terpengaruh terhadap status seseorang dalam adat. Bagaimana pun lengkapnya pesta adat yang dilaksanakan , tidak akan mungkin dapat mengubah

8

status genetika keturunan menjadi Sai Batin (biasa) atau Penyimbang dengan kata lain, seorang Penyimbang menjadi besar karena dibesar kan oleh kerabat nya , bukan didasarkan pada kesanggupan seseorang melaksanakan pesta adat.

9

Bab III IMPLIKASI PERKAWINAN SAI BATIN A. Pola Asal Perkawinan Orang Lampung Perkawinan orang Lampung , khusus LampungSai Batin, pada dasarnya menganut

pola

Bujujoghdan

Smanda

.

pola

perkawinan

Bujujoghmerupakan pola perkawinan warisan adat satu nenek moyang UlunLampungyang asli, yaitu ketika semua masyarakat Lampug masih tinggal dalam satu wilayah di tanah leluhurnya sekalaberak. Dalam perkembangan selanjutnya, terjadi penyebaran penduduk yang dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu kelompok yang menyebar ke arah dalam atau pedalaman disebut JuraiPepadun dan kearah laut disebut JuraiSai Batin.Untuk adat Pepadun dalam perkembangannya mampu mempertahankan adatnya sedangkan adat Sai Batin sudah banyak mengalami perubahan pada pola perkawinan Bujujoghdan Semanda. Pola perkawinan Semanda dalam masyarakat Sai Batin ini dapat terjadi karena desakan kebutuhan sebagai penganut system kekerabatan patrilineal yag sangat kuat dan ketat dan mengahruskan setiap keluarga melahirkan anak laki-laki . Perkawinan dengan pola smanda ini merupakan adopsi dari sebagian kebudayaan Minangkabau , dimana segala sesuatu atau masalah kekerabatan dihitung dari garis keturunan ibu atau

10

wanita. Mereka mengakui bahwa bahwa pola perkawinan Semanda yang sudah diadatkan oleh leluhur mereka sejak zaman nenek moyangnya memang bukan bentuk “asli” pola perkawinan masyarakat Lampung. Berdasarkan letak geografisnya , wilayah Krui, Bengkulu, dan Padang (orang Minangkabau) termasuk “kota tua”yang berada di sebelah Barat Sumatera dan merupakan jalur perdagangan laut yang sangat dikenal pada waktu itu. Suku Minangkabau dikenal sebagai suku bangsa perantau, pedagang, dan penyebar islam. Sehingga tidak heran jika suku bangsa Minangkabau ini telah tiba di wilayah Krui sejak zaman dahulu dan menyebarkan pengaruhnya pada masyarakat setempat. B. Perubahan Pola Perkawinan Dekade 1970-an Perubahan pola perkawinan

Bujujoghdan Semandapada UlunSai

BatinKrui pada decade 1970-an dikaji dalam pelaksanaannya dengan membandingkan ritus-ritus pelaksanaan diantara dua kurun waktu sebelum tahun 1970-an dan sesudah tahun 1970-an. Perubahan yang terjadi pada pola perkawinan UlunSai Batin itu dapat dilihat dala setiap ritual pelaksanaan perkawinan , seperti : pemilihan jodoh, cara berkenalan, tempat berpacaran, penyampaian pesan atau hasrat untuk menikah, melamar, upacara perkawinan, penentuan mas kawin, dan adat penetapan setelah menikah. 1. Pemilihan jodoh Tahap awal yang yang harus di laluinya adalah tahap pemilihan jodoh.Tanpa adanya perjodohan atau pemaksaan. Pada masyarakat

11

Lampung, perkawinan adat menganut dua cara , yaitu dengan pola penjodohan dan non-penjodohan. Pemilihan jodoh dengan cara non-penjodoha cara pemilihan jodoh yang kedua ini biasa yang bebas memilih dan dipilih diantara kelompok-kelompok masyarakat. Pada tahun 1970-an , perkawinan dengan cara penjodohan telah mula memudar , dan sekarang dapat dikatakan hamper tidak ada lagi. 2. Perkenalan dan tempat berpacaran Pertemuan antara laki-laki dan wanita (bujang-gadis) yang bukan nakbai (muhrimnya) dianggap sebagai suatu pelanggaran adat .jadi, kalau ingin bertemu harus meminta izin kepada kepala bujanggadis. Lembaga ini mengatur tempat pertemuan, waktu pertemuan, dan berbagai hal lain yang berhubungan

dengan pertemuan

bujang-gadis itu. Setelah tahun 1970-an kepala bujang-gadis (KBG) sudah jarang sekali ditemuai dan dapat dikatakan tidak ada lagi. Pada saat penelitian pergaulan bujang-gadis tidak ada lagi ada batasan-batasan yang mengikat sehingga pergaulan mereka hampur tidak ada bedanya dengan pergaulan bujang-gadis di kota-kota besar di Indonesia.Pertemuan ini dilakukan yaitu pukul 20.0022.30 wib.Komunikasi secara langsung tanpa melalui perantara dengan tujuan untuk menentukan masa depannya ke jenjang perkawinan maka terlihat pola hubungan yang independen dan mandiri dari para bujang gadis karena tidak lagi pengatur dari bujanggadis pada setiap kampong dan desa.

12

3. Cara penyampaian pesan Tahap selanjutnya adalah pemberitahuan kepada keluarganya atau dengan kata lain menyampaikan dengan kerabatnya. Cara menyampaika pesan tentang masalah perkawinan pada masyarakat Sai Batinpada saat itu juga telah mengalami perubahan dari system penjodohan menjadi non-penjodohan di mana anak dibebaskan memilih pasangan hidupnya masing-masing dengan satu sarat yaitu seagama dan seiman. 4. Melamar Pada cara melamar ini kedua keluarga bermusyawarah dan membicarakan semua sapek yang baik bagi kedua calon pengantin. Saat ini , acara lamaran tidak lagi mamakan waktu yang panjang sampai

berbulan-bulan

dan

bertele-tele

karena

telah

ada

perjanjianatau kesepakatan dari kedua calon mempelai dan kerabatnya

apa

yang

harus

dimusyawarahkan

dalam

pertemuanpada acara lamaran itu. Oleh karena itu , musyawarah antara kedua belah pihak pada waktu lamaran itu hanya bersifat konsultatif (mengfiks kana tau mengclearkan) dan merestui keinginan kedua calon mempelai. 5. Upacara perkawinan Upacara perkawinan UlunSai BatinKrui dibagi dalam dua kategori, yaitu nayah Balak atau pesta besar-besaran dengan segala kelengkapan adatnya, dan yang lain adalah budu’a di lamban yaitu

13

upacara sederhana atau sekedar kenduri yang dipusatkan di dalam rumah pengantin laki-laki. Acara

pokoknya

dalam

upacara

perkawinan

adalah

akad

nikahdidepan penghulu menurut agama islam. Setelah itu malam harinya pukul 18.30-22.30 wib berzanjian, yang diikuti oleh padre gadis-gadis, dan budker yang diikuti oleh para laki-laki dan orang tua. Upacara nayah Balak adalah upacara adat besar-besaranyang memakan waktu satu minggu sampai dua minggu .satu minggu di mempelai laki-laki dan 1 minggu di mempelai perempuan. Upaca ini sangat jarang dilakukan oleh orang Krui karena memerlukan biaya yang sangat besar.

6. Pembatasan jodoh Dalam penentuan jodoh antara bujang-gadis pada UlunKrui dikenal adanya

pembatasan

jodoh

yang

sering

disebut

istilah

endogamiUlunKrui atau endogamy strata. Pembatasan jodoh dalam perkawinan masyarakat

UlunKruiyang paling disukai oleh

masyarakat Sai Batin pada umumnya adalah perkawinan antara anak bujag dan gadis dari garis kedua atau perkawinan dengan cucu dari saudara kakek. Pembatasan jodoh seperti yang telah diuraikan di atas berfungsi untuk membatasi jodoh antara bujanggadis yang akan menikah.

14

7. Penentuan maskawin Maskawin adalah sejumlah harta yang diberikan dari pihak lakilaki kepada gadis atau pihak kerabat gadis sebagai mahar dalam proses pernikahan. Arti dasar dari maskawin ini mula-mula merupakan pengganti kerugian dari pihak gadis.Maskawin ini sudah ditentukan rupa, jenis, dan nilainya, dan diberikan setelah acara lamaran atau setelah kunjungan pihak laki-laki yang ketiga atau keempat. 8. Adat menetap setelah menikah Proses pernikahan atau pembentukan keluarga baru , yaitu tentang adat

menetap

sesudah

menikah

pada

masyarakat

yang

bersangkutan. Adat menetap sesudah menikah ini sedikit banyak aka mempengaruhi system kehidupan masyarakat setempat, terutama tentang pergaulan kekerabatan dalam suatu masyarakat. Perkawinan UlunSai BatinKrui semula hanya dilakuka dengan pola bejujogh , dan tempat menepat setelah menikah semula adalah patrilocal atau virilokal, dimana perempuan harus tinggal serumah bersama suami dan anggota kerabat laki-laki atau suaminya. Namun demikian , tidak menutup kemungkinan pula jika pasangan keluarga yang baru menikah ini akan bertempat tinggal terpisah dari rumah orang tuanya. C. Faktor-faktor Penyebab Perubahan Pola Perkawinan Masyarakat Sai Batin

15

Factor-faktornya terdapat factor internal dan factor eksternal . 1. Factor internal 

Hak-hak istimewa (Privilege)



Ekonomi

2. Factor eksternal 

Pengaruh kebudayaan baru



Pendidikan



Kebijaksanaan penguasa dan pemerintah

D. Implikasi Perubahan Pola Perkawinan Bujujoghdan Semandaterhadap Kehidupan Masyarakat Ada beberapa implikasi proses perubahan pola perakwinan pada UlunSai Batin, antara lainterhadap system kekerabatan, system pewarisan, system pergaulan keluarga dan masyarakat UlunSai Batin. Yaitu : 

Sistem kekerabatan



System pewarisan



System pergaulan kekerabatan dan masyarakat

Bab IV

16

KESIMPULAN perkawinan asal masyarakat Sai Batin, adalah Bujujogh yakni patrilineal dan viriokal. Kemudian masyarakat Sai Batin mengadopsi pola perkawinan cara Semanda dari orang Minangkabau, sehingga pola perkawinan Saibatin menjadi dua pola yaitu Bujujogh dan Semanda. implikasi faktor-faktor internal dan eksternal memberi pengaruh nyata dalam kehidupan masyarakat Sai Batin. Pengaruh itu dirasakan dalam tiga pranata : 1. Sistem Kekerabatan 2. Sistem Warisan 3. Sistem Pergaulan Kerabat dan Masyarakat

17

Bab V ANALISIS Dalam hal budaya pernikahan masyarakat Lampung Sai Batin sangat penting.Bagi orang Sai Batin perkawinan adalah bagian dari siklus kehidupan yang penting dan disakralkan. Perkawinan menentukan status keluarga, lebih-lebih bagi anak lakilaki tertua , dimana keluarga rumah tangga nya akan menjadi pusat pemerintahan kerabat bersangkutan , sehingga perkawinan nya harus dilaksanakan dengan upacara adat besar atau hibal serba dan dilanjutkan dengan upacara Begawi Balak cakak Pepadun. Budaya pernikahan Bujujogh sangat kokoh tertanam karena penggunaan sistem patrilineal primogenetur dalam masyarakat Lampung Sai Batin. Karena keturunan laki-laki pertama yang akan menyambung nama besar keluarga atau klan. Namun hal ini berubah melalui pengaruh Minangkabau dengan budaya Matrilinealnya sehingga mulai pula dikenal budaya Semanda dalam perkawinan Orang Lampung Sai Batin.Karena pola perkawinan Semanda meluas dalam masyarakat Sai Batin karena desakan kebutuhan sebagai penganut system kekerabatan patrilineal yag sangat kuat dan ketat dan mengahruskan setiap keluarga melahirkan anak lakilaki. Perkawinan Semanda disini menganut system matrilokal , dimana tempat tinggal ditentukan oleh garis ibu atau wanita. Perkawinan Semanda yang menganut system matrilokal ini sebenarnya dimaksudkan untuk mempertahankan system patrileneal yang kuat di dalam masyarakat Lampung pada umumnya pada masyarakat Sai Batin pada khususnya.

18

Bab VI CATATAN KRITIS Menurut saya buku ini dapat menjadi acuan dalam penyampaian kebudayaan masyarakat Lampung khususnya masyarakat Sai Batin, terkait dengan pemahaman mengenai tradisi perkawinan dan juga kekerabatannya.Karena pentingnya pembelajaran terkait budaya daerah Lampung terhadap generasi penerus agar tidak hilang tergerus modernisasi dan globalisasi yang semakin marak terjadi.Karena budaya masyarakat Lampung sejatinya harus dapat diwariskan secara baik agar dapat dilestarikan dan tetap eksis, menjadi arah hidup orang Lampung, baik Jurai Pepadun maupun Jurai Saibatin. Sebagai sumber acuan budaya Lampung, buku ini bukan hanya harus disampaikan pada tingkatan mahasiswa tapi juga tingkatan dibawahnya.Namun, untuk itu perlu ada penyesuaian terhadap penyampaian dalam buku ini agar mampu dipahami dengan baik oleh para pembaca diluar lingkup akademik kampus.Sehingga dengan begitu buku ini dapat digunakan sebagai sarana pelestarian budaya Lampung.

Related Documents

Pak Ali Fix.docx
June 2020 12
Ali Versus Pak Edi.docx
December 2019 7
Terjmah Pak Ali
April 2020 12
Ali Ali
June 2020 41
Tugas Pkn Individu Fixdocx
October 2019 113

More Documents from "Ersi Ghaisani Masturah"