2.5 Jenis Obat-Obatan Sedasi Dan Efek Sampingnya 2.5.1
Golongan Benzodiazepine Obat-obatan ini awalnya dikembangkan untuk keperluan obat anxiolytik dan hypnotik dan pada tahun 1960-an menggantikan obat barbiturat
oral. Agar
sediaan
parenteral tersedia, mereka terus
mengembangkan di anestesi dan perawatan intensif. Semua benzodiazepin mempunyai efek farmakologi yang sama, efek terapi ini ditentukan oleh potensi dan ketersediaan obat-obatan. Benzodiazepin diklasifikasi berdasarkan lama kerja obat, yaitu sebagai lama kerja panjang (diazepam), lama kerja sedang (temazepam), lama kerja pendek (midazolam). Efek Samping Efek samping dari benzodiazepin tergantung dosis dan dapat diprediksi dari efek farmakodinamiknya. Oversedasi, depresi ventilasi, ketidakstabilan hemodinamik dan obstruksi jalan napas dapat terjadi pada kelebihan dosis yang tidak diperhatikan dan lebih sering terjadi pada orang tua atau pasien dengan kondisi yang lemah. Pada penderita yang telah lama menggunakan obat ini sensitif terhadap efek dari benzodiazepin dan dosis harus diturunkan secara teratur. Efek Pada SSP Efek benzodiazepin pada SSP yaitu anxiolysis, sedasi, amnesia dan aktifitas antiepileptik. Anxiolysis terjadi pada penggunaan obat dengan dosis yang rendah dan apabila obat ini digunakan secara efektif untuk pengobatan anxietas yang akut maupun kronik. Efek yang panjang dari obat oral seperti diazepam dan chlordaizepoksid dapat mengobati efek timbal balik dari alkohol akut. Anxiolysis lebih sering terjadi pada saat premedikasi dan pada prosedur yang salah. Efek sedasi terjadi pada ketergantungan dosis yang menyebabkan depresi aktivitas serebral, dan efek sedasi yang ringan pada kemampuan reseptor yang rendah yang sama dengan pada anestesi umum jika ruang reseptor terisi. Midazolam terbukti benar aman sebagai obat sedatif intravena.
Benzodiazepin
mempunyai
efek
terapi
yang tinggi
(berbanding efektif dengan dosis letal) karena pada dosis yang berlebihan, perbedaan pada densitas reseptor menyebabkan terjadi reaksi sensitivitas yang berlebihan pada korteks dan depresi medula. Bagaimanapun hal ini dapat menyebabkan obstruksi jalan napas bagian atas dan kehilangan refleks protektif yang terjadi sebelum dalam efek sedasi, dan hal bahaya yang utama yaitu efek sedasi yang berlebihan atau terjadi self poisoning. Amnesia paling sering terjadi pada penggunaan benzodiazepin secara intravena dan yang digunakan pada penderita yang menjalani pengobatan atau penggunaan pada prosedur yang berulang. Anterograd amnesia mempengaruhi ambilan informasi. Retrograd amnesia tidak ditemukan pada penggunaan benzodiazepin. Periode kronik pada amnesia dilaporkan terjadi pada penggunaan obat oral lorazepam, yang dapat berpotensi bahaya pada kasus ini. Aktivitas antiepilepsi, dapat mencegah pengobatan seizure pada subkortikal. Obat intravena lorazepam dan diazepam dapat digunakan untuk menghentikan seizure dan clonazepam digunakan untuk membantu terapi pada terapi epilepsi kronik. Benzodiazepin dapat meningkatkan ambang aktivitas seizure pada toksisitas anestesi lokal, tapi dapat terlihat sebagai gejala awal. Penggunaan
benzodiazepin
dapat
memberikan
efek
yang
menyenangkan untuk insomnia dan lebih efektif lagi pada insomnia akut. Bagaimanapun pengobatan yang lama tidak dianjurkan karena dapat memberikan masalah seperti efek toleransi dan ketergantungan dan yang terpenting yaitu kesulitan dalam efek timbal balik pada pengobatan. Penggunaan benzodiazepin sebagai hipnotik sekarang telah digantikan dengan nonbenzodiazepin yang baru sebagai hipnotik yaitu, zopiklon, dimana obat ini dapat bereaksi pada reseptor benzodiazepin. Benzodiazepin menurunkan metabolisme oksigen di otak dan aliran darah otak, dan juga respon serebrovaskular untuk karbondioksida dilindungi, oleh sebab itu mereka menyesuaikan untuk digunakan pada beberapa pasien dengan kelaianan intrakranial. Bagaimanapun harus
diketahui bahwa midazolam tidak dapat mencegah peningkatan tekanan intrakranial bersama dengan pemasangan intubasi trakeal. Sebagai tambahan, depresi ventliasi disebabkan oleh benzodiazepin pada pernapasan spontan yang dari pasien menunjukan peningkatan PCO2 arteri, yang tidak diinginkan jika pemenuhan tekanan intrakranial menurun. Efek samping yang tidak diinginkan pada SSP, seperti perasaan mengantuk dan terjadi kerusakan pada tampilan psikomotor. Meskipun efek residu sedatif minimal tapi dapat mempengaruhi fungsi kognitif dan koordinasi motorik, yang seharusnya dapat diperkirakan kapan pengobatan ini dihentikan pada pasien. Relaksasi Otot Benzodiazepin menyebabkan reduksi otot ringan yang bisa menguntungkan misalnya pada penggunaan ventilasi mekanik di unit perawatan intensif, yang mengurangi resiko dari dislokasi artikular atau saat pemasangan endoskopi. Bagaimanapun juga relaksasi otot berperan secara responsif pad obstruksi jalan napas pada penggunaan obat sedatif intravena. Relaksasi otot tidak berhubungan dengan efek pada neuromuskular
junction,
tapi
menyebabkan
peningkatan
pada
penghantaran impuls neuron pada medula spinalis dan penurunan transmisi polisinaptik pada otak. Efek pada Respirasi Dosis benzodazepin dapat menyebabkan depresi sentral pada ventilasi . respon ventilasi terhadap CO2dapat terganggu dan respon dari ventilasi yang kurang ditandai dengan adanya depresi. Hal ini diikuti juga dengan adanya sindrom hipoventilasi dan gagal napas tipe 2 yang peka terhadap depresi pernapasan akibat efek dari benzodiazepin.
Depresi
ventilasi merupakan efek eksaserbasi dari obstruksi jalan napas dan hal ini paling sering pada dari yang sebelumnya. Apabila opiod dan benzodaizepin digunakan secara bersama-sama akan terjadi efek yang sinergis. Apabila kedua obat ini diberikan bersama-sama secara intravena, obat opiod harus diberikan terlebih dahulu dan efeknya dapat diperkirakan.
Penurunan dosis benzodiazepin yang diperlukan sampai 75% harus diantisipasi. Hal ini harus menjadi standar praktek untuk menyediakan oksigen tambahan dan monitor saturasi oksigen dengan oximetri selama pemberian obat sedatif secara intravena. Efek Kardiovaskuler Benzodiazepin menghasilkan efek hemodinamik yang tidak terlalu besar dimana mekanisme- refleks hemostatik masih tetap terpelihara dan lebih aman dari agen anastesi intravena. Suatu penekanan pada resistensi vaskuler perifer menghasilkan sedikit penekanan pada tekanan arteri. Hipotensi yang signifikan dapat terjadi pada pasien yang mengalami hipovolemia atau vasokonstriksi. Berikut Merupakan Obat Golongan Benzodiazepine a. Midazolam Midazolam adalah suatu derivat imidazoensodiazepinedan cincin imidazol yang mencapai kelarutan air pada pH 2.9 – 3.7 Premedikasi : 15 mg oral atau 5 mg IM, anak > 6 bulan 70-100 µg/kg Terapi intensif : IV 0,03-1 mg/kg/jam Efek Samping: Batuk, napas pendek, kesulitan bernapas, lemah atau pernapasan dangkal, denyut jantung yang lambat, perasaan kepala ringan, seperti akan pingsan, Agitasi, mudah tersinggung, atau kebingungan, halusinasi, pikiran atau perilaku yang tidak biasa b. Lorazepam Obat ini tersedia untuk penggunaan parenteral dan oral, tetapi tidak digunakan secara rutin sebagai sedatif IV karena dibatasi oleh aksi dari onset yang pelan. Metabolisme oleh glukoronidasi dengan eliminasi waktu paru 15 jam dan durasi yang lebih panjang dibandingkan temazepam. Jika digunakan untuk premedikasi, dosis 2-4 mg diberikan malam sebelumnya atau pada permulaan hari pembedahan. Amnesia adalah suatu tanda yang menyertai pemberian obat ini. Saat ini lorazepam IV merupakan drug of choice pada penanganan status epileptikus, karena memiliki durasi yang lebih panjang untuk
aksi antilepilepsi dibanding diazepam. Juga bisa digunakan untuk penanganan serangan akut panik yang berat, baik secara IM/IV dengan dosis 25-30 µg/kg (dosis biasa 1,5-2.5 mg). Jalur IM hanya digunakan jika tidak ada jalur lain yang tersedia. Efek Samping: Kebingungan, perasaan depresi, hiperaktif, agitasi, halusinasi, pusing c. Diazepam Diazepam adalah golongan benzodiazepin pertama yang tersedia untuk penggunaan parenteral. Tidak larut dalam air dan pada awalnya diformulasikan dalam propylene glikol, yang sangat iritan untuk vena dan dihubungkan dengan peningkatan insidens dari tromboflebitis. Suatu emulsi lemak (diazemuls) ditingkatkan/ditemukan selanjutnya. Kedua formasi tersebut disediakan dalam ampul 2 ml yang terdiri dari 5 mg/ml. Diazepam juga tersedia untuk oral yaitu tablet atau sirup dengan 100% bioavibilitas dan larutan rectal dan supositoria. Eliminasi waktu paru 20-50 jam, tetapi metabolit-metabolit aktif diproduksi termasuk desmetil diazepam dengan waktu paru 36-200 jam, clearance menurun pada disfungsi hepar. Efek Samping: Mengantuk, pusing, tubuh erasa berputar-putar, sulit tidur, gelisah, lemah otot, mual, sembelit, penglihatan kabur dan ganda, gatal 2.5.2
Golongan Barbiturat Thiopental : salah satu anestetik intravena dengan sistem kerja sangat singkat, dapat digunakan secara mandiri maupun kombinasi dengan anastetik lain untuk mempercepat tercapainya stadium anestesi ataupun sebagai obat penenang pada penderita yang mendapatkan pernafasan buatan (Ventilator) dalam waktu yang lama (Trevor, 1998) Efek samping : pada dosis induksi secara intravena dapat penurunan tekanan darah dan elevasi dari laju jantung, sedangkan pada dosis tinggi dapat menyebabkan penurunan tekanan arteri, curah baik dan curah jantung (Lestari, 2010)
2.5.3
Golongan Lain a. Propofol : anastetik intravena golongan nonbarbiturat yang efektif dengan onset cepat dan durasi yang singkat, obat ini memberikan pemulihan kesadaran yang lebih cepat dengan efek samping minimal terhadap susunan saraf pusat (Lestari, 2010) Efek samping : penurunan tekanan darah, kontraktilitas myokardial dan preload (Lestari, 2010) b. Choral Hydrate : obat dengan hipnotik sedatif yang bekerja mempengaruhi bagian-bagian tertentu dari otak yang menyebabkan ketenangan. Obat ini diserap melalui saluran cerna ke dalam sistem kardiovaskuler dan dimetabolisme di hati dan ginjal (Salurapa & Sri, 2009) Efek samping : mual, muntah, sakit perut, gangguan lambung, sakit kepala ringan, ataksia (Salurapa & Sri, 2009)
Trevor AJ., Miller RD. Obat anastesi umum, Dalam: Katzung BG.ed VI Farmakologi dasar dan klinik. Terjemahan Agoes. Jakarta: EGC, 1998; 400-12 Diakses pada15 Mei 2018 Jam 20.30 WIB Lestari, Ayu Puji. 2010. Perbedaan Pengaruh Pemberian Propofol Dan Tiopental Terhadap Respon Hemodinamik Pada Induksi Anestesi Umum. Diakses pada 15 Mei 2018 Jam 20.30 WIB Ekawati, Ratna. 2017. Panduan Sedasi. Diakses pada 15 Mei 2018 Jam 21.08 WIB