Naskah 1 2017.docx

  • Uploaded by: Sholikhatin Eka Prasetia
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Naskah 1 2017.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 645
  • Pages: 3
Salam Mukadimah Dewan hakim yang arif dan bijaksana Hadirin dan hadirat yang kami banggakan

Derasnya arus globalisasi di era millennium, melahirkan begitu banyak wadah komunikasi di dunia maya. Globalisasi seolah-olah mengubah pola pikir masyarakat yang dulunya komunikasi berkaitan erat dengan lisan dan surat kini, ketika mendengar kata komunikasi yang terlintas adalah telepon genggan dan media sosial. Siapa yang tak tahu Mark Zuckerberg dengan hiruk pikuk pertemanan Facebook, Jack Dorsey sebagai kader kicauan Twitter, Kevin Systrom dengan beragam potret Instagram. Pada hakikatnya, media sosial merupakan media komunikasi yang informative dan inovatif serta faktual dan aktual sehingga dapat dimanfaatkan sebagai wadah untuk memperkuat ukhwuah.

Namun fenomena yang terjadi saat ini telah mengubah media sosial sebagai media informative menjadi media provokatif, serta mengubah media sosial sebagai sumber informasi aktual menjadi ladang untuk membual. Mengapa itu bisa terjadi? Lunturnya etika berkomunikasi merupakan hal krusial yang tentunya menjadi sumber masalah dalam hal komunikasi antar sesama. Untuk itu izinkan kami membawakan syarahan yang berjudul “Pentingnya Etika dalam Komunisai di Media Sosial” dengan rujukan surah Al-Hujurat ayat 12 yang berbunyi sebagai berikut :

“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan

daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.”

Menurut tafsir Ibnu Katsir ayat ini menjelaskan bahwa Allah SWT melarang kita untuk berburuk sangka kepada orang lain dan menggunjing orang lain. Karena sesungguhnya itu sama halnya dengan memakan bangkai saudara sendiri. Fenomena nethink atau negative thinking serta menggunjing ternyata juga marak sekali di media sosial. Si A yang membuat status kicauan, Si B yang merasa dibicarakan, serta C yang menyebarkan kepada rekan-rekan, akibatnya akan muncul fitnah-fitnah yang berujung pada saling tonjok, saling rampok, bahkan saling bacok.

Menurut laman detiknews.com data dari Polda Metro Jaya sepanjang tahun 2016 sebanyak 1000 kasus cyber crime terjadi di Indonesia dan yang perlu digaris bawahi adalah kasus terbanyak merupakan kasus pencemaran nama baik dan provokasi yang akhirnya berujung pada jeruji besi. Hal ini membuktikan bahwa kurangnya etika dalam berkomunikasi di media sosial menjadi penyebab krusial di era saat ini. Sekalipun niat berkomunikasi tersebut adalah untuk memberikan sebuah peringatan bahwa yang dilakukan si fulan adalah salah, ingatlah dalam mengingatkan pun juga perlu etika. Hal ini dijelaskan pada surah An-Nahl ayat 125 yang berbunyi sebagai berikut :

“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah[845] dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.”

Menurut Ibnu Jarir, yang diserukan dalam ayat ini adalah wahyu dari Allah SWT berupa AlQur’an, Sunnah, dan pelajaran yang baik. Tentunya cara yang digunakan untuk menyerukan hal baik serta mengingatkan hal yang salah dengan cara yang baik pula. Cara yang seperti apa? Yaitu dengan tutur kata yang baik, bahasa yang halus dan lembut, serta cara yang bijak. Ketiga hal tersebut merupakan sebuah etika yang dapat diterapkan di media sosial sebagai sarana dalam berkomunikasi.

Karena sesungguhnya jika kita menjadikan etika sebagai landasan, pondasi, juga pijakan dalam berkomunikasi tentunya tidak akan ada yang namanya kasus pencemaran nama baik di media sosial, tidak ada perpecahan antar umat di media sosial dan keutuhan bangsa pun akan tetap terjaga.

Sebagai akhir dari syarahan ini dapat kami simpulkan bahwa media sosial sebagai media berkomunikasi di era modern harus bisa digunakan oleh manusia dengan bijaksana yaitu dengan dilandasi oleh etika dalam berkomunikasi. Karena media sosial sendiri ibaratkan pedang bermata dua Jika kita bisa menggunakannya dalam kebaikan maka kita akan memperoleh suatu keberkahan, begitu pula sebaliknya.

Sebagai penutup mari bersama-sama kita ingat bahwa laa takul qabla tafakur (janganlah berbicara sebelum berpikir dahulu), Janganlah berkicau di media sosial sebelum berpikir dahulu.

Demikian yang dapat kami sampaikan kurang dan lebihnya mohon dimaafkan. Penutup Salam

Related Documents

Naskah
May 2020 54
Naskah
April 2020 48
Naskah 1 2017.docx
November 2019 9

More Documents from "edward christianto"