MINI Karya : Shefti L. Latiefah “Kak MINI!!!!” Teriak Laura, Adikku dengan lantang, tak ayal, semua pengunjung yang memadati konter baju batik ditempat ku berdiri pun menoleh kearah kami. “Kak!!Rara tadi hampir nyasar lo!untung ketemu kakak…” ocehnya dengan mimik kelegaan,maklum, anak usia 6 tahun seperti dirinya memang suka takut kalo nyasar ataupun terpisah dari keluarga di tempat seramai itu. “Kak, kok, mereka pada ngeliatin kita ya?” Aku Langsung tersadar akan tatapan dingin para pengunjung itu. “Mah…masa mbak segede itu disebut ‘MINI”…mini itu kan kecil mah, iya kan mah?” celetuk salah seorang anak kecil yang berdiri tak jauh dariku. Sedih juga mendengar ocehn polos anak kecil yang emng benar…masa orang segede ini panggilannya ‘mini’? “Hush!ga boleh gitu…ayo minta maaf!” hardik ibunya, anak kecil itu terlihat malu-malu dan berkata ‘maaf’ padaku. “Oh, enggak pa-pa kok,tante…” ujarku kemudian. “Tante jadi nggak enak…” sesalnya. Aku senyum saja, iapun memberi sekotak coklat pada Laura tanda permintaan maafnya. “Duh, tante..ga usah repot-repot…” “Ga papa…” pungkasnya kemudian berlalu. Laura sih senang-senang saja dapet coklat, tapi aku jadi sungkan pada ibu-ibu tadi. Ngomong-ngomong, nama panjangku adalah Minimalia Ravita, yang konon diambil karena biaya persalinan mama sewaktu melahirkanku bisa dibilang sangat-amatmurah-sekali Ga Ada Hubungannya kan! “Mini, Laura..kalian kemana aja? Mama cari-cari dari tadi” seloroh mama ketika menemukan kami sedang bengong dikonter pakaian dalam pria. Laura sih Cuma cengar-cengir, kalo aku ya malu dong!masa cewek-cewek nyasar ditempat gituan? “Oh, ya, kita mampir kesini mah, yah, nyari-nyari undie buat papa gitu deh…”cuapku asal. “Oh, ya udah kalo gitu, kita pulang aja yuk, disini semuanya mahal, kapan-kapan aja deh balik lagi, kalo ada cuci gudang!” alasan klise para ibu rumah tangga pun berlaku juga buat mama. “Eh, ngomong-ngomong…..ngapain kalian beli coklat? Satu kotak lagi! Uangnya siapa?” Aku baru sadar kalau coklat tadi masih berbandrol. Berarti…aku dong yang harus bayar di kasir! Yah! kalo gini sih, namanya pemerasan! Bukan ngasih! ***
Makasih udah sempetin baca! Ada kritik/saran? email ke
[email protected] ya!!
Sepulangnya dari butik, kami mampir dulu di Rumah Makan GOLIDA yang terkenal murah dan enak. Lumayan lah, daripada ngotot pulang dengan perut keroncongan. “Mini pesen Nasi Goreng sama Milk Shake aja deh mah…” “Rara juga!!” ucapnya semangat, si kecil ini emang selalu niru apa yang kulakukan. Sebel juga kalo dibiarin terus. “Iya deh….” “Mah, Mini ke toilet bentar ya..” “Laura ikuuut!!!” rengeknya, terpaksa aku menuruti permintaanya. “Ya.tapi jangan lama-lama ya!” Aku dan Laura pun segera menghambur ke Toilet yang terletak cukup jauh dari meja kami, tapi gapapa lah, sekalian cuci mata. Ups, benar aja, ada sesosok cowok cool yang sedang berbincang dengan teman-temannya di meja no. 23. Dan, secara kebetulan, mata kami beradu pandang! “Kak!!Ayo! kok malah bengong, katanya ke toilet!!” Laura membuyarkan acaraku. HUH!ni anak emang rese! Akupun menuruti permintaanya daripad dia nangis trus bikin heboh orang sekampung, kan malu-maluin! *** “Ra…cepetan pipisnya!” pintaku tak sabar ingin segera keluar dari toilet dan ketemu dengan cowok tadi. “Bentar kak!!” ”Cepeeet!!” “Iya…ni udah selesai…” “Aku segera hengkang dari kamar mandi dan mempercepat langkahku supaya bisa sampai ke meja cowok cool itu. Sial!dia ga ada ditempat, jangan-jangan udah pulang. Dengan langkiah gontai, aku pun berjalan menuju meja kami, tapi tiba-tiba ada yang menepuk-nepuk pundakku “Laura..jangan iseng!” hardikku yang kemudian terdengar suara lembut seorang cowok! “Halo…” sapanya. DEG! Cowok itu! “Hai juga..” balasku seramah mungkin. “Nama kamu siapa?” tanyanya lagi, belum sempat aku menjawab, setan kecil tadi langsung mangap, “Minimalia Ravita, panggilannya Mini…bagus kan!!” “Mini…? hmpf…” wajah cowok tadi berubah merah menahan tawa, aku langsung kabur tanpa basa-basi lagi. Segitu jelekkah nama Mini untuk cewek dengan badan sebongsor ini! GOSH!! *** Berjam-jam aku meratapi nasib dikamar, mama dan Laura kutinggal saja di Rumah makan tadi, aku langsung cabut naik taksi daripada ketemu lagi dengan cowok itu! “Mini!” panggil mama, kelihatannya mereka sudah pulang dari Rumah Makan, asli deh aku bakal diomelin!
Makasih udah sempetin baca! Ada kritik/saran? email ke
[email protected] ya!!
“Kamu kok langsung pergi tadi? Laura kamu tinggal ya!dasar kamu tuh!” gerutu mama dari balik pintu kamarku, saking jengkel dan malunya, aku malas merespon omelan mama, toh udah biasa! “Kak! ada telepon!” Suara yang amat kubenci tiba-tiba terdengar. “Tutup aja! Ga usah ganggu aku lagi!” bentakku kasar, Laura keliatannya terdiam, Biar saja, sekali-kali dia harus dikasih pelajaran supaya ga seenaknya lagi! Ring…Ring… Kali ini HPku yang berdering, aku pun mengangkatnya daripada berisik terus. “Halo..” “Hai..Mini ya?” tebak suara diseberang sana jitu. “Iya, ini siapa?” “Romi…” “Romi siapa?” “Yang ketemu di GOLIDA tadi loh…masa lupa..” UPS! Cowok itu! Ngapain dia telepon aku? Kok tau nomorku ya? “Tau darimana nomorku ni?” tanyaku penasaran, dia pun menjelaskan kalo si Laura yang ngasih Nomor HPku padanya, Laura! My liltle angel! “Um..maaf ya tadi aku kabur gitu aja..Kamu tadi ketawa kahn sewaktu tau kalo namaku ‘Mini’? “ Oh..Sorry..Sorry..aku keingetan adekku yang masih balita, namanya juga Mini, orangnya juga manis kayak kamu, makanya aku ketawa…kapan-kapan, mau kuajak nemuin dia?” Hah? Wah jangan-jangan diajak nge-date secara implisit nih!Cihui! “Oh..boleh…deh, kapan?” sahutku penuh semangat. “Hahahaha..kamu emang semnagat banget ya!” Aku jadi tersipu dan segera melembutkan suaraku. “Ehm…kapan?” tanyaku sejurus kemudian. “Hahaha..kok malah aneh suaranya?” “Duh..gimana lo! gini salah, gitu salah..” protesku sok lucu. “Udah, biasa aja, ga usah dilembutin kayak tadi” “Ooh…trus kapan?” “Kapan ya enaknya? ntar deh kukabari lagi, oke Mini, senyum dong! Nama Mini kan bagus banget…” pujinya. “Tapi ga dengan badan sebongsor ini kan..” “”Hah? Bongsor? Atletis kok!” Lidahnya bersilat lagi. Siapa juga yang ga senang dipuji daritadi.Wah, cowok ini boleh juga ding, meski suka ngegombal..yah, itung-itung buat koleksi! “Makasih pujiannya..” “Eh, aku ga muji lo!” “Hihi..Bisa aja..ya udah deh..sampai ketemu lagi ya…” “Ya deh…see ya!!” “Bye…” Ya ampun!aku seneng banget!! “ Laura! sini kamu!” perintahku pura-pura galak, Laura kelihatan pucat namun tetap memenuhi permintaanku. Ia pun memasuki kamarku dengan langkah mungilnya.
Makasih udah sempetin baca! Ada kritik/saran? email ke
[email protected] ya!!
“Kak..maaf ya, Rara ga tau kalo kakak lebih suka dipanggil ‘Lia’…” ujarnya menyesal,aku langsung memeluknya. “Rara…kakak ga marah kok, malah berterima kasih, berkat kamu,kakak jadi punya gebetan baru…” “Bener kak?” Aku menangguk. “Jadi, Rara boleh manggil kakak ‘Mini’ lagi?” “Boleh…siapa yang ngelarang?” “Hore!!” pekiknya bahagia dan langsung menghambur ke teras sembari berteriak, “Woeey! Rara punya kakak, namanya MINI!! Kakak Laura namanya ‘MINI’ kenalin kawan-kawan!! Alhasil, para tetangga sekampung pun memandang heran kearah rumah kami, derai tawa pun tak terbendung. YA AMPUN!! “LAURA!!!!!!”
TAMAT
Makasih udah sempetin baca! Ada kritik/saran? email ke
[email protected] ya!!