MAKNA INDAH PERSAHABATAN Karya:Shefti L. Latiefah Sally gigit-gigit kuku selama pembagian ulangan berlangsung., Ani, Mila sampai Rita sudah dipanggil oleh Bu Purwanthi, dan sekarang giliran dia yang harus maju menerima skor yang tentu sudah dapat diduga sebelumnya. “Sally Wasnita!!” panggil guru berkacamata itu dengan sedikit memberikan tekanan diakhir kalimatnya. “Iya, Bu” Sally bangkit dari tempat duduknya dan menghadap Bu Purwanthi dengan langkah yang berat. Ia sudah menduga berapa skor yang didapatnya. “Kamu itu! Selalu tidak tuntas! Blabla…..” Ocehan singkat yang tentu aja ga masuk di memori Sally membuat siswa-siswi yang lain ketar – ketir. Takut mengalami nasib yang sama dengan gadis jangkung cerewet itu. “Psst, Sall! Kamu dapat berapa?” Aput teman bangku Sally bertanya sok peduli, padahal kemarin nyontek aja ga dibolehin! “Bukan urusan kamu!!” jawab Sally judes, sambil mengingat – ingat pelitnya Aput tempo hari. Aput terdiam. Giliran Karan yang bertanya sambil memamerkan nilai yang menurutnya jelek setengah mati! 50! Lha Sally? Masuk kategori apa dong nilai 30 itu?! “Berapa Sall?” desak Karan penasaran. Cowok satu ini emang nekat banget, pake main rebut kertas ulangan Sally pula. “Karan bego!!” semprot Sally lalu lari ke kamar mandi “Rese banget sih semuanya!! Mentang – mentang dapet bagus! Terus coba jelek – jelekin aku! Gitu!” cewek virgo itu ngomel – ngomel sendiri di dalam kamar mandi, tentunya dengan terisak, dia ngerasa bego banget! Bego sedunia malah. Coba dulu milih jurusan IPS, pasti ga seperti ini! Apalagi kelas Sally termasuk kelas unggulan, jadi mau mimpi jadi siswa teladan pun ga pernah kepikiran. ***
Makasih udah sempetin baca! Ada kritik/saran? email ke
[email protected] ya!!
“Sall, besok ada ujian fisika loh! Belajar ya!” Ucap Aput. Sally melengos tak peduli, Aput jadi kebingungan. *** Dan, pelajaran terakhir pun telah dilalui, Sally pun langsung pulang supaya cepat keluar lagi. Maklum, cewek satu ini memang hobi jalan-jalan. “Sall! Makan siang dulu!” teriak mamanya yang sudah menyiapkan makan siang untuk Sally. Kerjaan cewek itu sepulang sekolah Cuma bermalas – malasan, terus makan, baca novel atau jalan – jalan ke Mall. Ga pernah belajar. “Iya, Ma!” cewek yang masih memakai baju seragam tersebut langsung turun begitu ada komando ‘makan’ dari mamanya. “Heh! Ganti baju dulu!” mamanya mengingatkan putri semata wayangnya yang kurang disiplin itu. “Entar deh! Makan dulu…” Mama Sally jadi mendesah heran, sejak papanya dipindahkan ke luar kota dan pulang hanya seminggu sekali, Sally jadi bandel! Ga disiplin pula! Tapi apa daya, Mama Sally terlalu sabar untuk memarahi buah hatinya. “Udah nih, ma! Sally main ya!!” “Dicuci dulu dong, sayang!!” “Males ah! Kan ada Bi Ira! Sally mau jalan ke Mall sama Ray!!” “Ray? Bukannya kemarin sama Andre? “Andre udah basi! Si Ray lebih oke, Ma!” Lagi – lagi mama Sally ga ada alasan kuat untuk menahan putrinya supaya tidak keluar rumah. “Ya udah! Ganti baju dulu ya! Pulangnya jangan malem – malem.” Nasehat dan nasehat saja yang bisa diberikan pada Sally, maksudnya, supaya anak itu bisa jaga diri dan tau waktu. Tapi tetap saja pulangnya selalu diatas jam 10 malam. ***
“Assalamualaikum”
Makasih udah sempetin baca! Ada kritik/saran? email ke
[email protected] ya!!
“Waalaikumsalam Warrahmatullah..! Siapa ya malam – malam begini?” Mama Sally heran, Ga biasanya ada yang kerumah pada jam seperti ini. “Sally ada tante?” “Oh! Nak Putri! Ayo masuk!!” Merekapun terlibat dalam percakapan kecil mengenai Sally. Kedatangan Putri alias Aput pun juga didasari oleh kertas ulangan Sally yang tadi terselip di bukunya. “Jadi Cuma mau ngasih ini? “Oh, ya, tadinya juga sekalian ingin belajar bareng sih tante…” “Loh, memangnya besok ada ujian apa?” “Fisika” Mama Sally terdiam sejenak, begitu dibukanya kertas ulangan Sally yang semula terlipat. Dibacanya angka merah yang tercetak di kolom nilai. “Mati deh…” Aput membatin, ga menyangka situasinya bakal separah ini. Dilihat dari ekspresi dingin wanita paruh baya itu, tentu masalah nilai ulangan Sally merupakan pencetus Perang Dunia III. ***
Dugaan Aput seratus persen benar, Sally yang tadinya haha – hihi sepulang dari jalan – jalan langsung dirundung duka. Mamanya yang ga pernah marah kini mengamuk bak Rahawana, belum lagi kamar Sally yang terobrak – abrik sewaktu mamanya mencari nilai ulangan yang selama ini disembunyikan Sally dari Ibunya. Sally yang tadinya mengira hal ini kesalahannya karena tidak mengunci kamar, jadi ngeh ketika mamanya menyebut nama Putri. ***
“Sial kamu! Seneng ya , aku diomelin mamaku! Dihukum ga boleh keluar selama sebulan kalau ga dapat nilai bagus! Apa sih mau kamu?” Sally melabrak Aput ketika sampai di sekolah keesokan paginya. “Maksudku kemarin pengin ngajak belajar bareng, Sall…” Aput membela diri
Makasih udah sempetin baca! Ada kritik/saran? email ke
[email protected] ya!!
“Belajar bareng? Untuk apa? Untuk buktiin kalau aku bego? Miss sok pinter! Cukup yah kamu usik hidupku! Mulai saat ini, anggep kita ga pernah kenal!!” Emosi Sally yang meledak – ledak membuat teman – teman sekelasnya kebingungan. Apakah harus meredam marah Sally atau menenangkan Aput yang sedang terisak. “Padahal maksud aku kan baik…” Aput masih mengulang kata – katanya, Diera yang kebetulan akarab dengan Aput mencoba menenangkan gadis berkepang itu. ***
Hukuman Sally selama satu bulan agaknya cukup membuat Sally jadi mengerti gimana susahnya di rumah, susahnya belajar menelaah kata demi kata dalam buku pelajarannya dan juga gimana sukarnya mengolah angka – angka yang terletak di buku paket sainsnya. Tampaknya, Sally sudah sedikit paham makna kata “kerja keras” yang membuahkan hasil. Ia juga baru tau bahwa ga segampang itu memberi jawaban mengenai soal – soal, apalagi ulangan yang kita kerjakan susah payah sembarangan pada oaring lain. Ia jadi teringat akan mantan sahabatnya si Aput. Sudah sebulan lamanya mereka ga saling sapa, ga salinng bicara, kangen juga. Berkat Aput, Sally jadi berubah seperti ini. Spontan, jari Sally menari di keypad HPnya mengetikan kata ”Sorry ya! Makasih juga udah menyadarkan aku.” Dan langsung dikirim ke Aput. ***
“Sall! Ini ulangan kamu?” Tanya mama Sally terheran melihat skor yang tertera pada lembaran ujian Fisika milik Sally yang terserak di meja belajar bersama lembaran – lembaran lain. “Yap! 86 untuk Fisika, 76 untuk Matematika, 93 untuk Kimia!” Pamer Sally dengan menunjukan nilai – nilai yang telah diperoleh dengan susah payah tersebut.
Makasih udah sempetin baca! Ada kritik/saran? email ke
[email protected] ya!!
Tentu saja mamanya bangga dan mencabut hukuman Sally dengan catatan prestasinya tidak boleh turun. “Makasih, ma!” Sally bersorak. *** “Put, apa kamu ga maafin aku? Kemarin kok ga dibales sms ku?” Tanya Sally dengan suara lirih, antara malu dan takut kalau si Aput masih membencinya gara – gara insiden yang lalu. Aput terdiam. Sally jadi salah tingkah gara – gara sikap Aput itu. “Put, aku minta maaf! Ku sekarang sadar kalau sebagai pelajar, kita harus mentingin pelajaran, bukan main doang,” Aput masih terdiam tak bergeming sedikitpun, tiba – tiba tangan mungil Aput melingkar di punggung Sally. “Aku seneng kamu udah sadar Sall! Jadi ga ada yang jutekin aku lagi kalau ga dicontekin Matematika…” Goda Aput usil “Aput, kirain kamu masih marah! Kok sms aku kemarin ga dibales?” “Yee! Ngirim kartu pos tanpa perangko aja ga dibales! Apalagi ngirim sms!” Sahut Aput. Tangan Sally pun gatal untuk tidak mencubit pinggang sahabatnya yang lumayan gembul itu. “Kamu tuh dasar!” “Biarin, Lain kali kirim pulsa dong! Jangan sms mulu!!” “Huh!! Maunya…” Merekapun merayakan rujuknya dengan melahap rakus bakso tenis di warung depan sekolah. TAMAT
Makasih udah sempetin baca! Ada kritik/saran? email ke
[email protected] ya!!