Surat Kartini Rengget Dyaloka Kala ku membisu dan menelungkupkan telapak menutupi paras, Kartini menegakkannya, Dibilang, “Hei, kau itu pemberani,” Seketika ku dongakkan kepala dan lalu menyambut sinar mentari Berlagak menjadi pemberani dan memang benar. Berani menyambut hari, Berani mencoba mendongak namun tak congkak. Kartini bilang,” teruskan perjuangan,”
Dilipatnya kembali surat yang dikirim sahabatnya itu lalu dimasukkannya ke amplop putih yang semula terletak di atas meja. Rika memandang sendu, namun masih timbul senyum samar menghiasi rupanya yang ayu. Ia sedang mengingat-ingat sesuatu. Indah, sahabatnya.
Setahun lalum tepatnya tanggal 21 April, ketika Rika berulang tahun, Indah mengiriminya puisi, Yah, gadis itu memang suka membuat puisi, terlebih menyangkut hari-hari historis seperti ulang tahun Rika dan Hari Kartini. Jemarinya selalu senang menari-nari di atas kertas putih yang kemudian terukirkan paragraf indah karangannya. Paragraf yang seindah parasnya. Segalanya tampak indah termasuk namanya. Rika menyeka genangan yang kemudian mengalir pelan hingga melumat surat Indah. Ia teringat kenangan-kenangan manis, terutama ketika Indah masih disampingnya. Betapa persahabatan begitu menyatukan. Lebih-lebih tidak ingin saling kehilangan. Cinta dan kasih yang tertanam dalam seakan menjadi akar yang tak pernah goyah oleh badai sekalipun. Memanglah tak terperikan, persahabatan itu. Setahun setelahnya, Indah memanglah tertinggal dalam benak serta ingatan. Keceriaan dan ketelatenannya merangkai kata tak lekang zaman. Keberaniannya serupa Kartini akan selalu dikenang, seperti Kartini itu sendiri. Kartini- Indah. Sama-sama perempuan, sama-sama memiliki keberanian. Jakarta, 21 April 2009 Selamat Hari Kartini © www.RenggetDyaloka.com