Mesjid Sebagai Sentral (1)

  • Uploaded by: H Masoed Abidin bin Zainal Abidin Jabbar
  • 0
  • 0
  • October 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Mesjid Sebagai Sentral (1) as PDF for free.

More details

  • Words: 825
  • Pages: 2
Mesjid Sebagai Sentral Pembinaan Ummat Bagian Pertama

َ َّ ‫فـــي بيوت أَذن الل‬ ٌ ‫جا‬ ‫ل َل‬ ِ ْ ‫هأ‬ َ ِ‫) ر‬36( ‫صال‬ ُ ِّ ‫سب‬ َ ِ ٍ ُُ ْ ‫ن تُــْرفَعَ وَيُذ ْكََر فِيهَا ا‬ َ ُ‫ه ي‬ ُ ‫م‬ ُ ‫س‬ ُ َ‫ح ل‬ ُ َ ‫ه فِيهَا بِالْغُدُوِّ وَاْل‬ َ َ َّ ‫ن ذِكْرِ الل ّهِ وَإِقَام ِ ال‬ ‫ب‬ َ َ ‫صَلةِ وَإِيتَاءِ الَّزكَاةِ ي‬ ُ ‫ب فِيهِ الْقُلُو‬ ُ ّ ‫ما تَتَقَل‬ َ ِ‫م ت‬ َ ‫خافُو‬ ْ ِ‫تُلْهِيه‬ ً ْ‫ن يَو‬ ْ َ ‫جاَرة ٌ وََل بَيْعٌ ع‬ َ )37(‫صاُر‬ َ ْ ‫وَاْلب‬ “Bertasbihlah kepada Allah di masjid-masjid yang telah diperintahkan untuk dimuliakan dan disebut nama-Nya di dalamnya pada waktu pagi dan petang, orang-orang yang tidak dilalaikan oleh perniagaan, dan tidak (pula) oleh jual beli, atau aktivitas apapun dan mengingat Allah, dan (dari) mendirikan shalat, membayarkan zakat, mereka takut kepada suatu hari yang (di hari itu) hati dan penglihatan menjadi goncang.” (Q.S. An Nuur: 36-37) Dalam sejarah tercatat bahwa ketika Rasulullah SAW berhijrah dari Makkah ke Yatsrib (Madinah), setibanya beliau di Quba’ pada hari Senin tanggal 8 Rabi’ul Awwal tahun ke-14 dan nubuwwah atau tahun pertama dari hijrah, bertepatan tanggal 23 September 662 M langkah pertama yang beliau lakukan adalah membangun masjid. Masjid Quba’inilah masjid pertama yang dibangun oleh Rasulullah SAW. Beliau berada di Quba’ selama empat hari, yaitu hari Senin, Selasa, Rabu dan Kamis. Pada hari Jum’at tanggal 12 Rabi’ul Awwal, beliau berangkat menuju Madinah. Setelah beberapa hari di Madinah beliaupun mendirikan Masjid Madinah. Masjid itu merupakan ruang berdinding batu bata, bertiang batang kurma dan beratap pelepah kurma, sebagian dibiarkan terbuka. Di sampingnya digunakan sebagai tempat tinggal Nabi dan orang-orang miskin yang tak punya rumah. Pada awalnya tak ada penerangan pada malam hari selain dan cahaya dari jerami yang dibakar pada waktu shalat Isya’. Selanjutnya baru digunakan lampu-lampu yang dipasang pada tiang-tiang batang kunma. Satu hal yang dapat disimpulkan dari peristiwa itu adalah bahwa Nabi SAW memberikan anti penting bagi pembangunan masjid. Bukan rumah beliau yang didahulukan dibangun, bukan juga sebuah benteng pertahanan untuk menghadapi kemungkinan-kemungkinan serangan dari Makkah. Bagi Nabi masjid dianggap lebih penting daripada semua itu, karena masjid menjadi bagian utama dalam pembinaan masyarakat Islam selanjutnya. Ini menunjukkan bahwa masjid memiliki kedudukkan yang sangat penting dalam rangka membina pribadi dan masyarakat menjadi pribadi dan masyarakat yang Islami. Allah SWT berfirman: “Sesungguhnya masjid yang didirikan atas dasar taqwa (Masjid Quba) sejak hari pertama adalah lebih patut kamu shalat di dalamnya. Di dalamnya ada orang-orang yang ingin membersihkan diri. Dan Allah menyukai orang-orang yang bersih.” (Q.S. At Taubah:108) Dalam pendirian masjid, Rasulullah SAW memperingatkan agar diperhatikan juga soal pemakmurannya, jangan sampai masjid dibangun dengan megah tapi hanya sedikit orang yang memakmurkannya (mengisi masjid untuk ibadah). Rasulullah SAW bersabda:

‫يأتى على أمتي زمان يتباهون بالمسجد ثم ل يعمرونها إل قليل‬ “Sungguh akan dating pada umatku suatu masa dimana mereka saling bermegah-megahan dengan membangun beberapa masjid tapi yang memakmurkannya hanya sedikit” (H.R. Abu Dawud) Memakmurkan masjid (ta’mirul masjid) berarti memelihara, meramaikan dan menghidupkan suasana masjid. Tiga pengertian ini merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan. Tidaklah dapat dikatakan masjid itu makmur kalau masjid tidak terpelihara atau jarang dikunjungi atau tidak ada kegiatan selain shalat berjama’ah saja. Pemeliharaan masjid merupakan hal yang utama harus diperhatikan. Pemeliharaan dimaksud meliputi mencegah kerusakan dan mengadakan perbaikan pada bagian masjid yang telah rusak, menjaga kebersihan dan keindahannya. Kemudian yang juga harus diperhatikan adalah memak murkan masjid dengan cara meramaikannya dengan kegiatan keagamaan, seperti kegiatan mendengarkan ceramah. diskusi dan dialog tentang keislaman, membaca Al Qur’an, dan yang paling utama adalah melaksanakan shalat secara berjama’ah. Orang-orang yang selalu memakmurkan masjid adalah orang-orang pilihan yang diberikan Allah hidayah yang sangat mahal. dan mereka termasuk dalam tujuh golongan yang dijamin oleh Allah akan mendapatkan perlindungan Allah pada saat di mana tidak ada perlindungan yang berarti selain perlindungan-Nya, yaitu seseorang yang selalu terikat hatinya kepada masjid. Dalam Surat At Taubah ayat 18 Allah SWT berfirman: “Sesunguhnya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah, maka (semoga) merekalah orang-orang yang mendapat petunjuk.” Allah berfirman dalam hadits Qudsi: "Demi kemuliaan dan keagungan-Ku, Aku bermaksud akan menurunkan siksaan kepada penduduk bumi, tetapi ketika Aku lihat penghuninya sedang memakmurkan rumah-Ku (masjid), saling mengasihi sesamanya karena Aku, selalu melakukan istighfar (meminta ampun kepada-Ku) diwaktu sahur, Aku palingkan siksaan itu dan mereka.” (H.Q.R Al Hafidz Al Bahaai, bersumber dan Anas r.a marfu’) Dari hadits Qudsi di atas dapat diambil pengertian bahwasanya Allah SWT sangat memuliakan orang-orang yang memakmurkan masjid baik yang memakmurkannya dengan shalat berjamaah, mengisinya dengan kegiatankegiatan

keagamaan maupun yang memakmurkannya dengan cara memeliharanya. Karena masjid adalah rumah Allah di bumi (Baitullah fil Ardh). ‘Amr bin Maimun Al Audy berkata: “Aku sering bertemu dengan para sahabat Rasulullah SAW mereka sering berkata bahwa masjid-masjid itu adalah rumah Allah di bumi. Karena itu menjadi hak Allah memuliakan orang-orang yang mengunjunginya (berada di dalamnya).” Allahu A‘lam Bish Shawwab

Related Documents


More Documents from "Muhamad Khairul Bahri"