Remaja Dan Idola Yang Salah

  • Uploaded by: H Masoed Abidin bin Zainal Abidin Jabbar
  • 0
  • 0
  • October 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Remaja Dan Idola Yang Salah as PDF for free.

More details

  • Words: 833
  • Pages: 2
Remaja dan Idola yang Salah

َ َّ ِ ‫إ‬ ٍ‫سدَة‬ َ ْ‫مف‬ َ ْ‫مف‬ َ َّ‫مْرءِ أي‬ َ ْ ‫سدَة ٌ لِل‬ َ َ ‫جدَة‬ ِ ‫ن الشبَاب و الفراغ َ و ال‬ “Sesungguhnya waktu kosong dan kelalaian adalah perusak kehidupan seorang pemuda” Pada saat ini manakala kecanggihan teknologi informasi begitu hebatnya menyerbu dan hadir di tengah-tengah kita, maka seakan-akan kita dininaboboklan oleh berbagai kemudahan dan kenyamanan teknologi dalam mengarungi kehidupan ini. Tapi, sebenarnya pada saat yang sama ada satu hal yang barang kali tidak kita sadari, bahwa kemajuan tersebut juga membawa dampak negatif bagi diri kita, keluarga dan masyarakat kita. Memang pengenalan umat Islam terhadap tokoh- tokoh Islam, ternyata sangat kurang. Tak jarang mereka tidak kenal nama-nama sahabat Rasulullah. Apalagi generasi tabi’in, tokoh-tokoh intelektual Islam lainnya yang memperkaya khazanah ilmu pengetahuan dunia. Praktis tokoh -tokoh Islam terasing di kalangan umat Islam sendiri. Di lingkungan remaja muslim, keasingan terhadap tokoh-tokoh Islam makin terasa. Mereka bukan saja tak kenal bahkan sering sudah sampai pada tahap lahirnya sikap tidak peduli bahkan memandang sinis tokoh-tokoh Islam yang semestinya mereka kagumi. Jelas ini merupakan kenyataan pahit yang perlu diupayakan perbaikannya. Betapapun sangat disadari ketidak kenalan terhadap tokoh-tokoh Islam akan menciptakan kesenjangan sikap pada kalangan umat Islam. Khusus pada remaja akan muncul apa yang disebut kesenjangan idola; seseorang yang sangat dihormati dan dicintai. Jika mau jujur, remaja muslim saat ini sangat jauh dan sikap dan prilaku yang “mengidolakan” tokoh Islam. Mereka lebih kenal dengan Sheila on 7, Jerry Yan (F4), Michael Jackson, Batistuta, David Beckham dan para bintang hiburan, olah raga dan sebagainya. Oleh karena bintang mereka yang serba glamour dan tingkah polahnya tidak jelas, maka tak heran jika sering kita saksikan di kalangan remaja muslim berprilaku seperti mereka. Kita dengan mudah dapat menyaksikan prilaku remaja yang begitu mudah meniru tingkah laku mereka, baik dari model dandanan pakaian, potongan rambut, tingkah polah dan sebagainya. Bahkan tidak jarang tingkah laku remaja kita tersebut sampai pada taraf “menjiplak total” tingkah para bintang idola mereka, seakan-akan perilaku mereka adalah contoh yang paling ideal, ini berarti, sikap mengidolakan tersebut tidak hanya bersifat hiburan tapi sudah sampai pada taraf menjadikan acuan hidup. Inilah yang diperingatkan Allah dengan tajam, tentang prilaku dan sikap yang meniru-niru orang kafir, seperti yang termaktub dalam firman-Nya dalam QS. At-taubah ayat 30: “Demikian itulah ucapan mereka dengan mulut mereka, mereka meniru perkataan orang-oranq kafir yang terdahulu, dilaknati Allahlah mereka;bagaimana mereka sampai berpaling?” Firman Allah ini merupakan peringatan yang sangat tajam yang pernah dilontarkan terhadap umat yang berperilaku jauh dari semangat Al-qur’an dan semangat sunnah Rasulullah saw. Memang secara psikologis, dalam perkembangan manusia ada tahapan untuk meniru-niru tingkah laku orang lain. Setiap masa perkembangan manusia, sasaran peniruan-nya tentu saja berbeda-beda. Nah, bagi dunia remaja, rasa senang dengan mengidolakan seorang bintang hendaknya terbatas waktu dan kepentingan. Senang boleh saja, namun sesuai sifatnya yang mencari hiburan, jangan sampai kemudian seluruh perilaku terjebak untuk bersikap seperti mereka. Ada saatnya sikap dan prilaku kita berproses menuju dunia yang sebenarnya. Ada saatnya manusia hidup sesuai kenyataan dan tidak terbuai impian-impian sesaat dan rekreatif. Pada konteks inilah peringatan Allah SWT dalam surat AtTaubah tersebut terasa relevan. Sikap dan tingkah laku umat jangan terjebak pada peniruan tingkah laku yang tidak Islami. Secara sosiologis, tingkah laku umat yang masih meniru prilaku umat lain ini disebabkan setidaknya oleh dua hal: 1. Kurangnya pengenalan terhadap tokoh-tokoh Islam. Nabi Muhammad SAW. misalnya, dikenal sebatas sebagai rasul. Sosok kehebatan, kecerdasan serta akhlaqul karimah beliau yang pernah menggegerkan dunia karena prestasi beliau itu kurang dikenal. Nabi Muhammad saw lebih dikenal dalam konteks formal sebagai pelaksana tugas kerasulan. Tidak pada sepak terjang yang menggegerkan dunia. Padahal Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an surat Al-Ahzab ayat 21: “Sesungguhnya pada diri Rasulullah itu adalah contoh yang baik” 2. Faktor kurangnya informasi dan komunikasi yang tidak memberi peluang dan porsi yang adil bagi tampilnya tokoh-tokoh Islam. Tidak ada yang memungkiri bila informasi dan komunikasi dewasa ini semakin canggih. Namun harus pula diakui kemajuan informasi dan komunikasi ini belum menjadi rahmat bagi umat Islam. Bahkan cenderung menjauhkan umat dari tokoh-tokohnya. Apalagi yang dinikmati umat Islam jauh dari kesan Islami. Dan bagi kalangan cendekiawan muslim, harus ada ikhtiar memberikan pengenalan lebih rinci tentang tokoh-tokoh Islam pada remaja muslim agar mereka kembali menjadikan tokoh-tokoh Islam sebagai idola dan tentu saja agar tingkah laku mereka menjadi lebih Islami. Allah SWT berfirman dalam A1-Qur’an Surah Al Maaidah ayat 100: “Katakanlah “tidak sama gang buruk dengan yang baik, meski pun banyak yang buruk bertaqwalah pada Allah hai orang-orang yang berakal,agar kamu menda pat keberuntungan”

itu menarik hatimu,maka

Sudah menjadi kewajiban kita bersama, terkhusus lagi bagi para orangtua dan para guru, perannya sangat dituntut dalam membentuk kepribadian anak-anaknya. Jika kita menginginkan anak-anak kita menjadi manusia yang berguna, baik bagi Negara dan Bangsanya, apalagi bagi Agamanya, maka solusi terdekatnya adalah perkenalkanlah mereka tokoh-tokoh panutan dalam Islam. Jika tidak, bukan hal yang mustahil, di suatu saat nanti, anak-anak kita tidak lagi mengenal siapa Nabi mereka. Na’udzubillahi min dzaalik!Ali bin Abi Thalib pernah mengatakan:

“Didiklah anak-anakmu, karena mereka dilahirkan untuk hdup di suatu zaman yang berbeda dengan zamanmu”

Related Documents


More Documents from "beni astiyani"