Mengambil Hikmah Dari Kehidupan Ulat

  • Uploaded by: Prof. DR. H. Imam Suprayogo
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Mengambil Hikmah Dari Kehidupan Ulat as PDF for free.

More details

  • Words: 943
  • Pages: 4
Mengambil Hikmah dari Kehidupan Ulat Bagikan 10 Mei 2009 jam 10:45 Banyak orang tidak menyukai jenis binatang ini. Melihatnya saja merasa jijik. Lebih-lebih orang perempuan, berteriak-teriak hanya gara-gara melihat ulat. Demikian pula anak kecil seringkali menjerit, minta tolong kepada saja, karena ketakutan ada ulat. Binatang yang menjijikkan itu minta segera disingkirkan jauh-jauh. Memang ada jenis ulat tertentu yang justru dipelihara, sekalipun bentuknya juga menjijikkan, yaitu ulat sutra. Jenis ulat ini, karena menghasilkan benda yang begitu indah, maka dipelihara oleh banyak oran. Bahkan juga disediakan jenis makanan yang disukai, yaitu jenis daun tertentu yang memang disukai oleh ulat sutra. Ulat kelihatan menjijikkan, bukan menakutkan. Ulat biasa berjalan lambat. Binatang ini hanya merambat ke sana kemari, mencari makan berupa dedaunan yang disukai. Karena itu jika seseorang takut atau merasa jijik terhadap ulat, maka ditinggal pergi saja, maka binatang tersebut tidak akan mampu mengejar. Hanya biasanya, orang suka membunuhnya, hanya karena merasa jijik, padahal binatang ini tidak mengganggu. Sekalipun bentuknya sedemikian menjijikkan, dari binatang ini orang bisa mendapatkan beberapa pelajaran berharga. Misalnya, dari bentuknya yang menjijikkan itu, ternyata dalam proses selanjutnya, ulat akan berubah menjadi kepompong dan, akhirnya berubah lagi menjadi kupu-kupu yang indah dilihat. Kegiatan ulat dalam hidupnya sehari-hari hanya dua, yaitu makan dan buang kotoran. Tidak ada waktu bagi binatang ini tanpa makan dan buang kotoran. Itulah ulat. Kemana-mana, ketika mendapatkan dedaunan, dan bahkan jenis daun apa saja selalu segera dimakan. Binatang menjijikkan ini pada usia tertentu, ternyata mampu berehenti dari makan. Ia melakukan kegiatan semacam bertapa, berdiam tanpa makan dan juga buang kotoran. Fase ini disebut, ulat telah berubah menjadi kepompong. Selanjutnya, tidak lama kemudian, kepompong itu berubah lagi menjadi kupu.

Fase-fase kehidupan ulat, biasanya diungkap oleh orang tua, guru, atau kyai, untuk menerangkan tentang sebuah fase-fase kehidupan yang semestinya juga dijalani oleh manusia. Binatang itu dikatakan, telah memberikan tauladan, bahwa jika seseorang sehari-hari aktivitasnya hanya sebatas mencari makan dan buang kotoran, maka akan menjijikkan,-----seperti ulat, dan dibenci oleh semua orang. Mestinya, sebagaimana ulat, mau menjadi kepompong, yang ketika itu tidak membutuhkan makan dan buang kotoran, agar suatu ketika nanti menjadi makhluk yang lebih baik dan mulia. Binatang menjijikkan itu setelah melewati masa menjadi kepompong, ----fase bertirakat, maka kemudian berubah menjadi kupu, dan tidak lagi dibeci atau tampak menjijikkan. Setelah berubah, justru disukai orang. Siapapun menyenangi warna warni kupu-kupu. Melihat kupukupu yang indah, orang suka melihat dan juga memegangnya. Tidak pernah dibayangkan bahwa binatang berwarna indah itu, sebelumnya adalah menjijikkan. Sesungguhnya, ini adalah pelajaran yang sangat indah bagi siapapun. Masih ada pelajaran lain bagi manusia dari kehidupan ulat ini. Ulat tidak pernah berebut makanan dan juga melakukan perjalanan jauh hanya untuk mencari makan. Cara berjalannya saja, ulat hanya merambat, pelan-pelan. Binatang menjijikkan ini sehari-hari hanya akan mengkonsumsi daun-daun yang bisa dijangkau. Selembar daun dimakan, dan jika habis baru akan mengambil daun berikutnya. Memang binatang ini sangat rakus, dan aktivitasnya hanya selalu makan. Namun, sekalipun rakus, anehnya ulat tidak akan mencari daun lain, sebelum daun yang ada di hadapannya habis dimakan. Ulat tidak akan migrasi jauh-jauh, sepanjang di kanan kirinya masih ada makanan. Binatang ini baru mau pergi jauh, setelah berubah menjadi kupu-kupu. Mereka akan terbang ke mana-mana, seolah-olah akan menunjukkan bahwa dirinya sudah berubah. Kupu-kupu berjalan dengan melenggaklenggok, tidak pernah berjalan lurus. Seolah-olah, binatang ini menunjukkan kebahagiaannya, setelah mengalami perubahan bentuknya yang mendasar. Setelah menjadi kupu, aktivitasnya hanya menyenangkan atau menghibur siapapun melalui gerak dan keindahan warnanya itu. Jika kita mau berimajinasi tatkala melihat binatang

tersebut, seakan-akan kupu-kupu itu ingin menunjukkan rasa syukur dengan cara yang ia bisa lakukan. Binatang itu, seakan-akan ingin mendeklarasikan bahwa saat itu dirinya sudah tidak menjijikkan lagi, dan sudah mampu mengubah dirinya sendiri, menjadi sangat baik dan indah, tidak sebagaimana sebelumnya, baik bentuk maupun kegiatannya sangat buruk. Setelah berubah bentuk menjadi kupu, binatang ini tidak lagi mengkonsmsi berbagai daun. Kegiatan sehari-hari, seolah-olah sudah tidak lagi mengurus makanan dan membuang kotoran. Mereka pergi kemana-mana, atau migrasi dari satu tempat ke tempat lain. Mobilitas yang mereka lakukan, bukan mencari makanan, tetapi sudah ganti urusan, yang lebih mulia, yakni mendatangi dari satu tempat ke tempat berikutnya, dari bunga satu ke bunga bunga lainnya, untuk memperlihatkan keindahannya. Memperhatikan makhluk-makhluk Allah ini, siapapun mestinya takjub dan mau belajar dari sana. Belajar dari orang, kadang sulitnya bukan main. Manusia kadang mengajarkan sesuatu, tetapi dirinya sendiri belum tentu menjalankannya. Tidak sedikit guru atau bahkan juga dosen membaca buku hanya dimaksudkan untuk dijadikan sebagai bahan pelajaran bagi muridnya, dan bukan pelajaran bagi dirinya sendiri. Murid atau mahasiswanya disuruh belajar atau menulis, sementara dirinya sendiri belum tentu bisa atau mau menjalankannya.

Kehidupan manusia kadang memang tidak jelas, aneh dan kontradiksi antara yang diucapkan dan yang dilakukan. Sementara orang yang telah lama mengkaji perilaku manusia, menyimpulkan bahwa ciptaan Allah yang sangat mulia ini, selalu menampakkan wajah yang sesungguhnya bukan aslinya. Manusia sehari-hari sesbenarnya selalu memakai topeng. Yang ditampakkan olehnya tidak selalu sama dengan apa yang ada di hatinya. Melalui kitab suci, manusia diajari agar hatinya selalu ikhlas, bersyukur dan amanah, agar tetap menjadi makhluk yang terbaik. Tetapi, ternyata kitab suci itu tidak jarang diabaikan. Maka oleh Allah, karena kasih sayang-Nya, maka masih diciptakan berbagai binatang dengan perilakunya masing-masing, agar dijadikan sebagai bahan pelajaran hidup. Termasuk di antaranya, adalah dari kehidupan ulat. Melalui

kehidupan binatang tersebut, manusia bisa belajar, yaitu bahwa sejelek apapun, asal mau menjalaninya, akan bisa berubah menjadi baik dan mulia, yaitu, ----- sebagaimana ulat, dengan cara meninggalkan nafsu serakahnya. Masih dari kehidupan ulat, pelajaran indah lainnya yang bisa ditangkap adalah, bahwa sebatas mendapatkan makanan, tidak perlu ulat pergi jauh. Migrasi atau hijrah dilakukan, setelah dirinya berubah, sehingga penampilan dan orientasi hijrahnya lebih indah dan mulia,. Dengan cara itu maka harkat dan martabatnya sebagai makhluk yang terhormat, ------di mana dan kapan pun, masih tetap disandangnya. Wallahu a’lam

Related Documents


More Documents from "dozi suanto"