Memperingati Hari Pahlawan Bagikan 11 November 2009 jam 7:47 Setiap pada tanggal 10 Nopember bangsa Indonesia memperingati hari pahlawan. UIN Maulana Malik Ibrahim Malang juga melakukan hal yang sama, di kampus. Hanya karena sesuatu hal, di antaranya menyesuaikan dengan ketersediaan waktu di antara para undangan, peringatan diselenggarakan tidak tepat waktu, yakni tanggal 10 Nopember 2009, ditunda sehari kemudian menjadi tanggal 11 Nopember 2009. Peringatan hari pahlawan di kampus UIN Maliki Malang, hari ini insya Allah akan dihadiri oleh Menteri Agama dan juga Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Timur. Jika pelaksanaan itu kemarin, ------tepat pada tanggal 10 Nopember 2009, maka para pejabat tersebut tidak akan mungkin hadir, karena mereka akan memperingatati di tempatnya masing-masing. Menteri Agama memperingati hari pahlawan itu di Jakarta beserta Presiden dan pejabat lainnya. Demikian pula Gubernur memimpin upacara peringatan di Gubernuran. Inilah salah satu alasan, peringatan itu di UIN Maliki Malang ditunda pada tanggal 11 Nopember 2009. Peringatan hari pahlawan, apalagi pada saat-saat sekarang, dipandang sangat penting. Selain berdasar pertimbangan suatu rumusan bahwa, bangsa yang besar adalah mereka yang bisa menghormati sejarah para pahlawannya, juga dikaitkan dengan kondisi bangsa pada saat ini. Akhir-akhir ini nilai-nilai perjuangan dan pengorbanan yang dilakukan oleh para pendahulu bangsa ini semakin terasa ditinggalkan banyak orang. Berbagai kehidupan sudah diwarnai oleh suasana transaksional, tak ubahnya kehidupan jual beli di pusat-pusat perbelanjaan. Hubungan-hubungan transaksional antara penjual dan pembeli biasanya terasa harmonis hanya sebatas tatkala terjadi transaksi itu. Akan tetapi, setelah barang dikuasai oleh pembeli dan sebaliknya uang sudah diterimakan pada pihak penjual, maka hubungan itu menjadi putus. Selain itu dalam suasana transaksional, masing-masing pihak selalu menuntut keuntungan lebih. Pihak pembeli ingin mendapatkan
harga semurah-murahnya, dan demikian pula sebaliknya, penjual ingin mendapatkan harga setinggi-tingginya. Suasana transaksional semacam itu, bertambah hari semakin terasa mewarnai kehidupan ini. Para pengusaha atau pemimpin perusahaan dan bahkan pejabat negara sekalipun, menginginkan agar gaji dan tunjangan lainnya dinaikkan setinggi-tingginya. Demikian pula rakyat yang masih dalam keadaan menderita dan berkekurangan menginginkan, -----sebagaimana seorang pembeli, agar para pejabat tidak terlalu cepat menaikkan tunjangannya. Rakyat menghendaki agar hubungan antara pejabat dan rakyat tidak terlalu bernuansa transaksional, sebagaimana penjual dan pembeli di pasar-pasar, di mall, atau ditempat-tempat lain. Seharusnya ada kesadaran sejarah, bahwa para pahlawan bangsa ini berhasil meraih cita-cita luhur oleh karena mereka telah berjuang dan sekaligus berkorban. Kemerdekaan bangsa Indonesia dari penjajahan Belanda dan Jepang seperti sekarang ini, diraih atas perjuangan yang dahsyat. Dalam perjuangan itu, mereka telah mengorbankan apa saja ------harta benda, tenaga, keluarga, dan bahkan nyawa sekalipun. Berjuang dan berkorban oleh para pahlawan telah disatukan dalam sebuah tindakan. Hasilnya adalah kemerdekaan seperti yang kita rasakan sekarang ini. Andaikan ketika itu, dikembangkan transaksitransaksi, misalnya berapa gaji atau tunjangan bagi tentara, maka justru tidak akan berangkat ke medan perang. Jika transaksi-transaksi itu dilakukan maka semangat perang mereka akan hilang. Masingmasing akan sibuk menghitung dan bahkan iri atas imbalan atau tunjangan yang tidak akan bisa dibagi secara merata. Pada saat sekarang, kata-kata berjuang itu masih sering terdengar. Hanya sayangnya, seruan perjuangan itu menjadi redup, karena dibarengi dengan diskusi-diskusi atau isu-isu yang terkait dengan kenaikan tunjangan perjuangan. Inilah bedanya antara dahulu dengan sekarang. Jika dahulu perjuangan selalu dikaitkan dengan pengorbanan, maka pada saat sekarang, rupanya nilai itu sudah bergeser. Perjuangan sudah selalu dikaitkan dengan kenaikan tunjangan. Berjuang tidak lagi dibarengi dengan pengorbanan, melainkan dengan besarnya imbalan. Jika dulu semangat berjuang diikuti dengan kesediaan berkorban, sehingga menghasilkan buah yakni kemerdekaan, maka apakah perjuangan yang diikuti oleh
semangat mendapatkan keuntungan, sebagaimana yang terjadi pada saat ini akan menghasilkan kemakmuran, maka kita tunggu hasilnya. Sementara ini yang tampak adalah gejala berebut, penyelewengan hukum dan wewenang, termasuk korupsi yang bertambah hari semakin sulit dihentikan. Pada zaman yang semakin modern ini, syah-syah sajalah para pejabat mendapatkan gaji atau tunjangan. Tidak mungkin seorang keluarga pejabat harus menderita, karena ditinggal menunaikan tugas-tugas kedinasannya. Namun berbarengan dengan itu, yang seyogyanya ditampakkan dalam suasana yang masih prihatin seperti sekarang ini adalah ketulusan, keikhlasan, pengabdian, dan dedikasi yang tinggi, berjuang dan bekerja demi rakyat. Pejabat pada level apapun, selalu dituntut untuk ikut merasakan suara hati rakyatnya. Berdasarkan pertimbangan dan atau kenyataan semua itulah maka, UIN Maliki Malang mengumpulkan seluruh warganya, -----dosen, karyawan dan mahasiswa, dan menghadirkan Menteri Agama, Gubernur dan Wakil Gubernur, para pejabat kota dan kabupaten, para ulama, kyai dan tokoh masyarakat dari berbagai daerah Jawa Timur, untuk memperingati hari pahlawan itu. Peringatan itu agar tidak terlalu formal, --------sebagaimana upacara pada umumnya, diformat dalam bentuk dzikir bersama. Melalui dzikir bersama ini, selain dipanjatkan doa agar semua para pejuang yang kini telah menjadi pahlawan bangsa ditempatkan oleh Allah pada tempat yang mulia di sisi-Nya. Selain itu, melalui peringatan ini diharapkan agar nilai-nilai luhur para pejuang terdahulu berhasil diwarisi dan ditangkap oleh para penerusnya dengan sempurna. Melalui peringatan itu pula diharapkan agar tumbuh kesadaran, bahwa berjuang harus selalu diikuti oleh pengorbanan. Bangsa Indonesia pada saat ini sesungguhnya juga sedang berjuang, yaitu berjuang mengurangi angka pengangguran, kemiskinan, kebodohan, dan ketertinggalan dalam berbagai aspek dari bangsa lain yang sudah maju. Dalam berjuang, sebagaimana para pahlawan dulu, selalu menyertainya dengan semangat berkorban. Berjuang tidak boleh tanpa berkorban, apalagi masih juga korupsi, kolusi, nepotisme, dan bentuk-bentuk penyelewenangan lainnya. Berjuang juga tidak sepantasnya dibarengi sibuk berembuk tentang kenaikan tujangan atau fasilitas pribadi lainnya. Maka, dengan peringatan hari pahlawan
ini, semogalah berhasil menyadarkan bagi semuanya, bahwa berjuang harus sungguh-sungguh, tulus, ikhlas, dan bahkan ada kesediaan berkorban. Wallahu a’lam.