Memimpin Diri Sendiri

  • Uploaded by: Prof. DR. H. Imam Suprayogo
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Memimpin Diri Sendiri as PDF for free.

More details

  • Words: 561
  • Pages: 2
Memimpin Diri Sendiri Bagikan 23 Juni 2009 jam 12:47 Sering dipertanyakan, mengapa jumlah masjid di Indonesia ini sedemikian banyak, tetapi penggunaannya belum maksimal. Tempat ibadah bagi umat Islam itu pada umumnya hanya ramai dikunjungi jama’ah pada waktu-waktu tertentu, misalnya pada hari jum’at dan hari raya. Sedangkan pada waktu-waktu lainnya, ----sholat lima waktu, tidak begitu banyak. Padahal tuntunan untuk menjalankan sholat jama’ah sedemikian jelas. Nabi pun dalam berbagai riwayat, selalu menjalankan sholat lima waktu dengan berjama’ah di masjid. Juga kita lihat akhir-akhir ini, upaya pemberantasan korupsi sedemikian gencar dilakukan. Hampir setiap hari terdengar para pejabat pemerintah, lembaga keuangan, dan bahkan kehakiman dan sampai pihak-pihak yang seharusnya menangkap kejahatan pun tertangkap sebagai penjahat. Penyimpangan itu telah diketahui resikonya sedemikian berat, tetapi anehnya kasus-ksus itu tidak pernah berhenti. Seolah-olah orang tidak pernah mau belajar dari pengetahuan dan bahkan pengalamannya sehari-hari. Keengganan sholat berjama’ah ke masjid sebagaimana disinggung di muka, bukan saja dilakukan oleh ummat yang berpengetahuan agama rendah, melainkan juga oleh tokoh yang seharusnya memberi tauladan sekalipun. Begitu juga sementara pejabat, yang melakukan penyimpangan, bukan karena mereka tidak tahu larangan dan bahkan juga resiko atas penyimpangan itu. Mereka telah mengerti semua itu. Itu semua sesungguhnya hanya disebabkan karena mereka tidak mampu memimpin diri sendiri. Memimpin orang lain tidak sesulit memimpin diri sendiri. Seseorang bisa berhasil memimpin orang lain, tetapi belum tentu berhasil memimpin dirinya sendiri. Memimpin diri sendiri lebih sulit daripada memimpin orang lain. Banyak orang sukses menggerakkan orang lain, memberikan petunjuk dan membimbingnya, tetapi hal itu tidak mudah dilakukan untuk dirinya sendiri. Betapa sulitnya memimpin diri sendiri dilamai oleh semua orang. Sehingga Allah swt., menurunkan kewajiban yang terasa sekali fungsinya, ialah agar pelakunya mampu memimpin dirinya sendiri. Kewajiban itu adalah berupa puasa di bulan ramadhan. Ibadah puasa adalah kewajiban yang bersifat pribadi bagi kaum muslimin yang

beriman. Melalui kegiatan spiritual itu, kaum muslimin dilatih untuk memimpin dirinya sendiri. Tidak seorang pun tahu bahwa seseorang sedang menjalankan puasa yang sebenarnya. Sehingga, puasa menjadi media latihan bagi siapa saja yang menjalankannya. Melalui puasa seseorang dilatih untuk jujur, yakni tanpa diketahui oleh siapapun, seseorang yang lagi berpuasa, melakukan apa yang seharusnya dilakukan dan sebaliknya. Itulah sebabnya selesai menjalankan puasa sebulan penuh, seseorang disebut telah mendapatkan kemenangan. Artinya, ia telah menang, dan berhasil memimpin dirinya sendiri. Tanpa ada pengawasan dari siapapun, orang yang sedang berpuasa secara jujur tidak melakukan semua hal yang merusak puasanya. Artinya bagi orang yang berpuasa, ia niatkan sendiri, menjalankan sendiri dan bahkan mengevaluasinya sendiri. Puasa menjadi kegiatan yang sifatnya sangat pribadi. Orang bisa berhasil memimpin keluarganya, kehidupan kantor atau perusahaannya, dan bahkan berhasil memimpin rakyat yang jumlahnya sedemikian besar, tetapi ternyata tidak sedikit yang gagal memimpin dirinya sendiri. Seseorang yang sesungguhnya mendengar adzan subuh, tetapi masih berat untuk bangun, ambil air wudhu dan segera ke masjid, maka orang ini sesungguhnya belum bisa memimpin dirinya sendiri. Demikian pula, seorang pejabat yang seharusnya mengamankan uang negara, tetapi justru melawan hukum, memanfaatkan dana kantor untuk kepentingan sendiri, maka artinya pejabat itu belum mampu memimpin dirinya sendiri. Seorang mahasiswa yang sedemikian canggih memimpin teman-temannya, tetapi tatkala harus memimpin dirinya sendiri ternyata gagal. Memimpin orang lain memang lebih sulit dari memimpin diri sendiri. Itulah sebabnya, banyak orang bersemangat memilih untuk menjadi pemimpin orang lain saja. Padahal agar sukses kepemimpinannya , mereka harus bisa memberi uswah atau ketauladanan. Artinya, mereka harus berhasil memimpin dirinya sendiri terlebih dahulu. Persoalan ini sesungguhnya sederhana, hanya sayangnya banyak orang tidak memahami. Wallahu a’lam

Related Documents


More Documents from "Ariwanto Aslan"